Tag: Tantowi Yahya

  • Kemenekraf sambut dukungan IKA NHI untuk memperkuat ekonomi kreatif

    Kemenekraf sambut dukungan IKA NHI untuk memperkuat ekonomi kreatif

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menyambut komitmen Ikatan Alumni National Hotel Institute (IKA NHI) Bandung untuk mendukung upaya penguatan ekosistem ekonomi kreatif.

    Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya saat menerima audiensi perwakilan IKA NHI Bandung di Jakarta pada Senin (10/11) menyampaikan bahwa Kemenekraf tidak bisa bekerja sendiri untuk mencapai target peningkatan ekonomi kreatif.

    “Kami coba pendekatan kolaborasi hexahelix yang harapannya bisa menghubungkan antar kementerian dengan stakeholder strategis seperti IKA NHI,” katanya sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian yang dikonfirmasi pada Selasa.

    “Kami siap bekerja sama dengan IKA NHI untuk menggiatkan dan memperkuat jaringan alumninya sehingga menjadi bagian penting dalam ekosistem kreatif nasional yang tangguh dan berdaya saing global,” katanya.

    Dalam hal ini, Kemenekraf dan IKA NHI dalam jangka pendek bisa bekerja sama dalam upaya penyediaan sumber daya manusia, pelatihan kewirausahaan kreatif, dan pelaksanaan program inkubasi bisnis rintisan pada 2025.

    Kedua pihak dapat menjalin kerja sama jangka menengah hingga tahun 2027 dalam upaya untuk meningkatkan ekspor produk kreatif serta membangun kolaborasi jangka panjang sampai 2029 untuk membantu promosi daerah dan membentuk hub ekonomi kreatif.

    “Kolaborasi bisa dimulai dengan strategi menandatangani MoU terlebih dahulu, setelah sepakat maka bisa kita jalankan ekosistem ekonomi kreatif bersama,” kata Menteri Ekonomi Kreatif.

    Ketua Umum IKA NHI 2025-2029 Tantowi Yahya menyampaikan bahwa anggota IKA NHI bisa menjadi mentor, pengembang, dan fasilitator untuk membantu pengembangan usaha kreatif seperti kuliner dan fesyen.

    “IKA NHI juga memiliki jejaring diaspora global sehingga bisa menguatkan hub ekonomi kreatif untuk pencapaian target nasional,” katanya.

    Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
    Editor: Maryati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BTID mulai bangun fasilitas marina di KEK Kura Kura Bali 

    BTID mulai bangun fasilitas marina di KEK Kura Kura Bali 

    Denpasar (ANTARA) – PT Bali Turtle Island Development (BTID) mulai membangun fasilitas marina internasional di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura, Serangan, Denpasar, Bali, untuk mendukung pariwisata maritim Indonesia.

    “Fokus kami dalam beberapa tahun ke depan salah satunya pembangunan marina internasional sebagai bagian percepatan investasi di kawasan ini,” kata Presiden Komisaris BTID Tantowi Yahya melalui keterangan tertulis di Denpasar, Bali, Kamis.

    Selaku badan usaha pembangun dan pengelola (BUPP) KEK Kura Kura Bali, pihaknya saat ini fokus melaksanakan pekerjaan pembangunan infrastruktur bawah laut, termasuk pengendalian kekeruhan dengan tirai pembatas yang bersifat sementara, sesuai izin dan regulasi lingkungan yang berlaku untuk memitigasi dampak lingkungan.

    Ia mengungkapkan apabila sudah selesai terbangun, maka Bali akan memiliki ekosistem marina yang disebut pertama di Indonesia yang diakui secara standar global, dengan kapasitas hingga 146 kapal wisata (yachts).

    Tantowi menambahkan selain menarik wisata dengan kapal mewah itu, marina itu juga membuka lapangan kerja serta memperkuat posisi Bali sebagai gerbang maritim Asia Pasifik dan mendukung visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

    Pihaknya memproyeksikan kawasan itu mampu mendatangkan tambahan 1,6 juta turis setiap tahunnya serta menyerap sekitar 50 ribu tenaga kerja.

    Pengembangan kawasan ekonomi seluas 498 hektare itu, kata dia, dilakukan dengan berpijak pada budaya Bali, melibatkan masyarakat lokal, serta memastikan terjaganya lingkungan laut dan darat berjalan seiring dengan pertumbuhan investasi.

    Pendekatan itu, imbuh dia, sejalan dengan konsep destinasi pariwisata regeneratif yang sedang didorong pemerintah, yaitu wisatawan diharapkan memberi dampak positif dan meninggalkan destinasi wisata menjadi lebih baik dibandingkan saat mereka tiba.

    Sementara itu, Menteri Pariwisata RI Widiyanti Putri Wardhana mengunjungi kawasan ekonomi itu pada Rabu (1/10/2025) yang mendukung pengembangan kawasan itu untuk menjadi prototipe destinasi pariwisata regeneratif.

    “Kami baru pertama kali ke sini, luar biasa bagus sekali. Bangunan ini (UID Bali Campus) adalah bukti nyata implementasi SDGs. Juga dengan hadirnya marina ini, harapannya kawasan ini dapat menghadirkan wisatawan yang berkualitas,” ucapnya.

