Tag: Sundar Pichai

  • Google Ambruk, Sumber Duit Bisa Lenyap Diambil Apple

    Google Ambruk, Sumber Duit Bisa Lenyap Diambil Apple

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google mengalami pukulan besar usai rencana Apple menambahkan opsi mesin pencari berbasis AI di browser Safari.

    Kabar tersebut membuat saham induk Google, Alphabet Inc, anjlok hingga 7,3% dan menghapus sekitar US$150 miliar (setara Rp2.400 triliun) dari kapitalisasi pasarnya.

    Langkah Apple ini berpotensi mengganggu bisnis Google, yang selama ini jadi sumber utama pendapatan iklan digital raksasa teknologi itu.

    Menurut sumber Reuters, Apple sedang aktif mengevaluasi ulang Safari dan mempertimbangkan untuk menambahkan penyedia pencarian AI seperti OpenAI dan Perplexity AI.

    Eksekutif Apple, Eddy Cue, mengungkap bahwa volume pencarian di Safari justru menurun untuk pertama kalinya bulan lalu, karena pengguna makin beralih ke layanan AI untuk mencari informasi. Hal ini disampaikannya saat bersaksi dalam sidang antimonopoli terkait dominasi Google di pasar pencarian digital.

    Sebagai informasi, Google saat ini masih menjadi mesin pencari default di Safari. Untuk posisi tersebut, perusahaan membayar sekitar US$20 miliar per tahun ke Apple atau setara 36% dari pendapatan iklan pencarian Google di platform iPhone, menurut estimasi analis, dikutip dari Reuters, Kamis (8/5/2025).

    Namun, eksklusivitas Google di Safari kini terancam. Jika Apple benar-benar menambahkan opsi mesin pencari lain, hal ini bisa memicu eksodus pengiklan dari Google ke alternatif lain, karena dominasi Google di pasar (hampir 90%) mulai tergerus.

    Meski demikian, Google tidak tinggal diam. Perusahaan telah memperkenalkan berbagai fitur AI seperti AI Mode dan AI Overviews untuk mempertahankan basis penggunanya.

    CEO Sundar Pichai juga menyebut bahwa Google berharap bisa menyepakati kerja sama baru dengan Apple pada pertengahan tahun ini untuk menyertakan teknologi Gemini AI di iPhone terbaru.

    Sementara, Eksekutif Apple, Eddy Cue, mengatakan bahwa perusahaan akan menambahkan penyedia pencarian berbasis AI, termasuk OpenAI dan Perplexity AI, sebagai opsi pencarian di masa mendatang.

    “(Rencana Apple) juga menunjukkan seberapa pesat kemajuan situs pencarian berbasis AI generatif seperti ChatGPT dan Perplexity,” kata Yory Wurmser, analis utama bidang periklanan, media, dan teknologi di eMarketer.

    Wurmser juga mengatakan bahwa kesediaan Google membayar puluhan miliar dolar demi tetap menjadi mesin pencari default menunjukkan betapa pentingnya kesepakatan tersebut.

    (dem/dem)

  • Bos Microsoft Mengaku 30% Kode Perusahaan Ditulis oleh AI

    Bos Microsoft Mengaku 30% Kode Perusahaan Ditulis oleh AI

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO Microsoft Satya Nadella mengungkapkan bahwa sekitar 20% hingga 30% kode dalam repositori perusahaan ditulis oleh perangkat lunak kecerdasan buatan (AI). 

    Melansir dari Techcrunch, Senin (5/5/2025) pernyataan ini disampaikan dalam percakapan santai bersama CEO Meta Mark Zuckerberg di konferensi LlamaCon yang diselenggarakan oleh Meta beberapa hari lalu.

    Ketika ditanya oleh Zuckerberg mengenai sejauh mana AI telah digunakan dalam proses pengembangan perangkat lunak di Microsoft. Nadella menjelaskan kontribusi AI bervariasi tergantung pada bahasa pemrograman yang digunakan. 

    Dirinya menyebutkan, hasil paling signifikan terlihat pada bahasa Python, sementara kemajuan pada bahasa seperti C++ masih relatif terbatas.

