Tag: Syamsuddin

  • Kasus Penganiayaan Mendominasi di Polres Tuban Selama 2024

    Kasus Penganiayaan Mendominasi di Polres Tuban Selama 2024

    Tuban (beritajatim.com) – Kasus penganiayaan paling mendominasi di wilayah hukum Polres Tuban selama 2024. Hal itu terungkap saat Polres Tuban melakukan ungkap kasus selama 2024, Selasa (31/12/2024).

    Kapolres Tuban AKBP Oskar Syamsuddin menjelaskan bahwa terkait dengan anev kasus kriminalitas tahun 2024 dengan total 387 laporan. Dari jumlah itu, sebanyak 310 kasus yang terselesaikan.

    “Dari jumlah tersebut kasus yang paling mendominasi yakni penganiayaan dengan total 64 laporan dan yang terselesaikan 62 kasus,” ungkap AKBP Oskar Syamsuddin.

    Berbanding terbalik. Jika dilihat tahun 2023 kasus yang mendominasi yakni penipuan, sedangkan di tahun 2024 ini kasus penganiayaan menjadi paling tinggi.

    “Pada tahun 2023 kasus penganiayaan hanya 52 yang terlapor dan 42 terselesaikan, sedangkan penipuan di tahun 2024 sebanyak 38 laporan dan 33 terselesaikan,” imbuhnya.

    Menurut Oskar, melihat tren kejadian yang dimaksud, pihaknya selalu mengimbau kepada masyarakat terutama menekan angka kriminalitas dengan kegiatan Kamtibmas.

    “Kami juga gencar melakukan patroli juga upaya representatif untuk menekan angka kriminalitas di Kabupaten Tuban,” pungkasnya. [ayu/suf]

  • Memasuki Liburan Gelombang 2, Kapolres Tuban Imbau Pengguna Jalan Berhati-Hati

    Memasuki Liburan Gelombang 2, Kapolres Tuban Imbau Pengguna Jalan Berhati-Hati

    Tuban (beritajatim.com) – Memasuki musim liburan saat perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), Kapolres Tuban AKBP Oskar Syamsuddin mengimbau pengguna jalan untuk tetap berhati-hati dalam berkendara. Kamis (26/12/2024).

    Hal itu disampaikan, dalam rangka mengantisipasi terjadinya kepadatan kendaraan saat Nataru. Namun, meski begitu arus lalu lintas di jalur Pantura maupun wilayah Kabupaten Tuban normal seperti biasanya.

    “Masa liburan ini terbagi dari 2 gelombang ya, gelombang pertama kemarin, lalu gelombang kedua dimulai tanggal 26 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025,” ujar Kapolres Tuban.

    Lanjut, arus kepadatan lalu lintas di wilayah Kabupaten Tuban karena musim liburan ini menurut Oskar sapaannya tidak seperti daerah di Batu atau Malang yang naik secara signifikan. Namun, pihaknya telah melakukan rekayasa lalu lintas baik di Jalur Pantura maupun Ring Road.

    “Kami siapkan satu rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi apabila arah menuju kota mengalami kepadatan, maka akan diarahkan ke jalan ring road,” benernya.

    Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pengecekan secara langsung, termasuk kesiapan lampu penerangan yang telah dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan. Serta, menempatkan personel di 4 titik Pospam maupun Posyan dalam rangka Nataru.

    “Sehingga, kami mengimbau untuk pengguna jalan agar tetap berhati-hati, patuhi rambu-rambu lalu lintas atau tertib berlalu lintas, sekiranya lelah atau mengantuk agar berhenti beristirahat terlebih dahulu,” pungkasnya. [ayu/kun]

  • Susiah Pemilik Toko Kelontong Syok Dibayar Uang Palsu Rp 100 Ribu, Lupa Wajah Pembeli: Datang Malam

    Susiah Pemilik Toko Kelontong Syok Dibayar Uang Palsu Rp 100 Ribu, Lupa Wajah Pembeli: Datang Malam

    TRIBUNJATIM.COM – Seorang pemilik toko kelontong syok dibayar pakai uang palsu Rp 100 ribu.

    Pemilik toko kelontong itu bernama Susiah.

    Susiah berjualan di Jl Sultan Hasanuddin, Kelurahan Pandang-pandang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    Pengalaman itu dirasakannya pada Selasa (24/12/2024)

    Susiah mengaku syok menemukan uang palsu.

    Uang palsu tersebut didapatkannya dari pembeli.

    “Tidak tahu yang mana orangnya karena dia beli saat malam hari,” katanya 

    Dia menyebut, uang palsu didapatkannya dari hasil transaksi jual beli pecahan Rp 100 dan Rp 50 ribu.

    Ia mengetahui uang pecahan setelah diteteskan air ke pecahan uang Rp 100 ribu tersebut mudah robek

    Sedangkan uang 100 ribu asli diteteskan air tidak mudah robek.