    Selain marina, di KEK Kura Kura juga sedang tahap konstruksi kawasan ritel, kemudian akan ada hunian vila, hingga Sekolah ACS Bali yang mulai menerima pelajar sejak Juli 2025.

    Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tantowi Yahya Sebut Program MBG Bagus Tapi Lemah

    Tantowi Yahya Sebut Program MBG Bagus Tapi Lemah

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Politikus senior, Tantowi Yahya, menyoroti maraknya kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) lebih disebabkan oleh kelemahan sistem, bukan semata pada pelaksana lapangan.

    Dikatakan Tantowi, secara konsep program tersebut sangat baik karena sejalan dengan tujuan negara maju.

    “Negara maju isinya rakyat yang pintar dan sehat. Itu dimulai dari anak-anak yang merupakan generasi penerus,” ujar Tantowi di Instagram pribadinya @tantowiyahyaofficial, dikutip pada Senin (29/9/2025).

    Namun, ia menilai pelaksanaan MBG masih jauh dari harapan. Tantowi menyoroti lemahnya pengawasan serta buruknya kualitas di lapangan.

    “Sayangnya pelaksanaannya kurang baik dan pengawasannya lemah. Itu dibuktikan oleh rendahnya serapan anggaran, makanan bergizi rendah dan terjadinya keracunan di banyak lokasi,” ucapnya.

    Bagi Tantowi, kondisi itu merupakan sebuah ironi. Rendahnya kualitas, kuantitas, dan gizi makanan dihadapkan dengan rendahnya serapan anggaran.

    “Ini adalah sebuah paradok,” tegasnya.

    Ia pun menawarkan solusi agar program ini lebih efektif. Menurutnya, pemerintah seharusnya memberdayakan kantin sekolah dan kepala sekolah sebagai pengawas langsung.

    “Rakyat dan pengamat banyak yang tidak habis pikir mengapa Pemerintah tidak memberdayakan kantin sekolah sebagai penyedia makanan dan kepala sekolah sebagai pengawasnya,” Tantowi menuturkan.

    “Rasanya ini akan lebih baik daripada yang berlangsung saat ini,” imbuhnya.

    Ia menambahkan, jika skema itu dijalankan, manfaatnya akan jauh lebih besar.

  • Luncurkan Patriot Bond, Danantara Undang Konglomerat Hingga Seskab Teddy

    Luncurkan Patriot Bond, Danantara Undang Konglomerat Hingga Seskab Teddy

    Jakarta

    Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) meluncurkan patriot bond atau obligasi patriot. Peluncuran ini disaksikan oleh sejumlah pengusaha Indonesia.

    Informasi ini didapat dari unggahan Chairman Kura Kura Bali Special Economic Zone Tantowi Yahya di Instagram resminya @tantowiyahyaofficial. Pada salah satu unggahannya, Tantowi mengatakan sempat menghadiri undangan Danantara dalam peluncuran Patriot Bond.

    Peluncuran itu dilaksanakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta yakni Grand Hyatt. Acara tersebut tentu dihadiri oleh CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani.

    “Memenuhi undangan CEO Danantara yang juga Menteri Investasi/Kepala BKPM, Roslan Roeslani dalam pertemuan dengan para pengusaha nasional dalam peluncuran Patriot Bond,” kata dia dalam unggahannya empat hari lalu, dikutip Kamis (28/8/2025).

    Lebih lanjut, acara tersebut ternyata juga dihadiri oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya. Hal ini juga dibuktikan dengan unggahan foto Tantowi bersama Teddy.

    “Untuk pertama kali menyaksikan Seskab, Letkol Teddy Indra Wijaya pidato di depan publik. Itu terjadi dalam peluncuran Patriot Bond Danantara ke para pengusaha nasional siang tadi di Jakarta. Ternyata beliau ini bicaranya lancar, tanpa teks dan dengan humor-humor spontan,” tulisnya.

    Tantowi menyebut, obligasi patriot itu diluncurkan dalam rangka mencari dana untuk proyek pengelolaan sampah menjadi energi. Karena menurutnya di sejumlah daerah sudah masuk status darurat sampah.

    “Pemerintah melalui Danantara mencari dana untuk membiayai sejumlah proyek waste to energy yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Sejumlah daerah sudah dalam keadaan darurat terkait sampah, satu diantaranya Bali,” ungkapnya.

    Dalam laporan dari The Straits Times, sejumlah pengusaha telah sepakat untuk membeli patriot bond. Hal ini diketahui menurut sumber Straits Times yang mengetahui langsung masalah tersebut.

    Obligasi tersebut mengincar pengumpulan dana hingga US$ 4 miliar atau setara Rp 50 triliun. Terdapat dua jenis obligasi yang diluncurkan Danantara dengan imbal hasil sebesar 2%.

    Sebelumnya, berdasarkan dokumen yang dilihat detikcom, Senin (26/8/2025) penerbitan patriot bond tersebut menjadi salah satu strategi pembiayaan baru yang diusung Danantara untuk memperkuat ketahanan finansial sekaligus menciptakan dampak jangka panjang bagi perekonomian nasional.

    Hasil dana tersebut akan diinvestasikan ke sektor energi transisi dan lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan lingkungan yang lestari, dan melindungi lingkungan.

    Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir mengatakan Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.

    “Melalui obligasi ini, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah-panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memiliki akses pada instrumen investasi yang aman dan bermanfaat bagi perekonomian nasional,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (26/8/2025).

