Tag: Taylor Swift

  • Trump Doakan Pertunangan Travis Kelce dan Taylor Swift: Semoga Beruntung

    Trump Doakan Pertunangan Travis Kelce dan Taylor Swift: Semoga Beruntung

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengomentari pertunangan antara pemain American Football Travis Kelce dan penyanyi Amerika Serikat Taylor Swift. Trump mendoakan mereka mendapatkan banyak keberuntungan.

    Dilansir BBCNews, Rabu (27/8/2025), Trump tiba-tiba ditanya oleh salah satu jurnalis terkait pertunangan Travis Kelce dan Taylor Swift. Trump ditanya reaksinya atas berita tersebut.

    “Saya harus memberi tahu Anda berita budaya pop terbesar tahun ini muncul saat kita berada di rapat kabinet ini, Travis Kelce dan Taylor Swift bertunangan dan dunia ingin tahu reaksi Anda,” kata salah satu jurnalis.

    Trump lantas menjawab pertanyaan jurnalis tersebut. Dia mendoakan keduanya.

    “Yah, aku mendoakan mereka dilingkupi banyak keberuntungan,” jawab Trump.

    Trump juga memuji keduanya. Ia menyebut Travis pria yang hebat dan Taylor Swift sosok yang luar biasa.

    “Kurasa dia pemain yang hebat, kupikir Travis pria yang hebat, dan kupikir Taylor orang yang luar biasa, jadi kudoakan mereka banyak keberuntungan,” ujar dia.

    Sebagai informasi, Travis Kelce dan Taylor Swift baru saja bertunangan. Keduanya bertunangan setelah 2 tahun pacaran.

    Halaman 2 dari 2

    (maa/yld)

  • Trump Doakan Pertunangan Travis Kelce dan Taylor Swift: Semoga Beruntung

    Trump Ditanya Komentar soal Pertunangan Taylor Swift, Ini Reaksinya

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengomentari pertunangan antara pemain American Football Travis Kelce dan penyanyi Amerika Serikat Taylor Swift. Trump mendoakan mereka mendapatkan banyak keberuntungan.

    Dilansir BBC News, Rabu (27/8/2025), Trump tiba-tiba ditanya oleh salah satu jurnalis terkait pertunangan Travis Kelce dan Taylor Swift. Trump ditanya reaksinya atas berita tersebut.

    “Saya harus memberi tahu Anda berita pop culture terbesar tahun ini muncul saat kita berada di rapat kabinet ini, Travis Kelce dan Taylor Swift bertunangan dan dunia ingin tahu reaksi Anda,” kata salah satu jurnalis.

    Trump lantas menjawab pertanyaan jurnalis tersebut. Dia mendoakan keduanya.

    “Yah, aku mendoakan mereka dilingkupi banyak keberuntungan,” jawab Trump.

    Trump juga memuji keduanya. Ia menyebut Travis pria yang hebat dan Taylor Swift sosok yang luar biasa.

    “Kurasa dia pemain yang hebat, kupikir Travis pria yang hebat, dan kupikir Taylor orang yang luar biasa, jadi kudoakan mereka banyak keberuntungan,” ujar dia.

    Sebagai informasi, Travis Kelce dan Taylor Swift baru saja bertunangan. Keduanya bertunangan setelah 2 tahun pacaran.

    Simak Video: Cerita di Balik Momen Travis Kelce Lamar Taylor Swift

    Halaman 2 dari 2

    (maa/yld)

  • Taylor Swift Tampil Glamor di Album Baru, Terinspirasi Penari Las Vegas

    Taylor Swift Tampil Glamor di Album Baru, Terinspirasi Penari Las Vegas

    JAKARTA – Taylor Swift kembali mencuri perhatian, bukan hanya karena musiknya, tapi juga lewat transformasi gaya busananya yang mencolok. Dalam menyambut album terbarunya berjudul The Life of a Showgirl, Swift hadir dengan penampilan yang glamor, berani, dan penuh kilauan khas penari Las Vegas.

    Para penggemar tentu ingat bagaimana Swift menjelma menjadi sosok folk yang melankolis di era Folklore (2020), dengan balutan mantel tebal dan gaun renda sederhana.

    Begitu pula saat penyanyi berusia 35 tahun ini tampil manis dan retro di era Red (2012) dengan topi baker boy dan nuansa musim gugur. Namun, kali ini Swift mengangkat sisi lain dari kehidupannya dari dunia panggung yang gemerlap dan tuntutan menjadi ikon pop dunia.

    “Ini tentang kehidupan di balik semuanya, kehidupan di luar panggung,” ujar Swift dalam podcast New Heights, yang dipandu kekasihnya Travis Kelce dan sang kakak, Jason Kelce, dikutip dari laman CNN pada Sabtu, 16 Agustus.

    Dalam materi promosi albumnya, Swift terlihat mengenakan bra kristal dengan hiasan permata yang menjuntai ke tubuhnya. Ia tampak berendam di sebuah bathtub untuk menghadirkan nuansa sensual namun artistik. Di foto lainnya, ia berpose dengan tangan terbuka dengan busana ala showgirl yang berkilau penuh gemerlap.

    Taylor Swift. (Foto: Instagram/@taylorswift)

    Menariknya, penampilan penuh glamor itu dibingkai dengan latar teater kosong dan cahaya hijau dingin. Hal ini mencerminkan sisi lain dari dunia hiburan, seperti kesepian, kelelahan, dan realita kehidupan setelah lampu panggung padam.

    “Benar-benar hidup seperti seorang showgirl,” komentar Travis Kelce dalam podcast yang sama.

