Tag: Tarik Jasarevic

  • Video Kritik Klaim Tylenol Trump, WHO Ingatkan Kebijakan Berlandaskan Sains

    Video Kritik Klaim Tylenol Trump, WHO Ingatkan Kebijakan Berlandaskan Sains

    Jakarta

    Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan jajarannya terkait keterkaitan Tylenol dan vaksin terhadap autisme bikin geger. Setelah diprotes oleh kalangan medis dan peneliti autisme, kini giliran WHO (World Health Organization) alias Organisasi Kesehatan Dunia yang angkat bicara.

    Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengingatkan agar penanganan isu kesehatan dilakukan dengan mencermati secara benar landasan sainsnya. “Sekali lagi kami sangat berharap semua badan kesehatan nasional yang menangani berbagai isu kesehatan akan benar-benar mencermati apa yang dikatakan sains,” jelas Tarik saat dimintai pendapat seputar kontroversi ini.

    “Ada beberapa studi observasional yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara paparan asetaminofen (bahan aktif dalam Tylenol) atau parasetamol sebelum kelahiran dengan autisme. Namun, buktinya tetap tidak konsisten,” tegasnya.

    Sebelumnya, Donald Trump ditemani Menteri Kesehatan (Menkes) AS Robert F. Kennedy Jr. mengatakan di konferensi pers, Senin (22/9), bahwa ada keterkaitan antara konsumsi Tylenol pada ibu hamil dengan autisme. “Asetaminofen, yang pada dasarnya dikenal sebagai Tylenol selama kehamilan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko autisme,” ucap Trump.

    Tonton berita video lainnya di sini…

    (/)

    donald trump trump who tylenol asetaminofen autisme sains

  • Rusia Khawatir dengan Serangan Terbaru Israel ke Gaza

    Rusia Khawatir dengan Serangan Terbaru Israel ke Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Israel kembali melakukan serangan besar-besaran ke Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025 yang menewaskan lebih dari 400 orang warga Palestina. Serangan Israel ini menuai kecaman dari dunia internasional.

    Rusia memperingatkan soal kemungkinan ‘spiral eskalasi’ di tengah serangan terbaru Israel di Gaza. Serangan tersebut menewaskan mayoritas wanita dan anak-anak.

    “Situasi yang makin memburuk, kembalinya ketegangan yang meningkat, inilah yang membuat kami khawatir,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan di Moskow dilaporkan Anadolu Agency.

    Peskov menyebut Rusia akan terus memantau situasi di Gaza dan berharap agar situasi kembali ke arah yang damai.

    Sejak serangan Oktober 2023, Israel telah membunuh 48.500 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 112.000 lainnya mengalami luka-luka.

    Dunia internasional telah berulang kali mengecam tindakan Israel yang melakukan genosida di Gaza. Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Keduanya dinilai sebagai dua orang yang harus bertanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Tak hanya perintah penangkapan, Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena genosida di Gaza.

    Palestina desak dunia internasional

    Terkait serangan yang kembali digencarkan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak dunia internasional untuk segera bertindak agar Israel tak lagi melakukan serangan. 

    “Gangguan terhadap upaya internasional untuk membangun kembali Gaza dan penghindaran Israel terhadap kewajiban gencatan senjata,” demikian pernyataannya.

    “Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menegakkan penghentian agresi segera dan memperingatkan terhadap upaya pendudukan untuk melaksanakan rencananya untuk menggusur rakyat kami,” kata kementerian tersebut.

    Fasilitas kesehatan rusak

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    Israel Kembali Membombardir Gaza, Palestina Desak Dunia Internasional Bertindak

    PIKIRAN RAKYAT – Warga Palestina di Gaza kembali dalam situasi yang menakutkan setelah Israel melakukan serangan udara besar-besaran pada Selasa, 18 Maret 2025.

    Dalam laporan terbaru yang dirilis otoritas setempat, serangan tersebut menewaskan lebih dari 400 orang. Lebih dari 500 orang juga dilaporkan mengalami luka-luka.