    Lihat juga Video Menlu Sugiono Ajak Jerman Perbanyak Investasi Lewat Danantara

    (ada/fdl)

  • Merayakan Indonesia: Budaya dan Kopi Nusantara Dipamerkan di World Expo 2025 Osaka

    Merayakan Indonesia: Budaya dan Kopi Nusantara Dipamerkan di World Expo 2025 Osaka

    Liputan6.com, Jakarta – Indonesia menampilkan gelaran National Day di World Expo 2025 Osaka pada Selasa (27/5/2025), dengan pertunjukan budaya, kuliner khas Nusantara, serta diplomasi kopi yang menyatukan warisan, rasa dan masa depan. Acara ini dibuka dengan parade budaya dari Grand Ring di Yumeshima, menuju National Day Hall, dengan menampilkan Ondel-Ondel Betawi, Reog Ponorogo dan tarian daerah dari berbagai penjuru Indonesia.

    Parade National Day Indonesia dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno, didampingi oleh Ketua Umum Dekranas Selvi Gibran Rakabuming dan Wakil Menteri Bappenas Febrian A. Ruddyard.

    Acara ini dihadiri Ketua Komisi IV DPR Republik Indonesia, Titiek Soeharto dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur, Emil Dardak. Dalam pidatonya, Pratikno menyampaikan bahwa World Expo menjadi panggung penting untuk membangun persepsi dunia tentang Indonesia masa kini. 

    “Sebagai negara kepulauan, Indonesia dan Jepang memiliki sejarah panjang sebagai mitra di bidang pembangunan, pemulihan dan ketangguhan. Mulai dari perdagangan, infrastruktur, pendidikan, teknologi hingga lingkungan, kolaborasi kita telah teruji oleh waktu. Kini, saatnya kita menjawab tantangan masa depan melalui inovasi berkelanjutan,” ujar Pratikno.

    Harmoni suara dan gerak Panggung utama National Day Indonesia, menghadirkan penampilan terbaik dari talenta Indonesia yang dipandu oleh Tantowi Yahya, seniman, komunikator dan mantan Duta Besar RI untuk Selandia Baru.Rangkaian pertunjukan dimulai dengan Cecep Arif Rahman dan Padepokan Kasundan yang menampilkan seni pencak silat dalam format pertunjukan teatrikal.

    Dilanjutkan oleh Endah Laras yang membawakan lagu ikonik “Bengawan Solo” dalam dua bahasa yakni Indonesia dan Jepang sebagai bentuk penghormatan terhadap hubungan budaya Indonesia-Jepang.Suasana kemudian berubah menjadi lebih modern melalui penampilan Tulus yang membawakan tiga lagu, termasuk “Tujuh Belas” yang dikolaborasikan dengan Papermoon Puppet Theatre.

    Teater boneka asal Yogyakarta ini dikenal secara global melalui karya-karya kontemporer tanpa dialog yang menyentuh dan penuh makna sosial. Sebagai penutup, Putri Ariani, penyanyi muda penyandang disabilitas yang dikenal dunia melalui bakat dan semangatnya, membawakan “Indonesia Pusaka” dengan penuh penghayatan, menutup perayaan dengan semangat kebangsaan yang menggugah.

    Dalam jamuan makan malam resmi, para tamu undangan menikmati nasi nusantara, hidangan khas yang menyatukan nasi daun jeruk, ayam bakar, telur balado, mie goreng Jawa, kerupuk, lalapan segar, dan sambal bajak yang merupakan representasi keragaman rasa dan budaya Indonesia. Melengkapi suguhan khas nusantara, Yayasan Pendidikan Pengembangan Perkopian Indonesia (Kappi) menyajikan suguhan kopi Mandheling kepada para undangan.

    “Kami optimistis partisipasi KAPPI dapat membantu mempromosikan Indonesia kepada masyarakat global, khususnya para pengunjung World Expo Osaka 2025, melalui suguhan secangkir kopi sebagai bagian dari budaya Indonesia. Kopi unggulan Indonesia seperti kopi Mandheling, Toraja dan Bali Kintamani, telah kami perkenalkan sejak awal expo ini dibuka, ” ujar Roby Wibisono, selaku perwakilan Kappi.

    Di Temanggung, Jawa Tengah, selain terkenal dengan tembakau dan kopi, ternyata juga menyimpan keindahan alam di kaki Gunung Sindoro, bernama Taman Wisata Alam Posong. Selain terkenal dengan udaranya yang dingin, Taman Wisata Alam Posong juga terkenal…

  • KEK Kura Kura Bali bersama warga Serangan bersatu membangun Bali

    KEK Kura Kura Bali bersama warga Serangan bersatu membangun Bali

    Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.

    KEK Kura Kura Bali bersama warga Serangan bersatu membangun Bali
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 27 Maret 2025 – 18:14 WIB

    Elshinta.com – PT Bali Turtle Island Development (BTID) bersama para tokoh masyarakat menegaskan bahwa hubungan dengan warga Serangan tetap harmonis. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa isu tuduhan sebaliknya yang selama beredar adalah tidak benar dan tidak berdasar

    Tidak ada ketegangan antara warga dengan perusahaan, bahkan telah terjadi perubahan positif signifikan sejak kehadiran BTID selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali.

    Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Kampus UID, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali turut dihadiri Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana, Jro Bendesa Desa Adat Serangan, I Nyoman Gede Pariatha, serta Lurah Serangan, Ni Wayan Sukanami, dan Presiden Komisaris BTID, Tantowi Yahya.

    Mereka sepakat membantah narasi atau pemberitaan bohong yang seolah-olah menyebutkan adanya ketegangan antara BTID dengan warga masyarakat di Desa Serangan.

    Jro Bendesa menyoroti perubahan positif yang terjadi sejak kehadiran BTID. Dahulu sejarahnya, akses dari dan ke Pulau Serangan sangat terbatas, yang menyulitkan warga untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

    Kini, pembangunan infrastruktur oleh BTID seperti jembatan dan jalan telah membuka peluang besar bagi Masyarakat.

    “Dulu, warga harus berjuang keras untuk berobat, sekolah, atau bekerja. Sekarang, kita bisa melihat perubahan nyata. Banyak anak muda Serangan yang sukses dan taraf hidup masyarakat meningkat karena ada akses jalan darat yang lebih baik,” kata Jro Bendesa, Rabu (26/3). 

    Bahkan karena adanya jembatan lebih dari 100,000 pemedek ke Pura Sakenan saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, setiap tahunnya 200,000 wisatawan menyeberang dari Dermaga Serangan dan setidaknya 40,000 pengunjung ke Turtle Conservation Education Center (TCEC).

    Ia juga membantah keras isu bahwa warga mengalami kesulitan ke pura akibat pemeriksaan KTP.

    “Itu tidak benar! Warga Serangan memiliki akses penuh ke pura-pura di kawasan ini dengan mengenakan pakaian adat sebagaimana mestinya,” tegasnya. 

    Terkait akses melaut para nelayan, Jro Bendesa menegaskan bahwa informasi yang beredar tidak benar.

    Para nelayan tetap memiliki akses ke kawasan dan difasilitasi dengan ID khusus serta rompi keselamatan agar mereka dapat tetap bekerja dengan aman dan nyaman.

    Di kesempatan yang sama, Presiden Komisaris BTID, Tantowi Yahya, menyampaikan bahwa KEK Kura Kura Bali bukan sekadar proyek pembangunan.

    Tantowi menegaskan bahw itu merupakan bagian dari visi besar pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan, sesuai dengan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali.

    Penyerapan tenaga kerja BTID juga telah memenuhi Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 3 Tahun 2024 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi.

    Diantaranya dengan penyerapan tenaga kerja lokal Bali yang telah mencapai 50% dari total tenaga kerja, di mana 29% di antaranya berasal dari Serangan.

    “KEK Kura Kura Bali dirancang sebagai katalis ekonomi inklusif berbasis budaya, yang berpedoman pada filosofi Tri Hita Karana dan Sad Kerthi. Penataan pembangunannya dilakukan secara terpadu dengan mengembangkan destinasi wisata, UMKM Kuliner,” jelasnya.

    “Kegairan adat dan budaya, serta spiritual, dengan tetap menjaga kesucian pura dan memperhatikan kesejahteraan Krama warga secara berkelanjutan,” tegasnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono, Kamis (27/3). 

    Tantowi juga menyayangkan viralnya berita-berita hoaks yang menafikan harmoni hubungan BTID dengan Desa Adat bahkan antar banjar di dalam desa.

    “Mencari investor yang berkualitas yang mau komitmen dengan Tri Hita Karana dan Sad Kerthi serta peduli dengan Desa Adat Serangan sudah merupakan tantangan tersendiri, dan jadi tambah menantang dengan adanya hoaks dan konten bohong yang selama ini beredar.” lanjutnya.

    Ketua MDA Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana, turut menegaskan bahwa tuduhan tentang konflik antara BTID dan Desa Adat Serangan adalah hoaks.

    “Saya sudah datang dan melihat langsung hubungan baik dan komunikatif antara BTID dan Desa Adat Serangan,” kata Anak Agung Ketut Sudiana.

    Ia juga menyampaikan bahwa masyarakat Serangan telah merasakan manfaat nyata dari kehadiran BTID, terutama dalam aspek ekonomi dan infrastruktur.

    “Hal ini telah ditata dengan kolaborasi yang selaras dan hubungan harmonis dalam menjaga kesucian Pura, melestarikan budaya, dan kesejahteraan warga,” tegasnya.

    “Jadi, tidak benar jika ada pemberitaan bahwa warga Serangan dimarginalkan dari penataan KEK Kura Kura Bali,” sambungnya. 

    Ia menegaskan bahwa justru mereka diberikan akses untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini, hingga dapat dirasakan daya ungkit pertumbuhan ekonominya. 

    “Astungkara, hal ini telah berjalan sebagai salah satu contoh hubungan yang baik antara investor dengan desa adat, dan bermanfaat untuk Pulau Serangan, Kota Denpasar, regional Bali, dan Nasional,” pungkasnya.

    BTID dan para tokoh masyarakat juga mengajak semua pihak, termasuk media agar lebih bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.

    BTID selalu terbuka untuk berdiskusi dan memberikan informasi akurat mengenai pengembangan KEK Kura Kura Bali serta manfaatnya bagi masyarakat luas.