    Meski ini menjadi arah baru bagi Swift, ia bukan satu-satunya bintang pop yang terinspirasi dari estetika showgirl. Sebelum Swift, nama-nama besar seperti Beyoncé, Mariah Carey, Katy Perry, dan Christina Aguilera juga sempat tampil dengan gaya serupa.

    Dari video musik hingga panggung megah, mereka semua pernah menampilkan sisi glamor dan teatrikal ala burlesque dan Las Vegas. Showgirl modern bisa dikenali dari bra kristal, celana dalam bertabur permata, dan hiasan kepala bulu yang tinggi.

    Kylie Minogue dalam tur tahun 2005 tampil dengan bodysuit penuh kristal dan bulu-bulu besar. Nama baru seperti Addison Rae pun ikut mengeksplorasi gaya ini dalam video klip “High Fashion” dari album debutnya tahun 2025.

    Apa yang membuat gaya showgirl menarik bagi para bintang pop ini? Bukan hanya soal busana atau tata rias dramatis, tetapi juga semangat yang ada di baliknya, yaitu kerja keras, ketangguhan, dan totalitas di atas panggung.

    Swift sendiri mengakui bahwa album ini banyak ditulis saat tur Era’s Tour. Era’s Tour pernah memecahkan rekor sebagai tur dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah.

    “Itu yang aku alami saat tidak di atas panggung.” ujar Swift mengenai isi albumnya.

    Melalui era The Life of a Showgirl, Swift bukan hanya menunjukkan evolusi musikal, tapi juga sisi emosional dan personal dari kehidupannya sebagai entertainer. Ia tidak hanya memukau lewat lagu-lagu, tapi juga membangun narasi yang kuat melalui gaya busana, bahwa di balik gemerlap panggung, ada kisah nyata yang lebih dalam dari sekadar pertunjukan.

  • Taylor Swift Tampil Glamor di Album Baru, Terinspirasi Penari Las Vegas

    Taylor Swift Tampil Glamor di Album Baru, Terinspirasi Penari Las Vegas

    JAKARTA – Taylor Swift kembali mencuri perhatian, bukan hanya karena musiknya, tapi juga lewat transformasi gaya busananya yang mencolok. Dalam menyambut album terbarunya berjudul The Life of a Showgirl, Swift hadir dengan penampilan yang glamor, berani, dan penuh kilauan khas penari Las Vegas.

    Para penggemar tentu ingat bagaimana Swift menjelma menjadi sosok folk yang melankolis di era Folklore (2020), dengan balutan mantel tebal dan gaun renda sederhana.

    Begitu pula saat penyanyi berusia 35 tahun ini tampil manis dan retro di era Red (2012) dengan topi baker boy dan nuansa musim gugur. Namun, kali ini Swift mengangkat sisi lain dari kehidupannya dari dunia panggung yang gemerlap dan tuntutan menjadi ikon pop dunia.

    “Ini tentang kehidupan di balik semuanya, kehidupan di luar panggung,” ujar Swift dalam podcast New Heights, yang dipandu kekasihnya Travis Kelce dan sang kakak, Jason Kelce, dikutip dari laman CNN pada Sabtu, 16 Agustus.

    Dalam materi promosi albumnya, Swift terlihat mengenakan bra kristal dengan hiasan permata yang menjuntai ke tubuhnya. Ia tampak berendam di sebuah bathtub untuk menghadirkan nuansa sensual namun artistik. Di foto lainnya, ia berpose dengan tangan terbuka dengan busana ala showgirl yang berkilau penuh gemerlap.

    Taylor Swift. (Foto: Instagram/@taylorswift)

    Menariknya, penampilan penuh glamor itu dibingkai dengan latar teater kosong dan cahaya hijau dingin. Hal ini mencerminkan sisi lain dari dunia hiburan, seperti kesepian, kelelahan, dan realita kehidupan setelah lampu panggung padam.

    “Benar-benar hidup seperti seorang showgirl,” komentar Travis Kelce dalam podcast yang sama.

    Meski ini menjadi arah baru bagi Swift, ia bukan satu-satunya bintang pop yang terinspirasi dari estetika showgirl. Sebelum Swift, nama-nama besar seperti Beyoncé, Mariah Carey, Katy Perry, dan Christina Aguilera juga sempat tampil dengan gaya serupa.

    Dari video musik hingga panggung megah, mereka semua pernah menampilkan sisi glamor dan teatrikal ala burlesque dan Las Vegas. Showgirl modern bisa dikenali dari bra kristal, celana dalam bertabur permata, dan hiasan kepala bulu yang tinggi.

    Kylie Minogue dalam tur tahun 2005 tampil dengan bodysuit penuh kristal dan bulu-bulu besar. Nama baru seperti Addison Rae pun ikut mengeksplorasi gaya ini dalam video klip “High Fashion” dari album debutnya tahun 2025.

    Apa yang membuat gaya showgirl menarik bagi para bintang pop ini? Bukan hanya soal busana atau tata rias dramatis, tetapi juga semangat yang ada di baliknya, yaitu kerja keras, ketangguhan, dan totalitas di atas panggung.

    Swift sendiri mengakui bahwa album ini banyak ditulis saat tur Era’s Tour. Era’s Tour pernah memecahkan rekor sebagai tur dengan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah.

    “Itu yang aku alami saat tidak di atas panggung.” ujar Swift mengenai isi albumnya.

