Tag: Tanta Ginting

  • Demi Film Baru, Vanesha Prescilla Akhirnya Punya WhatsApp

    Demi Film Baru, Vanesha Prescilla Akhirnya Punya WhatsApp

    Jakarta, Beritasatu.com – Aktris Vanesha Prescilla membocorkan dirinya sempat tidak mempunyai aplikasi pesan instan WhatsApp yang normalnya digunakan masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari.

    Pengakuan ini ia ungkapkan saat menghadiri konferensi pers film terbarunya Tak Ingin Usai di Sini di Jakarta pada pada Rabu (28/5/2025).

    “Pokoknya tadinya aku enggak punya WhatsApp,” kata Vanesha, dikutip dari Antara, Kamis (29/5/2025).

    Vanesha mengaku ia baru mempunyai aplikasi WhatsApp di ponselnya, setelah diminta oleh sutradara Robert Ronny demi kelancaran komunikasi dengan tim produksi film terbarunya tersebut.

    Dalam kesempatan yang sama, sutradara Robert Ronny membenarkan  Vanesha tidak memiliki WhatsApp.

    “Benar enggak punya, susah banget dihubungin. Saya beliin kartu nih buat WhatsApp. Kalau enggak punya kan susah dihubungin untuk diskusi,” kata Robert.

    Namun sayangnya,  bintang film Dilan 1990 tersebut tak membeberkan detail soal alasan dirinya sempat tidak menggunakan WhatsApp selama ini.

    Sebagai informasi, Vanesha Prescilla siap menyapa para penggemarnya pada 5 Juni 2025 lewat karya film terbaru Tak Ingin Usai di Sini yang juga  dibintangi oleh Brayn Domani, Davina Karamoy, Rayn Wijaya, Indian Akbar, Asha Assuncao, Jinan Safa, Anya Zen, Tanta Ginting, Rossa, dan Rukman Rosadi.

  • Gerakan Belarasa LDD KAJ: Ruang Solidaritas Lintas Iman di Tengah Krisis Kemanusiaan – Halaman all

    Gerakan Belarasa LDD KAJ: Ruang Solidaritas Lintas Iman di Tengah Krisis Kemanusiaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah meningkatnya ketimpangan sosial, polarisasi identitas, dan menipisnya rasa empati, Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) menghadirkan sebuah ruang perjumpaan lintas iman dan budaya bertajuk Gerakan Belarasa: He(art) of Compassion and Hope di Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (3/5/2025).

    Acara ini terbuka bagi masyarakat dari berbagai latar belakang untuk bersama-sama menyalakan kembali semangat kemanusiaan, memperkuat solidaritas, serta meneguhkan harapan di tengah krisis yang melanda berbagai dimensi kehidupan.

    “Gerakan Belarasa merupakan panggilan moral dan spiritual—sebuah ajakan untuk melihat kembali wajah kemanusiaan kita dalam cermin belarasa,” ujar P. Adrianus Suyadi, SJ, Direktur LDD KAJ, dalam keterangannya, Sabtu.

    Rangkaian kegiatan dimulai dengan Doa Bersama Lintas Agama, yang akan melibatkan perwakilan dari enam agama besar di Indonesia.

    Momen ini dihadirkan sebagai simbol bahwa nilai kasih dan kepedulian tidak mengenal batas agama, keyakinan, maupun status sosial.

    Tak berhenti di situ, acara juga menghadirkan Dialog Kemanusiaan yang mempertemukan dua tokoh lintas iman: Ignatius Kardinal Suharyo dan cendekiawan Islam Dr. Sukidi Mulyadi.

    Keduanya membahas peran nilai-nilai spiritual dalam menjawab persoalan sosial kontemporer, seperti krisis kemanusiaan, konflik identitas, dan melemahnya solidaritas publik.

    “Belarasa bukan sekadar empati pasif. Ia adalah keberanian untuk hadir, untuk terlibat, dan untuk bertindak. Bukan demi amal sesaat, tetapi demi perubahan yang bermakna,” tegas P. Adrianus.

    Gerakan Belarasa juga akan diramaikan dengan sejumlah kegiatan yang merayakan keberagaman ekspresi kemanusiaan, di antaranya pameran & Bazar Belarasa Kita, menampilkan hasil karya dari komunitas dampingan LDD KAJ serta kelompok difabel.

    Kemudian pemutaran film dokumenter dan pertunjukan teater musikal, hasil kolaborasi kreatif antara warga, seniman, dan musisi, termasuk aktor Tanta Ginting.

