Tag: Sundar Pichai

  • Zuckerberg, Elon Musk, dan Bos-Bos Teknologi Ramai Hadiri Pelantikan Donald Trump – Page 3

    Zuckerberg, Elon Musk, dan Bos-Bos Teknologi Ramai Hadiri Pelantikan Donald Trump – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pelantikan Presiden AS ke-47 Donald Trump menarik perhatian, karena kali ini deretan bos perusahaan teknologi hadiri acara tersebut.

    Hal tersebut tidaklah mengherankan, pasalnya para bos teknologi yang ketika Trump memenangi Pilpres telah mengucapkan selamat kepadanya. Mereka sebelumnya juga sudah bertemu dan dijamu di kediaman pribadi Donald Trump di Mar-a-Lago, Florida.

    Pada 20 Januari 2025, yakni di hari pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS, deretan orang nomor satu perusahaan teknologi raksasa AS ini hadir. BBC melaporkan, mereka juga menyempatkan diri hadir di kebaktian pelantikan Trump pada Senin pagi, waktu setempat.

    Di antara daftar bos perusahaan teknologi yang hadir, tampak pendiri Amazon Jeff Bezos, bos Meta Mark Zuckerberg, CEO Apple Tim Cook, hingga CEO Google Sundar Pichai yang masing-masing menempati kursi utama di Gereja St John, tempat Trump disumpah.

    Selanjutnya, beberapa miliarder teknologi lain juga bergabung dengan Donald Trump dalam parade inaugurasi di Rotunda Capitol, termasuk bos SpaceX sekaligus pemilik Twitter Elon Musk. Ia bahkan tersorot kamera tampak kegirangan pada acara tersebut. 

    Mengutip BBC, Selasa (21/1/2025), Elon Musk memang sudah memberikan dukungan ke Donald Trump sejak masa kampanye.

    Laporan menyebutkan, Musk menghabiskan hampir USD 300 juta untuk membantu kampanye Trump dan terus berada di pihak Trump sejak saat itu.

    Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump melakukan joget ikoniknya pasca memberikan pidato jelang pelantikan. Donald Trump berjoget diiringi oleh penari latar.

  • Blokir Batal, CEO TikTok Hadir di Pelantikan Presiden Donald Trump

    Blokir Batal, CEO TikTok Hadir di Pelantikan Presiden Donald Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO TikTok, Shou Chew, kabarnya akan hadir pada pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dijadwalkan digelar pada Senin, 20 Januari 2025, waktu sempat.

    Chew diperkirakan duduk bersama para CEO dan pemimpin platform teknologi besar lainnya, termasuk CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk, pendiri Amazon Jeff Bezos, CEO Meta Mark Zuckerberg, dan CEO Google Sundar Pichai.

    Kabarnya, para CEO raksasa teknologi ini akan duduk di podium bersama mantan Presiden, keluarga Trump, dan para calon anggota Kabinet baru Donald Trump, demikian dikutip dari New York Times, Senin (20/1/2024).

    Kehadiran Chew terjadi ketika aplikasi TikTok yang populer sedang bersiap-siap untuk menutup aplikasi tersebut pada Minggu (19/1), setelah larangan TikTok beroperasi di Amerika Serikat mulai berlaku dan dibiarkan terjadi oleh Mahkamah Agung.

    Namun, Tiktok akhirnya kembali bisa diakses di Amerika Serikat (AS) setelah sebelumnya ‘dimatikan’ selama beberapa jam. Kembalinya aplikasi itu karena presiden AS terpilih Donald Trump menjanjikan akan menunda larangan federal pada Tiktok.

    Dalam pernyataan di akun X, Tiktok menjelaskan tengah dalam proses mengembalikan akses ke pengguna AS. Mereka juga berterima kasih pada Trump yang disebut memberikan kejelasan dan jaminan.