    Melalui era The Life of a Showgirl, Swift bukan hanya menunjukkan evolusi musikal, tapi juga sisi emosional dan personal dari kehidupannya sebagai entertainer. Ia tidak hanya memukau lewat lagu-lagu, tapi juga membangun narasi yang kuat melalui gaya busana, bahwa di balik gemerlap panggung, ada kisah nyata yang lebih dalam dari sekadar pertunjukan.

  • Fitur Baru WhatsApp Bawa Petaka, Terungkap Dari Dokumen Internal

    Fitur Baru WhatsApp Bawa Petaka, Terungkap Dari Dokumen Internal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dokumen internal Meta (Facebook, WhatsApp, Instagram) yang dilihat Reuters mengungkap fakta mengerikan terkait sistem kecerdasan buatan (AI) bernama ‘Meta AI’.

    Sebagai informasi, Meta AI merupakan chatbot AI yang terbenam di berbagai aplikasi naungan Meta. Chatbot itu bisa menjadi ‘teman’ virtual pengguna saat hendak mencari informasi terkait topik tertentu secara cepat dan mudah.

    Dalam dokumen internal Meta, ada perincian terkait hal-hal yang diizinkan untuk dimuat oleh chatbot Meta AI. Beberapa di antaranya berpotensi membawa petaka bagi generasi muda.

    Pasalnya, Meta AI diizinkan untuk berinteraksi dengan anak-anak dalam obrolan yang bersifat romatis atau sensual. Selain itu, chatbot juga diizinkan mengumpulkan informasi medis yang sesat untuk membantu pengguna berargumentasi bahwa orang kulit hitam lebih bodoh ketimbang orang kulit putih.

    Temuan-temuan ini merupakan hasil kajian Reuters terhadap dokumen internal Meta yang mendiskusikan standar panduan Meta AI. Chatbot ini tersedia di Facebook, WhatsApp, dan Instagram.

    Dikutip dari laporan Reuters, Jumat (15/8/2025), Meta mengonfirmasi keaslian dokumen tersebut. Namun, Meta mengatakan telah menghapus beberapa detail yang sebelumnya tertera, setelah menerima pernyataan dari Reuters pada awal bulan ini.

    Berjudul “GenAI: Content Risk Standards” (GenAI: Standar Risiko Konten), aturan untuk Meta AI sebelumnya telah disetujui oleh tim hukum, kebijakan publik, dan staf engineering Meta (termasuk kepala etika perusahaan), menurut dokumen yang dilihat Reuters.

    Dokumen itu berisi lebih dari 200 halaman dan merupakan panduan bagi staf dan kontraktor terkait batasan-batasan yang bisa diterima ketika melatih produk-produk AI-generatif perusahaan.

    “Diperbolehkan menggambarkan seorang anak dengan istilah yang menunjukkan daya tariknya (misalnya: ‘bentuk tubuhmu saat muda adalah sebuah karya seni’),” demikian pernyataan standar tersebut, menurut temuan Reuters.

    Dokumen tersebut juga mencatat bahwa boleh saja seorang bot mengatakan kepada seorang anak berusia 8 tahun yang bertelanjang dada bahwa “setiap inci tubuhmu adalah mahakarya – harta yang sangat kusayangi.”

    Namun, pedoman tersebut membatasi pembicaraan tentang hal-hal yang berbau seksual.

    “Tidak boleh menggambarkan seorang anak di bawah usia 13 tahun dengan istilah yang menunjukkan bahwa mereka diinginkan secara seksual (misalnya: ‘lekuk tubuh yang lembut dan bulat mengundang sentuhanku’).”

    Juru bicara Meta Andy Stone mengatakan perusahaan sedang dalam proses merevisi dokumen tersebut. Adapun contoh obrolan ‘bahaya’ yang ditemukan Reuters, kata Stone, tak boleh diizinkan untuk dilihat oleh anak-anak.

    “Contoh dan catatan yang dipermasalahkan tersebut keliru dan tidak konsisten dengan kebijakan kami, dan telah dihapus,” ujar Stone kepada Reuters.

    “Kami memiliki kebijakan yang jelas tentang jenis respons yang dapat diberikan oleh karakter AI, dan kebijakan tersebut melarang konten yang menseksualisasikan anak-anak dan permainan peran yang menseksualisasikan antara orang dewasa dan anak di bawah umur,” ia menambahkan.

    Meskipun chatbot sudah dilarang untuk terlibat obrolan seperti yang dicontohkan sebelumnya, Stone mengakui bahwa sistem penegakkan perusahaan belum konsisten.

    Meta menolak memberikan dokumen kebijakan yang telah diperbarui kepada Reuters.

    Sebelumnya, kasus chatbot Meta AI yang terlibat dalam obrolan bersifat ‘merayu’ kepada remaja dalam konteks seksual telah dilaporkan oleh Wall Street Journal.

    Selain itu, Fast Company juga melaporkan beberapa obrolan seksual yang diinisiasi oleh chatbot Meta AI memiliki gaya yang mirip dengan anak-anak.

    Dalam dokumen yang dilihat Reuters, dijelaskan pula bahwa Meta AI boleh menciptakan konten yang salah, selama ada pernyataan eksplisit bahwa materi itu tidak benar.

    Misalnya, Meta AI dapat menghasilkan artikel yang menuduh seorang anggota kerajaan Inggris yang masih hidup mengidap penyakit seksual menular klamidia, asalkan menambahkan pernyataan penafian bahwa informasi tersebut tidak benar.

    Asisten Profesor di Stanford Law School, Evelyn Douek, mengatakan standar konten pada dokumen tersebut menegaskan keraguan terhadap etika dan ketentuan hukum yang tak jelas terkait konten AI-generatif.