    Deklarasi dukungan dari tokoh masyarakat, organisasi masyarakat sipil, serta sektor swasta, sebagai wujud komitmen kolektif terhadap nilai-nilai belarasa.

    “Melalui beragam medium seni, karya nyata, dan refleksi spiritual, Gerakan Belarasa ingin menegaskan bahwa upaya membangun kemanusiaan harus terus dilakukan secara kolaboratif dan lintas batas,” katanya.

    Menurut P. Adrianus, Gerakan Belarasa hadir sebagai respons atas berbagai krisis yang tengah melanda dunia saat ini, mulai dari kerusakan lingkungan, ketidakadilan ekonomi, hingga krisis spiritual dan identitas.

    Belarasa, katanya, menjadi narasi alternatif yang tidak hanya menyembuhkan luka sosial, tetapi juga merekatkan kembali semangat kebersamaan.

    “Dalam setiap tindakan kasih yang sederhana, tersimpan kekuatan besar untuk mengubah arah zaman,” pungkasnya.

    LDD KAJ mengundang seluruh lapisan masyarakat untuk hadir, menyaksikan, dan terlibat dalam Gerakan Belarasa karena perubahan sosial yang sejati selalu dimulai dari keberanian untuk hadir, mendengar dan berbelarasa bersama. (Eko Sutriyanto)

  • Resensi Film Ratu Ilmu Hitam

    Resensi Film Ratu Ilmu Hitam

    JAKARTA – Kimo Stamboel masih gila darah. Barangkali tak ada yang lebih tepat untuk menggambarkan eksekusi yang Kimo lakukan pada Ratu Ilmu Hitam. Jika sutradara lain membangun universe alias dunia latar di dalam film, Kimo justru ambil jalan beda. Peduli angin dengan segala teori penciptaan universe. Sebab, Ratu Ilmu Hitam adalah neraka ciptaan Kimo.

    Kisah Ratu Ilmu Hitam berlangsung di sebuah panti asuhan yang menyimpan berbagai misteri kelam masa lampau. Suatu hari, tiga anak-anak asli panti asuhan itu, Hanif (Ario Bayu), Anton (Tanta Ginting), dan Jefri (Miller Khan) kembali bersama istri dan keluarga mereka untuk menjenguk Pak Bandi, pengasuh panti asuhan yang sakit keras, diperankan Yayu Unru.

    Segala petaka terjadi dalam kunjungan itu. Satu per satu dari mereka diserang ilmu-ilmu sihir mengerikan. Seorang perempuan penganut ilmu hitam berupaya membalaskan dendam masa lalu kepada Hanif, Anton, dan Jefri. Dendam tak hanya menyasar ketiganya, tapi juga keluarga mereka.

    Hingga pekan lalu –sebelum dipertontonkan Ratu Ilmu Hitam– setidaknya, Rumah Dara (2009) boleh jadi film jagal (slasher) terbaik milik Kimo. Di bawah nama Mo Brothers, Kimo bersama Timo Tjahjanto berhasil menciptakan rangkaian adegan penuh darah dan kematian teramat brutal.

    Namun, Ratu Ilmu Hitam menawarkan keistimewaan lain. Ia jauh lebih magis. Dalam proyek remake film berjudul sama yang dibintangi ratu film horor, Suzzanna tahun 1891 itu, Kimo lebih bebas memainkan fantasi nan brutal. Seluruh film Ratu Ilmu Hitam terasa amat fantasiah. Kimo tak membawa penonton ke dunia mana pun yang ingin ia tuju.

    Tapi, segala pengabaian tentang teori penciptaan universe sungguh termaafkan. Bahkan, tak akan ada yang peduli soal di mana segala peristiwa pembantaian itu terjadi. Tak ada nama desa yang disebut, tak ada nama kota yang tercantum, bahkan tak ada latar tempat lain selain bangunan panti asuhan dan sebuah jalan misterius yang diperlihatkan.

    Namun, film jagal memang tak sepenuhnya membutuhkan itu semua. Selama darah bermuncratan dan kematian demi kematian mampu menggolakkan isi perut, itu cukup. Kimo tahu betul apa yang dilakukannya. Ia membayar apa yang harus dibayar sebuah film jagal untuk memuaskan dahaga penontonnya.

    Kematian penuh sihir yang ditawarkan Ratu Ilmu Hitam memunculkan konsekuensi tersendiri bagi tim produksi. Jika dalam film lain macam Rumah Dara dan Headshot (2016) Kimo lebih banyak menggunakan special effect (SFX), dalam Ratu Ilmu Hitam Kimo banyak bermain dengan Computer-Generated Imagery (CGI). Tantangan ini dijawab dengan baik oleh tim. CGI Ratu Ilmu Hitam boleh dibilang berkualitas baik.

