Tag: Sundar Pichai

  • Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintahan Donald Trump akan mengecualikan produk elektronik dan laptop dari tarif impor balasan. Keputusan ini akan memberikan keuntungan bagi raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung, serta produsen cip seperti Nvidia, dan diprediksi akan mendorong reli saham teknologi saat perdagangan saham Amerika Serikat (AS) dibuka kembali pada Senin (14/4/2025).

    Dikutip dari AP, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan perangkat seperti smartphone, laptop, hard drive, monitor panel datar, dan beberapa jenis cip akan dikecualikan dari tarif impor Trump. Mesin pembuat semikonduktor juga termasuk dalam pengecualian tersebut. Artinya, produk-produk tersebut tidak akan dikenakan tarif 145% yang diberlakukan terhadap China, maupun tarif dasar 10% terhadap negara lain.

    Keputusan ini merupakan perubahan terbaru dalam kebijakan tarif pemerintahan Trump, yang sebelumnya telah beberapa kali melakukan pembalikan arah dalam rencana besar mereka untuk mengenakan tarif atas barang dari berbagai negara.

    Pengecualian ini mencerminkan pengakuan Trump bahwa tarif terhadap Tiongkok tidak akan secara signifikan mengalihkan manufaktur smartphone, komputer, dan perangkat lainnya ke AS dalam waktu dekat. Padahal sebelumnya, pemerintah memperkirakan perang dagang akan mendorong Apple memproduksi iPhone di AS untuk pertama kalinya.

    Namun, skenario tersebut dianggap tidak realistis mengingat Apple telah membangun rantai pasokan yang sangat kompleks di Tiongkok selama beberapa dekade. Membangun pabrik baru di AS akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar, serta bisa membuat harga iPhone melonjak hingga tiga kali lipat.

    Langkah ini sejalan dengan harapan industri teknologi ketika tokoh-tokoh besar seperti CEO Apple Tim Cook, CEO Tesla Elon Musk, CEO Google Sundar Pichai, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan pendiri Amazon Jeff Bezos tampil mendukung Trump dalam pelantikannya pada 20 Januari lalu.

    Dukungan kolektif tersebut mencerminkan harapan bahwa Trump akan lebih berpihak pada industri dibanding pemerintahan Joe Biden, dan dapat mendorong pertumbuhan industri teknologi yang sudah berkembang pesat.

    Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Sabtu (13/4/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt tidak secara langsung menanggapi pengecualian tarif impor Trump tersebut, tetapi menegaskan bahwa pemerintahan tetap berkomitmen mendorong perusahaan teknologi untuk memindahkan manufaktur ke AS.

  • Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Jakarta: Google tak main-main dalam menyambut masa depan berbasis kecerdasan buatan (AI). 
    Di tahun 2025, raksasa teknologi ini berencana menggelontorkan dana hingga USD75 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun lebih untuk memperkuat semua lini infrastruktur digital mereka mulai dari server, pusat data, hingga layanan AI dan cloud.
     
    “Pada tahun 2025, kami berencana untuk menginvestasikan sekitar 75 miliar dolar AS dalam belanja modal,” ujar CEO Google and Alphabet Sundar Pichai saat memberikan keynote di Google Cloud Next 2025 di Mandalay Bay, Las Vegas, Amerika Serikat, dilansir Antara, Kamis, 10 April 2025.
     
    Investasi besar-besaran ini diumumkan langsung oleh CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai, dalam acara Google Cloud Next 2025 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 8 April 2025.
    Google Berinvestasi dari A sampai Z dalam AI
    Sundar menegaskan bahwa Google saat ini tengah berinvestasi di seluruh lapisan inovasi AI, dari pondasi infrastruktur fisik hingga kemampuan pemrosesan data yang canggih.

    Jaringan global mereka kini mencakup lebih dari 200 negara dan wilayah, ditopang oleh 2 juta mil kabel bawah tanah, yang menjadi tulang punggung konektivitas super cepat untuk mendukung teknologi berbasis AI.
     

