Tag: Suzanna

  • Luna Maya Blak-blakan Mengaku Pilih Tunda Punya Anak

    Luna Maya Blak-blakan Mengaku Pilih Tunda Punya Anak

    Jakarta, Beritasatu.com-Luna Maya akhirnya buka suara terkait pertanyaan soal kapan memiliki keturunan yang kerap dilontarkan banyak netizen kepadanya, seusai dirinya resmi menikah dengan aktor Maxime Bouttier.

    Secara blak-blakan, aktris dan model top tersebut mengaku untuk saat ini ia dan Maxime masih menunda untuk memiliki anak.

    “Sebenarnya siap-siap saja kalau dikasih, tetapi jujur gue menunda (punya anak),” ujar Luna, dikutip dari kanal YouTube Comic 8 Revolution, Kamis (24/7/2025).

    Luna menegaskan, untuk saat ini ia pribadi belum siap secara mental untuk menjalani kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu.

    “Gue pengin punya anak di saat gue sudah siap secara mental. Di saat gue sudah oke tubuh ini akan mengandung dan membawa nyawa baru, siap menjadikan janin tersebut berkualitas dia tahu kedua orang tuanya sangat menantikan kehadiran dia dan bahagia,”tambahnya.  

    Tak lupa, kepada para netizen, pemeran Suzanna tersebut meminta publik untuk menghargai keputusannya menunda memiliki anak saat ini.  

    “Kepada para netizen yang budiman, tolong juga hargai waktu dan keputusan aku,” tandas Luna.

  • Asri Welas Sebut 17 Tahun Hidup Sendiri, Mantan Suami: Cobalah Bijak dalam Berkomentar

    Asri Welas Sebut 17 Tahun Hidup Sendiri, Mantan Suami: Cobalah Bijak dalam Berkomentar

    Jakarta, Beritasatu.com – Mantan suami Asri Welas, Galiech Ridha Rahardja membantah tuduhan yang dilontarkan Asri Welas yang menyebut selama 17 tahun hidup sendiri.

    “Cobalah untuk lebih bijak dalam berkomentar,” ucap Galiech Ridha Rahardja dikutip dari channel YouTube, Senin (3/3/2025).

    Galiech Rahardja mengatakan, setiap malam dirinya selalu mempertanyakan keberadaan Asri Welas apabila belum pulang ke rumah saat sibuk dengan pekerjaannya di dunia entertainment.

    “Kalau saya dibilang 17 tahun tidak pernah cari dia (Asri Welas) lucu saja apalagi kami sudah punya tiga anak yang sehat, Mba Asri syuting sampai malam saya selalu menghubungi dia. ‘Posisi Kamu di mana? kamu masih lama syutingnya?’,” katanya.

    “At least, setelah mendengar suara dia saya merasa aman dan dia masih kerja apalagi mendengar suaranya,” ucapnya.

    Galiech Rahardja juga membantah tuduhan dari Asri Welas yang menyebut dirinya tidak pernah hadir pada premiere film yang dibintangi Asri Welas.

    “Kalau dibilang saya tidak pernah hadir di film dia, saya hadir saat dia bermain film Suzanna, Keluarga Cemara. Bisa dilihat di postingan Instagram saya, saya selalu datang di kegiatan mba Asri,” lanjutnya.

    “Namun, memang ada beberapa kali saya enggak bisa datang karena pekerjaan. Saya bicara di sini sesuai dengan fakta,” tuturnya.

    Galiech Rahardja mengaku, perceraian dirinya dengan Asri Welas karena tidak pernah bertemu titik tengah untuk keduanya saat berumah tangga.

    “Kenapa kami harus bercerai? Karena saya dan dia tidak ada titik temu,” paparnya.

    “Semua di instagram saya masih berisi foto saya dan Mba Asri. Tidak ada satu pun yang saya hapus, jadi silakan netizen yang menilai apakah saya bangga dengan dia atau tidak,” tutup Galiech Ridha Rahardja yang membantah tuduhan Asri Welas mengaku 17 tahun hidup sendiri.

  • Mbak Ita dan Suami Tambah Daftar Panjang Pasutri Ditahan KPK di Kasus Korupsi

    Mbak Ita dan Suami Tambah Daftar Panjang Pasutri Ditahan KPK di Kasus Korupsi

    Jakarta

    Wali Kota Semarang Hevearit Gunaryanti Rahayu (HGR) alias Mbak Ita dan suaminya, Alwin Basri, telah ditahan KPK. Keduanya menambah daftar panjang pasangan suami istri (pasutri) yang mendekam di Rutan KPK.

    Mbak Ita dan Alwin ditahan KPK sejak Rabu (19/2). Keduanya merupakan tersangka kasus korupsi di Pemkot Semarang.

