Tag: Sugirah

  • Anggunnya Bupati Ipuk Rayakan Hari Jadi Banyuwangi ke-253 dalam Balutan Busana Etnis Tionghoa

    Anggunnya Bupati Ipuk Rayakan Hari Jadi Banyuwangi ke-253 dalam Balutan Busana Etnis Tionghoa

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Nuansa penuh keberagaman tersaji pada upacara Peringatan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-235 di Taman Blambangan. Para peserta upacara mengenakan berbagai baju adat sejumlah suku dan etnis yang tinggal di ujung timur Jawa itu.

    Tak terkecuali Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang tampil anggun dengan busana merah menyala. Busana itu merupakan busana etnis Tionghoa, Cheongsam Sangjit.

    Bagi peserta upacara dan segenap undangan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Banyuwangi juga turut mengenakan baju adat. Tidak hanya mengenakan baju adat Suku Osing yang berasal dari Banyuwangi sendiri, tapi juga beragam busana yang mewakili etnis di Bumi Blambangan.

    Di antaranya, ada yang mengenakan baju adat Bali, Madura, Jawa, Bugis, Melayu hingga etnis Arab dan Tionghoa. Seperti Wakil Bupati Banyuwangi, Sugirah yang memilih mengenalkan busana pernikahan adat Jawa.

    “Banyuwangi adalah tamansari Nusantara. Ada beragam suku dan etnis. Bersama-sama kita menjaga dan memajukan Kabupaten Banyuwangi,” ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

    Atas dasar spirit kebersamaan itu, kata Ipuk, menjadi modal penting untuk pembangunan. Sinergitas antar sesama menjadi kunci beragam keberhasilan yang dicapai Banyuwangi.

    “Tanpa kolaborasi, kebersamaan dan gotong royong semua pihak, tidak mungkin Banyuwangi akan bisa seperti ini,” terangnya.

    Dalam upacara peringatan tersebut juga diserahkan santunan kepada 253 anak yatim, dan acara ditutup dengan makan tumpeng bersama warga sekitar, Sewu Ancak. (rin/ian)

  • Desa Wisata Kemiren Banyuwangi Raih Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024

    Desa Wisata Kemiren Banyuwangi Raih Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024

    Liputan6.com, Banyuwangi Desa di Banyuwangi kembali menorehkan prestasi nasional. Kali ini, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang dikenal sebagai Desa Wisata Adat Osing Kemiren meraih juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, Kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM), yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

    “Kami bersyukur desa-desa di Banyuwangi terus bangkit dengan keanekaragaman potensinya. Ada yang maju di sektor pertanian, ada yang  tata kelola pemerintahanya, ada pula yang menonjol pariwisatanya, termasuk Desa Kemiren ini yang sudah berulang kali mendapat penghargaan,” kata Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah, Rabu (20/11/2024).

    Plt Bupati Sugirah hadir langsung dalam penyerahan penghargaan di acara Malam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu malam (17/11/2024). Hadir dalam acara tersebut Menteri Pariwisata RI, Widiyanti Putri Wardhana. Penghargaan diserahkan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto. 

    ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria-kriteria penilaian dari Kemenpar RI.

    Untuk mendapatkan penghargaan tersebut, Desa Wisata Adat Kemiren harus bersaing dengan 6.016 desa wisata se-Indonesia. Setelah melalui serangkaian kurasi, terpilih 300 besar desa wisata, yang kemudian dikerucutkan menjadi 100 Besar. Setelah itu terpilih menjadi 50 besar desa wisata terbaik hasil kurasi para dewan kurator dan dewan juri. 

    “Kami ucapkan terima kasih atas kerja keras teman-teman di desa. Semoga prestasi Desa Kemiren bisa menjadi inspirasi bagi desa wisata yang lain di Banyuwangi untuk terus bangkit dan berbenah,” imbuh Sugirah.

    Desa Wisata Adat Osing Kemiren merupakan destinasi yang lengkap. Desa yang menjadi basis Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi) tersebut memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun. Pada 2021 silam, Desa wisata tersebut telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenpar.