    Jaringan cloud super cepat kini bisa diakses siapa saja
    CEO Google Cloud, Thomas Kurian, menambahkan bahwa infrastruktur global Google kini mencakup 42 wilayah data center, termasuk ekspansi baru di Swedia, Afrika Selatan, dan Meksiko, serta pengembangan cepat di Kuwait, Malaysia, dan Thailand.
     
    “Mulai hari ini, jaringan ini yang bergerak dengan ‘kecepatan Google’ atau hampir tanpa latensi untuk miliaran pengguna di seluruh dunia, kini tersedia untuk perusahaan di mana saja. Kami menyebutnya Cloud Wide Area Network (atau Cloud WAN),” papar Thomas.
     
    Cloud Wide Area Network (Cloud WAN) merupakan jaringan privat global yang kini bisa diakses oleh semua pelanggan Google Cloud. Teknologi ini diklaim bisa meningkatkan performa jaringan hingga 40 persen dan menghemat biaya hingga 40 persen.
    Teknologi AI makin canggih
    Dalam kesempatan yang sama, Google juga memperkenalkan beberapa inovasi penting untuk mendukung lompatan AI mereka:
     
    TPU Ironwood, chip generasi ketujuh Google yang dirancang untuk mempercepat efisiensi komputasi AI.
     
    Gemini 2.5, model kecerdasan buatan baru yang mampu menalar sebelum merespons, memberikan hasil lebih akurat dan kinerja lebih tinggi.
     
    Gemini 2.5 Pro, difokuskan untuk tugas-tugas pemrograman dan masalah kompleks. Gemini 2.5 Flash, dibuat untuk kebutuhan AI sehari-hari yang ringan namun efisien.
     
    “Fitur-fitur baru ini membuat AI yang kuat menjadi lebih mudah digunakan dan terjangkau untuk kebutuhan sehari-hari, memungkinkan pelanggan membangun AI yang dapat menyelesaikan masalah kompleks dan memahami nuansa,” ujar Thomas.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Induk Google Alphabet Berpotensi Akuisisi Startup Keamanan Wiz Rp491,74 Triliun

    Induk Google Alphabet Berpotensi Akuisisi Startup Keamanan Wiz Rp491,74 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Alphabet, induk perusahaan Google, sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk mengakuisisi startup keamanan siber Wiz senilai sekitar $30 miliar atau Rp491,74 triliun (kurs: Rp16.391). 

    Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, jika akuisisi ini terealisasi berpotensi menjadi kesepakatan terbesar perusahaan teknologi raksasa tersebut hingga saat ini.

    Dilansir dari reuters, Selasa (18/3/2025), kesepakatan tersebut belum ditandatangani dan masih bisa berubah, kata sumber tersebut. Alphabet dan Wiz tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

    Wiz telah membatalkan kesepakatan senilai $23 miliar dengan Alphabet tahun lalu untuk fokus pada penawaran umum perdananya.

    Startup ini menyediakan solusi keamanan siber berbasis cloud yang didukung oleh kecerdasan buatan yang membantu perusahaan mengidentifikasi dan menghilangkan risiko kritis pada platform cloud.

    Sumber anonim Reuters menilai akuisisi sebesar ini kemungkinan besar akan menghadapi pengawasan regulasi karena perusahaan teknologi raksasa terus diawasi ketat untuk kemungkinan praktik monopolistik.

    Jika kesepakatan ini terwujud, hal ini dapat membantu Alphabet memasuki industri keamanan siber dan memperluas segmen infrastruktur komputasi awan yang sedang berkembang pesat, yang menghasilkan pendapatan lebih dari US$43 miliar tahun lalu.

    Adapun minat terhadap industri keamanan siber melonjak sejak gangguan global CrowdStrike tahun lalu, membuat perusahaan lebih peduli tentang melindungi infrastruktur digital mereka.

    Wiz saat ini memiliki valuasi  sebesar US$12 miliar menurut putaran pendanaan  terakhir yang mereka terima pada Mei 2024.

    Sebelumnya, kinerja induk usaha Google, Alphabet Inc. mencatatkan hasil di bawah ekspektasi pada kuartal IV/2024 akibat pertumbuhan bisnis cloud-nya yang melambat.