    Dukungan Trump untuk TikTok merupakan kebalikan yang mengejutkan dari tindakannya pada 2020 lalu. Selama masa jabatan pertamanya ia berusaha until memblokir aplikasi ini di Amerika Serikat dan memaksa penjualannya ke perusahaan-perusahaan Amerika.

    Trump mulai mendekatkan diri dengan perusahaan tersebut tahun lalu, terutama setelah Trump melonjak popularitasnya di TikTok selama pemilu tahun lalu.

    (dem/dem)

  • Bos Nvidia Tak Hadir di Pelantikan Trump, Pilih Rayakan Imlek

    Bos Nvidia Tak Hadir di Pelantikan Trump, Pilih Rayakan Imlek

    Jakarta

    CEO Nvidia Jensen Huang mengaku tak akan menghadiri acara pelantikan Donald Trump menjadi Presiden Amerika 20 Januari mendatang

    Huang memilih berjalan-jalan untuk merayakan Tahun Baru Cina, atau yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Imlek, bersama pegawai dan keluarganya, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (17/1/2025).

    Langkah Huang ini berbeda dengan kebanyakan bos-bos perusahaan teknologi besar lain, yang sudah memastikan akan hadir di acara pelantikan tersebut. Misalnya saja CEO Alphabet Sundar Pichai, CEO Apple Tim Cook, CEO Amazon Jeff Bezos, dan CEO Meta Mark Zuckerberg.

    Selama ini Huang juga disebut belum pernah menghadiri acara pelantikan Presiden Amerika Serikat. Ia pun mengaku belum akan menemui Trump untuk membicarakan aturan ekspor baru untuk AI yang baru disahkan oleh Presiden Biden.

    “Namun saya tak sabar untuk memberikan selamat untuk pemerintahan Trump saat mereka mulai bekerja,” kata Huang.

    Aturan AI yang dimaksud ini baru diumumkan oleh Presiden Biden pada 13 Januari lalu. Dalam aturan ini, AS membatasi ekspor chip AI ke banyak negara kecuali negara-negara yang dekat dengan AS, termasuk Taiwan salah satunya.

    Amerika juga tetap membatasi ekspor ke sejumlah negara seperti China untuk membatasi pembelian chip canggih yang dianggap bisa memperkuat militer China.

    Langkah pembatasan ekspor chip AI ini kemudian dikritik oleh Nvidia. Menurut mereka, aturan ini akan merusak kepemimpinan Amerika di ranah AI.

    Nvidia adalah nama besar di ranah AI, ini karena chip buatan mereka sangat diandalkan untuk pengolahan AI. Bahkan, permintaan chip ini terus meroket beberapa tahun belakangan, yang membuat valuasi Nvidia terus naik dan menembus angka USD 3 triliun.

    (asj/asj)

  • Trump Dilantik Minggu Depan, Deretan Bos Raksasa Teknologi Bakal Hadir

    Trump Dilantik Minggu Depan, Deretan Bos Raksasa Teknologi Bakal Hadir

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kurang dari satu minggu lagi, pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan digelar.

    Upacara Pelantikan Presiden AS ke-60 Donald Trump akan berlangsung di Gedung Kongres AS (US Capitol) pada hari Senin, 20 Januari 2025. Upacara ini dijadwalkan pada pukul 12 siang waktu setempat.

    Sejumlah tokoh teknologi dijadwalkan hadir pada pelantikan Trump. Sejauh ini ada beberapa nama yang disebut akan hadir, termasuk Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg.

    Berikut daftar tamu bos teknologi di pelantikan Trump pekan depan.

    Elon Musk

    Elon Musk dijadwalkan akan hadir dan diperkirakan duduk di dekat Trump saat pelantikan, karena hubungannya yang dekat dengan Trump.

    Musk telah diberikan posisi di pemerintahan Trump, yakni Departemen Efisiensi Pemerintah, atau DOGE, sebuah badan non-pemerintah yang akan memberikan rekomendasi kepada Trump dan Kongres untuk memangkas pengeluaran federal.