    Perbedaan uang palsu itu juga diketahui Susiah, saat diterawang gambar bayangan pada uang Rp 100 ribu tidak terlihat jelas.

    “Karena kita tidak ada alat jadi lebih teliti ki lihat uang. Dan diteteskan juga air karena kalau uang asli tidak cepat robek,” ujarnya, melansir dari TribunTimur.

    Sebelumnya diberitakan, Satreskrim Polres Gowa telah meringkus 17 tersangka sindikat kasus uang palsu.

    Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel)

    Bahkan, sosok ASS dikabarkan seorang pengusaha itu disebut mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

    Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar

    Rumah tersebut adalah milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan saat rilis pengungkapan sindikat uang palsu di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024) siang.

    Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar

    Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.

    Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

    “Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.

    Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

    Kisah Viral Lainnya

    Seorang penjual cilung nangis dibayar pakai uang palsu Rp 50 ribu.

    Apalagi ia telanjur memberi kembalian Rp 45 ribu.

    Penjual cilung di Kabupaten Bandung Barat itu bernama Pak Didin.

    Kisahnya dibagikan akun Instagram @sayaphati, Senin (28/10/2024).

    Dalam video yang diunggah @sayaphati, memperlihatkan Pak Didin memperlihatkan uang palsu yang didapatnya.

    Dengan wajah lesu, Pak Didin hanya bisa menunduk dan pasrah.

    Dalam keterangan, kabar Pak Didin mendapat musibah diduga ditipu pembeli tersebut dari RW setempat.

    Sehari-hari Pak Didin mencari nafkah dengan berjualan cilung.

    Untuk menjajakan dagangannya, Pak Didin mendorong gerobak hingga berjalan berlasan kilometer.

    Dari penjualan cilung tersebut sehari Pak Didin hanya mendapat keuntungan 20 ribu.

    Nahas, di tengah perjuangan mencari nafkah tersebut Pak Didin malah ditipu pembeli.

    Peristiwa itu terjadi pada suatu sore, Pak Didin hendak berjalan pulang berjualan.

    Lalu, ada perempuan berboncengan memanggilnya untuk membeli.

    Karena adonannya masih tersisa, Pak Didin pun melayani pembeli tersebut.

    Dalam keterangan disebutkan pembeli jajan cilung Rp 5 ribu, melansir dari TribunJabar.

    Namun, uang yang diberikan pembeli tersebut Rp 50 ribu sehingga Pak Didin memberikan kembalian Rp 45 ribu.

    Saat transaksi tersebut, Pak Didin tak menaruh curiga, lantas langsung pulang.

    Hingga akhirnya ia baru sadar keesokan harinya saat ia belanja di warung untuk membuat adonan cilung.

    Saat belanja, betapa syoknya Pak Didin karena menurut penjaga warung uang yang dibawanya itu uang palsu.

    “Pas subuh abah belanja ke warung buat beli aci telor dll. Ternyata kata orang warung itu uang palsu,” ungkap narasi pengunggah.

    Sontak hal itu membuat Pak Didin kaget.

    Namun, ia mencoba hendak membelanjakan uang tersebut ke pasar dan warung lain untuk memastikan kembali.

    Namun, lagi-lagi orang di pasar dan warung lain pun menyebut hal serupa.

    Saat itu Pak Didin pun menangis sampai jatuh sakit 3 hari.

    Diketahui uang Rp 50 ribu tersebut jadi modal dagangan Pak Didin.

    Namun karena musibah tersebut, uang Pak Didin untuk modal dagangnya raib karena ditukar uang palsu.

    Sementara Pak Didin harus melanjutkan usahanya demi mencari nafkah.

    Diketahui Pak Didin tidak memiliki anak, namun ia harus menafkahi istrinya di rumah.

    Pak Didin hanya tinggal berdua dengan istrinya.

    Selain berjuang mencari nafkah, Pak Didin juga bertahan hidup dengan penyakit di kakinya.

    Di usianya yang sudah menuai, dengan kaki bengkak, ia berjalan tertatih untuk mencari nafkah mendorong gerobak berjualan cilung.

    Kini, video kisah pilu Pak Didin pedagang cilung di Kabupaten Bandung Barat ini viral dan menyita perhatian warganet.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Kapolres Tuban Cek Kesiapan di 4 Pos Pengamanan Nataru

    Kapolres Tuban Cek Kesiapan di 4 Pos Pengamanan Nataru

    Tuban (beritajatim.com) – Jelang pelaksanaan Pengamanan perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru (Nataru) 2025, Kapolres Tuban AKBP Oskar Syamsuddin bersama ibu Bhayangkari melaksanakan pengecekan Pos pelayanan di Alun-Alun Tuban. Senin (23/12/2024).

    Selain di Alun-Alun Tuban, Kapolres juga melakukan pengecekan di Pos Pelayanan Pantai Kelapa, Abipraya dan Perbatasan Bancar.

