Tag: Tasya Kamila

  • Lambung Ibunda Tasya Kamila Tersisa 15 Persen pasca Operasi Bariatrik demi Turun BB

    Lambung Ibunda Tasya Kamila Tersisa 15 Persen pasca Operasi Bariatrik demi Turun BB

    Jakarta

    Ibunda selebriti Tasya Kamila menjalani operasi bariatrik atau pemotongan lambung. Menurut Tasya, operasi tersebut dilakukan karena ibunya gagal diet selama 25 tahun.

    Ibunda Tasya sudah menjalani diet sejak tahun 2000. Pada awalnya, berat badan ibunya turun belasan kilogram, tapi setelah itu naik secara drastis. Setelah berkonsultasi dengan dokter, sang ibu memutuskan untuk operasi bariatrik pemotongan lambung.

    “Sekarang lambung mama sisa 15 persen aj, segede sedotan boba,” tulis Tasya di akun Instagramnya.

    Lantas, apa sebenarnya operasi bariatrik dan jenis-jenisnya? Siapa saja yang menjadi kandidat untuk bisa melakukan operasi ini?

    Apa Itu Operasi Bariatrik?

    Operasi bariatrik atau yang disebut operasi penurunan berat badan, merupakan kategori operasi bedah untuk membantu pengidap obesitas menurunkan berat badan. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, dokter bisa merekomendasikan operasi ini jika metode penurunan berat badan lain yang dilakukan tidak berhasil, sera obesitas tampak menimbulkan risiko kesehatan lebih besar dibandingkan operasi.

    Prosedur bedah bekerja dengan memodifikasi sistem pencernaan, biasanya lambung, terkadang juga usus halus, untuk mengatur jumlah kalori yang bisa dikonsumsi dan diserap. Selain itu, prosedur ini juga bisa mengurangi sinyal lapar yang dikirim sistem pencernaan ke otak.

    Jenis-jenis Operasi Bariatrik

    Operasi bariatrik terdiri dari beberapa jenis. Berikut di antaranya:

    1. Gastric Sleeve

    Gastric sleeve dilakukan dengan mengangkat sebagian besar lambung, sekitar 80%, dan menyisakan kantong panjang seperti tabung. Lambung yang lebih kecil ini tidak bisa menampung banyak makanan dan memproduksi lebih sedikit hormon ghrelin pengatur nafsu makan, yang bisa mengurangi keinginan makan.

    2. Gastric Bypass

    Operasi ini bekerja dengan mengurangi jumlah makanan yang bisa didapat dalam sekali makan dan mengurangi penyerapan lemak dan kalori.

    Dikutip dari laman Mayo Clinic, dokter bedah akan memotong bagian atas lambung, memisahkannya dari bagian lambung lainnya. Kantung yang dihasilkan, berukuran kira-kira sebesar kacang kenari dan hanya bisa menampung sekitar 30 ml makanan. Biasanya lambung hanya menampung 90 ml makanan.

    Dokter juga memotong usus halus dan sebagiannya disambungkan ke kantung tersebut. Jadi, makanan yang masuk tidak melewati sebagian besar lambung dan bagian awal usus halus, tapi langsung ke bagian tengah usus halus.

    3. Biliopancreatic diversion with duodenal switch

    Biliopancreatic diversion with duodenal switch menggabungkan gastric sleeve dan intestinal bypass (prosedur yang yang melibatkan pemendekan usus halus). Secara signifikan, operasi ini mengurangi hormon lapar yang diproduksi di usus halus dan perut, serta membatasi seberapa banyak nutrisi yang bisa diserap usus halus.

    Siapa Saja yang Bisa Melakukan Operasi Bariatrik?

    Secara umum, operasi bariatrik bisa menjadi pilihan jika seseorang:

    Memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) 40 atau lebih (obesitas ekstrem)Memiliki IMT 35 hingga 39,9 atau yang disebut obesitas, serta memiliki masalah kesehatan serius terkait berat badan, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi.