    Kepala Desa Wisata Adat Kemiren, M. Arifin, menjelaskan desanya berhasil meraih penghargaan ADWI 2024 pada kategori Kelembagaan dan SDM.

    Penghargaan ini diraih lantaran Desa Kemiren dinilai berhasil memperkuat ekosistem pemberdayaan SDM di desanya untuk meningkatkan lapangan kerja dan perekonomian warga. Selain juga, Desa Kemiren dinilai memiliki komitmen kuat dalam mendukung kesetaraan gender.

    Hal itu dibuktikan melalui berbagai program yang telah dijalankan oleh desa. Di antaranya, pendampingan legalitas lembaga, pelatihan peningkatan produksi UMKM, dan pelatihan energi terbarukan ( biogas ).

    “Kami juga memberikan pelatihan manajemen tata kelola pariwisata bagi para pemilik home stay dan pelaku usaha pariwisata yang lain. Dengan harapan usaha yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkelanjutan,” urai Arifin.

  • 5 Pelajar Banyuwangi Sabet Medali Emas hingga Perunggu di Olimpiade Matematika dan Sains Tingkat Asia

    5 Pelajar Banyuwangi Sabet Medali Emas hingga Perunggu di Olimpiade Matematika dan Sains Tingkat Asia

    “Kita patut bangga pelajar Banyuwangi makin banyak yang berprestasi di ajang internasional. Ke depan, kita akan terus menggelar berbagai program untuk mendongkrak kualitas SDM sehingga kita bisa mencetak lebih banyak lagi pelajar-pelajar berkualitas dari Banyuwangi,” ujar Sugirah.

    ASMOPSS ke-14 di Banyuwangi dilaksanakan selama enam hari, 11-16 November dan dipusatkan di Hotel El-Royale Banyuwangi. Kompetisi ini diikuti sebanyak 136 peserta dari 10 negara di Asia, di antaranya Indonesia, Tajikistan, Pakistan, Filipina, Thailand dan Filipina.

    Sebagai tuan rumah kompetisi ASMOPSS ke-14, Banyuwangi berhasil mengukir kesan positif di hati para peserta. Salah satunya, Leiff Guntinas dari Filipina. Menurutnya, bertanding di Banyuwangi memberikan banyak pengalamana baru. 

    “Bisa menjalin jejaring dengan pelajar dari berbagai negara. Saya juga sangat menyukai destinasi di Banyuwangi, terutama Gunung Ijen dan pantainya. Indah sekali,” kata Leiff. 

    Leiff mengaku sudah mengunjungi Gunung Ijen sebelum kompetisi ASMOPSS dimulai. “Menakjubkan. Memang belum bisa melihat blue flame yang fenomenal. Namun saya sangat puas karena bisa melihat dengan jelas kawah Ijen yang warnanya sangat cantik, hijau kebiruan,” ujarnya

     

  • Angkat Harmoni Nusantara, Festival Kebangsaan Rayakan Keberagaman Budaya di Banyuwangi

    Angkat Harmoni Nusantara, Festival Kebangsaan Rayakan Keberagaman Budaya di Banyuwangi

    Liputan6.com, Banyuwangi – Selain dikenal dengan wisata alamnya, Banyuwangi juga dikenal dengan kemajemukan suku, budaya dan tradisi. Berbagai kekayaan budaya dan tradisi dari suku-suku dan etnis tersebut, kembali diangkat dalam Festival Kebangsaan yang digelar di Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan,

    Digelar selama 2 hari, mulai 15-16 November 2024, tahun ini tema yang diangkat adalah ‘Kembang Setaman Harmoni Nusantara’. Tema ini menggambarkan sebuah taman yang banyak ditumbuhi bunga warna-warni yang elok dan indah untuk dilihat. 

    Tema tersebut bukan tanpa alasan. Warga Banyuwangi terdiri dari berbagai suku, termasuk suku Using, Mandar, Jawa, Bali, Madura, serta etnis Tionghoa dan Arab.