    Kura Kura Bali adalah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk Pariwisata Berkualitas dan Industri Kreatif, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada April 2023.

    KEK ini dikelola oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID) sebagai Master Developer.

    Dengan luas 498 hektar, Kura Kura Bali merupakan destinasi yang mengintegrasikan semangat Bali modern dan kekayaan warisan budaya Bali yang mengakar pada filosofi Tri Hita Karana, yaitu mewujudkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.

    Dengan fokus pada gaya hidup marina, komunitas berbasis pengetahuan, dan pencapaian kualitas hidup secara menyeluruh, Kura Kura Bali akan menghadirkan beragam peluang dalam era baru pariwisata, industri inovatif, dan well-being yang holistik.

    Berdasarkan penghormatan terhadap tradisi dan didorong oleh perencanaan yang matang, Kura Kura Bali berupaya membentuk masa depan di mana budaya dan modernitas hidup berdampingan dan menjadi pelopor dalam pembangunan yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai berkelanjutan bagi komunitas lokal dan global.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Gubernur Sumsel Bilang Orang Palembang Dipermalukan Demi Konten Rendang Willie Salim – Halaman all

    Gubernur Sumsel Bilang Orang Palembang Dipermalukan Demi Konten Rendang Willie Salim – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG –  Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru berang dengan konten Willie Salim soal 200 kg daging sapi yang hilang saat buka puasa bersama di Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang.

    Herman Deru mengatakan warga Palembang tidak salah.

    Ia menuding sang influencer Willie Salim sengaja membuat konten tersebut agar mendapatkan uang.

    “Wong kito yang salah? Idak. Memang dia sengaja, itu salah satu yang kalau dilihat oleh anak-anak itu belum cukup umur akan menganggap itu benar.”

    “Padahal itu orang yang cari uang,” ujar Herman Deru, Sabtu (22/3/2025), dilansir dari Tribun Sumsel.

    Herman Deru mengatakan warga Palembang dipermalukan buntut konten tersebut.

    Meski begitu, ia tidak menyalahkan warga Palembang yang sudah mengambil rendang saat itu.

    “Kita dipermalukan. Jadi kalau aku adalah orang yang tidak paham dengan kejadian ini dan aku tidak menyalahkan sedulur-dulur kita yang mengambil,” tandasnya.

    Helmy Yahya: Demi Konten

    Artis senior asal Palembang, Helmy Yahya, ikut angkat bicara.

    Helmy Yahya menyentil sikap Willie Salim si konten kreator yang dinilai telah menyakiti warga Palembang.

    Dalam video unggahannya itu, Helmy Yahya

    “Assalamualaikum jadi saya banyak sekali mendapatkan BM, WA dari masyarakat Palembang menyatakan pendapat saya tentang apa yang dilakukan seorang konten kreator Willie Salim,” kata Helmy Yahya.

    “Persoalannya orang menuduh, kenapa lama banget meninggalkan daging-daging itu ditengah kerumunan masa yang banyak,” sambungnya.

    Helmy sendiri mengaku mengikuti jejak Willie Salim yang dikenal kerap berbagi kepada masyarakat menegah ke bawah.

    Namun jauh sebelum Willie Salim, adik Tantowi Yahya ini sudah lebih dulu terjun dalam kegiatan sosial tersebut, tetapi tak pernah menimbulkan kegaduhan.

    “Sorry ya saya sudah melakukan itu berpuluh-puluh tahun melalui bedah rumah, uang kaget, sampai menimbulkan keos, karena semuanya kami pikirin, kamj izin ke masyarakat, Uang Kaget saya dikawal oleh Polisi agar tidak menimbulkan kegaduhan seperti ini,” bebernya.

    Terkait konten yang dibuat Willie Salim banyak yang beranggapan bahwa settingan.

    Hal ini menimbulkan asumsi bahwa warga Palembang rakus serta susah diatur.

     Maka dari itu, Helmy Yahya meminta Willie Salim untuk memberikan klarifikasi.

    “Ekspresi mukamu gak kaget juga. Ini menurut saya gak bisa begitu sebagai content creator, pikirkanlah gak semua yang kita lakukan demi mengejar konten views dengan melakukan hal-hal seperti itu,” ujar Helmy.

    “Mungkin anda tidak sadar atau mungkin juga sadar bahwa itu mempermalukan sebagian orang-orang Palembang.

    Nggak segitunya kali orang Palembang,” beber Helmy Yahya.

    Helmy pun berpesan kepada konten kreator agar lebih memikirkan dampak dari perbuatannya.

    “Silahkan melakukan kreativitas apapun tapi pikirkan dampaknya, termasuk foodvlogger yang demikian menilai orang sampai restorannya tutup, warung tutup padahal utang belum selesai,” terangnya.

    “Kalau kamu salah minta maaflah, gak semua orang Palembang seperti itu, apa yang kamu lakukan cukup menampar banyak orang dan saya ikut andil dalam rangka membuat kota Palembang itu menjadi lebih baik, jadi Willie Salim saya menunggu sikapmu,”.

    Pada keterangan unggahannya itu, Helmy Yahya kembali mengingatkan agar content kreator tersebut tak hanya memikirkan mencari viewer.

    Namun, pertanggungjawabkan dampaknya hingga menimbulkan citra buruk terhadap warga Palembang.