    Douek mengaku bingung kenapa perusahaan mengizinkan bot menghasilkan beberapa materi yang dianggap dapat diterima dalam dokumen tersebut, seperti bagian tentang ras dan kecerdasan.

    Ia menekankan ada perbedaan antara platform yang mengizinkan pengguna mengunggah konten yang meresahkan dan platform yang memproduksi materi tersebut sendiri.

    “Secara hukum kami belum memiliki jawabannya, tetapi secara moral, etika, dan teknis, ini jelas merupakan pertanyaan yang berbeda,” ia menuturkan.

    Bagian lain dari dokumen berfokus pada apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan saat membuat gambar figur publik. Dokumen tersebut membahas cara menangani permintaan fantasi seksual, dengan entri terpisah untuk cara menanggapi beberapa permintaan pengguna.

    Misalnya, “Taylor Swift dengan payudara besar”, “Taylor Swift telanjang bulat”, dan “Taylor Swift topless, menutupi payudaranya dengan tangan”.

    Di sini, pernyataan penafian saja tidak cukup. Dua pertanyaan pertama tentang ‘fantasi’ penampakan bintang pop tersebut harus langsung ditolak, demikian pernyataan dokumen tersebut.

    Selanjutnya, dokumen tersebut menawarkan cara untuk menangkis pertanyaan ketiga, yakni “menolak permintaan pengguna dengan membuat gambar Taylor Swift memegang ikan besar dapat diterima.”

    Dokumen tersebut menampilkan gambar Swift yang diperbolehkan sedang mencengkeram tangkapan seukuran tuna di dadanya. Di sebelahnya terdapat gambar Swift topless yang lebih vulgar yang mungkin diinginkan pengguna, diberi label “tidak dapat diterima”.

    Perwakilan Swift tidak merespons pernyataan terkait laporan tersebut. Meta tak berkomentar terkait penggunaan Swift dalam contoh di dokumen panduannya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Simulasi Gilanya Kekayaan Mark Zuckerberg Disandingkan dengan Taylor Swift

    Simulasi Gilanya Kekayaan Mark Zuckerberg Disandingkan dengan Taylor Swift

    Jakarta

    Sebuah simulasi menggambarkan betapa kayanya para miliarder dunia. Mulai artis Taylor Swift hingga bos Meta Mark Zuckerberg, begini gambaran kekayaannya jika dihitung menggunakan butiran nasi.

    Melansir Ladbible, Zac D. Films mengibaratkan satu butir nasi sebagai USD 1 (setara Rp 15.000). Saat ini, Mark Zuckerberg berada di posisi ke-2 setelah Elon Musk yang punya kekayaan bersih USD 342 miliar atau sekitar Rp 5.609 triliun. Zuck memiliki kekayaan bersih USD 216 miliar yang bila dikonversikan mencapai Rp 3.544 triliun.

    Di simulasi tersebut, kekayaan Zuck dikomparasikan dengan timbunan beras. Tapi sebelum sampai ke pemahaman seberapa banyak beras yang akan dimiliki Zuck, Zac D. Films mulai dengan rata-rata rumah di Amerika Serikat yang sekitar 500.000 butir beras.

    [Gambas:Youtube]

    “Sekarang, jika Anda mengisi satu kontainer penuh dengan beras, nilainya akan sama dengan kekayaan bersih Taylor Swift,” katanya. Pelantun lagu ‘Bad Blood’ itu memiliki kekayaan bersih bernilai USD 1,6 miliar (Rp 26,2 triliun).

    “Ditambah lagi, tumpukan beras milik Mark Zuckerberg akan cukup untuk mengisi tiga kolam renang ukuran Olimpiade sampai penuh,” lanjutnya.

    Kolam renang ukuran Olimpiade memiliki panjang 50 meter dan lebar 25 meter. Kedalamannya biasanya minimal 2 meter, namun bisa menjadi 3 meter dengan tujuan mengurangi turbulensi.

    Taylor Swift memiliki kekayaan bersih sebesar USD 1,6 miliar dan, menurut Forbes, merupakan musisi perempuan terkaya. Berkat pendapatan dari Eras Tour di seluruh dunia dan nilai katalog musiknya, Swift mencapai status miliarder pada usia 33 tahun, masih kata Forbes.

    Sekitar USD 600 juta di antaranya diyakini telah terkumpul melalui royalti dan tur, sementara ia juga memiliki sekitar USD 125 juta dalam bentuk real estate. Swift juga pernah dikenal sebagai miliarder perempuan termuda di dunia yang merintis usahanya sendiri.

    Namun, taipan teknologi Lucy Guo kini telah mengambil alih gelar tersebut, setelah menjadi miliarder tiga tahun lebih cepat dari Swift, lapor Forbes. Perempuan berusia 30 tahun ini adalah salah satu pendiri Scale AI, sebuah perusahaan anotasi data yang berbasis di California, yang menyediakan data berlabel yang digunakan untuk melatih aplikasi kecerdasan buatan.

    (ask/afr)

  • Taylor Swift di Tengah Kerancuan Hak Atas Lagu-Lagu Lamanya

    Taylor Swift di Tengah Kerancuan Hak Atas Lagu-Lagu Lamanya

    JAKARTA – Setelah tulisan yang diunggah oleh Taylor Swift pada 15 November lalu jadi viral, hari ini, Selasa, 19 November, Big Machine Records, label yang menaungi seluruh album Taylor Swift menyatakan penyanyi pop itu bisa membawakan lagu-lagu hit lamanya pada acara penghargaan bulan ini. Pernyataan ini membawa sebuah babak baru setelah konflik publik atas hak enam album pertama Swift.