    “Mengutip lirik dari lagu Umbul-umbul Blambangan, Banyuwangi adalah tamansari nusantara yang berarti miniaturnya Indonesia. Kerukunan ini kemudian kami bungkus dengan Festival Kebangsaan ini,” kata Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah, Sabtu malam (16/11/2024).

    Beragam seni budaya dari berbagai suku tersebut ditampilkan dengan apik dalam sebuah panggung festival. Dihadiri pula berbagai tokoh masyarakat, budayawan dan pemuda yang tergabung dalam Forum Pembauran Kebangsaan (FPK). 

    “Beragam suku yang ada di Banyuwangi memperkaya tradisi seni dan budaya Banyuwangi yang tentunya menjadi modal sosial untuk membangun Banyuwangi. Kerukunan antar etnis Ini harus kita rawat dengan baik,” kata Sugirah.  

    Banyak etnis lain, selain suku Osing, yang juga sarat sejarah dan sampai saat ini masih eksis keberadaannya hingga kini.

    Seperti Suku Tionghoa yang ada di Banyuwangi. Berasal dari Fukkien Selatan, mata pencaharian mereka adalah berdagang sesuai daerah asalnya. Keberadaannya bisa ditelusuri di daerah pecinan, Karangrejo.

     

    Viral Kisah Bocah Kelas 4 SD Jualan Gorengan Hingga Tengah Malam

  • Top! 5 Pelajar Banyuwangi Raih Medali Olimpiade Matematika-Sains Se-Asia

    Top! 5 Pelajar Banyuwangi Raih Medali Olimpiade Matematika-Sains Se-Asia

    Jakarta

    Pelajar Banyuwangi yang mewakili Indonesia di ajang Asian Science & Mathematics Olympiad For Primary & Secondary Schools (ASMOPSS) ke-14 menorehkan prestasi mentereng. Salah satunya Andrew Carnegei Tan berhasil meraih medali emas untuk matematika tingkat SMP.

    Dalam ajang Olimpiade Matematika dan Sains Tingkat Asia yang digelar di Banyuwangi tersebut tercatat ada 4 anak asal Banyuwangi lainnya yang juga menyabet medali. Termasuk Felicia Dahayu meraih medali perunggu di ajang ini.

    Felicia merupakan peraih medali emas lomba coding internasional yang digelar di Korea Selatan dua pekan lalu.

    “Selamat kepada seluruh pelajar yang telah bertanding membawa nama baik Indonesia, khususnya pelajar Banyuwangi. Ini adalah pengalaman yang bagus untuk kalian semua, bagaimana bisa berkompetisi di level Asia,” ujar Plt Bupati Banyuwangi Sugirah, dalam keterangan tertulis, Minggu (17/11/2024).

    “Semoga ke depan lebik baik prestasinya. Dan ajang ini akan menjadi inspirasi baik seluruh pelajar Banyuwangi,” sambungnya.

    Turut hadir dalam acara tersebut, Founder ASMOPSS Prof Yohanes Surya, yang seorang fisikiwan Indonesia dan pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia/TOFI dan Presiden ASMOPSS Munasprianto Ramli.

    Andrew Tan yang berhasil meraih medali emas untuk matematika tingkat SMP merupakan siswa kelas 3 di SMPK Santo Yusuf Banyuwangi. Dia dikenal pandai matematika dan suka mempelajarinya sejak usia anak-anak.

    Selain itu, ada Yusril Ihsan meraih perak untuk Matematika tingkat SMP, Moses Markhesywan dan Nabila Zara meraih perunggu untuk Matematika tingkat SMP. Sementara, Felicia Dahayu meraih perunggu Matematika tingkat SD.

    ASMOPSS ke-14 di Banyuwangi dilaksanakan selama enam hari, 11-16 November dan dipusatkan di Hotel El-Royale Banyuwangi. Kompetisi ini diikuti sebanyak 136 peserta dari 10 negara di Asia, di antaranya Indonesia, Tajikistan, Pakistan, Filipina, Thailand dan Filipina.

