Tag: Sundar Pichai

  • Takut Dilibas Google, Pencipta ChatGPT Nyalakan Alarm Peringatan

    Takut Dilibas Google, Pencipta ChatGPT Nyalakan Alarm Peringatan

    Jakarta

    Perlombaan AI semakin memanas dan OpenAI mulai merasakan tekanannya. Pengembang ChatGPT dilaporkan menyalakan ‘alarm peringatan’ karena semakin dipepet kompetitor seperti Google dan Anthropic.

    CEO OpenAI Sam Altman kabarnya menerbitkan memo yang mendesak karyawannya untuk meningkatkan produk andalannya ChatGPT dan menunda pengembangan program lainnya.

    Dalam memo internal, seperti yang dilaporkan Wall Street Journal dan The Information, Altman mengatakan OpenAI akan menunda inisiatif seperti iklan, agen belanja dan kesehatan, serta asisten pribadi Pulse, untuk fokus meningkatkan ChatGPT.

    Peningkatan yang dimaksud mencakup fitur inti seperti performa yang lebih cepat dan andal, personalisasi lebih baik, dan kemampuan menjawab lebih banyak pertanyaan.

    Memo itu mengatakan karyawan OpenAI yang bertugas meningkatkan ChatGPT akan mengikuti rapat harian, dan Altman mendorong pemindahan anggota tim sementara untuk mempercepat pengembangan.

    Arahan ini menunjukkan terbaliknya posisi OpenAI dan Google dalam perlombaan AI. Pada tahun 2022, Google juga pernah mendeklarasikan ‘alarm peringatan’ miliknya sendiri setelah kedatangan ChatGPT.

    Saat itu, CEO Google Sundar Pichai merombak tim-tim di seluruh perusahaan untuk mengembangkan prototipe dan produk AI yang dapat bersaing dengan ChatGPT, seperti dikutip dari ArsTechnica, Rabu (3/12/2025).

    Google sendiri baru saja meluncurkan model AI terbarunya Gemini 3 yang langsung melampaui pesaingnya dalam berbagai tolak ukur industri dan metrik populer. Kehadiran image generator Nano Banana yang populer juga mendorong pertumbuhan pengguna Google Gemini.

    Menurut laporan Business Insider, jumlah pengguna Google Gemini melonjak dari 450 juta pengguna bulanan pada bulan Juli menjadi 650 juta pengguna pada Oktober. Sementara itu ChatGPT memiliki lebih dari 800 juta pengguna aktif mingguan, menurut data OpenAI.

    (vmp/vmp)

  • CEO Google Khawatir Teknologi AI China Kalahkan AS

    CEO Google Khawatir Teknologi AI China Kalahkan AS

    Jakarta

    CEO Google, Sundar Pichai, mengeluarkan peringatan keras bahwa Amerika Serikat berisiko kalah dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) global melawan China kecuali jika negara tersebut segera membenahi regulasinya. Ia menyatakan tumpang tindihnya aturan tingkat negara bagian di AS berisiko melumpuhkan inovasi.

    Pichai mengatakan menjamurnya lebih dari 1.000 rancangan undang-undang terkait AI yang sedang diproses di berbagai badan legislatif negara bagian AS menciptakan labirin regulasi. Hal ini dapat memberikan keuntungan telak bagi China dalam perlombaan AI yang akan mendefinisikan abad ke-21.

    “Bagaimana Anda menghadapi beragam regulasi tersebut dan bagaimana Anda bersaing dengan negara seperti China yang bergerak cepat dalam teknologi ini? Saya pikir kita harus menemukan keseimbangan yang tepat,” cetus Pichai yang dikutip detikINET dari Fox News.

    Bos Google tersebut berpendapat AS harus menyeimbangkan antara mendorong inovasi dan memasang pengaman. Menurutnya, akan lebih baik dilakukan secara nasional daripada setiap negara bagian menyusun aturan yang saling bertentangan.

    Komentarnya muncul di momen kritis dalam perlombaan senjata AI global, di mana China menggelontorkan miliaran dolar untuk pengembangan AI. Di saat yang sama, negara-negara Barat bergulat dengan regulasi teknologi ini tanpa mematikan inovasi.