    Kapolres Tuban AKBP Oskar Syamsuddin mengatakan, hari ini sesuai dengan 4 pos pengamanan (pospam) dilakukan pengecekan untuk mengetahui kesiapan personel, kondisi, perlengkapan, fasilitas, komunikasi dan monitor CCTV.

    “Jadi adanya monitor CCTV untuk mengetahui arus lalu lintas di 8 titik yang ada kamera CCTV,” ujar AKBP Oskar Syamsuddin.

    Pria yang akrab disapa Oskar ini juga menyampaikan, terkait dengan komunikasi pihaknya berkoordinasi dengan Diskominfo-SP Tuban dan memonitor CCTV yang dimiliki Diskominfo agar bisa termonitor di pos pelayanan.

    “Jadi kita bisa bersama-sama, apabila ada suatu hal, baik itu situasi Kamtibmas, kemacetan atau mungkin ada kejahatan yang terjadi sehingga, kita bisa segera mengambil langkah-langkah,” bebernya.

    Lanjut, keberadaan pospam yang ditempatkan di 4 titik ini sudah dipetakan sesuai dengan kerawanan, menurut Oskar bentuk kepedulian Polri terhadap keamanan jelang Nataru, bisa memberikan kenyamanan bagi pengendara atau pengemudi maupun bagi wisatawan yang hendak singgah ke Pospam.

    “Ada berbagai fasilitas yang kami berikan, bisa cek kesehatan, pengendara yang kelelahan bisa beristirahat disini, ada minuman dan makanan, serta tempat untuk ibu menyusui dan tempat bermain anak,” pungkasnya.[ayu/ted]

  • 3 Orang Ini Jadi Aktor Utama Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Ini Perannya Masing-masing – Halaman all

    3 Orang Ini Jadi Aktor Utama Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Ini Perannya Masing-masing – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR –  Polisi mengungkap 3 orang yang menjadi aktor utama kasus pabrik uang palsu di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar atau UINAM, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    Ketiga aktor utama tersebut adalah Andi Ibrahim dan dua sosok lainnya yakni ASS dan S.

    Nama ASS dan S diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono dalam konferensi pers di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024).

    Diketahui, polisi telah menetapkan 17 tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin.

    “Jadi mereka di belakang 17 orang ini, perannya berbeda.  Tapi peran sentralnya ada dari saudara AI (Andi Ibrahim), kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS,” kata Irjen Yudhiawan Wibisono.

    Sosok ASS disebut berprofesi sebagai pengusaha yang berperan sebagai donator atau investor dalam kasus pabrik uang palsu di UIN Alauddin.

    Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi untuk mencetak uang palsu.

    Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN Alauddin ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    Rumah tersebut adalah milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar,” kata Yudhiawan Wibisono.

    “Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM) Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan, dikutip Tribun-Timur.com.

    Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp 600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.

    Selain 17 tersangka, masih ada tiga DPO yang belum belum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

    Nama 17 Tersangka, Profesi, dan Perannya

    Diberitakan sebelumnya, tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar bertambah jadi 17 orang.

    Selain itu, polisi juga mengejar tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) yang diduga kuat juga terlibat dalam kasus tersebut.

    17 tersangka ini ditampilkan saat konferensi pers dipimpin Kapolda Sulsel, Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, dan perwakilan Bank Indonesia Sulsel.

    “Jadi para tersangka ini perannya berbeda-beda,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Ada yang memproduksi, jual beli hingga mengedarkan uang palsu.

    Profesi para tersangka uang palsu UIN Alauddin pun beda-beda, mulai Dosen UIN, ASN, hingga pegawai bank.

    Berikut nama, profesi, dan peran 17 tersangka:

    1. Dr Andi Ibrahim (54)

    Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar warga BTN Minasa Maupa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    2. Mubin Nasir bin Muh Nasir (40)

    Karyawan honorer, warga Bukit Tamarunang, Gowa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan  transaksi jual beli uang palsu.

    3. Kamarang Dg Ngati bin Dg Nombong (48)

    Juru masak, warga Gantarang, Gowa perannya, melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    4. Irfandy MT, SE bin Muh Tahir (37)

    Karyawan swasta, warga Minasa Upa, Makassar.

    Perannya membantu mengedarkan uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    5. Muhammad Syahruna (52)

    Wiraswasta, warga Ujung Pandang Baru, Makassar.

    Perannya:

    – memproduksi uang palsu.

    – melakukan transaksi jual beli uang palsu dan bahan baku produksi yang digunakan pelaku untuk memproduksi pembuatan mata uang palsu merupakan hasil pengiriman uang biaya pembelian bahan baku produksi berinisial AAS.

    6. John Biliater Panjaitan (68 tahun)

    Wiraswasta, warga Mangkura, Makassar.

    Peran melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    7. Sattariah alias Ria binti Yado (60)

    Ibu rumah tangga, warga Batua, Makassar.