    Ia diperkirakan akan memimpin komite tersebut bersama rekan miliarder Vivek Ramaswamy, yang kabarnya mengejar kursi di Senat.

    Musk dilaporkan akan memiliki ruang kantor sendiri di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower, yang bersebelahan dengan Gedung Putih. Ini memungkinkannya untuk terus memiliki akses ke Trump.

    Musk telah menyewa sebuah pondok di klub Mar-a-Lago milik Trump dalam beberapa minggu terakhir sehingga ia dapat memberikan saran kepada presiden yang akan datang di “Gedung Putih Musim Dingin” dan menyiarkan secara langsung saat ia bermain video game.

    Dia juga bergabung dengan Trump dalam sejumlah pertemuan dengan para pemimpin dunia dan sesama pemimpin teknologi, termasuk Jeff Bezos.

    Jeff Bezos

    Pendiri Amazon dan pemilik Blue Origin, Jeff Bezos, juga akan bergabung dengan Musk dalam pelantikan Trump.

    Amazon adalah salah satu perusahaan publik besar pertama yang diketahui menyumbang untuk pelantikan Trump. Amazon menyumbangkan US$1 juta dan merencanakan sumbangan terpisah sebesar US$1 juta dalam bentuk barang dengan menyiarkan acara tersebut di Amazon Video.

    Bezos seolah berusaha untuk menebus kesalahannya dengan presiden terpilih, yang sering berselisih dengan dia selama masa jabatan pertamanya terkait kontrak yang menguntungkan yang dikenal sebagai JEDI, yang pada awalnya diberikan kepada Microsoft.

    Pada Oktober, ia membatalkan rencana The Washington Post miliknya untuk mendukung saingan Trump dari Partai Demokrat.

    Bulan lalu, Bezos bertemu dengan Trump untuk makan malam di klub Mar-a-Lago miliknya di Palm Beach, Florida, bersama dengan Musk.

    “SEMUA ORANG INGIN MENJADI TEMAN SAYA!!!” Trump menulis di Truth Social keesokan paginya.

    Mark Zuckerberg

    Mark Zuckerberg dilaporkan akan bergabung dengan Bezos dan Musk pada pelantikan karena ia terus mendekatkan diri dengan pemerintahan berikutnya.

    Selain menyumbang untuk dana peresmian, Meta telah menambahkan Dana White, CEO Ultimate Fighting Championship (EDR) dan sekutu Trump, ke dalam jajaran direksinya. Meta juga menghapus fitur cek fakta di platform media sosialnya untuk mendukung pemerintahan Trump.

    Kebijakan moderasi juga telah dibatalkan, dalam sebuah langkah yang dipuji oleh kaum konservatif tetapi dikritik oleh kelompok-kelompok yang khawatir bahwa hal tersebut akan memungkinkan antisemitisme, retorika anti-LGBTQ+, dan disinformasi menyebar.

    Sundar Pichai

    CEO Google Sundar Pichai diperkirakan akan bergabung dengan iring-iringan para pemimpin teknologi yang akan menghadiri pelantikan Trump, lapor Business Insider, mengutip seseorang yang mengetahui rencananya.

    Berita ini muncul tidak lama setelah perusahaannya menyumbang US$1 juta untuk dana pelantikan dan mengatakan bahwa mereka akan menyiarkan langsung acara tersebut di YouTube dengan tautan langsung yang ditampilkan di beranda platform berbagi video tersebut.

    Pichai juga mengungkapkan kegembiraannya untuk mengerjakan “Proyek Manhattan” untuk kecerdasan buatan (AI) menjelang pertemuan dengan Trump pada bulan Desember.

    Dalam acara DealBook Summit di The New York Times bulan lalu, Pichai mengatakan bahwa ia berharap Trump dapat membantu membangun infrastruktur untuk kecerdasan buatan.