    Di sisi lain, Pichai menekankan pemerintah dan perusahaan teknologi harus bermitra untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman berbasis AI, serta menyerukan kerja sama internasional untuk mencegah teknologi ini dijadikan senjata. “Sebagian solusinya adalah kami sebagai perusahaan membuat produk kami lebih baik,” kata Pichai.

    Menurutnya, negara-negara harus bekerja sama untuk mengembangkan kerangka kerja sama internasional agar tidak menjadikan teknologi ini sebagai senjata untuk saling menyerang. Meski mengakui manfaat besarnya, ia memperingatkan AI dapat disalahgunakan dengan dampak yang menghancurkan oleh pelaku kejahatan. “Setiap teknologi memiliki dua sisi,” ujar Pichai.

    Google sudah mengerahkan AI secara defensif, menggunakannya untuk menghentikan penjahat yang mungkin mempersenjatai teknologi ini untuk penipuan dan peretasan. Alat SynthID yang dikembangkan oleh Google DeepMind, dapat mengidentifikasi gambar dan video yang dibuat oleh AI.

    Dia juga memberikan gambaran sekilas tentang proyek ambisius perusahaan bernama “Suncatcher” untuk membangun pusat data AI bertenaga surya di luar angkasa guna menopang infrastruktur yang semakin haus energi.

    “Saya tidak ragu bahwa dalam satu dekade atau lebih, kita akan melihatnya sebagai cara yang lebih normal untuk membangun pusat data,” katanya.

    Saat ditanya apakah AI merusak pemikiran manusia, Pichai menyinggung kritik awal terhadap Google Search “Sekitar 25 tahun lalu, orang menanyakan pertanyaan yang sama tentang Google Search. Saya pikir sebagai masyarakat kita akan beradaptasi, dan saya harap masa-masa kreatif kita akan jadi lebih kaya di masa depan,” katanya.

    (fyk/afr)

  • Takut Dilibas Google, Pencipta ChatGPT Nyalakan Alarm Peringatan

    Selamat Tinggal ChatGPT, Google Gemini 3 Jadi Ancaman Serius

    Jakarta

    Ketika ChatGPT diluncurkan pada tahun 2022, Google kewalahan. Namun, peluncuran Gemini 3 dan chip AI Ironwood bulan ini membuat para ahli memuji kebangkitan AI Alphabet.

    Google mengawali bulan November dengan memperkenalkan Ironwood, unit pemrosesan tensor (TPU) generasi ketujuh. Pekan lalu, Google meluncurkan Gemini 3, model AI terbarunya, yang diklaim membutuhkan lebih sedikit instruksi (prompt) dan memberikan jawaban lebih cerdas daripada pendahulunya.

    CEO Salesforce, Marc Benioff, antusias seputar Gemini 3. Meskipun telah menggunakan ChatGPT dari OpenAI selama tiga tahun, ia tidak ingin kembali setelah dua jam menggunakan Gemini 3. “Lompatan kemajuannya gila. Semuanya lebih tajam dan lebih cepat. Rasanya dunia baru saja berubah, lagi,” tulis Benioff.

    Sebagian besar saham teknologi turun di awal pekan, kecuali Alphabet. Saham induk perusahaan Google ini melonjak lebih dari 5%, menambah kenaikan pekan lalu yang mencapai lebih dari 8%. Saham Alphabet naik hampir 70% tahun ini. Pekan lalu, kapitalisasi pasar Alphabet bahkan melampaui Microsoft.

    Semua ini terjadi meskipun Nvidia melaporkan pendapatan dan proyeksi laba yang lebih kuat dari perkiraan dalam laporan keuangan kuartal ketiganya. Namun, meski Google tampak unggul, keunggulannya atas para pesaing masih sangat tipis di pasar AI yang persaingannya sangat ketat.