    “Untuk @Willie27 Enggak begitu caranya cari viewer dan cari uang, Boy! Kreatifitas tdk harus menyakiti banyak orang,” tulis keterangan unggahannya melalui akun Instagram pribadinya, Sabtu, 2 Maret 2025.

    Sudah Minta Maaf

    Sebelumnya, Willie telah menyampaikan permintaan maaf kepada warga Palembang usai video masak besar daging rendang 200 kilogram viral.

    Baca selengkapnya berita permintaan maaf Willie : Konten Rendang Viral, Willie Salim Minta kepada Warga Palembang, Akui Itu Kesalahannya

    Dilaporkan ke polisi

    Willie kini dilaporkan ke Polda Sumatera Selatan (Sumsel) oleh kantor hukum Ryan Gumay Lawfirm.

    Dikutip dari Tribun Sumsel, Willie dilaporkan oleh salah satu anggota firma hukum tersebut yaitu Muhammad Gustryan pada Sabtu (22/3/2025) lalu.

    Baca selengkapnya soal laporan Willie ke polisi :  Buntut Panjang Konten Masak Rendang, Willie Salim Dilaporkan, Dianggap Bikin Rusak Citra Palembang

    Sumber: Tribun Sumsel

     

  • Mantan Dubes RI Cerita Beda Kondisi Kehidupan Islam di Selandia Baru dan Indonesia – Halaman all

    Mantan Dubes RI Cerita Beda Kondisi Kehidupan Islam di Selandia Baru dan Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Eks Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya menceritakan perbedaan kehidupan umat Islam di tanah air dan Selandia Baru. 

    Ia menjelaskan, meski warga Selandia Baru banyak menganut agnostik atau meragukan kebenaran Tuhan, tapi baik mereka maupun para pemeluk agama Islam, sama – sama konsisten menjalankan nilai keislaman dalam keseharian.

    Bahkan, nilai Pancasila juga mereka praktikkan yang dicerminkan dengan nihilnya perbuatan korupsi.

    “Di sana zero corruption,” kata Tantowi saat menghadiri kegiatan diskusi Mubarok Institut, di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan, Minggu (9/3/2025).

    Menurut Tantowi, kondisi di Indonesia justru berkebalikan dengan Selandia Baru. Sementara Indonesia yang memiliki mayoritas muslim dan berpedoman pada Pancasila, tapi pada praktik kehidupan, acap kali ditemukan pelanggaran aturan beragama, termasuk perilaku yang korup.

    “Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan agama yang sangat kaya, tetapi masih belum mampu mengelola dengan baik untuk mencapai keharmonisan dan keamanan yang lebih baik,” ucap dia.

    Dalam kesempatan yang sama, Chairman of Mubarok Institut, Fadil Mubarok menganalogikan perilaku korup seperti ulat bulu. Mereka kerap berpindah – pindah karena gatal mendapat untung lewat cara curang. Ia berharap para koruptor bisa segera tersadar atas perbuatannya yang melanggar hukum.

    “Hiruk-pikuk yang kita lihat di medsos yang Pertamina sekian triliun dan sebagainya itu bagaimana ulat bulu,” ujar dia.

    “Harusnya mereka insaf,” kata dia. 

    Sekjen Mubarok Institut, Herry Purnomo, mengharapkan kegiatan diskusi yang dilangsungkan ini bisa memantik kerja sama untuk membangun kehidupan bernegara yang lebih baik.

    “Mubarok Institut berkomitmen untuk terus berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan memperkuat ukhuwah serta kebersamaan di kalangan masyarakat,” ucap dia.

    Dalam acara ini turut hadir anak pertama Ma’ruf Amin, Siti Ma’rifah Ma’ruf Amin; Anggota BRIN Tri Wahyu Widodo dan Tri Mumpuni; Anggota KPPU RI Budi Joyo Santoso, Anggota DPD RI Abdul Kholik; serta Brigjen TNI Asyik Rudianto, dan tokoh militer senior Letjen TNI Suaidi Marasabessy. Kegiatan ini sekaligus meresmikan kantor baru Mubarok Institut di Jalan Barito II, Kebayoran, Jakarta Selatan.  

     

     

     

  • Pengelola KEK Kura Kura Bali serap aspirasi warga Desa Serangan 

    Pengelola KEK Kura Kura Bali serap aspirasi warga Desa Serangan 

    Sumber foto: Eko Sulestyono/elshinta.com.

    Pengelola KEK Kura Kura Bali serap aspirasi warga Desa Serangan 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 31 Januari 2025 – 17:32 WIB

    Elshinta.com – PT Bali Turtle Island Development (BTID) selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali akhirnya angkat bicara untuk menanggapi berbagai isu dan pemberitaan di media sosial maupun media massa yang berkembang di masyarakat, khususnya soal warga masyarakat yang selama ini tinggal di kawasan Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. 

    Salah satunya munculnya isu perubahan nama Pantai Serangan yang di google map namanya menjadi Pantai Kura Kura Bali (Surf Surf by The Waves). Selain itu juga membahas terkait adanya isu perubahan nama Jalan Pulau Serangan menjadi Jalan Kura Kura Bali.

    Komisaris Utama PT. BTID, Tantowi Yahya beserta jajaran manajemen dalam kesempatan ini mengatakan bahwa pihaknya siap mendengar dan menerima berbagai aspirasi serta masukan dari warga masyarakat. 