    Hal ini kemungkinan akan membuat Google, dan perusahaan-perusahaan AI lainnya, bekerja sama dengan David Sacks, pemodal ventura yang dijuluki Trump sebagai “crypto and AI czar,” dan Mantan eksekutif Microsoft Sriram Krishnan, yang akan menjadi penasihat senior Trump di bidang AI.

    Shou Zi Chew

    The New York Times melaporkan bahwa CEO TikTok Shou Zi Chew akan menghadiri pelantikan Trump pada hari Senin. Pelantikan Trump ini bertepatan sehari setelah TikTok kemungkinan besar akan dilarang di Amerika Serikat.

    Chew diundang untuk duduk di posisi kehormatan di podium, di mana para tamu penting termasuk Zuckerberg, Bezos, dan Musk juga akan duduk.

    Ini adalah sebuah langkah yang menyoroti tidak hanya perubahan pandangan Trump terhadap TikTok, tetapi juga rencananya untuk menyelamatkan aplikasi ini agar tidak tendang dari negara tersebut.

    Perusahaan China ByteDance, yang telah menyatakan keengganannya untuk menjual TikTok, diberi waktu hingga 19 Januari untuk menemukan pembeli atau menghadapi larangan, yang akan membuat aplikasi ini tidak dapat diunduh di AS dan memblokir penyedia layanan internet AS.

    Mahkamah Agung saat ini sedang memperdebatkan apakah akan memblokir larangan tersebut.

    Trump telah meminta Mahkamah Agung untuk menunda penerapan larangan tersebut hingga ia mulai menjabat sehingga ia dapat memeriksa kasus ini dengan saksama.

    Pada Desember, Trump mengatakan bahwa dirinya memiliki “tempat yang hangat” di hatinya untuk TikTok, yang ia puji karena telah memberikan dukungan dari para pemilih yang lebih muda. Dia juga bertemu dengan Chew bulan lalu di klub Mar-a-Lago miliknya.

    Tim Cook

    CEO Apple Tim Cook berencana untuk menghadiri pelantikan Trump. Menurut Axios, ia menyumbangkan sekitar US$1 juta kepada komite pelantikan Trump tahun 2025.

    Cook adalah salah satu dari sedikit CEO teknologi yang belum pernah berselisih dengan Trump. Selama masa pemerintahan Trump yang pertama, Cook sering menelepon presiden saat itu, duduk di Dewan Penasihat Kebijakan Tenaga Kerja, dan menjamu Trump di kampus Apple di Austin, Texas.

    Pada t2019, setelah Cook berhasil meyakinkan Trump agar Apple mendapat pengecualian dari serangkaian tarif yang memengaruhi impor Tiongkok, Cook menghadiahkan salah satu Mac Pro pertama yang dibuat di fasilitas barunya di AS kepada presiden saat itu.

    Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News pada bulan Juni, Trump mengatakan bahwa ia menganggap Cook sebagai “pebisnis yang sangat baik.”

    “Saya percaya bahwa jika Tim Cook tidak menjalankan Apple, jika Steve Jobs yang menjalankannya, Apple tidak akan sesukses sekarang,” ujar Trump dalam sebuah episode PBD Podcast Oktober lalu.

    “Saya berpikir demikian karena saya pikir Tim Cook telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, dan saya tidak meremehkan Steve Jobs, tapi itu tidak akan sama.”

    (fab/fab)

  • Video: CEO Google Beri Peringatan Bahaya di 2025

    Video: CEO Google Beri Peringatan Bahaya di 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Google Sundar Pichai memberi peringatan bahaya pada 2025 mendatang. Tahun depan perusahaannya bakal berjuang sangat keras karena menghadapi berbagai tantangan termasuk dari teknologi Artificial Intelligence (AI).

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit di CNBC Indonesia (Selasa, 31/12/2024) berikut ini.