    Perannya melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    8. Dra Sukmawati (55)

    PNS guru, warga Makassar.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dengan membeli kebutuhan sehari-hari dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    9. Andi Khaeruddin (50 tahun)

    Pegawai bank, warga Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    10. Ilham (42) 

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    11. Drs. Suardi Mappeabang (58)

    PNS, warga Simboro, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    12. Mas’ud (37) 

    Wiraswasta, warga Lekopadis, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    13. Satriyady (52)

    PNS, warga Binanga, Sulawesi Barat.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    14. Sri Wahyudi (35)

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    15. Muhammad Manggabarani (40 tahun)

    PNS, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    16. Ambo Ala, A.Md (42)

    Wiraswasta, warga Batua, Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu, dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    17. Rahman (49)

    Wiraswasta, warga Simboro, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    Kronologis Awal Temuan Pabrik Uang Palsu di UIN

    Kronologi awal terungkapnya kasus uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus UIN Alauddin Makassar.

    Hal itu dipaparkan secara gamblang oleh Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Kamis (19/12/2024) siang.

    Irjen Pol Yudhiawan didampingi Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak, mengatakan awal mula kasus ini diselidiki dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung di laporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun, memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jl Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan itu, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UINAM.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    “Pengungkapan peredaran uang palsu yang ditangani oleh Polres Gowa,” katanya.

    Selain itu, polisi juga menyita ratusan jenis barang bukti.

    Mulai dari mesin cetak uang palsu, monitor, kertas uang palsu, uang palsu yang telah dicetak dan berbagai barang bukti lainnya. 

  • Cegah Peredaran Makanan dan Obat Tak Layak, FORHATI dan BPOM Jalin Kolaborasi – Halaman all

    Cegah Peredaran Makanan dan Obat Tak Layak, FORHATI dan BPOM Jalin Kolaborasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menunjukkan sumbangsihnya pada bangsa akan maraknya peredaran makanan dan obat tak layak konsumsi, Forum Kohati HMI (Forhati) berkolaborasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

    Sabtu, (21/12/2024), Forhati dan BPOM mewujudkan kolaborasi ini dalam penandatanganan kerjasama.

    Kerjasama dalam rangka perayaan hari jadi ke 26 Forhati ini menurut Koordinator Presidium Forhati Nasional, Jamilah Abdul Gani MOU ini sebagai wujud perhatian Forhati untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang halal dan baik. 

    Di sisi lain, posisi BPOM RI sangat krusial dalam pengawasan makanan dan obat. 

    “Forhati tidak ingin peredaran makanan dan obat tidak layak berakibat fatal pertumbuhan anak, ibu hamil perempuan, dan kesehatan masyarakat Indonesia,” terangnya.

    Sementara itu, Kepala BPOM RI, Prof dr. Taruna Ikrar menyampaikan, peran strategis BPOM menjadi sangat penting untuk kolaborasi bersama Forhati.

    Dengan semangat meningkatkan daya dorong terutama bagi perempuan cerdas untuk membangun Indonesia.

    Jamilah menyebut, pada Milad Forhati kali ini tentunya ditujukan pada sinergitas kelembagaan dan mencari role model pemberdayaan bagi kalangan ibu.

    Forhati berkewajiban membantu pemerintah menyukseskan peningkatan kualitas daya saing serta peran perempuan di ruang publik.

    “Sudah dua dekade lebih Forhati berdiri, artinya organisasi ini harus lebih matang untuk melihat segala tantangan internal dan eksternal, apalagi Forhati dikenal sebagai perkumpulan perempuan muslim aktivis dan profesional,” katanya.

    Jamilah menghimbau langkah Forhati ini mendapat perhatian dan dukungan publik. Pasalnya mimpi Indonesia Emas di depan mata. Penataan dan persiapan yang gagal hari ini berakibat serius pada generasi selanjutnya.

    “Dimulai dari aktivasi peran ibu, lingkungan positif dimulai dari keluarga tinggal kita membantu mengorganisir tuntutan agar mereka bisa berkembang dalam sistem yang baik,” ungkapnya.

    Tak lupa untuk mengapresiasi peran kader Kohati, pada Milad tersebut nantinya terdapat pengumuman nominasi Alumni HMI-Wati Inspiratif.

    Rencana rangkaian acara nanya juga disempurnakan dengan gala dinner bersama Wakil Menteri Agama RI.

    Dalam Puncak Milad Ke-26 nantinya akan dihadiri oleh tokoh penting seperti Romo H.R Muhammad Syafi’i (Wakil Menteri Agama RI) yang akan menyampaikan orasi ilmiah, Taruna Ikrar (Kepala BPOM RI) sebagai keynote speech pada kegiatan seminar. 

    Lalu beberapa tokoh yang diundang sebagai pemantik yakni; Taufik Ismail (Sastrawan), 
    N. Syamsuddin Ch. Haesy (Budayawan), Ema Seftiawati ( Deputi III BPOM RI), dan Zakiah ( Kepala BSN RI).