    CTO Microsoft, Kevin Scott, sebelumnya memperkirakan hingga 95% kode akan ditulis oleh AI pada tahun 2030. Hal ini mencerminkan keyakinan perusahaan terhadap peran teknologi ini dalam masa depan pengembangan perangkat lunak.

    Dalam kesempatan yang sama, saat Nadella melemparkan pertanyaan yang sama kepada Zuckerberg selaku CEO Meta 

    Akan tetapi, Zuckerberg mengaku tidak mengetahui persis berapa banyak kode di perusahaannya yang dihasilkan oleh AI.

    Sementara itu, CEO Google Sundar Pichai juga menyatakan dalam panggilan pendapatan minggu lalu, ada lebih dari 30% kode di Google kini dihasilkan oleh AI. 

    Namun demikian, belum ada standar yang jelas mengenai cara perusahaan-perusahaan besar ini mengukur kontribusi AI dalam proses penulisan kode, sehingga data tersebut sebaiknya ditanggapi dengan hati-hati.

    Microsoft dikabarkan menunda pembangunan data center di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat (AS). Perusahaan khawatir terlalu cepat membangun infrastruktur pusat data. 

    Di sisi lain, kebijakan diterapkan bertepatan  dengan tarif timbal balik yang dijatuhkan AS kepada puluhan negara, termasuk Indonesia.

    Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif timbal balik tinggi di puluhan negara memicu kekhawatiran terhadap kestabilan global. 

    Sumber Bloomberg, Jumat (4/4/2025) melaporkan bahwa Microsoft telah menghentikan pembicaraan atau menunda pembangunan lokasi pusat data di Inggris, Australia, North Dakota, Wisconsin, dan Illinois. 

    Seorang juru bicara mengatakan Microsoft sebenarnya telah membuat merencanakan pembangunan data center tersebut beberapa lalu, sebelumnya akhirnya berubah pikiran untuk menunda pembangunan, yang mereka sebut sebagai strategi fleksibilitas. 

    Techcrunch melaporkan pada Februari 2025, Microsoft menegaskan kembali rencana mengalokasikan lebih dari US$80 miliar untuk belanja modal pada  2025, terutama pusat data AI. 

    Microsoft sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan mengalihkan fokus perluasan pusat datanya untuk  2025 dari konstruksi baru ke pemasangan fasilitas yang ada dengan server dan peralatan komputasi lainnya.

    Tidak dapat dipungkiri, langkah Microsoft melakukan strategi fleksibilitas bertepatan dengan pengumuman Trump mengenai kebijakan tarif timbal balik terhadap puluhan negara, yang dibalas oleh negara terdampak dengan perundingan ulang atau penerapan kebijakan serupa untuk produk-produk dari AS termasuk di sektor teknologi. 

  • Manusia Rp 1.600 Triliun Naik Gaji, Akhirnya Setelah 10 Tahun Lebih

    Manusia Rp 1.600 Triliun Naik Gaji, Akhirnya Setelah 10 Tahun Lebih

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Nvidia Jensen Huang baru saja naik gaji. Kenaikan tersebut terjadi setelah 10 tahun manusia dengan kekayaan sekitar Rp 1.600 triliun mengembangkan perusahaan menjadi sangat besar hingga sekarang.

    Dalam pengajuan kepada SEC dilaporkan gaji pokok Huang naik menjadi US$1,5 juta atau sekitar Rp 24,6 miliar. Kenaikannya mencapai 49% dari tahun 2024 lalu, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (5/5/2025).

    Selain itu, uang tunai variabelnya meningkat US$1 juta (Rp 16,4 miliar) atau 50% dan penghargaan saham naik US$38,8 juta (Rp 638,3 miliar. Jadi total seluruh gaji yang didapatkan Huang mencapai US$49,9 juta (Rp 820,9 miliar).

    Gaji tersebut juga mencakup biaya keamanan, konsultasi perumahan dan layanan pengemudi. Jumlahnya mencapai US$3,5 juta (Rp 57,5 miliar).

    Biaya keamanan dan konsultasi mengalami kenaikan dari US$2,2 juta (Rp 36,1 miliar) tahun lalu.