  • Karyawan Waspada Tahun 2025 Bakal Berat, Ini Kata CEO Google

    Karyawan Waspada Tahun 2025 Bakal Berat, Ini Kata CEO Google

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Google Sundar Pichai memberi peringatan bahaya pada 2025 mendatang. Tahun depan perusahaannya bakal berjuang sangat keras karena menghadapi berbagai tantangan termasuk dari teknologi Artificial Intelligence (AI).

    Di depan para karyawan, Pichai menyebut perusahaan harus bertaruh besar tahun depan. Sebab, industri teknologi menghadapi peningkatan persaingan, rintangan regulasi, dan kemajuan pesat dalam AI.

    “Saya pikir 2025 akan kritis,” kata Pichai dalam rapat strategis 2025, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (30/12/2024).

    “Ini penting untuk kita semua menginternalisasi urgensi dalam momen ini, dan perlu bergerak lebih cepat sebagai perusahaan. Taruhannya tinggi, ini momen yang disruptif. Pada tahun 2025, kita harus fokus membuka manfaat pada teknologi ini dan memecahkan masalah pengguna,” imbuhnya.

    Sepanjang tahun ini Google diketahui terjerat beberapa masalah dengan regulator. Misalnya, kasus anti-monopoli di sistem pencarian dan layanan lainnya.

    Departemen Kehakiman AS (DOJ) meminta Google melepaskan unit browser Chrome pada November lalu. Dalam kasus terpisah lembaga itu juga menuding Google mendominasi iklan online secara ilegal.

    Bukan hanya di AS, Google juga menghadapi masalah dengan pengawas persaingan Inggris. Ini masih terkait praktik iklan Google yang dinilai tak sesuai dan berdampak pada persaingan.

    Pichai mengakui Google diawasi di seluruh dunia. Hal itu dipastikan tidak mengganggu, dan disebutnya menjadi ukuran dan kesuksesan perusahaannya.

    “Ini menjadi bagian dari tren yang luas saat teknologi berdampak sangat besar dengan masyarakat. Jadi lebih dari sebelumnya, kita perlu memastikan tidak terganggu,” jelasnya.

    Tahun depan Google juga dipastikan masih berfokus pada AI. Termasuk mengembangkan aplikasi Gemini, model AI buatan perusahaan.

    “Menskalakan Gemini untuk sisi konsumen jadi fokus terbesar kami tahun depan,” ucapnya.

    (fab/fab)

  • CEO Google Bocorkan AI Gemini Jadi Fokus Perusahaan di 2025

    CEO Google Bocorkan AI Gemini Jadi Fokus Perusahaan di 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – CEO Google Sundar Pichai menyampaikan bahwa pada 2025 pihaknya akan memiliki fokus utama pada pengembangan dan peluncuran lebih lanjut dari model kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) Gemini.

    Melansir dari Techcrunch, Minggu (29/12/2024) Pichain melihat bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang kritis. Maka dari itu, Pichai menilai penting bagi perusahaan untuk mempercepat pengembangan di sektor kecerdasan buatan (AI).

    Salah satu inisiatif utama yang akan menjadi prioritas bagi Google adalah pengembangan Gemini, sebuah model AI baru yang diharapkan dapat memperkuat posisi Google di pasar teknologi canggih. 

    Pichai mengakui bahwa perusahaan perlu mengejar ketertinggalan dari pesaingnya dalam hal AI, tetapi dirinya juga menilai bahwa Gemini memiliki momentum yang kuat.

    “Kami masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan pada 2025 untuk menutup kesenjangan dan membangun posisi kepemimpinan di sana juga. Skalabilitas Gemini di sisi konsumen akan menjadi fokus terbesar kami tahun depan,” kata Pichai.

    Adapun, pada minggu lalu Google merilis Gemini 2.0, model kecerdasan buatan (AI) terbaru yang menawarkan peningkatan signifikan dalam kecepatan, efisiensi biaya, dan kemampuan multimoda.