    Mengutip Bloomberg pada Kamis (6/2/2025), penjualan kuartalan, tidak termasuk pembayaran kepada mitra, mencapai US$81,6 miliar, ujar Alphabet dalam sebuah. Analis telah memproyeksikan US$82,8 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

    Alphabet mengumumkan belanja modal sebesar US$75 miliar pada 2025, jauh melebihi US$57,9 miliar yang diharapkan analis. Investasi tersebut “secara langsung mendorong pendapatan” karena membantu pelanggan, kata CEO Alphabet Sundar Pichai dalam sebuah panggilan dengan investor.

    Unit bisnis cloud Google sejauh ini merupakan indikator paling jelas tentang bagaimana ledakan AI berkontribusi pada penjualan perusahaan. Perusahaan rintisan menjadi pelanggan karena mereka membutuhkan lebih banyak daya komputasi untuk pekerjaan mereka, tetapi tidak secepat yang diharapkan. 

    Penjualan sekitar US$12 miliar pada kuartal IV/2024 yang dicatatkan Google meleset dari perkiraan. Google Cloud masih tertinggal di belakang Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp. dalam hal ukuran.

    Pichai mengatakan Google perlu terus berinvestasi di cloud untuk “memastikan kami dapat mengatasi peningkatan permintaan pelanggan.”

    Para investor mendesak Alphabet untuk menunjukkan bahwa mereka mempertahankan momentum di seluruh bisnisnya karena mereka menghabiskan lebih banyak biaya untuk AI, dan karena persaingan di pasar itu semakin ketat.

    Perusahaan rintisan AI asal China, DeepSeek, mengejutkan Silicon Valley bulan lalu ketika mereka mengatakan telah menciptakan model AI yang kuat dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan pesaing mereka di AS.

    Selama panggilan pendapatan, Pichai menyebut DeepSeek sebagai “tim yang luar biasa” tetapi mengatakan bahwa model Google juga unggul dalam hal efisiensi.

  • Meta Dikabarkan Godok Proyek Infrastruktur AI Senilai Rp3.280 Triliun

    Meta Dikabarkan Godok Proyek Infrastruktur AI Senilai Rp3.280 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan induk Facebook, Meta Platforms Inc., dilaporkan sedang merencanakan pembangunan pusat data (data center) infrastruktur kecerdasan buatan (AI) senilai US$200 miliar atau Rp3.280 triliun (kurs: Rp16.401) yang akan mencakup jutaan chip khusus AI. 

    Dilansir dari Reuters, Rabu (26/2/2025), proyek raksasa ini bertujuan menciptakan sistem komputasi generasi berikutnya untuk mendukung pengembangan model AI canggih dan metaverse. 

    Sumber rahasia menyebutkan dana tersebut mencangkup pembangunan data center di beberapa lokasi. Meta berambisi untuk menandingi Google dan Microsoft, yang jor-joran dalam mengembangkan AI.   

    Meta tidak memberikan tanggapan atas kabar tersebut. Namun, CEO Meta Mark Zuckerberg sempat menyampaikan rencana besarnya soal pengembangan AI skala besar yang ditargetkan rampung secara bertahap pada 2030. 

    Sementara itu Channel Asia melaporkan  Proyek ini akan menjadi salah satu investasi infrastruktur teknologi terbesar dalam sejarah perusahaan, dengan fokus pada pengembangan kapasitas komputasi AI generatif dan model pembelajaran mesin skala besar.

    Sebelumnya, CEO Google Sundar Pichai menyampaikan bahwa pada 2025 pihaknya akan memiliki fokus utama pada pengembangan dan peluncuran lebih lanjut dari model kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) Gemini. 

    Melansir dari Techcrunch, Minggu (29/12/2024) Pichain melihat bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun yang kritis. Maka dari itu, Pichai menilai penting bagi perusahaan untuk mempercepat pengembangan di sektor kecerdasan buatan (AI). 

    Salah satu inisiatif utama yang akan menjadi prioritas bagi Google adalah pengembangan Gemini, sebuah model AI baru yang diharapkan dapat memperkuat posisi Google di pasar teknologi canggih.  