    Ia berjanji secepatnya akan melakukan evaluasi terkait adanya sejumlah masukan dan  aspirasi masyarakat  Meurutnya dalam waktu dekat, pihaknya akan segera menyampaikan hasil kebijakan tentang masa depan pengelolaan KEK Kura Kura Bali secara transparan. 

    Hal itu disampaikan Tantowi dalam acara rapat dengar pendapat umum yang membahas tentang PT. BTID KEK Kura Kura Bali. Acara ini juga dihadiri Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP I Nyoman Parta bersama Anggota Komisi IV DPR RI I Nyoman Adi Wiryatama.

    Kemudian juga dihadiri Anggota DPD RI dari perwakilan daerah Bali, Ni Luh Jelantik dan Amggota DPRD Kota Denpasar Putu Melati Purbaningrat Yoe. Dalam pertemuan tersebut juga turut dihadiri sejumlah perwakilan masyarakat yang selama ini tinggal di Desa Serangan.

    Pertemuan yang berlangsung secara kekeluargaan dan bersifat terbuka itu juga diliput oleh para awak media cetak maupun elektronik. Acara tersebut berlangsung sekitar 4 jam di Gedung UID Bali Campus, KEK Kura Kura Bali.

    Dalam pertemuan itu, Tantowi dengan tegas juga membantah tudingan terkait adanya isu pembatasan aktivitas warga masyarakat yang ingin memancing ikan dan beribadah di sejumlah Pura yang ada di dalam KEK Kura Kura Bali.

    “Isu (KEK Kura Kura Bali)  ini terus digoreng dan kalau tidak diberikan penjelasan oleh yang menyediakan mandat, oleh pengelola, isu ini akan terus menjadi liar,” kata Tantowi Yahya, Kamis (30/1). 

    Ia juga menyikapi adanya pemberitaan yang viral terkait tudingan bahwa PT.  BTID seolah-olah dinarasikan akan menguasai Taman Hutan Rakyat (Tahura) Mangrove. Menurut Tantowi, pihaknya menyadari betul bahwa tanyanya Tahura itu bukankah milik PT. BTID. 

    Karena di dalam KEK Kura Kura Bali juga terdapat lahan tanaman mangrove seluas 30 hektar yang merupaksm milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

    “Kita (PT. BTID) itu hanya diberikan hak untuk mengelola kawasan (Mangrove) tersebut, bukan bermaksud untuk menguasai,” tegasnya 

    Tantowi juga menyatakan bahwa Surf Surf by The Waves itu hanyalah merupakan titik koordinat dari bangunan yang ada di dalam KEK Kura Kura Bali.

    “Sekali lagi bukan kami yang bikin, bukan kami lari dari tanggungjawab, faktanya nama Pantai Serangan itu masih ada disitu dan tetap menjadi nama,” terangnya. 

    Sementara itu terkait penggunaan nama Jalan Pulau Serangan menjadi Jalan Kura Kura Bali, Tantowi mengatakam bahwa pihaknya akan secepatnya mencabut nama jalan itu dan mengembalikan namanya seperti semula.

    “Kalau soal nama Jalan Kura Kura Bali itu hanya bersifat sementara. Karena saat itu untuk memudahkan delegasi WWF (World Water Forum) datang ke Kura Kura Bali supaya gampang. Tapi setelah ini, atas usul bapak akan saya cabut lah,” tuturnya.

    Sedangkan terkait masalah adanya pelampung di tengah laut itu, Tantowi dengan tegas juga membantah adanya anggapan kalau pelanpung itu seolah-olah dinarasikan untuk menghalangi nelayan yang akan melaut atau mencari ikan di laut. 

    Sementara itu dalam pertemuan tersebut, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan I Nyoman Parta juga sempat menyampaikan beberapa aspirasi dan masukan kepada pihak manajemen  PT. BTID selaku pengelola KEK Kura Kura Bali.

    Ia sempat mempertanyakan sejumlah klausul yang sebelumnya pernah disepakati dalam penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan perwakilan masyarakat Desa Serangan sepertinya ada yang belum dipenuhi oleh PT. BTID.

    Menuruthya, PT. BTID berjanji akan membangun kanal dan menjanjikan akan ada jembatan untuk akses lalu lintas kapal nelayan melaut. Namun sampai saat ini jembatan itu belum direalisasikan.

    “Sekarang seberapa hektar yang sudah siap. semoga prinsip kita sama, laut adalah wilayah publik dan bapak tidak punya sertifikat kawasan di atas laut,” kata Nyoman Parta seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Sulestyono, Jumat (31/1). 

    Ia juga mempertanyakan apakah PT BTID juga menjanjikan lahan parkir untuk umat yang bersembahyang di Pura Sakenan seluas 4 hektar.

    Sementara itu, Head of Communication PT BTID Zakki Hakim mengatakan bahwa pihaknya tidak perbah merubah nama itu di google map. Menuruthya, nama yang dirujuk oleh pemberitaan yang beredar merupakan titik lokasi saat World Water Forum (WWF) 2024.

    “Surf Surf by the Waves itu dibuat oleh panitia penyelenggara world water forum, itu untuk kebutuhan QR Code para tamu undangan kenegaraan dan duta besar,” kata Zakki

    Ia mengatakan, saat berlangsung WWF 2024 lalu, panitia membutuhkan QR Code untuk dengan titik lokasi acara menggunakan titik dari Google Map. Menurutnya, titik tersebut mengarah di lokasi acara kegiatan dan bukan di pantai.