    Dengan Gemini 3 dan Ironwood, CEO Google Sundar Pichai tampaknya akhirnya berhasil menyatukan seluruh elemen penawaran AI perusahaan. “Tiga tahun lalu, mereka dipandang agak tersesat dan banyak opini pedas mengatakan mereka kehilangan arah dan Sundar gagal. Sekarang, mereka punya keunggulan besar,” kata Michael Nathanson, pendiri firma riset Moffett Nathanson

    Perusahaan sempat mengalami sejumlah kesalahan dalam upaya awal mengejar OpenAI. Di 2024, Google harus menarik produk pembuat gambar Imagen 2 setelah ditemukan sejumlah ketidakakuratan. Peluncuran AI Overviews memicu reaksi serupa ketika pengguna menemukannya memberi saran yang salah.

    Sekarang, Google cepat meluncurkan Gemini 3 setelah rilis musim semi Gemini 2.5, yang sudah dianggap sebagai model mengesankan. Fitur pembuatan gambar hiper realistis dari Nano Banana adalah prestasi lain. Setelah perusahaan meluncurkannya, Gemini melesat ke puncak Apple App Store, menggeser ChatGPT.

    Dan setelah peluncuran Gemini 3, Google merilis Nano Banana Pro pekan lalu. Kepemilikan Google atas YouTube memberi perusahaan keunggulan dalam melatih model untuk pembuatan gambar dan video.

    “Jumlah video dan data terkini yang dimiliki Google, benar-benar keunggulan kompetitif sangat besar. “Saya tidak melihat bagaimana OpenAI dan Anthropic bisa mengalahkan,” kata Mike Gualtieri, analis Forrester Research yang dikutip detikINET dari CNBC, Minggu (30/11/2025).

    Selain itu, Google berhasil mengintegrasikan model AI ke produk enterprise, yang mendorong penjualan unit cloud perusahaan. Dan bukan hanya model AI. Google juga mencuri perhatian dengan chip AI-nya. Google mengatakan Ironwood hampir 30 kali lebih efisien daya daripada TPU pertamanya dari tahun 2018.

    Setelah sebuah laporan menyebutkan Meta mungkin mencapai kesepakatan dengan Google untuk menggunakan TPU-nya, saham Nvidia turun 3%. Dengan bangkitnya TPU Google, Nvidia mungkin tidak lagi memonopoli chip AI.

    Terlepas dari kemenangan ini, Google masih dalam persaingan sengit dengan perusahaan AI lainnya. “Memiliki model canggih selama beberapa hari tidak berarti mereka telah menang,” kata Luria, menunjuk pada model baru Opus 4.5 dari Anthropic yang baru diluncurkan.

    Awal bulan ini, OpenAI mengumumkan dua pembaruan model GPT-5 untuk membuatnya lebih hangat dan lebih komunikatif serta lebih efisien dan lebih mudah dipahami. “Model-model terdepan tampaknya masih saling susul-menyusul dalam beberapa hal,” kata Gualtieri dari Forrester Research.

    Keunggulan kemungkinan akan jatuh ke tangan perusahaan yang bersedia membelanjakan lebih banyak uang mengingat mahalnya perlombaan AI. Alphabet, Meta, Microsoft, dan Amazon masing-masing menaikkan proyeksi belanja modal. Secara kolektif, mereka memperkirakan angka itu mencapai lebih dari USD 380 miliar tahun ini.

    “Perusahaan-perusahaan ini menghabiskan banyak uang dengan asumsi akan ada satu pemenang yang mengambil semuanya, padahal kenyataannya kita mungkin berakhir dengan model-model terdepan menjadi komoditas dan beberapa di antaranya bisa saling tergantikan,” kata Luria.

    (fyk/fay)

  • Aplikasi Pengganti ChatGPT Mendadak Ramai Diserbu, Lebih Canggih

    Aplikasi Pengganti ChatGPT Mendadak Ramai Diserbu, Lebih Canggih

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google kembali mengguncang pasar kecerdasan buatan (AI) dengan meluncurkan Gemini 3, model terbaru yang digadang-gadang menjadi penantang kuat ChatGPT.

    Pembaruan ini menunjukkan bagaimana persaingan aplikasi AI kian ketat, sementara semakin banyak pengguna beralih ke alternatif selain ChatGPT.

    Gemini 3 hadir di aplikasi Gemini, fitur pencarian berbasis AI seperti AI Mode dan AI Overviews, serta produk perusahaan.