    Pichai mengakui bahwa perusahaan perlu mengejar ketertinggalan dari pesaingnya dalam hal AI, tetapi dirinya juga menilai bahwa Gemini memiliki momentum yang kuat.

  • Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Mendadak Google Beri Warning ke Pengguna Android, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peringatan yang sering muncul di layar pengguna Android dari Google rupanya bukan hal sepele. Peringatan ini muncul saat pengguna mengakses konten berbahaya yang mengandung malware atau upaya phishing.

    “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phising’ atau ‘malware’,” kata Google, dikutip Sabtu (23/2/2025).

    Menurut Google, jika sebuah situs terdeteksi berbahaya atau menipu, sistem akan menampilkan peringatan kepada pengguna. Situs semacam ini biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri informasi pribadi korban, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penipuan atau dijual ke pihak lain.

    Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk selalu memperhatikan peringatan dari Google. Sistem ini bekerja secara otomatis dengan fitur deteksi phishing dan malware yang aktif secara default.

    Setidaknya ada lima peringatan yang kerap diabaikan oleh pengguna Android terkait hal tersebut. Berikut informasinya, dirangkum dari The Sun.

    1. “The site ahead contains malware”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer

    2. “Deceptive site ahead”

    Website yang Anda kunjungi kemungkinan besar adalah phishing

    3. “Suspicious site”

    Website yang Anda kunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya

    4. “The site ahead contains harmful programs”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menjebak Anda menginstall program yang bisa menyebabkan masalah ketika menggunakan internet

    5. “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”

    Website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Aplikasi di luar Play Store

    Peringatan lain dari Google adalah soal menginstal aplikasi dari luar Play Store yang biasanya berbentuk file apk atau sideloading. Tidak seperti iPhone, Google memang sudah lama mengizinkan aplikasi diunduh dan diinstal di luar toko resmi.

    Namun, CEO Google Sundar Pichai memperingatkan para pengguna HP Android untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.

    Pembahasan soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi. Kubu terpecah menjadi dua, di satu sisi banyak yang menyatakan sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk bebas mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

    Namun, di sisi yang lain menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.

    Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

    Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’, dan menyatakan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

    Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

    Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

    Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.

    (pgr/pgr)

  • Google Beri Peringatan ke Pengguna Android, Jangan Sampai Menyesal

    Google Beri Peringatan ke Pengguna Android, Jangan Sampai Menyesal

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peringatan yang sering muncul di layar pengguna Android dari Google bukanlah hal sepele. Peringatan ini muncul saat pengguna mengakses konten berbahaya yang mengandung malware atau upaya phishing.

    “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phising’ atau ‘malware’,” kata Google, dikutip Sabtu (15/2/2025).

    Menurut Google, jika sebuah situs terdeteksi berbahaya atau menipu, sistem akan menampilkan peringatan kepada pengguna. Situs semacam ini biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk mencuri informasi pribadi korban, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk penipuan atau dijual ke pihak lain.

    Oleh karena itu, pengguna disarankan untuk selalu memperhatikan peringatan dari Google. Sistem ini bekerja secara otomatis dengan fitur deteksi phishing dan malware yang aktif secara default.

    Setidaknya ada lima peringatan yang kerap diabaikan oleh pengguna Android terkait hal tersebut. Berikut informasinya, dirangkum dari The Sun, dikutip Sabtu (15/2/2025):

    1. “The site ahead contains malware”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer

    2. “Deceptive site ahead”

    Website yang Anda kunjungi kemungkinan besar adalah phishing

    3. “Suspicious site”

    Website yang Anda kunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya

    4. “The site ahead contains harmful programs”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menjebak Anda menginstall program yang bisa menyebabkan masalah ketika menggunakan internet

    5. “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”

    Website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Aplikasi di luar Play Store

    Peringatan lain dari Google adalah soal menginstal aplikasi dari luar Play Store yang biasanya berbentuk file apk atau sideloading. Tidak seperti iPhone, Google memang sudah lama mengizinkan aplikasi diunduh dan diinstal di luar toko resmi.

    Namun, CEO Google Sundar Pichai memperingatkan para pengguna HP Android untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.