    Tentunya kegiatan Seminar Nasional Hari Ibu dan Milad FORHATI ke-26 ini akan dibuka oleh bapak Dr. Ir. H. E Herman Kaheron, M. Si. sebagai Koordinator Presidium MN KAHMI.

  • Jelang Nataru, Ratusan Personel Gabungan di Tuban Siaga

    Jelang Nataru, Ratusan Personel Gabungan di Tuban Siaga

    Tuban (beritajatim.com) – Ratusan personel gabungan dari Kepolisian Resor Tuban bersama TNI dari Kodim 0811, BPBD, Satpol-PP, dinas Perhubungan serta dinas kesehatan Kabupaten Tuban melaksanakan apel gelar pasukan dalam rangka jelang Pengamanan perayaan Natal 2024 dan Tahun baru 2025.

    Kapolres Tuban AKBP Oskar Syamsuddin mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk pengecekan kesiapan petugas maupun sarana dan prasarana dalam rangka pengamanan perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 yang akan dilaksanakan selama 13 hari mulai dari 21 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025. “Sehingga, diharapkan seluruhnya dapat berjalan dengan aman, tertib, dan lancar,” ujar Kapolres Tuban. Jumat (20/12/2024).

    Lanjut, jelang Nataru menurut Oskar sapaannya ini merupakan momen penting bagi masyarakat, selain beribadah juga dimanfaatkan untuk berlibur serta berkumpul bersama keluarga, sehingga akan berdampak pada peningkatan mobilitas serta aktivitas masyarakat.

    “Untuk mengantisipasi kelancaran kegiatan itu setidaknya Polres Tuban telah menyiapkan 4 pos diantaranya 1 Pos pelayanan dan 3 pos pengamanan,” ujar Oskar.

    Adapun pos tersebut yakni 1 pos pelayanan di alun-alun, pos pengamanan di perbatasan, pos pengamanan di wisata pantai kelapa serta pos pengamanan di taman kota. “Kami meminta seluruh jajaran untuk memastikan setiap tempat ibadah telah disterilisasi untuk mencegah
    terjadinya aksi teror,” tegas Oskar.

    Pihaknya juga mengimbau agar melibatkan ormas keagamaan untuk ikut serta dalam kegiatan pengamanan. Selain itu, antisipasi terhadap kerawanan cuaca ekstrem juga seluruh jajaran agar melibatkan stakeholder terkait seperti Pemkab dan BPBD. “Terkait dengan kesiapan tanggap bencana, langkah antisipasi terhadap potensi kerawanan dengan melibatkan stakeholder terkait guna menjamin terlaksananya quick response dalam memitigasi dampak bencana,” pungkasnya.[ayu/kun]

  • Produksi Uang Palsu di Makassar Awalnya di Rumah Pengusaha ASS, Pindah ke UIN Alauddin Karena Ini – Halaman all

    Produksi Uang Palsu di Makassar Awalnya di Rumah Pengusaha ASS, Pindah ke UIN Alauddin Karena Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR – Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Dr Andi Ibrahim (54) bukan lah orang yang pertama kali memproduksi uang palsu.

    Uang palsu di daerah tersebut awalnya dicetak di rumah ASS, seorang pengusaha.

    Peran ASS tersebut diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Polres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi.

    Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah ASS di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

    “Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun dipesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” bebernya.

    Polisi telah menetapkan 17 tersangka sindikat uang palsu di UIN.

    Yudhiawan Wibisono mengatakan dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. 

    “Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda,” kata Yudhiawan Wibisono.

    “Tapi peran sentranya ada dari saudara AI, kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.

    Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

    Berikut profesi dan peran 17 Tersangka

    Tersangka sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar kini menjadi 17 orang.

    Selain itu, polisi juga mengejar tiga Daftar Pencarian Orang (DPO) yang diduga kuat juga terlibat dalam kasus tersebut.

    17 tersangka ini ditampilkan saat konferensi pers dipimpin Kapolda Sulsel, Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

    Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, dan perwakilan Bank Indonesia Sulsel.

    “Jadi para tersangka ini perannya berbeda-beda,” kata Irjen Pol Yudhiawan.

    Ada yang memproduksi, jual beli hingga mengedarkan uang palsu.

    Profesi para tersangka uang palsu UIN Alauddin pun beda-beda, mulai Dosen UIN, ASN, hingga pegawai bank.

    Berikut nama, profesi, dan peran 17 tersangka:

    1. Dr Andi Ibrahim (54)

    Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar warga BTN Minasa Maupa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    2. Mubin Nasir bin Muh Nasir (40)

    Karyawan honorer, warga Bukit Tamarunang, Gowa.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan  transaksi jual beli uang palsu.