    Namun biaya itu masih jauh dari yang dibayarkan Google kepada bosnya CEO Sundar Pichai. Angkanya naik 22% menjadi US$8,27 juta (R 136 miliar) per tahun ini.

    Komite kompensasi menilai kenaikan gaji Huang perlu dilakukan dengan memperhitungkan kesetaraan gaji internal dan pokok.

    Pengembangan AI yang pesat mendorong Nvidia juga menjadi sangat besar. Perusahaan menjadi salah satu yang paling bernilai sekarang berkait GPU yang mendukung model dan AI canggih.

    (dem/dem)

  • Bos Google Berharap Gemini Jadi AI di iPhone

    Bos Google Berharap Gemini Jadi AI di iPhone

    Jakarta

    Saat iOS 18.4 Beta diperkenalkan, terungkap kalau Apple menyiapkan Google Gemini akan diintegrasikan ke dalam Apple Intelligence.

    Artinya, Gemini sudah siap menjadi salah AI yang terintegrasi di dalam iOS, menemani ChatGPT yang sebelumnya sudah tersedia, demikian dikutip detikINET dari GSM Arena, Sabtu (3/5/2025).

    Kemudian terungkap dalam dokumen persidangan yang menyatakan CEO Google Sundar Pichai mengaku punya harapan besar akan hal itu. Persidangan yang dimaksud adalah sidang antimonopoli antara Pemerintah Amerika melawan Google yang saat ini sedang berlangsung.

    Ia berharap Gemini bisa menjadi salah satu opsi yang bisa dipilih pengguna untuk AI di dalam iOS pada tahun 2025 ini.

    Pichai mengaku sudah berdiskusi dengan CEO Apple Tim Cook selama tahun 2024 lalu soal fitur tersebut. Pichai berharap perjanjian soal pemakaian Gemini di iOS ini bisa diselesaikan pada pertengahan tahun 2025.

    Pemilihan waktu ini menjadi menarik karena pada pertengahan 2025, tepatnya pada bulan Juni, adalah waktu digelarnya ajang tahunan Worldwide Developer Conference (WWDC) oleh Apple, dan pada WWDC 2025 ini adalah jadwal perilisan iOS 19.

    Jadi bisa diasumsikan kalau Gemini akan diintegrasikan di iOS mulai iOS 19. Namun meski sudah dirilis pada Juni, biasanya iOS terbaru itu baru akan tersedia untuk publik saat iPhone generasi terbaru sudah dirilis — biasanya bulan September setiap tahunnya.

    Sehingga nantinya pengguna iOS bisa memilih antara ChatGPT dan Google sebagai AI bawaan di dalam Apple Intelligence.

    (asj/rns)

  • Petaka Baru Mengintai Manusia, Bapak AI Kasih Peringatan Bahaya

    Petaka Baru Mengintai Manusia, Bapak AI Kasih Peringatan Bahaya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Geoffrey Hinton, tokoh yang dijuluki “Bapak AI” mengingatkan dunia akan bahaya dari kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).

    Meski mengakui AI memiliki potensi besar untuk merevolusi dunia medis, pendidikan, hingga membantu mengatasi perubahan iklim, Hinton menyatakan kekhawatiran mendalam soal arah perkembangan teknologi ini.

    “Cara paling emosional untuk memahaminya adalah kita seperti memelihara anak harimau lucu. Tapi kecuali kita bisa benar-benar yakin kalau ia tidak akan membunuh kita saat dewasa nanti, kita sebaiknya waspada,” ujar Hinton dikutip dari CBS News, Rabu (30/4/2025).

    Hinton memperkirakan ada risiko sebesar 10 hingga 20 persen bahwa AI suatu saat nanti bisa mengambil alih kendali dari manusia. Namun menurutnya, banyak orang belum menyadari skala ancaman ini.

    “Orang-orang belum paham apa yang akan datang,” tegasnya.

    Kekhawatiran Hinton sejalan dengan tokoh-tokoh industri teknologi lainnya seperti CEO Google Sundar Pichai, CEO X-AI Elon Musk, dan CEO OpenAI Sam Altman, yang sebelumnya juga menyuarakan peringatan serupa.