    Para korban yang mayoritas warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak dibom rumahnya pada malam hari. Saat warga Gaza tertidur lelap, Israel melakukan agresi yang menuai kecaman banyak pihak.

    Terkait serangan yang kembali digencarkan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Luar Negeri Palestina mendesak dunia internasional untuk segera bertindak agar Israel tak lagi melakukan serangan. 

    “Gangguan terhadap upaya internasional untuk membangun kembali Gaza dan penghindaran Israel terhadap kewajiban gencatan senjata,” demikian pernyataannya seperti dilaporkan Anadolu Agency.

    “Kami menyerukan sikap internasional yang tegas untuk menegakkan penghentian agresi segera dan memperingatkan terhadap upaya pendudukan untuk melaksanakan rencananya untuk menggusur rakyat kami,” kata kementerian tersebut.

    Sejak kampanye brutal Israel di Gaza Oktober 2023 lalu, Israel telah menewaskan 48.500 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Selain itu, 112.000 warga Gaza mengalami luka-luka.

    Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah untuk menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant.

    Keduanya disebut telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida Mahkamah Internasional.

    Fasilitas Kesehatan rusak

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Rusia Khawatir dengan Serangan Terbaru Israel ke Gaza

    Apa yang Terjadi di Gaza Tidak Terbayangkan, Gencatan Senjata Harus Segera Dipulihkan

    PIKIRAN RAKYAT – Jalur Gaza mengalami penderitaan yang tak terbayangkan imbas agresi Israel yang kembali terjadi beberapa hari terakhir. Hal ini dikatakan Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk wilayah Palestina yang diduduki, Muhannad Hadi.

    Pada Selasa, 18 Maret 2025, Israel melakukan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza. Akibat serangan Israel itu, dilaporkan bahwa 326 warga Palestina meninggal dunia.

    Dari 326 warga Palestina yang meninggal dunia dalam serangan tersebut, 130 di antaranya merupakan anak-anak. Ini merupakan jumlah kematian anak-anak terbesar dalam sehari sejak setahun terakhir.

    “Apa yang terjadi di Jalur Gaza tidak terbayangkan, dan gencatan senjata harus segera dipulihkan,” katanya dilaporkan WAFA.

    “Mengakhiri permusuhan, menyediakan bantuan kemanusiaan berkelanjutan, membebaskan sandera, dan memulihkan layanan dasar dan mata pencaharian adalah satu-satunya jalan ke depan,” tuturnya.

    Dampak serangan Israel ini juga telah menyebabkan banyak fasilitas medis di Gaza rusak. Palang Merah Internasional memperingatkan soal kondisi ekstrem yang bisa mengganggu fasilitas kesehatan di Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengonfirmasi kekurangan obat-obatan di Jalur Gaza yang juga telah dikonfirmasi oleh Palang Merah Palestina (PRCS).

    “Banyak fasilitas medis benar-benar kewalahan di seluruh Gaza”, kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

    Della Longa mengatakan fasilitas medis sedang berjuang dengan jumlah pasien dan tekanan pada persediaan medis yang semakin menipis.

    “Terjadi kekurangan makanan, perlengkapan, dan bahan bakar,” katanya.

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic memperingatkan bahwa stok obat-obatan semakin menipis.

    “Sayangnya, karena kekurangan obat-obatan ini, ada risiko petugas kesehatan tidak dapat memberikan perawatan untuk berbagai kondisi medis, tidak hanya untuk cedera trauma,” katanya kepada wartawan.

    Kondisi fasilitas medis di Gaza yang mengkhawatirkan ini juga diperparah dengan ditutupnya akses bantuan. Padahal, WHO memiliki 16 truk berisi persediaan medis yang siap memasuki Gaza, yang mana untuk itu diperlukan gencatan senjata dan akses. 