    Penahanan Mbak Ita juga dilakukan dengan melalui sejumlah drama. KPK harus menunggu hingga panggilan keempat sebelum menahan Mbak Ita. Kader PDIP itu akhirnya hadir memenuhi panggilan pemeriksaan KPK di hari terakhir menjabat sebagai Wali Kota Semarang.

    Dalam konferensi pers di gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu (19/2), peran Mbak Ita dan Alwin diungkap KPK. Keduanya berperan dalam kasus suap proyek kursi SD, memotong tunjangan ASN dan gratifiksi.

    “Bahwa sejak saat HGR menjabat sebagai Wali Kota Semarang, HGR dan AB telah menerima sejumlah uang dari fee atas pengadaan meja kursi fabrikasi SD pada Dinas Pendidikan Kota Semarang TA 2023, pengaturan proyek penunjukan langsung pada tingkat kecamatan TA 2023 dan permintaan uang ke Bapenda Kota Semarang,” kata Wakil Ketua KPK Ibnu Basuki Widodo dalam konferensi pers.

    Dalam perkara pertama, Mbak Ita dan Alwin diduga terlibat dugaan korupsi pada proyek pengadaan meja kursi fabrikasi SD pada dinas pendidikan Kota Semarang. Keduanya diduga menerima uang sebesar Rp 1,7 miliar.

    “Bahwa atas keterlibatan dari AB membantu RUD (direktur PT Deka Sari Perkasa) mendapatkan proyek tersebut, RUD telah menyiapkan uang sebesar Rp 1.750.000.000 atau sebesar 10% untuk AB,” katanya.

    Sedangkan dalam perkara kedua, Mbak Ita dan suaminya, diduga terlibat dalam pengaturan pada proyek penunjukan langsung pada tingkat kecamatan. Alwin diduga menerima uang sebesar Rp. 2 miliar.

    “Bahwa pada sekitar bulan Desember tahun 2022, M menyerahkan uang senilai Rp 2 miliar kepada AB sebagai commitment fee proyek PL Kecamatan,” jelasnya.

    Dan yang terakhir, perkara permintaan uang dari kepada Bapenda Kota Semarang. Keduanya menerima uang sebesar Rp 2,4 miliar.

    “IIN memberikan uang sekurang-kurangnya Rp.2.400.000.000 (Rp 2 miliar) kepada HGR dan AB yang dipotong dari iuran sukarela Pegawai Bapenda Kota Semarang dari TPP triwulan 1 sampai dengan 4 tahun 2023,” kata Ibnu.

    Jika dijumlahkan, Mbak Ita dan suaminya mendapat total uang sekitar Rp 6 miliar dalam 3 perkara tersebut. Keduanya dijerat pasal terkait suap hingga gratifikasi.

    Mbak Ita dan Alwin bukan pasutri pertama yang ditahan oleh KPK karena kompak melakukan korupsi. KPK sebelumnya telah menjerat dan menahan 13 pasutri akibat terlibat korupsi. Berikut rinciannya:

    1. Mantan Bendum Demokrat M Nazaruddin dan Neneng Sri Wahyuni (April 2012)

    Menerima suap Rp 4,6 miliar dari PT Duta Graha Indah, pemenang lelang proyek Wisma Atlet, serta kasus pencucian uang. Nazaruddin dipidana bui 13 tahun, sedangkan Neneng 6 tahun.

    2. Mantan Bupati Karawang Ade Swara dan Nurlatifah (Januari 2015)

    Menerima suap senilai Rp 5 miliar dari CEO PT Tatar Kertabumi, Aking Saputra, untuk penerbitan Surat Persetujuan Pemanfaatan Ruang (SPPR). Selain itu, keduanya dijerat pencucian uang. Ade kemudian dihukum penjara 6 tahun, sedangkan Nurlatifah 5 tahun.

    3. Mantan Wali Kota Palembang Romi Herton dan Masyitoh (Maret 2015)

    Romi menyuap Ketua MK Akil Mochtar saat itu senilai Rp 14,145 miliar dan USD 316.700, dibantu Masyitoh. Tujuannya mempengaruhi putusan perkara permohonan keberatan hasil pilkada Kota Palembang. Pasutri itu juga dijerat dengan pasal pemberian kesaksian palsu di persidangan. Romi lalu dihukum 7 tahun penjara, sedangkan Masyitoh 5 tahun. Romi meninggal di Lapas Gunung Sindur pada September 2017.

    Pasutri ini menyuap 3 hakim dan panitera di PTUN Sumatera Utara. Uang suap senilai USD 15 ribu dan SGD 5.000 lewat pengacara OC Kaligis. Selain itu, Gatot kembali dijerat kasus korupsi dana hibah dan dana bantuan sosial (bansos). Gatot kini menjalani hukuman total 12 tahun, sedangkan Evy 2,5 tahun penjara dan telah bebas.

    Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

    4. Mantan Bupati Empat Lawang Budi Antoni Aljufri dan Suzanna Budi Antoni (Juli 2015)

    Menyuap Ketua MK Akil Mochtar senilai Rp 10 miliar dan USD 500 ribu agar memenangi sengketa pilkada Kabupaten Empat Lawang di MK. Pasutri ini juga memberikan keterangan tidak benar saat menjadi saksi di persidangan dengan terdakwa Akil Mochtar. Budi kemudian dihukum 4 tahun penjara, sedangkan Suzanna 2 tahun.

    5. Mantan Bupati Musi Banyuasin, Sumsel, Pahri Azhari dan Lucianty (Mei 2016)

    Menyuap anggota DPRD Musi Banyuasin untuk memuluskan pembahasan RAPBD Kabupaten Musi Banyuasin. Uang yang dibagikan ke anggota DPRD berasal dari urunan para kepala dinas. Pahri dihukum 3 tahun dan Lucianty 1,5 tahun bui.

    6. Mantan Wali Kota Cimahi Atty Suharti dan Itoc Tochija (Desember 2016)

    Atty dan Itoc menerima suap Rp 500 juta terkait proyek pembangunan Pasar Atas Cimahi tahap II senilai Rp 57 miliar. Duit suap tersebut diterima mereka dari pengusaha Triswara Dhanu Brata dan Hendriza Soleh Gunadi. Atty divonis 4 tahun penjara, sedangkan Itoc 7 tahun.

    7. Mantan Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti dan Lily Martiani Maddari (Juni 2017)

    Menerima suap Rp 1 miliar dari commitment fee Rp 4,7 miliar. Suap diterima dari bos PT Statika Mitra Sarana (SMS) Jhoni Wijaya yang memenangi dua proyek peningkatan jalan di Kabupaten Rejang Lebong. Lily berperan sebagai perantara suap itu.

    8. Eks Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud dan istrinya, Hendrati (Mei 2018)

    Dirwan Mahmud dan Hebdrati ditetapkan KPK sebagai tersangka penerima suap. Dirwan diduga menerima suap Rp 98 juta dari Juhari selaku kontraktor. KPK menyebut uang itu merupakan bagian dari 15 persen commitment fee atas lima proyek pekerjaan infrastruktur dengan nilai total Rp 750 juta.

    9. Xaveriandy Sutanto dan Memi

    Pasangan suami-istri, Xaveriandy dan Memi, dijerat KPK karena diduga menyuap eks Ketua DPD Irman Gusman. Keduanya terbukti menyuap mantan Ketua DPD Irman Gusman Rp 100 juta untuk mendapatkan kuota pembelian gula impor sebanyak 1.000 ton. Hakim telah menjatuhkan hukuman 3 tahun bui untuk Xaveriandy dan penjara 2 tahun 6 bulan kepada Memi.

    10. Sekeluarga Penyuap Pejabat Kementerian PUPR

    Selain pasangan suami-istri, KPK pernah menjerat sekeluarga sebagai tersangka kasus suap proyek sistem penyediaan air minum (SPAM) Kementerian PUPR. Mereka ialah Direktur Utama PT Wijaya Kusuma Emindo (WKE) Budi Suharto, Direktur Keuangan PT WKE Lily Sundarsih, Dirut PT Tashida Sejahtera Perkasa (PT TSP) Irene Irma, dan Project Manager PT TSP Yuliana Enganita Dibyo. Mereka telah divonis bersalah dan dieksekusi.

    Budi Suharto dan Lily merupakan pasangan suami-istri. Sedangkan Irene dan Yuliana adalah anak dari pasangan suami-istri itu.

    11. Ismunandar-Encek, Suami-Istri dari Kutai Timur

    Selanjutnya giliran Ismunandar dan Encek UR Firgasih, pasangan suami-istri dari Kutai Timur, yang terjerat kasus korupsi.

    Tak tanggung-tanggung, Ismunandar dan Encek merupakan orang nomor satu di eksekutif dan legislatif di kabupaten yang berada di Kalimantan Timur (Kaltim) itu. Ismunandar tercatat sebagai Bupati Kutai Timur, sedangkan istrinya, Encek, adalah Ketua DPRD Kutai Timur.

    Keduanya terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Kamis, 2 Juli 2020. Setelah itu, KPK memproses hukum keduanya dengan sangkaan suap-menyuap terkait pekerjaan infrastruktur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur pada 2019-2020.

    Dalam kasus ini, istri Ismunandar, Encek, juga diduga menerima uang sejumlah Rp 200 juta. Diduga uang itu diterima Encek karena Ismunandar mengamankan anggaran proyek di Pemkab Kutai Timur agar para kontraktor tidak mendapat potongan anggaran.