    BMI memang mudah diukur, tapi beberapa tes medis mungkin perlu dilakukan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan terkait obesitas.

    Risiko Menjalani Operasi Bariatrik

    Seperti operasi besar, bariatrik juga memiliki risiko kesehatan potensial, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Beberapa risiko operasi bariatrik meliputi:

    Pendarahan berlebihan.Infeksi.Reaksi terhadap anestesi.Gumpalan darah.Masalah paru-paru atau pernapasan.Kebocoran dalam sistem gastrointestinal.

    Selain itu, risiko dan komplikasi jangka panjang dari operasi penurunan berat badan bisa bervariasi. Risiko tersebut bisa meliputi:

    Obstruksi usus.Sindrom dumping, suatu kondisi yang menyebabkan diare, muka memerah, pusing, mual atau muntah.Batu empedu.Hernia.Gula darah rendah, disebut hipoglikemia.Malnutrisi.Muntah.Refluks asam.Kebutuhan untuk operasi atau prosedur kedua

    (elk/kna)

  • Ibunda Tasya Kamila Jalani Operasi Bariatrik usai 25 Tahun Gagal Diet

    Ibunda Tasya Kamila Jalani Operasi Bariatrik usai 25 Tahun Gagal Diet

    Jakarta

    Selebriti Tasya Kamila membagikan pengalaman sang ibu, Isverina Andriany, yang menjalani operasi bariatrik atau pemotongan lambung belum lama ini.

    Tasya mengatakan operasi bariatrik itu dilakukan setelah ibunya gagal diet selama 25 tahun.

    “Gagal diet selama 25 tahun berujung obesitas tingkat 3 akhirnya Mamaku jalani Operasi Bariatrik potong lambung,” tulis Tasya dalam keterangan unggahannya dikutip detikcom, Rabu (1/10/2025).

    Tasya bercerita, sang bunda sudah menjalani diet di tahun 2000. Kala itu ibunya berhasil menurunkan berat badan sebanyak belasan kilogram. Tetapi setelah itu, beratnya naik secara drastis.

    Meski telah mencoba banyak cara, upaya penurunan berat badan ibunya tidak berhasil. Sejak 2020 hingga saat ini berat badan ibunda Tasya stagnan di antara 105-110 kilogram.

    Kondisi tersebut berdampak buruk terhadap kesehatan ibunda Tasya Kamila.

    “Mamaku sudah obesitas tingkat tiga dan dampaknya mamaku menderita: diabetes melitus dan komplikasinya, fatty liver, kolesterol, darah tinggi, sleep apnea (mendengkur parah), Mobilitas terganggu, lutut bermasalah, susah gerak, dan makin nggak suka olahraga,” ungkapnya.

    Putuskan operasi bariatrik

    Ibu Tasya Kamila juga kehilangan kepercayaan diri karena penampilannya sampai tak mau difoto. Setelah berkonsultasi dengan dokter, sang ibu akhirnya memutuskan untuk operasi bariatrik pemotongan lambung.

    “Dengan potong lambung, otomatis volume kemampuan makannya berkurang. Selain itu, di lambung juga ada pusat selera makan yang mana itu juga akan dibuang,” ungkapnya.

    Menyoal operasi bariatrik

    Operasi bariatrik atau potong lambung adalah kategori operasi bedah yang bertujuan membantu penyandang obesitas menurunkan berat badan. Dokter dapat merekomendasikan operasi bariatrik jika metode penurunan berat badan lain tidak berhasil dan jika obesitas tampaknya menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, prosedur bedah bariatrik bekerja dengan memodifikasi sistem pencernaan, biasanya lambung, dan terkadang juga usus halus, untuk mengatur jumlah kalori yang dikonsumsi dan serap. Prosedur ini juga dapat mengurangi sinyal lapar yang dikirim dari sistem pencernaan ke otak.