    Doctors Without Borders (MSF) melaporkan bahwa timnya menerima banyak korban luka di rumah sakit lapangan, klinik, dan Rumah Sakit Nasser.

    “Jenis cederanya sangat parah, mulai dari amputasi hingga kasus ortopedi kompleks dan luka bakar,” kata Mohammed Abu Mughaisib, wakil koordinator medis organisasi tersebut di Gaza selatan.

    Sementara itu, kepala departemen darurat MSF, Claire Nicolet, yang saat ini berada di Gaza, mengatakan keadaan sungguh mengerikan selama 20 menit, dengan bom berjatuhan di mana-mana.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Video Sulitnya Penanganan Kasus Penyakit Misterius di Kongo

    Video Sulitnya Penanganan Kasus Penyakit Misterius di Kongo

    Jakarta – Laporan menunjukkan sebanyak 431 orang terjangkit penyakit misterius di Kongo. Data juga menunjukkan 53 orang tewas akibat penyakit ini. Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, menuturkan sulitnya akses menuju daerah ini karena lokasinya yang terpencil dan kapasitas laboratorium serta infrastruktur yang terbatas.

    (/)

  • Video Hasil Uji Sampel Pasien Terjangkit Penyakit Misterius di Kongo

    Video Hasil Uji Sampel Pasien Terjangkit Penyakit Misterius di Kongo

    Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, menyampaikan hasil uji sampel pada orang yang terjangkit penyakit misterius di Kongo. Tarik menyebut berdasarkan 13 sampel yang diuji, hasilnya negatif Ebola dan Marburg. Data terbaru diketahui ada 431 kasus dan tercatat 53 kematian akibat penyakit tersebut.

  • Ini Negara yang Paling Terdampak Buntut AS Keluar dari Keanggotaan WHO

    Ini Negara yang Paling Terdampak Buntut AS Keluar dari Keanggotaan WHO

    Jakarta

    Afrika disebut menjadi negara paling terdampak dari keluarnya Amerika Serikat terkait keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini disebut membahayakan pembiayaan kesehatan masyarakat.

    Ada kekhawatiran Donald Trump dapat memotong atau menarik dukungan untuk rencana darurat Presiden AS pada bantuan AIDS (PEPFAR), sebuah dana penjangkauan bagi sebagian besar orang Afrika yang hidup dengan HIV/AIDS di benua itu.

    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) menyebut negaranya perlu ‘memutar otak’ untuk mengamankan pembiayaan terkait.

    “Kami tahu peran yang telah dimainkan WHO di benua itu untuk benar-benar meningkatkan penyediaan program perawatan kesehatan masyarakat di Afrika. Dan ya, pengurangan pendanaan AS pasti akan berpengaruh,” kata Ngashi Ngongo, pejabat senior CDC Afrika, dikutip dari Reuters Jumat (24/1/2025).

    “Namun, sekali lagi, inilah saatnya bagi negara-negara anggota Afrika untuk memikirkan kembali pembiayaan untuk kesehatan masyarakat,” lanjut Ngongo.

    CDC Afrika menyebut dalam dua tahun terakhir telah mendorong sejumlah wilayah untuk secara mandiri mengembangkan pembiayaan kesehatan publik di level lokal, agar tidak mengganggu penanganan penyakit maupun wabah.

    Proses permintaan keluarnya AS dari WHO secara regulasi, baru bisa diresmikan setahun setelah diajukan, yakni Januari 2025. WHO menyesalkan keputusan tersebut, mengingat telah banyak kerja sama dan kontribusi AS sebagai penyumbang terbesar di pendanaan WHO.

    “Kami berharap Amerika Serikat akan mempertimbangkannya kembali,” kata juru bicara badan kesehatan PBB, Tarik Jasarevic.

    AS bergabung dengan WHO pada 1948 setelah resolusi bersama disahkan oleh kedua kamar Kongres, yang mengharuskan negara tersebut memberikan pemberitahuan satu tahun untuk meninggalkan organisasi tersebut.

    (naf/kna)