    Pembahasan soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi. Kubu terpecah menjadi dua, di satu sisi banyak yang menyatakan sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk bebas mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

    Namun, di sisi yang lain menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.

    Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

    Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’, dan menyatakan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

    Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

    Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

    Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.

    (luc/luc)

  • Amerika Akhirnya Akui Kehebatan China, Beri Komentar Tak Terduga

    Amerika Akhirnya Akui Kehebatan China, Beri Komentar Tak Terduga

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Google Sundar Pichai mengakui kehebatan perusahaan rintisan asal China, DeepSeek, yang menghebohkan dunia.

    Ia mengatakan bahwa DeepSeek asal China telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dan bisa menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan (AI) buatannya dikenal secara global.

    Pichai berharap Alphabet (perusahaan induk Google) tetap menjadi pemain utama dalam bidang AI, namun ia juga mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan lain pasti akan hadir dengan berbagai inovasi AI, demikian dikutip dari Reuters, Kamis (13/2/2025).

    DeepSeek yang meroket dalam waktu singkat membuat banyak pihak di industri teknologi, khususnya AI bersuara. Tak jarang yang langsung memblokir aplikasi AI canggih tersebut karena khawatir dengan keamanannya. Misalnya Italia dan Australia.

    Selain CEO Googla, CEO Google DeepMind, Demis Hassabis ikut angkat bicara soal keberadaan DeepSeek. Ia turut memuji model tersebut sebagai karya terbaik.

    “Saya pikir itu karya terbaik yang pernah saya lihat dari China. DeepSeek melakukan rekayasa yang sangat bagus dan mengubah banyak hal pada skala geopolitik,” jelas Hassabis, dikutip dari CNBC Internasional.

    Meski memuji habis-habisan, Hassabis melihat satu kekurangan DeepSeek. Menurutnya, model AI itu tidak membawa perubahan besar dan berita yang beredar terlalu berlebihan.

    “Tidak ada kemajuan ilmiah baru yang nyata…menggunakan teknik yang dikenal [dalam AI],” ucap dia.

    Dia juga menyinggung soal Artificial General Intelligence (AGI). Dia mengatakan industri AI telah berada di jalur yang benar menuju ke sana.

    Bahkan ia memperkirakan sekarang sudah lebih dekat dengan sistem AGI yang lebih baik. “Mungkin lima tahun atau lebih lagi dari sistem seperti itu yang sangat luar biasa,” jelas Hassabis.

    “Saya rasa masyarakat harus bersiap untuk itu dan apa implikasinya. Kita mendapatkan manfaat dari itu dan seluruh masyarakat. Namun kita juga mengurangi sejumlah risikonya,” ia menambahkan.

    (fab/fab)

  • Duh, Google Tak Lagi Janji AI-nya Terlarang untuk Senjata

    Duh, Google Tak Lagi Janji AI-nya Terlarang untuk Senjata

    Jakarta

    Google telah menghapus janji untuk tidak menggunakan AI untuk aplikasi yang berpotensi berbahaya, seperti senjata dan pengawasan atau pengintaian. Prinsip AI raksasa teknologi itu diperbarui.

    Versi sebelumnya dari prinsip AI perusahaan mengatakan mereka takkan mengejar senjata atau teknologi lain yang implementasi utamanya untuk menyebabkan atau secara langsung mengakibatkan cedera, serta teknologi pengawasan yang melanggar norma yang diterima internasional. Nah, tujuan tersebut tak lagi ditampilkan di situs web Prinsip AI-nya.

    “Ada persaingan global untuk kepemimpinan AI dalam lanskap geopolitik yang makin kompleks. Kami percaya demokrasi harus memimpin dalam pengembangan AI, dipandu nilai-nilai inti seperti kebebasan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap HAM,” tulis Demis Hassabis, CEO Google DeepMind.

    Prinsip perusahaan yang diperbarui mencerminkan ambisi Google menawarkan teknologi dan layanan AI-nya ke lebih banyak pengguna dan klien, termasuk pemerintah. Perubahan ini juga sejalan dengan meningkatnya perang AI antara AS dan China yang memanas.