    Namun, Hinton mengkritik keras perusahaan-perusahaan AI besar tersebut karena dinilainya lebih mementingkan keuntungan ketimbang keselamatan.

    “Sekarang ini, perusahaan-perusahaan besar malah melobi untuk memperlonggar regulasi AI. Padahal regulasi yang ada saja masih sangat minim,” ujar Hinton.

    Ia secara khusus menyatakan kekecewaannya terhadap Google, tempat ia pernah bekerja, karena berbalik arah dan kini mendukung penerapan AI untuk kepentingan militer.

    Hinton mendorong perusahaan AI untuk mengalokasikan sumber daya yang jauh lebih besar untuk penelitian keselamatan, sekitar sepertiga dari total kekuatan komputasi yang mereka miliki.

    Ketika ditanya soal angka pasti ke sejumlah laboratorium AI terkait alokasi sumber daya untuk riset keamanan, tak satu pun dari mereka yang memberikan jawaban pasti. Semua mengklaim mendukung regulasi, namun tetap menolak berbagai proposal aturan yang diajukan para pembuat kebijakan.

    (fab/fab)

  • 5 Peringatan Google yang Kerap Diabaikan Pemilik HP Android

    5 Peringatan Google yang Kerap Diabaikan Pemilik HP Android

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah peringatan terkait keamanan sering diberikan pada HP Android. Namun sayang banyak pengguna yang mengabaikan peringatan tersebut.

    Menurut Google, peringatan akan diberikan saat pengguna Android masuk ke situs berbahaya. “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phishing’ atau ‘malware’,” kata raksasa mesin pencarian itu.

    Situs berbahaya akan membuat pelaku bisa mengakses informasi korbannya. Selain itu juga dapat menipu atau menjual informasi yang didapatkan kepada pihak lain.

    Jadi ada baiknya jika Anda memperhatikan setiap peringatan yang diberikan Google. Karena bisa jadi itu cara menyelamatkan diri dari serangan keamanan karena malware ataupun phishing.

    Berikut 5 peringatan yang kerap diabaikan, dirangkum dari The Sun, Rabu (23/4/2025):

    “The site ahead contains malware” artinya website yang dikunjungi akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer
    “Deceptive site ahead”, artinya website tersebut kemungkinan adalah phishing
    “Suspicious site”, peringatan ini diberikan saat website yang dikunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya
    “The site ahead contains harmful programs”, yakni website akan membuat pengguna menginstall program bermasalah saat menggunakan internet
    “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”, bisa jadi website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Hati-hati sideloading

    Sideloading yang memperbolehkan mengunduh aplikasi di luar toko aplikasi resmi seperti Play Store dan App Store, sudah lama jadi perdebatan. Biasanya ini terkait keseimbangan soal kebebasan dan keamanan pengguna.

    Aktivitas tersebut dianggap membebaskan pengguna untuk mengakses semua aplikasi yang ada. Tidak hanya terpaku yang ada di dalam toko aplikasi resmi saja.

    Sideloading dapat membuat pengguna juga bisa mengakses aplikasi beta yang belum resmi dipublikasikan. Selain itu disebut dapat mendukung developer independen yang enggan terikat dengan sistem aplikasi resmi.

    Dua raksasa Google dan Apple punya pandangan berbeda soal sideloading. Apple diketahui memang melarang aktivitas ini dalam ekosistem perangkatnya.

    Sebaliknya, Google diketahui memperbolehkan aktivitas tersebut. Namun nampaknya mulai berubah usai CEO Sundar Pichai memperingatkan bahaya sideloading.

    Pichai mengatakan sideloading bisa berisiko tinggi dan rentan terkena malware. Untuk itu dia meminta pengguna Android tak lagi melakukannya.

    Pernyataan itu dijadikan senjata Apple untuk makin melarang sideloading. Karena Google tahu seberapa berbahayanya aplikasi hasil aktivitas sideloading.