    3. Kamarang Dg Ngati bin Dg Nombong (48)

    Juru masak, warga Gantarang, Gowa perannya, melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    4. Irfandy MT, SE bin Muh Tahir (37)

    Karyawan swasta, warga Minasa Upa, Makassar.

    Perannya membantu mengedarkan uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    5. Muhammad Syahruna (52)

    Wiraswasta, warga Ujung Pandang Baru, Makassar.

    Perannya:

    – memproduksi uang palsu.

    – melakukan transaksi jual beli uang palsu dan bahan baku produksi yang digunakan pelaku untuk memproduksi pembuatan mata uang palsu merupakan hasil pengiriman uang biaya pembelian bahan baku produksi berinisial AAS.

    6. John Biliater Panjaitan (68 tahun)

    Wiraswasta, warga Mangkura, Makassar.

    Peran melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    7. Sattariah alias Ria binti Yado (60)

    Ibu rumah tangga, warga Batua, Makassar.

    Perannya melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    8. Dra Sukmawati (55)

    PNS guru, warga Makassar.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dengan membeli kebutuhan sehari-hari dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    9. Andi Khaeruddin (50 tahun)

    Pegawai bank, warga Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    10. Ilham (42) 

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    11. Drs. Suardi Mappeabang (58)

    PNS, warga Simboro, Sulawesi Barat, berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    12. Mas’ud (37) 

    Wiraswasta, warga Lekopadis, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    13. Satriyady (52)

    PNS, warga Binanga, Sulawesi Barat.

    Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    14. Sri Wahyudi (35)

    Wiraswasta, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    15. Muhammad Manggabarani (40 tahun)

    PNS, warga Rimuku, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan  melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    16. Ambo Ala, A.Md (42)

    Wiraswasta, warga Batua, Makassar, berperan melakukan pengedaran uang palsu, dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

    17. Rahman (49)

    Wiraswasta, warga Simboro, Sulawesi Barat.

    Berperan melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.

     

    Kronologis Temuan Pabrik Uang Palsu di UIN

    Yudhiawan  mengatakan awal mula kasus ini diselidiki dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung di laporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun, memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jl Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan itu, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UINAM.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    “Pengungkapan peredaran uang palsu yang ditangani oleh Polres Gowa,” katanya.

    Selain itu, polisi juga menyita ratusan jenis barang bukti.

    Mulai dari mesin cetak uang palsu, monitor, kertas uang palsu, uang palsu yang telah dicetak dan berbagai barang bukti lainnya.

     

     

  • Andi Ibrahim Cetak Uang Palsu di UIN Makassar Untuk Dana Maju Pilkada 2024, Proposalnya Jadi Bukti – Halaman all

    Andi Ibrahim Cetak Uang Palsu di UIN Makassar Untuk Dana Maju Pilkada 2024, Proposalnya Jadi Bukti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR – Dosen UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim berencana menggunakan uang palsu yang dicetak di lingkungan kampus untuk maju dalam Pilkada Serentak 2024.

    Andi Ibrahim berniat maju menjadi calon Bupati Barru.

    Rencana tersebut seiring ditemukannya bukti proposal yang ditunjukkan polisi saat menggelar jumpa pers di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024) siang.

    Proposal itu bergambar Andi Ibrahim mengenakan jas tutup dan songkok recca.

    “Jadi tersangka (Andi Ibrahim) mengajukan proposal pendanaan Pilkada di Barru tapi Alhamdulillah tidak jadi,” ungkap Yudhiawan.

    Namun, niat tersebut batal dilakukan karena tidak ada partai politik yang mengusungnya menjadi calon kepala daerah dalam Pilkada Serentak 2024.

    Dalam kasus pabrik uang palsu itu, Andi Ibrahim berperan cukup penting.

    Sebab, kata Yudhi, produksi uang palsu ini awalnya beroperasi di rumah ASS di Jalan Sunu 3, Kota Makassar.

    Namun, karena membutuhkan mesin berukuran besar, akhirnya diadakan mesin cetak dengan berat 2-3 ton asal China dimasukkan ke Makassar lewat Surabaya.

    Yudhiawan mengatakan kasus ini terungkap berawal dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

    Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

    “Masyarakat melapor kepada Polsek (Pallangga) bahwa diduga ada uang kertas palsu yang diedarkan, kemudian oleh tim kami langsung dilaporkan di Polres,” ujar Yudhiawan.

    Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak pun memerintahkan personel Satreskrim yang dipimpin AKP Bachtiar untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

    “Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tepatnya di Jalan Pelita Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa,” ujarnya.

    Hasil penyelidikan, lanjut Yudhi, diamankanlah sosok pria berinisial M yang diduga mengedarkan uang palsu tersebut.

    M diamankan polisi saat melakukan transaksi dengan seseorang inisial AI.

    Di mana M menjual uang palsu itu kepada AI, dengan kelipatan dua kali lipat dari uang asli yang dibelanjakan.

    “Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu,” ungkap Yudhi.