    Versi sebelumnya dari prinsip-prinsip AI perusahaan mengatakan Google akan mempertimbangkan berbagai faktor sosial dan ekonomi. Prinsip-prinsip AI yang baru menyatakan mereka akan mengembangkan AI jika manfaat secara keseluruhan melebihi risiko dan kerugian yang dapat diperkirakan.

    Google menetapkan prinsip-prinsip AI-nya di 2018 setelah menolak memperbarui kontrak pemerintah yang disebut Project Maven, yang membantu pemerintah menganalisis dan menafsirkan video drone dengan AI. Sebelum mengakhiri kesepakatan, beberapa ribu karyawan menandatangani petisi dan puluhan mengundurkan diri sebagai bentuk penolakan terhadap keterlibatan Google.

    Perusahaan tersebut juga menarik diri dari penawaran untuk kontrak cloud Pentagon senilai USD 10 miliar karena tidak yakin akan selaras dengan prinsip-prinsip AI perusahaan. Namun kini situasinya sudah berbeda karena alasan bisnis.

    Sundar Pichai agresif mengejar kontrak pemerintah federal, memicu ketegangan dari pegawai Google yang vokal. “Kami percaya bahwa perusahaan, pemerintah, dan organisasi yang memiliki nilai-nilai yang sama harus bekerja sama untuk menciptakan AI yang melindungi orang, mendorong pertumbuhan global, dan mendukung keamanan nasional,” kata posting blog Google.

    Tahun lalu, Google memberhentikan lebih dari 50 karyawan setelah serangkaian protes terhadap Project Nimbus, kontrak bersama senilai USD 1,2 miliar dengan Amazon yang menyediakan komputasi awan dan layanan AI bagi pemerintah dan militer Israel. Para eksekutif berulang kali mengatakan kontrak tersebut tidak melanggar prinsip AI perusahaan.

    (fyk/fyk)

  • Google Sudah Kasih Peringatan ke Pengguna Android, Jangan Diabaikan

    Google Sudah Kasih Peringatan ke Pengguna Android, Jangan Diabaikan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peringatan oleh Google yang sering muncul di layar pengguna android ternyata bukan main-main. Peringatan itu terkait konten-konten berbahaya berisi malware atau phising yang tengah dilihat pengguna.

    “Anda akan melihat peringatan jika konten yang ingin Anda lihat berbahaya atau menipu. Situs-situs ini sering disebut situs ‘phising’ atau ‘malware’,” kata Google, dikutip Minggu (2/2/2025).

    Dari situs-situs berbahaya itu, para pelaku serangan siber mencoba mencuri informasi dari korbannya. Berikutnya mereka akan menipu korban atau menjual informasi pada pihak lain.

    Pengguna diminta untuk selalu memperhatikan peringatan yang diberikan Google. Pesan itu bersifat otomatis dan deteksi phising atau malware diaktifkan secara default.

    Setidaknya ada lima peringatan yang kerap diabaikan oleh pengguna Android terkait hal tersebut. Berikut informasinya, dirangkum dari The Sun, dikutip Minggu (2/2/2025):

    1. “The site ahead contains malware”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menginstall software berbahaya alias malware ke komputer

    2. “Deceptive site ahead”

    Website yang Anda kunjungi kemungkinan besar adalah phishing

    3. “Suspicious site”

    Website yang Anda kunjungi mencurigakan dan kemungkinan berbahaya

    4. “The site ahead contains harmful programs”

    Website yang Anda kunjungi mungkin akan menjebak Anda menginstall program yang bisa menyebabkan masalah ketika menggunakan internet

    5. “This page is trying to load scripts from unauthenticated sources”

    Website yang Anda kunjungi berbahaya.

    Aplikasi di luar Play Store

    Peringatan lain dari Google adalah soal menginstal aplikasi dari luar Play Store yang biasanya berbentuk file apk atau sideloading. Tidak seperti iPhone, Google memang sudah lama mengizinkan aplikasi diunduh dan diinstal di luar toko resmi.

    Namun, CEO Google Sundar Pichai memperingatkan para pengguna HP Android untuk tidak melakukan sideloading di perangkat mereka.