    Sebagai tuan rumah kompetisi ASMOPSS ke-14, Banyuwangi berhasil mengukir kesan positif di hati para peserta. Salah satunya, Leiff Guntinas dari Filipina.

    Menurutnya, bertanding di Banyuwangi memberikan banyak pengalaman baru.

    “Bisa menjalin jejaring dengan pelajar dari berbagai negara. Saya juga sangat menyukai destinasi di Banyuwangi, terutama Gunung Ijen dan pantainya. Indah sekali,” kata Leiff.

    Leiff mengaku sudah mengunjungi Gunung Ijen sebelum kompetisi ASMOPSS dimulai. Ia mengaku merasa takjub dengan destinasi wisata tersebut.

    “Memang belum bisa melihat blue flame yang fenomenal. Namun saya sangat puas karena bisa melihat dengan jelas kawah Ijen yang warnanya sangat cantik, hijau kebiruan,” pungkasnya.

    (hnu/ega)

  • Menikmati Kuliner Banyuwangi di Bazar Kampoeng Cungking

    Menikmati Kuliner Banyuwangi di Bazar Kampoeng Cungking

    Liputan6.com, Banyuwangi – Berbagai festival yang digelar Pemkab Banyuwangi terus memunculkan semangat warga untuk mengangkat potensi yang dimilikinya. Salah satunya warga Kampung Cungking, Banyuwangi yang menggelar Bazar Kuliner Kampoeng Cungking di sepanjang Jalan Kendang Kempoel. 

    Digelar mulai 7-8 November, setidaknya ada 86 stand UMKM yang menjajajakan berbagai menu makanan dan minuman. Di bazar ini para pengunjung bisa menikmati berbagai kuliner khas Banyuwangi mulai dari jajanan tradisional hingga makanan tradisional.  

    “Ini semakin memperkaya alternatif wisata kuliner di Banyuwangi. Kita bisa menikmati aneka ragam kuliner sekaligus promosi makanan khas Banyuwangi,” kata Plt Bupati Banyuwangi, Sugirah, Sabtu (9/11/2024).

    Kehadiran Bazar Kuliner Kampoeng Cungking, menurut Sugirah, melengkapi ragam wisata kuliner Banyuwangi yang kini tengah dikembangkan dengan segmentasi khusus di beberapa lokasi. Contohnya seperti Arabian Street Food, di Kampung Arab, Lateng, yang menawarkan kuliner khas timur tengah, serta berbagai pasar kuliner yang tersebar di sejumlah desa.

    “Semoga dengan adanya sentra baru ini bisa semakin menggeliatkan pendapatan UMKM di Banyuwangi,” terangnya.

    Salah satu penjual yang ada di bazar tersebut, Dapoer Kulon, menyajikan makanan khas Banyuwangi seperti nasi tempong dengan sambel semanggi. Ada pula Warung Kendang Kempoel yang menjajakan aneka rujak seperti rujak soto, rujak cemplung, rujak cingur, dan lainnya.

    “Alhamdulillah ramai pengunjung, semoga bazar ini bisa rutin digelar,” harap Rumi, pemilik Dapoer Kulon.

    Bazar tersebut bahkan mengundang perhatian wisatawan mancanegara. Saravejo Alves dan Mirabel asal Spanyol menyempatkan menikmati Nasi Tempong dan makanan lainnya.

    “Kota ini luar biasa. Setiap hari selalu saja ada pesta rakyat yang digelar,” tutur Alves.

     

    Beragam Citarasa Getuk Goreng Sokaraja

  • Bocah SD Asal Banyuwangi Juara Kompetisi Coding Internasional di Korsel

    Bocah SD Asal Banyuwangi Juara Kompetisi Coding Internasional di Korsel

    Liputan6.com, Banyuwangi Pelajar SDN 1 Pesanggaran Banyuwangi, Felicia Dahayu, mengharumkan Indonesia di kancah dunia. Meski bersekolah jauh dari pusat kota, setidaknya 60 menit dari pusat Banyuwangi, Felicia meraih emas kompetisi coding dalam The 9th World Innovative Technology (WIT) Challenge”, di Chonnam National University, Korea Selatan, 2-3 November 2024. 

