Tag: Taufiqurrahman

  • Penjual Janur Kelapa Bermunculan di Pasar Tradisional Blora

    Penjual Janur Kelapa Bermunculan di Pasar Tradisional Blora

    Blora (beritajatim.com) – Penjual janur kelapa mulai bermunculan di pasar tradisional Blora, Jawa Tengah, Minggu (14/4/2024). Harga yang dipatok oleh para pedagang ini Rp5 ribu per 10 helai. Ada juga janur yang sudah dirakit menjadi ketupat. Tentu harganya berbeda.

    Kondisi itu nampak di pasar tradisional Sido Makmur Blora. Di pasar ini penjual janur sudah terlihat saat H+1 lebaran Idulfitri 145 H. Sedangkan perayaan lebaran ketupat dilaksanakan pada H+7 lebaran.

    Sukijan, penjual janur kelapa asal Kaliweden Blora mengatakan, mengatakan aktivitas musiman dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga. Dia setiap tahun menjual daun kelapa yang masih muda itu. “Alhamdulilah, rezeki mengalir berkat janur,” kata Sukijan.

    Hal senada diungkapkan Sarmi, pedagang lainnya. Dia mengungkapkan menjual janur mulai H+1 Idulfitri 1445 Hijriah. Sarmi mendapat kiriman janur kelapa dari Kebumen. Satu ikat berisi 50 helai janur harganya Rp20 ribu.

    Sedangkan satu ikat yang terdiri 10 helai janur harganya Rp5 ribu. Selain menyediakan janur kelapa, ia juga menyediakan selongsong ketupat dan tali pengikat lepet serta buah kelapa tua untuk membuat santan sayur.

    “Pembeli yang menghendaki selongsong ketupat yang sudah jadi saya sediakan, bahkan saya buatkan langsung, harganya Rp10 ribu per 10 buah,” kata Sarmi sebagaimana dikutip dari lama resmi Pemkab Blora.

    Warga yang ke pasar membeli dagangan yang dijual oleh Sarmi dan pedagang lainnya. Dengan membeli selongsong, warga tidak usah repot untuk merangkai janur. Sehingga mereka tinggal memasak. Ketupat tersebut kemudian diantara ke sanak saudara.

    “Setahun sekali, buat ketupat dan lepet dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke saudara. Ini tradisi setiap H+7 lebaran,” kata Siti, salah seorang warga Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo.

    Tidak hanya di pasar Sido Makmur Blora, penjual janur kelapa juga bermunculan di Pasar Desa Gedongsari, Pasar Jepon , Pasar Tradisional Banjarejo, Ngawen dan pasar tradisional lainnya di Kabupaten Blora.

    Ketupat atau kupat dibuat dari beras, dinikmati dengan sayur kuah santan. Sedangkan lepet dibuat dari bahan ketan dicampur parutan kelapa dan beberapa ditambah kacang tholo.

    Beberapa warga di pedesaan, pada pagi hari Lebaran Ketupat biasanya menggelar hajatan yang dipusatkan di rumah perangkat desa atau tokoh masyarakat.

    Selain itu, beberapa warga Blora juga berwisata sambil membawa bekal ketupat dan lepet ke pantai seperti di pantai Kartini Rembang atau di pantai wilayah Kabupaten Jepara.

    Istilah ketupat kerap digunakan untuk parikan pada acara tertentu, misalnya, kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan).

    “Itu menarik, bagian dari kearifan lokal, karena masih dalam suasana lebaran atau di bulan Syawal dan saling bermaafan,” ucap Mohammad Taufiqurrahman, peminat tradisi kupatan asal Kecamatan Randublatung, Blora. [suf]

  • Ramadhan, Pesantren Tebuireng Jombang Kupas Kitab Karya KH Hasyim Asyari

    Ramadhan, Pesantren Tebuireng Jombang Kupas Kitab Karya KH Hasyim Asyari

    Jombang (beritajatim.com) – Datangnya bulan suci Ramadhan tidak disia-siakan begitu saja oleh pondok pesantren Tebuireng Jombang. Berbagai kegiatan dilakukan. Salah satunya adalah kajian kitab klasik yang merupakan karya ulama besar.

    Selain itu, pesantren Tebuireng Jombang juga menggelar kajian kitab Shahih Bukhari. Tradisi membaca hadits ini sudah ada sejak Pesantren Tebuireng didirikan oleh KH M Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim) pada 1899.

    Sedangkan kitab klasik karya Mbah Hasyim yang dibuat untuk ngaji kilatan di antaranya berjudul Hadzihi Risalah Jamiah Maqasid, Risalah Ahli Sunah Wal Jamaah, serta Irsyadul Mu’minin. Selain itu juga kitab Nurudz Dzolam, karya Syaikh Nawawi Al-Bantani.

    “Tentunya juga kajian Shohih Bukhori yang notabene sudah menjadi tradisi yang terus dipertahankan sejak masa pendiri Pesantren Tebuireng KH. Hasyim Asyari, hingga saat ini,” ujar pengasuh pesantren Tebuireng Putri, KH Fahmi Amrullah Hadzik atau Gus Fahmi, Selasa (12/3/2024).

    Gus Fahmi menjelaskan bahwa kajian tersebut dilakukan dua kali, yakni pukul 08.30 – 13.00 WIB dan pukul 15.30 – 17.30 WIB atau ba’da asar bertempat di serambi masjid induk pesantren Tebuireng Jombang.

    Sejumlah kiai dan ustaz dihadirkan untuk mengampu pengajian khusus Ramadhan tersebut. Semisal Gus Fahmi yang mengampu kajian kitab Miftahul Falahi. Kitab kuning ini membahas panjang lebar tentang bab nikah. Mulai dari rukun-rukun nikah, syarat-syarat nikah, serta adab-adab nikah.

    Kitab Miftahul Falahi merupakan karya cucu Hadratusyaikh KH Hasyim Asyari, KH Ishomudin Hadzik atau Gus Ishom. Kitab Miftahul Falahi melengkapi kitab Dhou’ul Misbah, karya KH Hasyim Asyari. Oleh sebab itu, Miftahul Falahi lebih banyak mengupas hadist yang berhubungan dengan pernikahan.

    Selain itu juga ada KH Taufiqurrahman, pengasuh PPSA (Pondok Pesantren Sunan Ampel) Jombang yang ikut membedah kajian kitab kuning. Waktunya setelah salat tarawih. Sementara KH Syakir Ridlwan menyampaikan kajian kitab lainnya.

    “Waktunya ba’da subuh, ba’da zuhur, ba’da asar, serta setelah tarawih. Itu untuk pondok putra. Sedangkan di pondok putri juga dilakukan kajian serupa. Sehingga kita benar-benar mengisi Ramadhan denga kegiatan yang bermanfaat,” ujar Gus Fahmi. [suf]