    (dem/dem)

  • Google Jual Teknologi Masa Depan ke Israel, Karyawan Bersatu Melawan

    Google Jual Teknologi Masa Depan ke Israel, Karyawan Bersatu Melawan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Karyawan Google DeepMind, divisi Google yang fokus dalam teknologi kecerdasan buatan, bertekad melawan rencana raksasa teknologi tersebut untuk menjual AI ke Israel.

    Financial Times melaporkan bahwa karyawan DeepMind berencana membentuk serikat pekerja untuk bersatu menentang rencana Google menjual teknologi AI ke grup bisnis pertahanan yang punya kaitan erat dengan pemerintah Israel.

    Sekitar 300 pegawai DeepMind disebut telah bergabung dengan Serikat Pekerja Komunikasi (Communication Workers Union/CWU) dalam beberapa pekan terakhir.

    Sebelumnya, berbagai media melaporkan banyak karyawan Google tidak suka dengan hubungan bisnis Google dengan militer Israel. Google dikabarkan menjual layanan cloud dan teknologi AI mereka ke Kementerian Pertahanan Israel.

    Sebelumnya, karyawan Google juga telah melakukan protes terbuka atas kontrak layanan cloud Google dengan pemerintah Israel. Sebanyak 28 karyawan Google yang terkait dengan protes terbuka tersebut dipecat dengan alasan 

    CEO Google Sundar Pichai mengatakan pemecatan dilakukan karena Google berdiri sebagai bisnis. Sehingga, tak diizinkan kegiatan yang memicu ‘onar’ dan mengganggu kenyamanan lingkungan kerja.

    Namun, aksi pemecatan tak berhenti sampai di situ. Jane Chung yang merupakan juru bicara grup aktivis ‘No Tech for Apartheid’ mengatakan ada gelombang pemecatan baru terkait insiden demo.

    Secara total, lebih dari 50 karyawan Google yang dipecat usai menyatakan sikap untuk membela Palestina.

    “Pemecatan terbaru termasuk ke karyawan yang tak berpartisipasi [dalam demo],” kata Chung kepada Washington Post, dikutip dari Forbes, Rabu (24/4/2024).

    “Pemecatan ini menunjukkan Google berupaya untuk menekan perbedaan dan membungkam para pekerja dengan menunjukkan kekuasaan mereka,” ia menambahkan.

    Juru bicara Google mengonfirmasi ke Forbes bahwa pihaknya melakukan pemecatan ke lebih banyak pekerja usai melakukan investigasi terkait demo yang berlangsung.

    “Setiap orang yang diberhentikan secara personal terlibat dalam aktivitas yang disruptif di dalam kantor kami,” kata dia.

    “Investigasi kami terkait peristiwa ini kini sudah rampung,” ia menjelaskan.

    Diketahui, kelompok karyawan Google melakukan aksi demo selama 8 jam di kantor Google di Sunnyvale dan New York City. Demo tersebut untuk menggugat keputusan Google bermitra dengan pemerintah Israel. Dikhawatirkan, militer Israel memanfaatkan teknologi Google untuk melancarkan serangannya ke Gaza.

    (dem/dem)

  • Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Jakarta

    Harta kekayaan sejumlah donatur yang mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dalam masa kampanye kini menurun tajam.

    Penurunan ini disebabkan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump, salah satunya yakni kebijakan pengenaan tarif resiprokal ke sejumlah negara. Penurunan tersebut terjadi tiga bulan pertama masa kepemimpinan Trump.

    Sejumlah donatur tersebut merupakan bos-bos dari perusahaan teknologi terbesar di AS, seperti CEO Meta Mark Zuckerberg, CEO Apple Tim Cook, CEO Google Sundar Pichai, CEO Tesla Elon Musk, dan pendiri Amazon Jeff Bezos.

    Berdasarkan CNN business dikutip, Kamis (10/4/2025), Elon Musk mengalami kerugian yang cukup besar. Dari data Bloomberg Billionaires Index, harta kekayaan Elon Musk anjlok US$ 143 miliar atau setara Rp 2.408 triliun (asumsi kurs Rp 16.805 per dolar AS) sejak awal tahun 2025.

    Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam saham Tesla sebesar 28% dan kapitalisasi pasarnya turun US$ 376,6 miliar atau Rp 6.343 triliun sejak awal tahun ini pada penutupan pasar pada 9 April.

    Kemudian kekayaan bersih Bos Meta, Zuckerberg juga turun sebesar US$ 26,5 miliar atau Rp 446 triliun sejak awal tahun 2025. Harga saham Meta telah merosot hampir 2,25% tahun ini, menurunkan valuasi perusahaan sebesar $35,8 miliar.

    Lalu, harta kekayaan Bos Amazon Bezos juga mengalami penurunan sebesar US$ 47,2 miliar atau setara Rp 7,9 triliun sejak awal tahun ini. Saham Amazon juga turun 13% year-to-date, sehingga total valuasi perusahaan turun sebesar US$ 316,8 miliar atau Rp 5.336 triliun sejak awal tahun ini.

    CEO Google, Sundar Pichai bergabung dengan parade para CEO yang mengunjungi Mar-a-Lago beberapa minggu setelah pemilu. Google mendonasikan $1 juta untuk dana pengukuhan Trump dan menyiarkan acara tersebut secara langsung di YouTube.

    Harga saham Google kini telah anjlok 16,2%, dan valuasinya turun US$ 386,7 miliar atau setara Rp 6.513 triliun sejak awal tahun ini.

    Kemudian Tim Cook dari Apple, secara pribadi turut menyumbangkan US$ 1 juta atau setera Rp 16,8 miliar kepada komite pelantikan Trump. Ia juga bertemu dengan Trump di Mar-a-Lago setelah pemilu untuk membahas tarif dan peraturan teknologi Eropa.

    Apple juga memberikan kemenangan politik kepada Trump awal tahun ini ketika Apple mengumumkan investasi senilai US$ 500 miliar atau Rp 5.422 triliun di fasilitas AS selama empat tahun ke depan.

    Namun demikian, kebijakan tarif Trump bakal berdampak besar produk Apple yang diproduksi di pasar luar negeri seperti Tiongkok, Vietnam, dan India. Harga saham Apple alami penurunan 18,5% dari awal tahun ini, dan menurunkan nilai pasarnya sebesar US$ 684 miliar atau Rp 11.521 triliun.

    (kil/kil)

  • Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintahan Donald Trump akan mengecualikan produk elektronik dan laptop dari tarif impor balasan. Keputusan ini akan memberikan keuntungan bagi raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung, serta produsen cip seperti Nvidia, dan diprediksi akan mendorong reli saham teknologi saat perdagangan saham Amerika Serikat (AS) dibuka kembali pada Senin (14/4/2025).

    Dikutip dari AP, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan perangkat seperti smartphone, laptop, hard drive, monitor panel datar, dan beberapa jenis cip akan dikecualikan dari tarif impor Trump. Mesin pembuat semikonduktor juga termasuk dalam pengecualian tersebut. Artinya, produk-produk tersebut tidak akan dikenakan tarif 145% yang diberlakukan terhadap China, maupun tarif dasar 10% terhadap negara lain.

    Keputusan ini merupakan perubahan terbaru dalam kebijakan tarif pemerintahan Trump, yang sebelumnya telah beberapa kali melakukan pembalikan arah dalam rencana besar mereka untuk mengenakan tarif atas barang dari berbagai negara.

    Pengecualian ini mencerminkan pengakuan Trump bahwa tarif terhadap Tiongkok tidak akan secara signifikan mengalihkan manufaktur smartphone, komputer, dan perangkat lainnya ke AS dalam waktu dekat. Padahal sebelumnya, pemerintah memperkirakan perang dagang akan mendorong Apple memproduksi iPhone di AS untuk pertama kalinya.

    Namun, skenario tersebut dianggap tidak realistis mengingat Apple telah membangun rantai pasokan yang sangat kompleks di Tiongkok selama beberapa dekade. Membangun pabrik baru di AS akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar, serta bisa membuat harga iPhone melonjak hingga tiga kali lipat.