    Peluncuran dimulai Selasa (18/11) untuk sebagian pelanggan dan akan diperluas dalam beberapa minggu ke depan.

    CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan Gemini 3 dirancang untuk memberikan jawaban yang lebih akurat dan memahami pertanyaan kompleks dengan lebih baik.

    “Luar biasa melihat bahwa dalam dua tahun saja, AI telah berevolusi dari sekadar membaca teks dan gambar hingga mampu ‘membaca situasi’,” tulis Pichai dalam salah satu unggahan, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (19/11/2025). “Mulai hari ini, kami menghadirkan Gemini dalam skala Google,” imbuhnya.

    Google mengklaim ekosistem Gemini terus tumbuh pesat. Aplikasi Gemini kini telah digunakan oleh 650 juta pengguna aktif bulanan, sementara AI Overviews menjangkau 2 miliar pengguna setiap bulan.

    Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan dalam popularitas aplikasi AI di luar ChatGPT, yang pada Agustus tercatat memiliki 700 juta pengguna mingguan.

    Gemini 3 juga membawa peningkatan kemampuan antarmuka generatif, di mana AI dapat menghasilkan jawaban dalam format visual seperti majalah digital, mulai dari penjelasan lengkap dengan gambar, tabel, hingga simulasi interaktif. Google mencontohkan Gemini mampu membuat kalkulator pinjaman khusus atau simulasi fisika yang kompleks hanya berdasarkan satu perintah.

    Selain itu, Google memperkenalkan platform baru bernama Google Antigravity yang memungkinkan pengembang menulis kode secara lebih intuitif. Gemini 3 disebut sebagai model coding vibe terbaik Google, menargetkan pasar yang berkembang pesat untuk pembuatan kode berbasis perintah.

    Di sisi korporasi, model ini menawarkan kemampuan analisis gambar dan video yang lebih akurat, pembuatan materi pelatihan karyawan, serta otomatisasi pengadaan. Pengembang dan bisnis dapat mengintegrasikan model ini melalui API Gemini dan layanan Vertex AI.

    Peluncuran Gemini 3 datang di tengah meningkatnya biaya investasi raksasa teknologi dalam AI. Alphabet, Meta, Microsoft, dan Amazon bersama-sama memperkirakan belanja modal mereka pada 2024 akan melampaui US$380 miliar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    ChatGPT Bikin Otak Makin Bodoh, Riset Peneliti MIT Temukan Fakta Ngeri

  • Bos Google Buka-bukaan Nasib Perusahaan Terancam Suram

    Bos Google Buka-bukaan Nasib Perusahaan Terancam Suram

    Jakarta, CNBC Indonesia – Belakangan muncul kekhawatiran akan meledaknya gelembung (bubble) kecerdasan buatan (AI). CEO Google Sundar Pichai buka-bukaan soal nasib perusahaannya saat hal itu terjadi.

    Ia meyakini Google bisa mengatasi masa sulit itu. Namun, ia menambahkan mungkin juga perusahaan akan terdampak, karena tidak ada perusahaan yang tidak terkena imbas jika AI bubble meletus.

    “Saya rasa tidak ada perusahaan yang kebal, termasuk kami,” kata Pichai, dikutip dari Reuters, Rabu (19/11/2025).

    Gelombang AI dikhawatirkan beberapa pihak bisa pecah setelah valuasi dan investasi besar melonjak signifikan.

    Pichai menyebut investasi pada teknologi tersebut momen luar biasa. Di sisi lain, dia juga mengakui ada unsur irasionalitas.

    Bahkan Pichai juga mengingatkan saat era gelombang dotcom yang menimbulkan ‘kegembiraan tidak rasional’.

    Kekhawatiran soal AI tengah menyelimuti Amerika Serikat (AS) dan membebani pasar lebih luas. Begitu juga pembuat kebijakan Inggris juga mulai menandai risiko tersebut.

    Alphabet, induk perusahaan Google, baru saja memperluas jangkauan teknologi AI nya di Inggris. Raksasa teknologi itu meluncurkan investasi sebesar 5 miliar pound selama dua tahun pada September lalu.