    Melansir dari The Verge pada Kamis (12/12/2024), Gemini 2.0 hadir sekitar 10 bulan setelah peluncuran versi 1.5 dan masih berada dalam tahap “pratinjau eksperimental.”

    Gemini 2.0 tidak hanya lebih efisien dalam menjalankan tugas-tugas, tetapi juga dapat melakukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.

    Model terbaru ini dapat menghasilkan audio dan gambar secara asli, memperkenalkan kemampuan multimoda yang memungkinkan AI untuk menangani berbagai jenis data sekaligus.

    CEO Google DeepMind, Demis Hassabis mengatakan bahwa kemampuan ini membuka jalan bagi perkembangan agen AI yang dapat bekerja secara mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks.

    “Gemini 2.0 adalah sebuah langkah besar menuju era agen AI. Kami melihat 2025 sebagai titik awal yang sebenarnya untuk masa depan berbasis agen,” kata Hassabis.

  • Karyawan Waspada Tahun 2025 Bakal Berat, Ini Kata CEO Google

    Bos Google Ekstra Hati-Hati, Ada Tantangan Besar di 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Muncul tantangan besar bagi Google untuk tahun 2025 mendatang. Hal ini disampaikan CEO Google Sundar Pichai kepada para karyawannya pasca menggelar rapat strategi 2025 dengan para pemimpin Google lainnya pada 18 Desember lalu.

    Pichai memberi tahu karyawan pekan lalu bahwa “taruhannya tinggi” untuk tahun 2025, karena perusahaan menghadapi peningkatan persaingan dan rintangan regulasi serta berjuang dengan kemajuan pesat dalam kecerdasan buatan (AI).

    “Saya pikir tahun 2025 akan menjadi kritis,” kata Pichai, menurut rekaman audio saat rapat berlangsung yang diperoleh CNBC International, dikutip Minggu (29/12/2024).

    “Saya pikir sangat penting bagi kita untuk memahami urgensi momen ini, dan perlu bergerak lebih cepat sebagai perusahaan. Taruhannya tinggi. Ini adalah momen yang mengganggu. Pada tahun 2025, kita harus terus-menerus fokus untuk membuka manfaat teknologi ini dan memecahkan masalah pengguna yang sebenarnya,” tambahnya.

    Beberapa karyawan menghadiri rapat secara langsung di kantor pusat Google di Mountain View, California, dan yang lainnya mengikuti rapat secara virtual.

    Komentar Pichai muncul setelah setahun penuh tekanan paling intens yang dialami Google sejak go public dua dekade lalu. Sementara area seperti iklan pencarian dan cloud menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang kuat, persaingan meningkat di pasar inti Google, dan perusahaan menghadapi tantangan internal termasuk bentrokan budaya dan kekhawatiran tentang visi Pichai untuk masa depan.

    Selain itu, regulasi sekarang lebih ketat dari sebelumnya.

    Pada Agustus, seorang hakim federal memutuskan bahwa Google secara ilegal memegang monopoli di pasar pencarian. Departemen Kehakiman pada November meminta agar Google dipaksa untuk melepaskan unit perambah internet Chrome-nya.

    Dalam kasus terpisah, DOJ menuduh perusahaan tersebut secara ilegal mendominasi teknologi iklan online. Sidang tersebut ditutup pada September dan menunggu putusan hakim.

    Pada bulan yang sama, pengawas persaingan usaha Inggris mengeluarkan pernyataan keberatan atas praktik teknologi iklan Google, yang menurut regulator berdampak sementara terhadap persaingan di Inggris.

    “Saya tidak melupakan bahwa kami menghadapi pengawasan ketat di seluruh dunia,” kata Pichai. “Itu terjadi seiring dengan ukuran dan keberhasilan kami. Itu adalah bagian dari tren yang lebih luas di mana teknologi kini memengaruhi masyarakat dalam skala besar. Jadi lebih dari sebelumnya, melalui momen ini, kami harus memastikan bahwa kami tidak terganggu.”