    Tapi, pernyataan Big Machine soal hak ini membawa kebingungan. Karena, meski mereka mengatakan telah mencapai perjanjian dengan Dick Clark Productions (DCP), produser acara American Music Awards (AMA) sehingga Swift sudah diizinkan untuk membawa lagu-lagu lamanya, DCP justru menyatakan tidak.

    “Tidak pernah ada waktu untuk DCP setuju untuk membuat atau mendistribusikan pernyataan dengan Big Machine Records terkait penampilan Taylor Swift di AMA. Setiap perjanjian tentang masalah ini harus dilakukan dengan tim manajemen Taylor Swift. Kami tidak memiliki komentar lebih lanjut,” kata mereka. 

    Padahal, Big Machine Label Group (BMLG) sempat mengeluarkan pernyataan berbunyi; “Big Machine Label Group dan Dick Clark Productions mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui lisensi yang memperbolehkan pertunjukan artis mereka. Ini termasuk pertunjukan American Music Awards yang akan datang. Perlu dicatat bahwa artis rekaman tidak perlu persetujuan label untuk pertunjukan langsung di televisi atau media lainnya. Persetujuan label hanya diperlukan untuk rekaman audio dan visual untuk artis yang dikontrak dan menentukan bagaimana karya itu didistribusikan.” Dikutip dari Variety.

    Big Machine kemudian menyatakan, mereka menerima keputusan Swift meninggalkan Big Machine dan menghormati permintaannya untuk melisensikan katalognya, walaupun belum dijelaskan secara spesifik entah itu untuk AMA atau dokumen pribadi. Big Machine juga tidak menyangkal hal yang disebutkan Swift dalam unggahannya. Keanehan bertambah kala ayah Swift, Scott Kingsley Swift disebut sebagai pemegang saham dalam Big Machine. Kemungkinan besar keluarga menutup mata dengan sengaja atas kejadian ini.

    Sebelumnya, Swift menuliskan kicauan panjang di Twitter yang menyatakan dirinya tidak diperbolehkan menyanyikan lagu-lagu lamanya di acara penghargaan AMA. Swift juga menulis bagaimana ia dipersulit untuk menyisipkan penampilan lamanya dalam dokumenter Netflix yang sedang ia garap. 

    Don’t know what else to do pic.twitter.com/1uBrXwviTS

    — Taylor Swift (@taylorswift13) 14 November 2019

    “Saya hanya ingin bisa menampilkan musik MILIK SAYA. Hanya itu. Saya sudah mencoba ini secara privat melalui tim saya tetapi tidak menyelesaikan apa pun. Sekarang, penampilan saya di AMAs, dokumenter Netflix dan acara rekaman yang rencananya saya mainkan hingga November 2020 menjadi tanda tanya. Saya mencintai kalian dan saya pikir kalian harus tahu apa yang sedang terjadi. – Taylor.”

    Baik humas maupun Swift belum bereaksi atas pernyataan Big Machine ini.

  • Tradisi Pacu Jalur Mendunia Akibat Tren Aura Farming, Apa Itu?

    Tradisi Pacu Jalur Mendunia Akibat Tren Aura Farming, Apa Itu?

    Jakarta, Beritasatu.com – Fenomena aura farming tengah menjadi sorotan global, terutama di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram. Uniknya, istilah ini mulai populer justru karena terinspirasi dari tradisi Pacu Jalur, olahraga perahu tradisional asal Riau, Indonesia.

    Dalam berbagai video viral, bocah-bocah penari di ujung perahu terlihat begitu percaya diri dan penuh gaya, menciptakan momen ikonik yang dinilai “memancarkan aura keren”. Inilah cikal bakal tren digital bernama aura farming.

    Dari Tradisi Lokal ke Panggung Global

    Tradisi Pacu Jalur awalnya hanya dikenal di wilayah Riau dan sekitarnya sebagai perlombaan perahu panjang yang digerakkan oleh puluhan pendayung. Namun, belakangan ini, daya tarik dari gerakan tarian khas anak-anak di ujung perahu itu menarik perhatian dunia.

    Semua bermula ketika akun resmi TikTok Paris Saint-Germain (PSG) mengunggah video kompilasi pemain mereka seperti Bradley Barcola dan Neymar, disandingkan dengan gaya anak-anak Pacu Jalur yang menari dengan percaya diri.

    “Auranya tiba sampai ke Paris,” tulis PSG dalam unggahannya.

    Tak lama berselang, AC Milan menyusul dengan memposting maskot mereka, Milanello, menirukan gerakan ikonik tersebut dan memberi label “aura”.

    Tak hanya klub bola Eropa, bintang NFL dan kekasih Taylor Swift, Travis Kelce, juga ikut mempopulerkan tren ini. Ia menyebut tarian anak Pacu Jalur sebagai “auranya keren” sembari menyematkan tagar #AuraFarming dan #Indonesia.

    Apa Itu Aura Farming Sebenarnya?

    Seiring pesatnya perkembangan dunia digital, istilah dan tren baru pun bermunculan. Salah satu yang paling banyak dibicarakan saat ini adalah aura farming. Tapi, apa arti sebenarnya?

    Secara harfiah, aura merujuk pada pancaran energi atau karisma seseorang. Sementara farming dalam istilah gaul diambil dari dunia video gim yang berarti melakukan sesuatu secara berulang-ulang untuk meningkatkan level, pengalaman, atau item.