    Dari sisi cerita, Ratu Ilmu Hitam mengusung plot yang rapi dan kuat. Di luar pengabaian atas konstruksi universe, Ratu Ilmu Hitam berhasil dijahit sebagai kisah yang penuh misteri. Jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibangun Joko Anwar –yang berperan sebagai penulis naskah– sejak awal film berhasil dijawab lewat rangkaian adegan yang dicicil perlahan di 3/4 film.

    Caranya pun cukup asyik. Sejak awal, penonton dibuat terbiasa dengan pemaparan latar belakang konflik –dengan metode flashback– lewat dokumentasi pribadi panti asuhan, baik foto atau pun video. Rangkaian dokumentasi itu lah yang sejatinya membawa penonton pada alasan-alasan paling masuk akal kenapa segala petaka terjadi, bagaimana dosa-dosa karakter utama membawa mereka pada ‘siksa neraka’ ciptaan Sang Ratu Sihir.

    “Aku tak percaya ada neraka setelah kematian. Maka, aku menciptakan neraka untuk kalian. Aku akan memastikan kalian mendapatkannya!”

    Orgasme kebebasan berkarya Kimo

    Ini bukan film pertama Kimo tanpa Timo (Mo Brothers). Januari lalu, Kimo sempat menyutradarai sebuah film horor berjudul DreadOut. Film hasil kerja sama GoodHouse Production, CJ Entertainment, Sky Media, dan Nimpuna Sinema & Lyto ini gagal memberi kesan.

    DreadOut tak terasa seperti Kimo. Ia mengakui sejumlah kendala dalam penulisan naskah. Dalam DreadOut, Kimo berupaya minggir dari ciri khasnya sebagai pembuat film jagal. Konon, produser dan studio film menginginkan DreadOut menjadi film yang dapat dinikmati lebih luas.

    “Gue enggak ambil penonton gue yang pencinta gore. Kali ini, mencoba ambil penonton yang lebih lebar. Insyaallah kena 17 tahun. Sensor masih proses,” kata Kimo ditulis CNN Indonesia.

    Ratu Ilmu Hitam adalah kembalinya Kimo ke jati diri sebagai seorang sineas yang gila darah. Kolaborasinya dengan Joko Anwar amat berhasil. Khusus Joko, Ratu Ilmu Hitam bahkan terasa melampaui penulisan naskah Perempuan Tanah Jahanam.

    Mudah saja. Ratu Ilmu Hitam menghadirkan plot twist yang lebih bertanggung jawab ketimbang Perempuan Tanah Jahanam. Jika Perempuan Tanah Jahanam yang mengantar pendalaman latar belakang konflik lewat tayangan flashback panjang yang seluruhnya digelontorkan di akhir film, jalan menuju plot twist dalam Ratu Ilmu Hitam justru dirangkai perlahan dan lebih rapi.

    Akhir kata, selamat datang di neraka ciptaan Kimo. Jangan ketinggalan. Sebab, “tidak tahu pun adalah dosa, sayangku.”

  • Fakta Menarik Film Modal Nekat karya Imam Darto, Rilis 19 Desember 2024

    Fakta Menarik Film Modal Nekat karya Imam Darto, Rilis 19 Desember 2024

    4. Jadi debut film Stevie Item

    Film Modal Nekad sekaligus menjadi debut film bagi Stevie Item. Selama ini, ia dikenal sebagai musisi.

    Sebelumnya, Stevie pernah menjadi cameo di dua judul film. Ia tampil sekilas dalam film The Wedding and Bebek Betutu (2015) dan Reuni Z (2018).

    Stevie Morley Item adalah personel grup band Deadsquad dan Andra and the Backbone. Ia juga merupakan anggota genk motor The Prediksi yang diketuai oleh Andre Taulany.

    5. The Prediksi diprediksi bakal ramaikan film Modal Nekad

    Klub motor The Prediksi beranggotakan 13 orang, yakni Deddy Mahendra Desta, Vincent Rompies, Gading Marten, Ananda Omesh, Ronal Surapradja, Ferry Maryadi, Soleh Solihun, Surya Insomnia, Stevie Item, Tora Sudiro, Wendi Cagur, Andre Taulany, dan Imam Darto. Klub motor ini diprediksi bakal ikut meramaikan film Modal Nekad.

    Namun, belum diketahui pasti anggota The Prediksi yang akan muncul. Sejauh ini, anggota yang sudah dipastikan bermain di film ini adalah Tora Sudiro, Stevie Item, Ananda Omesh, dan Gading Marten.