    Bisnis pencarian Google masih memiliki pangsa pasar yang dominan, tetapi AI generatif telah menyajikan berbagai cara baru bagi orang untuk mengakses informasi daring. Situasi ini telah mendatangkan sejumlah pesaing baru.

    ChatGPT milik OpenAI memulai siklus hype pada akhir tahun 2022, dan investor termasuk Microsoft sejak itu telah mendorong perusahaan tersebut ke valuasi US$157 miliar. Pada Juli, OpenAI mengumumkan akan meluncurkan mesin pencari miliknya sendiri. Perplexity juga mempromosikan layanan pencarian bertenaga AI dan baru-baru ini menutup putaran pendanaan senilai US$500 juta dengan valuasi US$9 miliar.

    Google berinvestasi besar-besaran untuk mencoba dan tetap menjadi yang teratas, terutama melalui Gemini, model AI-nya. Aplikasi Gemini memberi pengguna akses ke sejumlah alat, termasuk chatbot Google.

    (tfa/haa)

  • Elon Musk Dkk Minggir Dulu, Ini Bos Raksasa Tech Baru Asal Malaysia

    Elon Musk Dkk Minggir Dulu, Ini Bos Raksasa Tech Baru Asal Malaysia

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Broadcom yakni Hock Tan memiliki gaya kepemimpinan yang cukup unik di dalam dunia teknologi yang berbeda dengan bos teknologi lain seperti Jensen Huang dari Nvidia atau Tim Cook dari Apple.

    Sebagai seseorang yang baru saja masuk ke dalam klub super eksklusif, CEO perusahaan dengan kapitalisasi US$ 1 triliun (Rp 16.000 triliun) atau lebih, Hock Tan memiliki karakteristik yang berbeda dari CEO teknologi lainnya.

    Para bos perusahaan teknologi besar Amerika biasanya dapat dikategorikan ke dalam dua tipe. Pertama, pendiri visioner eksentrik seperti Mark Zuckerberg dari Meta, Elon Musk dari Tesla, dan Jensen Huang dari Nvidia, yang dikenal dengan obsesi mereka terhadap produk dan kekuasaan tak terbatas.

    Kedua, tipe manajer yang meneruskan kesuksesan seperti Tim Cook dari Apple, Satya Nadella dari Microsoft, dan Sundar Pichai dari Alphabet, yang fokus pada optimalisasi bisnis. Namun demikian, Hock Tan tidak masuk dalam kedua kategori tersebut, karena dirinya bukan pendiri dan tidak juga diwarisi bisnis yang sukses.

    Di bawah kepemimpinannya, ia mampu membawa Broadcom ke puncak dengan nilai pasar melonjak 40% dalam sepekan, terutama berkat prosesor khusus kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk klien besar seperti Google dan Meta.

    Hal ini langsung dibandingkan dengan Jensen Huang dan Nvidia, yang chip AI-nya telah mendorong kapitalisasi pasarnya menjadi US$ 3,4 triliun dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Broadcom sesuai dengan namanya, jauh lebih beragam.

    Selain menjual prosesor AI, Broadcom juga menjual segala hal mulai dari chip jaringan nirkabel hingga perangkat lunak virtualisasi.

    Dalam wawancara pada 2023 lalu, Tan dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak memiliki “strategi besar” untuk 23 divisi Broadcom. “Saya benci mengatakannya, jawabannya adalah tidak,” ujarnya dikutip dari The Economist, Minggu (22/12/2024).

    Menurut The Economist, Hock Tan berbeda dari bos teknologi abad ke-21 lainnya dalam beberapa cara yang mencolok. Pertama, dirinyaa lahir di Malaysia, bukan tempat yang dikenal menghasilkan banyak talenta global untuk posisi CEO.