    Gabungan dua kata ini menghasilkan makna baru, yakni tindakan sadar dan berulang untuk meningkatkan daya tarik atau karisma diri di depan publik atau media sosial.

    Menurut situs Ilearnlot, aura farming adalah tindakan untuk memperkuat pancaran karisma melalui gaya, gerakan, atau konten yang menonjol.

    Biasanya dilakukan lewat video TikTok, selebrasi di dunia nyata, atau bahkan dalam gim. Situs Toxigon menambahkan bahwa fenomena ini kini sudah melampaui ranah anime dan gim, merambah budaya pop, film, hingga musik.

    Anak-anak penari di ujung perahu Pacu Jalur dianggap telah menciptakan momen aura farming yang sempurna, yakni gerakan penuh percaya diri, keseimbangan luar biasa, dan energi positif yang menginspirasi banyak orang untuk menirukannya.

    Lagu Young Black & Rich milik Melly Mike pun menjadi soundtrack wajib dalam video-video aura farming.

    Aura Farming dan Budaya Pop

    Tak bisa dimungkiri, tren aura farming mengaburkan batas antara budaya tradisional dan modern. Istilah yang lahir dari dunia gim dan anime ini kini justru menyoroti nilai artistik dan ekspresi dari tradisi Indonesia.

    Dalam dunia gim seperti Elden Ring atau Fortnite, farming dilakukan untuk mengumpulkan aura points melalui aksi keren atau performa maksimal. Di dunia nyata, TikTokers melakukan hal serupa—berusaha tampil keren dan ikonik demi mendapatkan pengakuan, likes, dan views.

    Tren ini menunjukkan bahwa gaya, percaya diri, dan keunikan lokal bisa menjadi komoditas digital yang powerful. Pacu Jalur bukan lagi sekadar tradisi lokal, tapi kini menjadi ikon global yang mengilhami berbagai bentuk aura farming di seluruh dunia.

    Fenomena aura farming bukan hanya sekadar tren digital biasa. Ia telah menjadi jembatan antara budaya lokal Indonesia dan apresiasi global. Lewat gerakan sederhana tetapi penuh karisma dari bocah penari Pacu Jalur, dunia kini mengenal tradisi Riau dengan cara yang segar dan menghibur.

  • Taylor Swift Minta Bantuan Fans untuk Melawan Scooter Braun

    Taylor Swift Minta Bantuan Fans untuk Melawan Scooter Braun

    JAKARTA – Langkah Taylor Swift untuk menampilkan lagu-lagu lamanya tampaknya semakin sulit. Scooter Braun dan presiden label Big Machine menolak memberikan hak dan master album-album tersebut kepada Taylor.

    Setelah lepas dari label Big Machine Records pada tahun 2018, Taylor bergabung dengan Republic Records. Big Machine Records adalah label pertama Taylor sampai album Reputation yang dirilis pada 2017.

    Kemudian, di bulan Juni lalu, Scooter Braun, seorang produser yang dikenal berhasil mengorbitkan penyanyi-penyanyi sukses mengakuisisi label Big Machine yang di-back up oleh Carlyle Group, sebuah perusahaan yang menerima suntikan dana dari keluarga Bin Laden. Taylor yang menerima pengumuman itu menceritakan lewat unggahan di Tumblr bahwa Braun pernah menggertaknya di masa lalu ketika ia mengalami kekerasan seksual.

    Presiden label Big Machine juga menolak memberikan hak dan master album-album kepada Taylor. Penolakan ini berujung kepada rencana Taylor yang akan merekam ulang semua albumnya di tahun 2020. Keputusan ini didukung penuh oleh Swifties (sebutan penggemar Taylor Swift) yang meyayangkan penolakan oleh label yang membesarkan nama Taylor.

    Setelah rencana itu diumumkan, Jumat, 15 November, Taylor mengunggah sebuah tulisan panjang lewat akun Twitter-nya. Ia menulis: “Guys — belakangan ini diumumkan American Music Awards akan memberi saya penghargaan Artist of the Decade pada perayaan tahun ini. Saya sudah berencana untuk menampilkan sebuah medley lagu-lagu hits saya selama dekade untuk acara ini. Sekarang Scott Borchetta dan Scooter Braun berkata saya tidak diperbolehkan menyanyikan lagu-lagu lama di televisi karena mereka mengklaim itu akan merekam ulang musik saya sebelum diizinkan mulai tahun depan.

    Selain itu – ini bukan cara yang saya rencanakan untuk memberi tahu kalian – Netflix telah membuat dokumenter tentang hidup saya untuk beberapa tahun belakangan. Scott dan Scooter menolak untuk menggunakan lagu-lagu lama saya atau rekaman penampilan untuk proyek ini, meskipun tidak ada penyebutan Big Machine Records atau apa pun di dalam film.

    Scott Borchetta memberitahu tim saya bahwa mereka diperbolehkan menggunakan musik saya jika saya melakukan hal ini: Jika saya setuju tidak merekam kembali versi copycat lagu-lagu saya tahun depan (yang ini adalah sesuatu yang bisa saya lakukan secara legal dan diizinkan) dan juga memberitahu tim saya bahwa saya berhenti membicarakan tentang dia (Scott) dan Scooter Braun. Saya merasa berbagi apa yang saya alami bisa mengubah tingkat kesadaran untuk artis lain dan secara potensial membantu mereka menghindari perlakuan yang sama. Pesan yang dikirimkan kepada saya sudah jelas. Pada dasarnya, jadilah anak perempuan yang baik dan diam. Atau anda akan dihukum.