    6. Sinopsis film Modal Nekad

    Kisah film Modal Nekad berpusat pada tiga bersaudara, Saipul, Jamal, dan Marwan. Mereka terpaksa akur kembali demi melunasi utang tagihan rumah sakit ayahnya.

    Sesuai judulnya, ketiganya memutuskan untuk mencuri TV di sebuah rumah kosong hanya dengan bermodalkan nekat saja. Ternyata, pemilik rumah tersebut adalah seorang gembong mafia.

    Saipul, Jamal, dan Marwan pun panik. Mereka tak hanya menjadi pelaku pencurian, tetapi juga menjadi saksi peristiwa mencengangkan.

    7. Daftar pemain dan jadwal tayang film Modal Nekad

    Karakter Saipul diperankan oleh Gading Marten. Sementara itu, karakter Jamal diperankan oleh Tarra Budiman dan sosok Marwan diperankan oleh Fatih Unru.

    Selain tiga nama tersebut, ada juga Bucek, Sahila Hisyam, Gisella Anastasia, Gempita Nora Marten, Mike Lucock, Prisia Nasution, Sadana Agung, Coki Anwar, Fajar Nugra, Tanta Ginting, Reza Hilman, Budi Ros, Astri Nurdin, Joe P Project, Tora Sudiro, Ananda Omesh, dan Stevie Morley Item.

    Selanjutnya ada Angga Nggok, Augie Fantinus, Inyonk, Sinyorita Esperanza, Sarah Tumiwa, Chika Waode, Farhan Frisia, Fabio Rayzhan, Jehezkiel Leon, Arsenio Rafisqy, Freya Mikhayla, Dwi Sasono, Mastur, Imam Darto, Ebel Cobra, Andi Sujono, Sherly Dwi Fitri, serta penampilan khusus dari Floki and The Clan dan Iqbaal Ramadhan.

    Film Modal Nekad baru saja merilis poster resminya. Film Modal Nekad dijadwalkan tayang di bioskop pada 19 Desember 2024.

     

    Penulis: Resla

  • Sinopsis dan Daftar Pemain Film ‘Tak Ingin Usai di Sini’, Diadaptasi dari Film Korea Selatan

    Sinopsis dan Daftar Pemain Film ‘Tak Ingin Usai di Sini’, Diadaptasi dari Film Korea Selatan

    Liputan6.com, Yogyakarta – Setelah sukses dengan Kuasa Gelap, Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment bakal merilis film terbarunya dengan genre berbeda. Menggusung judul Tak Ingin Usai di Sini, film ini diproyeksikan tayang pada 2025.

    Film Tak Ingin Usai di Sini merupakan adaptasi dari film Korea Selatan berjudul More Than Blue (2009). Adapun untuk versi Indonesia, film ini ditulis dan disutradarai oleh Robert Ronny.

    Film Tak Ingin Usai di Sini mengisahkan tentang hubungan K dan Cream. Hubungan mereka penuh dengan lapisan emosi yang akan membuat jalannya cerita lebih berwarna.

    K mengidap penyakit kanker. Berjuang di tengah penyakitnya, K justru berusaha mencari pria untuk Cream.

    Hal itu dilakukan karena K tahu bahwa Cream sangat takut ditinggal sendirian. K pun harus menemukan pasangan untuk Cream sebagai pengganti dirinya di tengah perjuangannya bertahan hidup yang semakin menipis.

    Dengan sisa hidup yang semakin tipis, ia tak ingin gagal. Karena jika ia gagal, maka Cream akan menjalani hidup dalam kesendirian. 

    Sosok K akan diperankan oleh Bryan Domani, sementara karakter Cream diperankan oleh Vanesha Prescilla. Selain dua nama tersebut, ada juga beberapa bintang lainnya, seperti Davina Karamoy, Rayn Wijaya, Asha Assuncao, Jinan Safa, Indian Akbar, Anya Zen, Tanta Ginting, dan Rukman Rosadi.

    Sebelum diadaptasi menjadi film Indonesia, film More Than Blue sudah lebih dulu diadaptasi oleh rumah produksi Taiwan pada 2018 dengan judul sama. Versi Taiwan film tersebut disutradarai oleh Gavin Lin dan dibintangi oleh Jasper Liu dan Ivy Chen.

    Kini, film bergenre drama romantis ini bakal diadaptasi ke versi Indonesia. Saat ini, film Tak Ingin Usai di Sini segera memasuki tahap produksi pada akhir 2024. Kabarnya, film ini akan tayang di bioskop pada 2025.

     

    Penulis: Resla