    Dana tersebut digunakan untuk infrastruktur dan penelitian AI di Inggris. Investasi Alphabet termasuk untuk pusat data baru serta investasi pada laboratorium DeepMind di London.

    Pichai juga mengatakan Google akan melatih model AI di Inggris. Perdana menteri Keir Starmer berharap upaya ini bisa menempatkan negaranya menjadi negara AI ketiga setelah AS dan China.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    ChatGPT Bikin Otak Makin Bodoh, Riset Peneliti MIT Temukan Fakta Ngeri

  • CEO Google Khawatir Teknologi AI China Kalahkan AS

    Jangan Percaya AI Begitu Saja, Rentan Kesalahan

    Jakarta

    Orang seharusnya tak percaya begitu saja pada semua hal yang dikatakan AI. Demikian dikatakan oleh CEO Google, Sundar Pichai. Pichai mengakui model AI rentan terhadap kesalahan dan mengimbau pemakai untuk menggunakannya bersamaan dengan tool lain.

    Ia menyoroti pentingnya memiliki ekosistem informasi yang kaya, tak hanya bergantung ke AI. “Ini mengapa orang juga menggunakan Google Search, dan kami memiliki produk lain yang lebih berlandaskan pada penyediaan informasi yang akurat,” cetusnya dalam wawancara dengan BBC yang dikutip detikINET.

    Menurutnya orang harus belajar menggunakan AI sesuai kegunaan dan tak percaya begitu saja tiap hal yang mereka katakan. “Kami bangga dengan upaya besar untuk memberi informasi seakurat mungkin, namun teknologi AI terkini masih rentan terhadap sejumlah kesalahan,” ujarnya.

    Google sendiri giat mengembangkan Gemini AI. Sejak Mei, Google mulai memperkenalkan AI Mode dalam layanan pencarian, yang mengintegrasikan chatbot Gemini untuk pengalaman seperti bicara dengan ahli.

    Itu merupakan bagian dari upaya raksasa teknologi tersebut untuk tetap kompetitif melawan layanan AI seperti ChatGPT yang mengancam dominasi Google dalam penelusuran online.

    Komentarnya sejalan dengan riset BBC awal tahun ini yang menemukan chatbot AI tak akurat merangkum berita. ChatGPT milik OpenAI, Copilot milik Microsoft, Gemini milik Google, dan Perplexity AI diberi konten situs BBC dan diminta menjawab pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan jawaban AI berisi ketidakakuratan signifikan.

    Pichai menyebut ada ketegangan antara kecepatan pengembangan teknologi dan upaya mitigasi untuk mencegah dampak berbahaya. Bagi Alphabet, mengelola itu artinya bergerak cepat dan bertanggung jawab secara bersamaan. “Jadi kami bergerak cepat melalui momen ini. Saya pikir konsumen kami menuntut hal itu,” ujarnya.

    Raksasa teknologi tersebut juga telah meningkatkan investasi dalam keamanan AI sebanding dengan investasinya di bidang AI. “Sebagai contoh, kami membuka teknologi yang memungkinkan Anda mendeteksi apakah sebuah gambar dibuat oleh AI,” katanya.

    (fyk/fay)

  • Google Siap Luncurkan Gemini 3 dan Nano Banana Pro, Ini Perkiraan Tanggalnya

    Google Siap Luncurkan Gemini 3 dan Nano Banana Pro, Ini Perkiraan Tanggalnya

    JAKARTA – Pekan terakhir November akan menjadi waktu yang sangat penting bagi Google. Pasalnya, raksasa teknologi tersebut akan merilis sejumlah model Kecerdasan Buatan (AI) terbarunya. 

    Ada dua model AI canggih yang akan perusahaan itu luncurkan, yakni Gemini 3 dan Nano Banana Pro. Waktu peluncuran ini sejalan dengan sinyal yang diberikan CEO Alphabet Sundar Pichai beberapa waktu lalu. 

    Menurut prediksi yang beredar di platform Polymarket, dua model AI ini akan diluncurkan pada minggu tanggal 22 November mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa Google sudah siap membawa perubahan besar pada model AI-nya.