    Pembahasan soal sideloading sudah lama menjadi kontroversi. Kubu terpecah menjadi dua, di satu sisi banyak yang menyatakan sideloading memberikan kebebasan dan fleksibilitas bagi pengguna untuk bebas mengakses aplikasi buatan pengembang yang tak tersedia secara resmi.

    Namun, di sisi yang lain menilai sideloading berisiko mendatangkan bahaya. Sebab, aplikasi yang tersedia di toko aplikasi resmi sudah melalui proses penyaringan, sehingga lebih aman.

    Pichai memberikan peringatan ke semua pengguna HP Android bahwa aplikasi sideloading memiliki risiko yang tinggi karena rentan terinfeksi malware.

    Peringatan tersebut sejalan dengan alasan Apple tak mau memberikan izin sideloading. Apple juga menjadikan pernyataan Google sebagai ‘senjata’, dan menyatakan Google saja tahu seberapa besar potensi bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi sideloading.

    Debat soal sideloading bertumpu pada satu hal, yakni bagaimana menciptakan keseimbangan antara kebebasan pengguna dan keamanan pengguna.

    Meski sideloading berisiko mendatangkan virus bahaya, tetapi mekanisme itu dianggap memberikan kebebasan akses bagi pengguna ke semua aplikasi. Selain itu, sideloading juga mengizinkan pengguna untuk mengakses aplikasi beta yang belum resmi.

    Poin tambahan lainnya, sideloading juga turut mendukung para developer aplikasi independen yang tak mau terikat pada sistem aplikasi resmi di Google Play Store atau Apple App Store.

    (mkh/mkh)

  • Pegawai Google Ketakutan Kena PHK, Ajukan Petisi

    Pegawai Google Ketakutan Kena PHK, Ajukan Petisi

    Jakarta

    Bekerja di Google dulu merupakan impian karena menjanjikan kesejahteraan dan kenyamanan, tapi saat ini mungkin situasinya sudah berbeda. Raksasa internet itu kerap melakukan PHK.

    Maka baru-baru ini, karyawan Google menyebarkan petisi internal berjudul ‘keamanan kerja’ menjelang pemangkasan biaya yang diperkirakan terjadi tahun ini dan mungkin saja termasuk PHK lanjutan. Dikutip detikINET dari CNBC, petisi tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 1.250 karyawan.

    Ini adalah tanda terbaru pergolakan karyawan di Google. “Kami, para karyawan Google yang bertanda tangan di bawah ini dari kantor-kantor di seluruh AS dan Kanada, prihatin dengan ketidakstabilan di Google yang mempengaruhi kemampuan kami melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi dan berdampak,” kata petisi tersebut.

    “Putaran PHK yang terus berlanjut membuat kami merasa tidak aman tentang pekerjaan kami. Perusahaan jelas berada dalam posisi keuangan yang kuat, membuat kehilangan begitu banyak kolega yang berharga tanpa penjelasan menjadi lebih menyakitkan,” tambah mereka.

    CFO baru Google Anat Ashkenazi mengatakan di Oktober 2024 bahwa salah satu prioritas utamanya adalah mendorong lebih banyak penghematan karena Google memperluas pengeluarannya untuk infrastruktur kecerdasan buatan pada tahun 2025.

    “Setiap organisasi selalu dapat mendorong sedikit lebih jauh dan saya akan mencari peluang tambahan,” katanya saat itu. Tak lama setelah pernyataan Ashkenazi, karyawan mendesak para eksekutif untuk kejelasan tapi tidak diberi rincian lebih lanjut tentang rencana Ashkenazi.

    Petisi tersebut meminta CEO Google Sundar Pichai untuk menawarkan pembelian saham pegawai sebelum melakukan PHK, menjamin pesangon bagi karyawan yang diberhentikan dan tidak memberikan peringkat ulasan kinerja rendah dengan tujuan memberhentikan karyawan.

    Google memberhentikan lebih dari 12.000 karyawan pada tahun 2023, sekitar 6% dari tenaga kerjanya secara global. Pemutusan hubungan kerja tersebut bagian dari serangkaian upaya untuk mengurangi biaya dan fokus pada kecerdasan buatan. Sejak itu, terjadi lagi beberapa putaran PHK.

    (fyk/fyk)