    Usianya lebih tua satu dekade dibandingkan Tim Cook dan Jensen Huang, dan tiga dekade lebih tua dari Mark Zuckerberg. Sulit untuk menemukan foto dirinya tanpa kemeja rapi dan jas formal.

    Metodenya juga unik, meskipun ia mengaku tidak memiliki strategi besar, ia sangat metodis. William Kerwin dari Morningstar menilai pendekatannya lebih menyerupai gaya para taipan dalam pembelian aset.

    Temukan bisnis yang matang, idealnya yang penting bagi pelanggan. Belilah dengan harga yang wajar. Pangkas habis tenaga kerja, hilangkan produk yang kurang menguntungkan, dan kurangi anggaran penelitian dan pengembangan.

    Naikkan harga untuk pelanggan yang tidak punya pilihan lain. Kumpulkan uang tunai. Bagikan dividen dan pembelian kembali saham kepada pemegang saham, lalu ulangi prosesnya.

    Meskipun gemar melakukan akuisisi (US$ 150 miliar sejak Avago go public pada tahun 2009), obsesi terhadap arus kas, dan ketidaksabaran terhadap perusahaan yang kinerjanya buruk mengingatkan pada industri private equity, Hock Tan enggan membandingkan Broadcom dengan perusahaan ekuitas swasta atau hedge fund.

    (fsd/fsd)

  • Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bisnis.com, JAKARTA – CEO TikTok, Shou Zi Chew dikabarkan bertemu dengan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump pada Senin lalu waktu setempat.

    Melansir dari The Verge, Rabu (18/12/2024) pertemuan ini terjadi di resor Mar-a-Lago milik Trump. Diketahui, sebelum pertemuan ini Trump sudah bertemu dengan CEO perusahaan besar seperti Apple (Tim Cook), Amazon (Jeff Bezos), Google (Sundar Pichai), dan Meta (Mark Zuckerberg).

    Langkah TikTok bertemu dengan Trump menunjukkan upaya besar platform tersebut untuk mencari solusi bagi keberlanjutan operasionalnya di pasar Amerika Serikat yang semakin ketat.

    Apalagi, pada Maret lalu, Trump mengungkapkan bahwa dirinya tidak mendukung larangan TikTok. Trump berargumen bahwa tanpa platform TikTok, Facebook bisa berkembang lebih besar dan dirinya menyebut Facebook sebagai “musuh rakyat.” 

    Adapun, dalam Undang-Undang yang disahkan oleh Kongres pada bulan April 2024 menyebut pelarangan aplikasi TikTok karena alasan ancaman terhadap keamanan nasional. 

    Departemen Kehakiman AS mengklaim bahwa TikTok, sebagai perusahaan yang berbasis di Tiongkok, dapat mengakses data pribadi pengguna Amerika.

    Namun, ketika ditanya mengenai masalah larangan TikTok dalam konferensi pers pada hari Senin, Trump menyatakan bahwa dirinya akan meninjaunya lebih lanjut terkait masalah tersebut.

    Selain pertemuan dengan Trump, beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk Meta, Amazon, dan OpenAI, juga telah menyumbang untuk dana pelantikan Trump yang akan terjadi Januari 2025.

    Seperti yang diketahui, Raksasa media sosial TikTok resmi menghadapi larangan di Amerika Serikat mulai Januari 2025, berdasarkan putusan pengadilan banding federal. 

    Dilansir dari Bloomberg, putusan tersebut terbit pada Jumat (6/12/2024) waktu Amerika Serikat (AS). Panel tiga hakim di Wahington, dengan suara bulat memutuskan bahwa larangan TikTok tidak melanggar konstitusi mengenai perlindungan kebebasan berpendapat. 

    Pihak TikTok menyatakan akan mengajukan banding dan berharap para hakim akan berpihak kepada mereka dalam hal kebebasan berbicara. TikTok akan menggantungkan harapannya kepada Mahkamah Agung AS.