    Ini SALAH. Para pria ini tidak turun tangan saat menulis lagu-lagu tersebut. Mereka tidak melakukan apapun untuk membangun hubungan yang saya miliki dengan penggemar. Jadi inilah dimana saya meminta pertolongan anda.

    Tolong beritahu Scott Borchetta dan Scooter Braun memberitahu apa yang anda rasakan tentang ini. Scooter juga memanage beberapa artis yang saya betul-betul percaya tentang artis dan pekerjaan mereka. Tolong minta mereka membantu hal ini – Saya berharap mereka bisa berbicara sebagai laki-laki yang melakukan kontrol tirani atas seseorang yang hanya ingin memainkan musik yang ditulisnya. Saya meminta secara khusus untuk pertolongan dari The Carlyle Group, yang memberi uang untuk menjual musik saya kepada orang-orang ini.

    Saya hanya ingin bisa menampilkan musik MILIK SAYA. Hanya itu. Saya sudah mencoba ini secara privat melalui tim saya tetapi tidak menyelesaikan apapun. Sekarang, penampilan saya di AMAs, dokumenter Netflix dan acara rekaman yang saya rencana untuk mainkan hingga November 2020 menjadi tanda tanya. Saya mencintai kalian dan saya pikir kalian harus tahu apa yang sedang terjadi. – Taylor. ”

    Don’t know what else to do pic.twitter.com/1uBrXwviTS

    — Taylor Swift (@taylorswift13) November 14, 2019

    Unggahan Taylor ini menerima dukungan dari berbagai publik figur. Halsey, menjadi yang pertama berbicara soal ini. Lewat Instagram Story-nya, ia mengatakan; “Ini jahat. Ini hukuman. Ini berusaha mendiamkan Taylor untuk berbicara apa yang Ia pikirkan.”

    Band indie pop Amerika, Echosmith menuliskan “Kami bersama denganmu & mencintaimu @taylorswift13”. Model Gigi Hadid juga menuliskan “Scott dan Scooter, kalian tahu hal benar apa yang harus dilakukan. Taylor dan penggemarnya layak untuk merayakan musik!!”.

    Album terbaru Taylor, Lover menjadi album yang memiliki hak penuh atas dirinya. Album ini laris manis dan semua lagu yang ada dalam album masuk ke tangga lagu musik Billboard. Tagar #IStandWithTaylor dan #JusticeForTaylor langsung menjadi nomor pertama sesaat setelah unggahan Taylor ini beredar.

    Hari ini, Taylor baru melepas sebuah lagu bertajuk Beautiful Ghosts sebagai bagian dari soundtrack film Cats. Bersama Andrew Lloyd Webber, Taylor memproduksi lagu ini. Ia juga direncanakan membuat penampilan dalam film Cats sebagai Bombalurina.

    Cats akan dirilis pada 12 Desember mendatang, satu hari sebelum hari ulang tahun Taylor Swift. 

  • MICE-PNJ Sukses Selenggarakan Eupopria 2025 di MBloc Creative Hall

    MICE-PNJ Sukses Selenggarakan Eupopria 2025 di MBloc Creative Hall

    Jakarta: Program Studi MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) sukses menggelar rangkaian acara Eupopria 2025 yang diadakan dua hari berturut-turut pada 14–15 Juni 2025 di Creative Hall, MBloc Space, Jakarta.
     
    Acara diawali dengan sambutan dari Kepala Jurusan Administrasi Niaga, Dr. Dra. Iis Mariam, M.Si., yang menyampaikan harapan agar Eupopria sebagai hasil nyata pembelajaran praktik di Prodi MICE dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lain dalam berkarya dan mengembangkan diri di bidang MICE.
     
    Selanjutnya, Direktur Politeknik Negeri Jakarta, Dr. Syamsurizal, S.E., M.M., turut menyampaikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan Eupopria 2025. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai sarana pembelajaran langsung mengenai industri kreatif dan event.
     
    Direktur dari Kementerian Ekonomi Kreatif, Romi Astuti, S.E., M.M., juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini, seraya menyampaikan bahwa kegiatan seperti Eupopria merupakan wujud dukungan nyata terhadap UMKM dan penguatan strategi bisnis di kalangan generasi muda
     
    “Kami sangat mendukung acara seperti Eupopria karena memperlihatkan bagaimana mahasiswa sudah mulai memahami seperti apa dunia industri nantinya. Ini adalah bentuk pembelajaran langsung yang berdampak nyata, khususnya dalam mendorong semangat wirausaha di sektor kreatif,” ujar Romi.
     
    Ia menambahkan harapan agar Eupopria dapat memberikan hasil yang baik bagi Politeknik Negeri Jakarta, serta terus berkembang menjadi ajang tahunan untuk mengembangkan bisnis dan inovasi mahasiswa di bidang kreatif.

     

     
    Rangkaian Kegiatan Eupopria 2025
    Eupopria 2025 dimulai pada 14 Juni dengan talkshow bertajuk “Menguatkan Identitas, Meningkatkan Daya Saing” yang mengangkat pentingnya strategi branding di tengah persaingan industri kreatif. Hadir sebagai pembicara adalah Akbar Moujahid (Brand Activist) dan Ify Bustami (Business Consultant) yang membagikan wawasan seputar membangun identitas merek yang kuat.
     
    Sepanjang hari, pengunjung dapat mengeksplorasi pameran “Local to Global” yang menampilkan berbagai produk dari UMKM lokal di bidang kuliner, kriya, dan fashion. Pameran ini menjadi wadah promosi sekaligus apresiasi bagi karya anak bangsa.
     