    Dari penangkapan M dan AI, polisi terus mendalami kasus itu hingga mendapat mesin pencetakan uang palsu yang ada di dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Jl Yasin Limpo, Gowa.

    Mesin berukuran besar dengan berat diperkirakan dua ton lebih itu, disembunyikan dalam ruangan yang ada di Perpustakaan UIN Alauddin Makassar.

    Atas pengungkapan itu, kepala perpustakaan UIN Alauddin inisial AI alias Andi Ibrahim, ditangkap bersama 16 orang lainnya.

    Kini, Andi Ibrahim telah ditetapkan sebagai tersangka bersama 16 orang lainnya dan ditahan di Mapolres Gowa.

    Peran Penting ASS

    Nama sosok ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu yang diproduksi dari dalam Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

    Bahkan, sosok ASS yang dikabarkan seorang pengusaha itu, disebut mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

    Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jalan Sunu 3, Kota Makassar.

    Rumah tersebut milik ASS.

    “Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UIN Alauddin Makassar), Gowa,” kata Irjen Yudhiawan.

    Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS.

    Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke kampus UIN Alauddin.

    “Awalnya ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil,” sebutnya.

    Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin itu, kata Yudhi, dibeli seharga Rp 600 juta.

    Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

    “Alat besar itu senilai Rp600 juta dibeli di Surabaya namun dipesan dari China, alat itu dimasukkan oleh salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa,” ucapnya.

    Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus ini, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

    “Jadi mereka di belakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentralnya ada pada saudara AI, kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO,” jelas Yudhi.

    Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

    “DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa,” tegasnya.

  • Rektor UIN Makassar Ngamuk Kampus Jadi Pabrik Uang Palsu, Reputasi Hancur Ulah Staf Sendiri: Malu

    Rektor UIN Makassar Ngamuk Kampus Jadi Pabrik Uang Palsu, Reputasi Hancur Ulah Staf Sendiri: Malu

    TRIBUNJATIM.COM – Kasus kampus jadi pabrik uang palsu di Makassar viral di media sosial.

    Adapun kampus yang menjadi aksi sindikat itu berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

    Rektor UIN Alauddin Makassar, Hamdan Juhannis akhirnya buka suara.

    Ia berang bukan kepalang atas kasus uang palsu (upal) diproduksi di kampus yang ia pimpin.

    “Saya marah, saya malu, saya tertampar,” kata Hamdan Juhannis, menanggapi kejahatan pembuatan dan peredaran upal yang terkuak dari dalam kampus baru-baru ini, dikutip dari kompas.tv.

    Ia tak habis pikir, reputasi kampus yang sudah dibangun dengan jerih payah bersama pimpinan dan timnya kini tercoreng oleh praktek kejahatan upal.

    “Setengah mati kami membangun kampus, membangun reputasi bersama pimpinan, dengan sekejap dihancurkan,” tutur Hamdan saat konferensi pers di Kabupaten Gowa, Kamis (19/12/2024). 

    Ia menyatakan dengan tegas tentang penonaktifan kepala perpustakaan dan staf yang terlibat dengan kasus upal tersebut. 

    “Kami mengambil langkah, setelah ini jelas kedua oknum yang terlibat dari kampus kami langsung kami berhentikan dengan tidak hormat,” tegas Hamdan. 

    Adapun sejauh ini kepolisian telah menetapkan 17 tersangka dari kasus tersebut.

    Dua di antaranya tak lain adalah Kepala Perpustakaan dan staf di kampus itu. 

    Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Hamdan Juhannis menyatakan tanggapannya terhadap kasus uang palsu yang diproduksi di kampus yang ia pimpin, disampaikan dalam Konferensi Pers Pengungkapan Kasus Pembuatan dan Peredaran Uang Palsu di Kabupaten Gowa yang diselenggarakan pada Kamis (19/12/2024). (Tangkapan Layar YouTube KompasTV)

    Di sisi lain, terungkap canggihnya uang palsu yang dicetak di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

    Sosok bos pabrik uang palsu, yakni Kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim juga disorot.

    Diberitakan sebelumnya, Polres Gowa berhasil membongkar peredaran uang palsu di kampus tersebut.

    Terbongkarnya peredaran dan produksi uang palsu ini terjadi pada awal Desember 2024 ketika polisi menangkap salah satu tersangka di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel.

    Barang bukti uang palsu senilai Rp500 ribu pun disita.

    Kasus pun berkembang hingga akhirnya polisi menggerebek gedung perpustakaan di dalam Kampus UIN Alauddin Makassar yang terletak di Jl Yasin Limpo, Kecamatan Somboapu, Kabupaten Gowa.

    Mesin cetak canggih pun disita jadi salah satu barang bukti.

    Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak menuturkan, uang palsu yang dicetak dalam pecahan seratus ribu rupiah emisi keluaran terbaru ini sulit terdeteksi alat X-Ray.