    “Itu kan mereka 3.000 orang undangan. Jadi mereka mengirimkan QR Code itu kepada para undangan dari mancanegara,” tegasnya. 

    Namun, setelah acara berakhir, ternyata pihak panitia WWF tidak ada yang mencabut titik penanda yang sebelumnya pernah disematkan di Google Map.

    “Biar bagaimana, Google itu kan pakai domain, siapa saja memang bisa pasang titik dan nama di situ, tapi bisa juga lapor ke google untuk mencabut titik tersebut,” ujarnya.

    Dalam kesempatan ini Zakki juga menegaskan, berbagai isu dan polemik pemberitaan di sejumlah media massa itu tidaklah benar.

    “Jadi saya tegaskan Pantai Serangan tidak berubah namanya dan nama Pantai Serangan tetap ada di Google Map,” tambahnya. 

    Ia menambahkan, PT. BTID selalu terbuka jika ada pemangku kepentingan yang akan datang untuk meninjau Pantai Serangan, terutama yang berada di dalam area KEK Kura Kura Bali.

    “BTID sebagai pengelola (KEK) Kura-Kura Bali menjunjung tinggi aturan dan adat istiadat Bali. Jadi jika ada masukan atau usulan hal-hal yang bisa diperbaiki atau dibikin lebih baik tentu saja kami terima,” pungkas Zakki.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Tantowi Yahya setuju cabut nama Jalan KEK Kura-kura Bali

    Tantowi Yahya setuju cabut nama Jalan KEK Kura-kura Bali

    Denpasar (ANTARA) – Presiden Komisaris PT Bali Turtle Island Development (BTID) Tantowi Yahya akhirnya sepakat mencabut nama Jalan Kura-kura Bali agar kembali menjadi Jalan Pulau Serangan.

    “Nama jalan itu bersifat sementara, untuk memudahkan delegasi datang ke KEK Kura-kura Bali, supaya gampang, tapi setelah ini kami cabut, kami terima,” kata dia dalam pertemuan bersama anggota dewan dan masyarakat Pulau Serangan di Denpasar, Kamis.

    Diketahui pengelola KEK Kura-kura Bali mendapat sejumlah protes masyarakat, mulai dari penamaan Jalan Kura-kura Bali, penamaan Pantai Kura-kura Bali, pemasangan pelampung pembatas laut, hingga mewajibkan nelayan menggunakan rompi identitas jika ingin melaut di area KEK.

    Tantowi kemudian sepakat melepas identitas Jalan Kura-kura Bali mengingat izinnya tak ada, namun ia mempertanyakan seandainya izin pembuatan nama jalan itu disetujui pemerintah maka membutuhkan waktu lagi untuk mengubahnya menjadi Jalan Pulau Serangan.

    Selain itu mantan Duta Besar Selandia Baru ini melihat nama Jalan Pulau Serangan sudah digunakan di ruas jalan lain di Denpasar.

    “Bagaimana kalau dalam perjalanan izin itu turun atas nama Jalan Kura-kura Bali?, kalau memang mau diganti jadi Jalan Pulau Serangan harus melalui proses permintaan izin yang waktunya selama kurang lebih seperti yang kami alami,” ujarnya.

    “Kami cabut katakan lah besok, kembali ruas itu tidak bernama, dan kalau dikembalikan nama jalannya jadi Pulau Serangan berarti ada proses pengajuan izin dari desa ke pemerintah,” sambung Tantowi Yahya.

    Sementara itu dari pertemuan ini Tantowi hanya dapat memberi kepastian untuk persoalan nama jalan, sisanya akan dibawa ke rapat direksi yang akan digelar secepatnya sebab KEK Kura-kura Bali bukan miliknya seorang.

    Terkait nama Pantai Kura-kura Bali di peta daring juga terjawab bahwa nama pantai tetap lah Pantai Serangan, sementara Pantai Kura-kura Bali hanya koordinat untuk gedung Surf Bay The Wave titik pertemuan ribuan delegasi World Water Forum tahun lalu.

    “Kalau soal pelampung itu dari aspek kami investor perusahaan itu kan pengamanan karena pernah punya pengalaman sebelumnya di laguna pernah ada penumpukan bbm liar, petugas kami tidak bisa 24 jam disana maka pengamanan agar tidak lagi kasus serupa, bahkan lebih seram lagi narkoba dan produk haram lain kan tanggung jawabnya di kami,” kata dia.

    Kemudian terkait penggunaan rompi oranye bagi nelayan Pulau Serangan, Tantowi mengatakan tujuannya untuk memudahkan dalam memantau mereka, selain itu PT BTID ingin akses ini terbatas bagi nelayan setempat agar mereka yang mendapat dampak maksimal.

    Dalam rapat direksi nanti, selain isu yang mencuat ini, Tantowi Yahya juga berencana membahas dua janji kesepakatan KEK Kura-kura Bali dengan masyarakat pada 1998 lalu.

    Janji tersebut seperti pembuatan jembatan akses bagi nelayan, serta menyediakan lahan parkir bagi umat Hindu di Pura Sakenan.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025