    Talkshow kedua, “From Inspired to Inspiring”, menghadirkan Shoofi A. Salsabila (Movie Post Producer, Galerien Films) dan Putri Hadya (Game Creative Manager, IOTA Kreatif Media), yang membahas proses kreatif dalam industri film dan gim. Malam harinya, Eupopria dimeriahkan oleh penampilan musik akustik Azka dan Ael Sungkhar, serta sesi karaoke BTS Noraebang. 
     
    Pada 15 Juni, suasana santai tercipta sejak pagi dengan sesi chit-chat dan aktivasi tenant. Berbagai program interaktif seperti Guess or Spin Games, talkshow dari tenant Canteen Negara, serta penampilan musik dari Rafi Ata & Newton mengisi waktu hingga sore hari.
     
    Malam harinya ditutup dengan karaoke party bertema “DIVAS UNITE!: Global Beats, Local Heat”, yang membawakan lagu-lagu dari diva internasional seperti Taylor Swift dan Olivia Rodrigo hingga musisi Indonesia yang mendunia seperti NIKI dan No Na. Kemeriahan Eupopria mencapai puncaknya lewat FRIDAY Noraebang.
     
    Selama dua hari, Eupopria juga menghadirkan booth interaktif dan berbagai ruang kreasi yang memperkuat partisipasi pengunjung. Perpaduan edukasi, hiburan, dan kolaborasi menjadikan acara ini sebagai contoh nyata penerapan pembelajaran berbasis praktik yang diusung Prodi MICE PNJ. 

    Jakarta: Program Studi MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) sukses menggelar rangkaian acara Eupopria 2025 yang diadakan dua hari berturut-turut pada 14–15 Juni 2025 di Creative Hall, MBloc Space, Jakarta.
     
    Acara diawali dengan sambutan dari Kepala Jurusan Administrasi Niaga, Dr. Dra. Iis Mariam, M.Si., yang menyampaikan harapan agar Eupopria sebagai hasil nyata pembelajaran praktik di Prodi MICE dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lain dalam berkarya dan mengembangkan diri di bidang MICE.
     
    Selanjutnya, Direktur Politeknik Negeri Jakarta, Dr. Syamsurizal, S.E., M.M., turut menyampaikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan Eupopria 2025. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai sarana pembelajaran langsung mengenai industri kreatif dan event.
     
    Direktur dari Kementerian Ekonomi Kreatif, Romi Astuti, S.E., M.M., juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini, seraya menyampaikan bahwa kegiatan seperti Eupopria merupakan wujud dukungan nyata terhadap UMKM dan penguatan strategi bisnis di kalangan generasi muda
     
    “Kami sangat mendukung acara seperti Eupopria karena memperlihatkan bagaimana mahasiswa sudah mulai memahami seperti apa dunia industri nantinya. Ini adalah bentuk pembelajaran langsung yang berdampak nyata, khususnya dalam mendorong semangat wirausaha di sektor kreatif,” ujar Romi.
     
    Ia menambahkan harapan agar Eupopria dapat memberikan hasil yang baik bagi Politeknik Negeri Jakarta, serta terus berkembang menjadi ajang tahunan untuk mengembangkan bisnis dan inovasi mahasiswa di bidang kreatif.
     
     

     

    Rangkaian Kegiatan Eupopria 2025

    Eupopria 2025 dimulai pada 14 Juni dengan talkshow bertajuk “Menguatkan Identitas, Meningkatkan Daya Saing” yang mengangkat pentingnya strategi branding di tengah persaingan industri kreatif. Hadir sebagai pembicara adalah Akbar Moujahid (Brand Activist) dan Ify Bustami (Business Consultant) yang membagikan wawasan seputar membangun identitas merek yang kuat.
     
    Sepanjang hari, pengunjung dapat mengeksplorasi pameran “Local to Global” yang menampilkan berbagai produk dari UMKM lokal di bidang kuliner, kriya, dan fashion. Pameran ini menjadi wadah promosi sekaligus apresiasi bagi karya anak bangsa.
     
    Talkshow kedua, “From Inspired to Inspiring”, menghadirkan Shoofi A. Salsabila (Movie Post Producer, Galerien Films) dan Putri Hadya (Game Creative Manager, IOTA Kreatif Media), yang membahas proses kreatif dalam industri film dan gim. Malam harinya, Eupopria dimeriahkan oleh penampilan musik akustik Azka dan Ael Sungkhar, serta sesi karaoke BTS Noraebang. 
     
    Pada 15 Juni, suasana santai tercipta sejak pagi dengan sesi chit-chat dan aktivasi tenant. Berbagai program interaktif seperti Guess or Spin Games, talkshow dari tenant Canteen Negara, serta penampilan musik dari Rafi Ata & Newton mengisi waktu hingga sore hari.
     
    Malam harinya ditutup dengan karaoke party bertema “DIVAS UNITE!: Global Beats, Local Heat”, yang membawakan lagu-lagu dari diva internasional seperti Taylor Swift dan Olivia Rodrigo hingga musisi Indonesia yang mendunia seperti NIKI dan No Na. Kemeriahan Eupopria mencapai puncaknya lewat FRIDAY Noraebang.
     
    Selama dua hari, Eupopria juga menghadirkan booth interaktif dan berbagai ruang kreasi yang memperkuat partisipasi pengunjung. Perpaduan edukasi, hiburan, dan kolaborasi menjadikan acara ini sebagai contoh nyata penerapan pembelajaran berbasis praktik yang diusung Prodi MICE PNJ. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)