    Langkah ini sejalan dengan harapan industri teknologi ketika tokoh-tokoh besar seperti CEO Apple Tim Cook, CEO Tesla Elon Musk, CEO Google Sundar Pichai, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan pendiri Amazon Jeff Bezos tampil mendukung Trump dalam pelantikannya pada 20 Januari lalu.

    Dukungan kolektif tersebut mencerminkan harapan bahwa Trump akan lebih berpihak pada industri dibanding pemerintahan Joe Biden, dan dapat mendorong pertumbuhan industri teknologi yang sudah berkembang pesat.

    Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Sabtu (13/4/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt tidak secara langsung menanggapi pengecualian tarif impor Trump tersebut, tetapi menegaskan bahwa pemerintahan tetap berkomitmen mendorong perusahaan teknologi untuk memindahkan manufaktur ke AS.

  • Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Jakarta: Google tak main-main dalam menyambut masa depan berbasis kecerdasan buatan (AI). 
    Di tahun 2025, raksasa teknologi ini berencana menggelontorkan dana hingga USD75 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun lebih untuk memperkuat semua lini infrastruktur digital mereka mulai dari server, pusat data, hingga layanan AI dan cloud.
     
    “Pada tahun 2025, kami berencana untuk menginvestasikan sekitar 75 miliar dolar AS dalam belanja modal,” ujar CEO Google and Alphabet Sundar Pichai saat memberikan keynote di Google Cloud Next 2025 di Mandalay Bay, Las Vegas, Amerika Serikat, dilansir Antara, Kamis, 10 April 2025.
     
    Investasi besar-besaran ini diumumkan langsung oleh CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai, dalam acara Google Cloud Next 2025 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 8 April 2025.
    Google Berinvestasi dari A sampai Z dalam AI
    Sundar menegaskan bahwa Google saat ini tengah berinvestasi di seluruh lapisan inovasi AI, dari pondasi infrastruktur fisik hingga kemampuan pemrosesan data yang canggih.

    Jaringan global mereka kini mencakup lebih dari 200 negara dan wilayah, ditopang oleh 2 juta mil kabel bawah tanah, yang menjadi tulang punggung konektivitas super cepat untuk mendukung teknologi berbasis AI.
     

    Jaringan cloud super cepat kini bisa diakses siapa saja
    CEO Google Cloud, Thomas Kurian, menambahkan bahwa infrastruktur global Google kini mencakup 42 wilayah data center, termasuk ekspansi baru di Swedia, Afrika Selatan, dan Meksiko, serta pengembangan cepat di Kuwait, Malaysia, dan Thailand.
     
    “Mulai hari ini, jaringan ini yang bergerak dengan ‘kecepatan Google’ atau hampir tanpa latensi untuk miliaran pengguna di seluruh dunia, kini tersedia untuk perusahaan di mana saja. Kami menyebutnya Cloud Wide Area Network (atau Cloud WAN),” papar Thomas.
     
    Cloud Wide Area Network (Cloud WAN) merupakan jaringan privat global yang kini bisa diakses oleh semua pelanggan Google Cloud. Teknologi ini diklaim bisa meningkatkan performa jaringan hingga 40 persen dan menghemat biaya hingga 40 persen.
    Teknologi AI makin canggih
    Dalam kesempatan yang sama, Google juga memperkenalkan beberapa inovasi penting untuk mendukung lompatan AI mereka:
     
    TPU Ironwood, chip generasi ketujuh Google yang dirancang untuk mempercepat efisiensi komputasi AI.
     
    Gemini 2.5, model kecerdasan buatan baru yang mampu menalar sebelum merespons, memberikan hasil lebih akurat dan kinerja lebih tinggi.
     
    Gemini 2.5 Pro, difokuskan untuk tugas-tugas pemrograman dan masalah kompleks. Gemini 2.5 Flash, dibuat untuk kebutuhan AI sehari-hari yang ringan namun efisien.
     
    “Fitur-fitur baru ini membuat AI yang kuat menjadi lebih mudah digunakan dan terjangkau untuk kebutuhan sehari-hari, memungkinkan pelanggan membangun AI yang dapat menyelesaikan masalah kompleks dan memahami nuansa,” ujar Thomas.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)