    Ia menuturkan, pengungkapan sindikat uang palsu ini cukup menantang karena harus melibatkan beberapa bank milik pemerintah dan swasta.

    Pasalnya uang palsu yang dicetak terbilang cukup canggih dan sulit terdeteksi.

    “Pengembangan ini kami harus melibatkan beberapa bank karena uang palsu yang dicetak terbilang canggih,”

    “Kami juga harus bekerja sama dengan salah satu kampus negeri di Kabupaten Gowa, sebab uang palsu ini diproduksi di dalam kampus,” jelas Reonald Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com via Tribunnews.

    AKBP Reonald Simanjuntak juga menuturkan bahwa pihaknya telah meringkus 15 orang.

    Sembilan di antaranya telah ditahan di Polres Gowa, sementara lima pelaku lainnya dalam perjalanan dari Mamuju, Sulawesi Barat.

    Sementara satu orang perjalanan dari Wajo, Sulsel.

    “Sudah 15 tersangka ditangkap. Sembilan sudah kami lakukan penahanan, lima dalam perjalanan dari Mamuju, satu perjalanan dari  Wajo,” jelasnya, dikutip dari Tribun-Timur.com.

    ILUSTRASI Uang palsu – sosok Kepala UPT Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim (Dok. Polda Metro Jay – IST TribunTimur)

    Ia juga menuturkan bahwa tak menutup kemungkinan tersangka akan bertambah.

    “Mungkin masih ada lagi tersangka lanjutannya. Kami minta sabar dulu masih kami kembangkan,” jelasnya.

    Sementara itu, inilah sepak terjang Andi Ibrahim, melansir dari TribunTimur.

    Dr Andi Ibrahim, S.Ag, SS, M.Pd, seorang dosen dari Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Kepala UPT Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar.

    Andi Ibrahim menyelesaikan pendidikan doktornya di UIN Alauddin Makassar. 

    Sementara itu, dia mendapatkan dua gelar sarjana sebagai sarjana agama dan sarjana sastra di Universitas Indonesia.

    Pendidikan

    S3 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019 

    S2, Universitas Negeri Malang, 2002 

    Sarjana Sastra Universitas Indonesia, 1998

    Sarjana Agama, Universitas Islam Negeri Alauddin, 1995.

    Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, awal mula kasus ini terungkap saat salah seorang pelaku ditangkap di wilayah Kecamatan Pallangga.

    Pelaku disebut bertransaksi dengan uang palsu sebesar Rp 500 ribu emisi terbaru.

    “Awalnya di Pallangga. itu yang Rp 500 ribu transaksi dengan menggunakan uang palsu,” katanya, di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Senin (16/12/2024) malam.

    Dari penangkapan pelaku itu, polisi melakukan serangkaian penyelidikan dan pengembangan. 

    Alhasil, polisi mengungkap sejumlah barang bukti di kampus II UIN Alauddin Makassar Jl HM Yasin Limpo, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel.

    Di situ, polisi menyita beberapa barang bukti berupa uang palsu dan mesin cetak uang palsu.

    “Kita kembangkan, sehingga kami temukan sejumlah Rp 446.700.000 (uang palsu),” kata AKBP Reonald Simanjuntak.

    “Barang bukti yang kami temukan di salah satu kampus di Gowa,” ujarnya.

    Uang palsu tersebut, lanjut Reonald, dalam pecahan Rp 100 ribu. 

    “Pecahan uang palsu Rp 100 ribu. Barang bukti lainnya masih ada,” kata Ronald.

    “Jadi sabar, mudah-mudahan dalam waktu  singkat ini kami rilis kembali. Dan ini akan dirilis oleh Kapolda Sulsel langsung,” jelasnya.

    Pengungkapan pabrik dan peredaran uang palsu ini disebut pada awal Desember 2024.

    Perkara ini terungkap atas tim super gabungan dibentuk.

    “Kami melakukan berdasarkan join Investigation. Penyidikan ini menggunakan teknologi atau scientific Investigation,” ucapnya.

    Tim melibatkan labfor, bank BI, BRI, BNI  dan bantuan dari rektor UIN Alauddin Makassar.

    “Ternyata alat dan barang bukti yang kami dapatkan di dalam kampus salah satu universitas ternama di Gowa,” jelasnya.

    Ada 100 jenis barang bukti disita, termasuk mesin pencetak uang palsu tersebut.

    Selain barang bukti, pihak kepolisian juga mengamankan terduga pelaku Kepala perpustakaan dan satu staf UIN Alauddin Makassar.

    Berdasarkan keterangan polisi, uang palsu yang sempat dicetak di kampus UIN Alauddin, berkisar Rp2 miliar.

    Sebagian uang itu telah disebarkan ke daerah, di antaranya, Gowa, Mamuju (Sulbar), dan Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

    Selebihnya, Rp 446 juta berhasil disita dari lokasi yang diduga sebagai tempat percetakan.

    Uang palsu itu ini dalam penguasaan Polres Gowa.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com