    Kehadiran model Nano Banana Pro sudah dikonfirmasi melalui label ‘Pro’ yang terlihat di Google Vids. Kode rahasia ini merujuk pada kemampuan, “Hasilkan gambar dan visual yang indah untuk video Anda dengan cepat menggunakan Nano Banana Pro.” 

    Label ‘Pro’ juga memberikan indikasi yang kuat mengenai kekuatan di balik model baru ini. Model ini kemungkinan akan ditenagai oleh Gemini 3 Pro, bukan versi Flash yang lebih sederhana. Ini menandakan adanya peningkatan kemampuan pemrosesan. 

    Peluncuran Nano Banana Pro diperkirakan akan berguna bagi para profesional dan pebisnis. Pasalnya, model baru ini dirancang untuk kreator yang mencari kemampuan pembuatan video dan gambar tingkat lanjut.

    Belum diketahui negara mana saja yang akan menerima peluncuran awal dari dua model AI ini. Jika Indonesia tidak masuk ke dalam tahap perluasan awal, kita perlu menunggu lebih lama untuk mendapatkan Gemini 3 dan Nano Banana Pro. 

  • Google Gelontorkan Rp668 Triliun Bangun 3 Data Center Baru

    Google Gelontorkan Rp668 Triliun Bangun 3 Data Center Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Alphabet Inc., induk perusahaan Google mengumumkan investasi baru senilai US$40 miliar atau setara Rp668 triliun untuk pembangunan tiga pusat data atau data center di Texas. 

    Dikutip dari Reuters, Sabtu (15/11/2025) proyek ini merupakan bagian dari ekspansi kapasitas guna mendukung berbagai inisiatif kecerdasan buatan. Investasi yang akan berlangsung hingga tahun 2027. 

    Penanaman modal baru Google ini menegaskan makin ketatnya persaingan di antara perusahaan penyedia layanan AI dan komputasi awan yang berlomba membangun infrastruktur untuk menopang model AI yang canggih. 

    Perusahaan seperti OpenAI, Microsoft, Meta Platforms, dan Amazon juga dikabarkan menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek pusat data yang berfokus pada pengembangan AI.

    Dalam hal ini, Google menjelaskan bahwa salah satu pusat data baru akan dibangun di Armstrong County di wilayah Texas Panhandle, sementara dua lainnya berlokasi di Haskell County, daerah Texas Barat dekat Abilene.

    “Investasi ini akan menciptakan ribuan lapangan kerja, menyediakan pelatihan keterampilan bagi mahasiswa dan peserta magang kelistrikan, serta mempercepat inisiatif keterjangkauan energi di seluruh Texas,” kata CEO Alphabet Sundar Pichai dalam pernyataannya.

    Selain itu, Google juga akan menambah investasi pada kampusnya di Midlothian serta wilayah cloud Dallas, yang merupakan bagian dari jaringan global 42 wilayah cloud milik perusahaan tersebut.

    Gubernur Texas Greg Abbott menyambut positif langkah ini. Dia menilai investasi Google di Texas akan menjadikan sebagai negara bagian dengan investasi terbesar Google di AS. 

    “Serta mendukung efisiensi energi dan pengembangan tenaga kerja di negara bagian kami,” ujarnya dalam pernyataan yang sama.

    Untuk diketahui, tahun ini raksasa teknologi ramai-ramai mengumumkan rencana belanja besar, terutama untuk memperluas jejak mereka di Amerika Serikat. 

    Rencana tersebut seiring dengan dorongan Presiden Donald Trump agar perusahaan meningkatkan investasi demi mempertahankan posisi unggul AS dalam sektor AI.

    Awal pekan ini, perusahaan AI Anthropic juga mengumumkan investasi sebesar USD 50 miliar untuk pembangunan pusat data di berbagai lokasi di AS, termasuk New York dan Texas.

    Di sisi lain, pada Selasa lalu, Google mengungkapkan rencana investasi 5,5 miliar euro atau US$6,41 miliar setara Rp107 triliun di Jerman dalam beberapa tahun mendatang untuk memperluas infrastruktur dan kapasitas pusat datanya di ekonomi terbesar Eropa tersebut.