    Sebagai catatan, operasi bariatrik tidak cocok untuk semua orang yang obesitas. Pasien perlu memenuhi pedoman medis tertentu agar memenuhi syarat untuk operasi penurunan berat badan. Pasien juga harus bersedia melakukan perubahan permanen untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Semangat MengEMASkan Indonesia, Pegadaian Goes to Campus untuk Bantu Kaum Muda Melek Finansial – Halaman all

    Semangat MengEMASkan Indonesia, Pegadaian Goes to Campus untuk Bantu Kaum Muda Melek Finansial – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pegadaian bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan acara Pegadaian Goes to Campus di Universitas Indonesia (UI). Program ini bertujuan untuk memberikan wawasan keuangan yang lebih luas kepada mahasiswa, sekaligus mengenalkan inovasi investasi emas yang aman dan menguntungkan.

    Di tengah era digital yang penuh tantangan finansial, literasi keuangan menjadi faktor penting bagi generasi muda dalam mengelola keuangan mereka dengan bijak.

    Acara yang diselenggarakan di Auditorium Soeria Atmadja, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI ini dibuka oleh Pemimpin PT Pegadaian Wilayah Jakarta 1, Ngadenan. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa generasi muda harus memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik agar dapat mencapai stabilitas finansial di masa depan.

    “Pegadaian sangat terbuka untuk generasi muda agar lebih melek investasi. Generasi muda perlu punya pengelolaan keuangan yang baik untuk mencapai financial freedom di masa depan, dan seluruh karyawan atau Insan Pegadaian siap membantu masyarakat dalam berinvestasi, terutama pada produk layanan Bank Emas Pegadaian,” ujar Ngadenan (05/03).

    Sementara itu, Arief Wibisono Lubis, Ph.D. yang merupakan Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI turut menyampaikan antusiasmenya terkait kegiatan ini.

    “Kami sangat menyambut kegiatan literasi finansial seperti ini, UI juga terbilang sering mengadakan kegiatan literasi finansial karena menyadari pentingnya inklusi keuangan bagi seluruh mahasiswa,” ucapnya.

    Acara ini menghadirkan pemaparan dari Andi Tito Pratama, Kepala Bagian Direktorat Pengaturan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, mengenai Kegiatan Usaha Bullion dalam Perspektif UU Nomor 4 Tahun 2023. Fokus utama pembahasan adalah peran regulasi dalam menjaga ekosistem keuangan yang sehat dan transparan, termasuk di industri bullion.

    Selain itu, acara ini juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi generasi muda dalam mengelola keuangan. Tasya Kamila, sebagai public figure sekaligus milenial yang aktif berinvestasi, turut berbagi pengalaman tentang pentingnya literasi finansial bagi anak muda.

    “Kita sejak kuliah sudah harus mulai memikirkan tentang finansial, ke depannya mau melanjutkan apa, apakah mau melanjutkan kuliah S2, dan jika sudah ada tabungan akan lebih aman untuk menentukan pilihan,” tuturnya.

    Senior Vice President Bisnis Bullion PT Pegadaian, Kadek Eva Suputra, menyampaikan tentang inovasi layanan Bank Emas Pegadaian yang diresmikan oleh Presiden RI pada 26 Februari 2025 lalu sebagai pelopor layanan emas terintegrasi pertama di Indonesia.

    “Melalui Bullion Services atau Bank Emas Pegadaian, masyarakat kini memiliki akses lebih luas terhadap berbagai layanan keuangan berbasis emas, mulai dari simpanan emas, pembiayaan, perdagangan, hingga penitipan emas. Ini menjadi langkah besar dalam mengembangkan ekosistem emas nasional,” ujarnya.

    Kadek juga menekankan bahwa emas adalah instrumen investasi yang stabil dan tahan terhadap inflasi. Ia mengajak mahasiswa untuk mulai mempertimbangkan investasi emas sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang mereka.

    Keberhasilan acara ini semakin mengukuhkan komitmen Pegadaian dalam menyediakan solusi keuangan yang inklusif serta mendukung pemberdayaan masyarakat. Diharapkan, para mahasiswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari dan mulai membentuk kebiasaan finansial yang sehat sejak dini. (*)