    12. Bupati Probolinggo dan Suami (Agustus 2021)

    KPK juga pernah menetapkan Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari beserta suaminya yang merupakan anggota DPR RI, Hasan Aminuddin, menjadi tersangka korupsi. Mereka diduga menerima suap terkait jabatan kepala desa (kades).

    Total, ada 22 orang yang dijerat KPK sebagai tersangka. Mayoritas adalah ASN yang hendak mengisi jabatan Kepala Desa dan memberi suap ke pasangan suami istri tersebut.

    “KPK menetapkan 22 orang tersangka dalam perkara ini,” kata Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, saat konferensi pers di Gedung KPK, Selasa (31/8/2021).

    Alexander mengungkap ada tarif jabatan kepala desa di Probolinggo yang ditetapkan oleh Puput. Menurutnya, setiap ASN yang hendak mengisi jabatan Kepala Desa dipungut upeti Rp 20 juta ditambah setoran tanah kas desa dengan tarif Rp 5juta/hektare.

    13. Bupati Kapuas dan Anggota Komisi III DPR

    Terbaru ada kasus Bupati Kapuas Ben Brahim S Bahat dan istrinya yang anggota Komisi III Fraksi NasDem DPR RI, Ary Egahni Ben Bahat. Pasangan suami istri ini telah ditetapkan sebagai tersangka KPK. Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri belum menjelaskan lebih lanjut perihal konstruksi perkara kasus yang melibatkan pasangan suami istri tersebut. Namun keduanya diduga menerima suap dari beberapa pihak.

    “Pihak penyelenggara negara dimaksud merupakan salah satu Kepala Daerah di Kalteng beserta salah seorang anggota DPR RI,” kata Ali, Selasa (28/3).

    “Para tersangka tersebut diduga pula menerima suap dari beberapa pihak terkait dengan jabatannya sebagai penyelenggara negara,” ujar Ali.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kasus Bayi di Atap Rumah Warga Surabaya, Polisi Periksa 3 Saksi

    Kasus Bayi di Atap Rumah Warga Surabaya, Polisi Periksa 3 Saksi

    Surabaya (beritajatim.com) – Polisi masih terus melanjutkan penyelidikan untuk mengungkap pelaku pembuangan bayi di atap rumah warga Pacar Keling, Tambaksari, Surabaya, Sabtu (02/11/2024) kemarin.

    Kanit Reskrim Polsek Tambaksari, Iptu Aman Hasta mengatakan bahwa pihaknya sudah periksa 3 saksi atas peristiwa itu. Aman mengatakan bahwa penemuan bayi di atas atap rumah warga Pacar Keling itu janggal.

    “Kemungkinan akan ada saksi tambahan. Kasus ini janggal karena tidak mungkin bayi dilempar dari bawah. Atau ada yang nekat berjalan di atas genteng ini masih kami dalami,” kata Aman Hasta, Selasa (05/11/2024).

    Aman mengatakan bahwa saat ini bayi perempuan yang ditemukan dalam kondisi stabil. Tali pusar yang kemarin masih terpasang, kini sudah dipotong oleh tim kesehatan di RSUD dr. Soetomo.

    “Masih menjalani perawatan di RSUD. dr. Soetomo dan masuk inkubator. Kondisinya stabil dan tetap dalam pemantauan tenaga medis,” tutur Aman.

    Dari informasi yang dihimpun Beritajatim.com, banyak pihak yang hendak mengajukan untuk adopsi. Namun, sampai saat ini pihak kepolisian masih fokus untuk mengungkap siapa orang tua dari bayi itu.

    “Banyak yang mengajukan adopsi, ya boleh kan ada ketentuannya. Fokus kami sekarang adalah mengumpulkan bukti dan menemukan orang tua dari bayi itu,” pungkas Aman.

    Diketahui, warga di Jalan Pacar Surabaya dikejutkan dengan penemuan bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan di atas genting, atap rumah pada Sabtu (2/11/2024) malam hari.

    Bayi perempuan tersebut semula ditemukan oleh Suzana, warga setempat. Polisi mengungkapkan bayi ditemukan sekitar pukul 22.37 WIB, ditandai dengan suara tangisan.

    “Bayi ini ditemukan atap rumah Suzanna (warga) dalam keadaan sehat dan masih terdapat ari – ari (tali pusar),” terang Kapolsek Tambaksari Kompol Imam Solikin, melalui keterangannya, Minggu (3/11).

    Imam menjelaskan, sesuai keterangan dari warga setempat awalnya bayi perempuan itu ditemukan di atap rumah. Lantas penemunya berteriak, dan disusul warga lain yang mendengar berdatangan.

    “Dari situ warga pun mengambil dan menggendong bayi perempuan tersebut turun dari atap rumah,” jelas Imam. (ang/ian)