    Meski demikian, sebagian analis dan investor memperingatkan bahwa lonjakan investasi AI saat ini mengingatkan pada gelembung teknologi masa lalu dengan valuasi dan belanja modal yang tumbuh lebih cepat dibandingkan potensi keuntungan jangka pendek. 

    Analis juga menilai proyeksi permintaan bisa saja terlalu optimistis jika adopsi AI tidak berkembang secepat perkiraan.

  • Tim Cook Janjikan Apple Intelligence Lebih Terbuka ke Pihak Ketiga

    Tim Cook Janjikan Apple Intelligence Lebih Terbuka ke Pihak Ketiga

    Jakarta

    CEO Apple Tim Cook memastikan bahwa perusahaan akan membuka ekosistemnya lebih luas bagi teknologi AI pihak ketiga. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Cook mengatakan Apple berencana menanamkan lebih banyak alat AI eksternal ke dalam sistem operasi mereka.

    “Niat kami adalah berintegrasi dengan lebih banyak pihak seiring waktu,” ujar Cook dalam wawancara tersebut, seperti dikutip detikINET dari The Verge, Sabtu (1/11/2025).

    Langkah ini melanjutkan strategi yang sudah dimulai Apple tahun ini, dengan ChatGPT terintegrasi langsung di Siri. Apple juga dikabarkan sedang menyiapkan integrasi Google Gemini, dan bahkan menjajaki kerja sama dengan Anthropic serta Perplexity AI untuk memperkaya pengalaman pengguna di ekosistem iPhone, Mac, dan iPad.

    Pernyataan Cook sejalan dengan yang pernah disampaikan Craig Federighi, SVP Software Engineering Apple, yang tahun lalu mengatakan bahwa Apple “terbuka untuk mengintegrasikan berbagai model AI seperti Google Gemini di masa depan.”

    Dalam earnings call terbaru, Cook menegaskan bahwa pengembangan Siri versi AI-enhanced berjalan sesuai rencana dan dijadwalkan meluncur tahun depan. Ia juga menegaskan Apple tetap terbuka untuk akuisisi strategis jika dapat mempercepat peta jalan AI mereka.

    “Kami terbuka untuk melakukan merger atau akuisisi jika hal itu mempercepat roadmap kami,” kata Cook, menegaskan kembali pernyataannya pada Juli lalu.

    Pernyataan ini muncul bersamaan dengan laporan keuangan kuartal keempat Apple yang mencatat pendapatan rekor sebesar USD 102,5 miliar, naik delapan persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Divisi layanan — termasuk Apple Music, Apple TV, dan iCloud — terus menjadi motor utama dengan pendapatan USD 28,8 miliar, sementara penjualan iPhone menyumbang USD 49,03 miliar.

    Meski seri iPhone 17 baru dirilis bulan lalu, Apple belum sepenuhnya merealisasikan visinya terhadap “Apple Intelligence”, sistem AI terintegrasi lintas perangkat yang menjadi fokus utama tahun depan. Menurut laporan Bloomberg, Apple bahkan tengah menjajaki kolaborasi dengan Google untuk menghadirkan AI-powered search engine di Siri.

    Sementara itu, Google CEO Sundar Pichai telah mengonfirmasi bahwa pihaknya bekerja untuk membawa dukungan Gemini ke iPhone.

    Selain memperluas integrasi AI, Apple juga baru memperbarui lini produknya dengan iPad Pro, MacBook Pro, dan Vision Pro berbasis chip M5, serta tengah menyiapkan iPhone 17e yang lebih terjangkau pada 2026.

    (asj/asj)

  • Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

    Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

    Bisnis.com, JAKARTA – Induk perusahaan Google, Alphabet Inc., mencatatkan kinerja di atas ekspektasi analis pada kuartal III/2025 seiring dengan lonjakan permintaan terhadap layanan cloud dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Melansir Bloomberg pada Kamis (30/10/2025), Alphabet mencatat penjualan sebesar US$87,5 miliar atau Rp1.450,8 triliun, tidak termasuk pembayaran kepada mitra.

    Angka tersebut melampaui estimasi analis sebesar US$85,1 miliar. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar US$2,87 per saham, jauh di atas proyeksi US$2,26.

    Perusahaan tengah menggelontorkan investasi besar-besaran untuk mempercepat pengembangan AI dan menyematkan kemampuan model bahasa besar (large language model) Gemini ke berbagai produk andalannya, termasuk mesin pencari. Belanja modal tahun ini diperkirakan mencapai US$91 miliar–US$93 miliar, naik dari estimasi sebelumnya US$85 miliar.

    Meski Meta Platforms Inc. dan Microsoft Corp. juga berjanji meningkatkan belanja AI namun saham keduanya turun, Alphabet justru mampu meyakinkan investor bahwa ekspansinya berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan bisnis — terutama pada segmen cloud computing dan iklan pencarian.

    “Kami melihat AI kini benar-benar mendorong hasil bisnis di seluruh lini perusahaan,” ujar CEO Alphabet Sundar Pichai dalam konferensi dengan analis. “Momentum kami sangat kuat.”

    Pichai menambahkan, pendapatan dari produk berbasis AI generatif tumbuh lebih dari 200% dibanding tahun lalu. Alphabet juga mencatat peningkatan penjualan alat AI untuk pelanggan Google Cloud.

    Chief Financial Officer Anat Ashkenazi mengungkapkan sekitar 60% dari belanja modal kuartal lalu dialokasikan untuk server, sementara sisanya digunakan untuk pusat data dan peralatan jaringan guna mendukung ekspansi operasi AI.

    Saham Alphabet ditutup naik 2,7% ke level US$274,57 pada perdagangan Rabu, dan telah menguat 45% sepanjang tahun ini.

    Unit Google Cloud menjadi penopang utama pertumbuhan, dengan pendapatan melonjak 33,5% (yoy) menjadi US$15,2 miliar, melampaui perkiraan US$14,8 miliar. Laba operasional tercatat US$3,59 miliar, di atas estimasi analis US$3 miliar. Alphabet menyebut nilai kontrak cloud yang belum terealisasi mencapai US$155 miliar.

    Menurut analis CFRA Research, Angelo Zino, backlog cloud Google memberi visibilitas kuat terhadap kinerja masa depan. Dia menilai kuartal ini menunjukkan penggunaan belanja yang efektif.

    Sementara itu, bisnis iklan pencarian (search ads) tetap menjadi mesin utama dengan pendapatan US$56,6 miliar, melebihi proyeksi US$55 miliar. Unit ini masih mampu bertahan di tengah persaingan ketat dari chatbot berbasis AI, namun Google harus memastikan bisnis pencarian tetap menguntungkan.

    Pusat strategi AI Alphabet adalah model Gemini, yang kini diintegrasikan ke dalam berbagai produk inti Google. Awal tahun ini, Google lolos dari gugatan antimonopoli besar di AS setelah hakim menilai bisnis pencarian perusahaan telah menghadapi ancaman nyata dari AI.

    Tekanan kini datang dari pesaing seperti OpenAI, yang mulai meluncurkan layanan pencarian dan browser bertenaga AI. Menurut Synovus Trust, kehilangan pangsa pencarian Google terhadap ChatGPT telah melambat pada kuartal III/2025.

    Analis BNP Paribas, Stefan Slowinski, menilai rencana restrukturisasi OpenAI yang membuka jalan bagi model bisnis berorientasi profit dapat memperkuat kompetisi langsung dengan Google dalam periklanan AI.

    Unit video YouTube, yang tahun ini genap berusia 20 tahun, mencatat pendapatan US$10,3 miliar, melampaui perkiraan US$10 miliar. Platform tersebut kini juga mencatat 100 juta jam tayang video podcast per hari.

    Sementara itu, divisi Other Bets — mencakup bisnis masa depan seperti Verily (kesehatan) dan Waymo (mobil otonom) — membukukan pendapatan US$344 juta dengan rugi US$1,43 miliar, sedikit lebih besar dari perkiraan rugi US$1,2 miliar.

    Alphabet tengah memperluas operasi Waymo ke London dan Tokyo, serta menguji kendaraan otonom di New York City, ujar Pichai. Alphabet juga dilaporkan mendorong beberapa unit eksperimentalnya untuk beroperasi secara independen sebagai startup baru.