    Pelajar yang tinggal di Dusun Krajan, Siliragung ini merupakan salah satu siswa hasil dari pelatihan matematika dengan metode “Smart Gasing” yang difasilitasi Pemkab Banyuwangi sejak Maret 2023. 

    Metode pembelajaran matematika ini dikembangkan oleh Profesor Yohanes Surya, seorang fisikawan Indonesia dan Pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia/TOFI. Sejak setahun lalu, Pemkab Banyuwangi memfasiltasi pelatihan tersebut untuk anak-anak desa di Banyuwangi yang tujuannya mencetak ribuan jagoan matematika lewat program tersebut.

    Pada peringatan Hari Jadi Banyuwangi, Desember 2023, Bupati Ipuk Fiestiandani memberikan penghargaan kepada Felicia sebagai “Warga Inspiratif”. Felicia juga didaulat berbagi pengetahuan matematika di Fakultas Teknik Universitas Cendrawasih. 

    “Sangat membanggakan. Felicia tak hanya mengharumkan nama Banyuwangi, namun juga  Indonesia di kancah dunia. Selamat untuk ananda Felicia, teruslah berprestasi, semoga bisa menjadi inspirasi bagi para pelajar yang lain. Berasal dari desa bukan halangan untuk bisa berprestasi mendunia,” kata Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah, Selasa(5/11/2024). 

    Felicia adalah satu dari ribuan anak-anak desa di Banyuwangi yang mengikuti pelatihan Smart Gasing. Potensinya sudah terlihat sejak pelatihan pertama di Banyuwangi. 

    “Dia paket komplit. Selain kemampuan numeriknya bagus, kemampuan seni dan budayanya juga baik,” ujar Dwi Septy Oktavina, koordinator trainer Smart Gasing Banyuwangi.

    Melihat potensinya tersebut, Felicia dipilih oleh tim Prof Surya untuk mengikuti Olimpiade Matematika, di Bitung, Sulawesi, November 2023 lalu, dan berhasil menjadi juara. 

    Sejak Januari 2024, Felicia mendapat training khusus dari tim Prof Yohanes Surya, untuk menghadapi Olimpiade Matematika se-Asia, “Asia Science and Mathematics Olympiad for Primary and Secondary School (ASMOPSS)”. 

    Di sela training matematika tersebut, Felicia juga dilatih coding. Selama 6 bulan dilatih, Felicia menunjukkan kemampuannya dengan baik hingga dapat membuat program komputer (coding) yang baik. 

  • Batik Gajah Oling tercatat Ekspresi Budaya Tradisional asli Banyuwangi

    Batik Gajah Oling tercatat Ekspresi Budaya Tradisional asli Banyuwangi

    Banyuwangi (ANTARA) – Motif batik Gajah Oling tercatat sebagai Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) asli Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, setelah resmi mendapat surat pencatatan Inventarisasi Kekayaan Intelektual atau KIK dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

    “Kami semua sangat bersyukur, motif batik Gajah Oling sudah sah secara hukum diakui berasal dari Banyuwangi. Kami akan terus dorong motif-motif batik lain untuk segera dicatatkan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Banyuwangi Sugirah, Minggu.

    Ia mengatakan bahwa motif batik Gajah Oling telah menjadi bukti bahwa batik telah lama menjadi bagian dari seni budaya Banyuwangi, sedangkan pemkab serta pemangku kepentingan lainnya tentu harus merasa memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan batik di daerahnya.

    Agenda Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2024, lanjut Sugirah, merupakan salah satu contoh keseriusan pemerintah daerah setempat dalam melestarikan dan menjadikan batik Banyuwangi untuk berkembang industrinya.

    Pada tahun 2024, lanjut Sugirah, Banyuwangi Batik Festival mengangkat salah satu motif lawas batik Banyuwangi, yakni Jenon.

    Sebelumnya BBF juga mengangkat motif Gajah Oling, Galaran, Sembruk Cacing, Gedekan, Kangkung Setingkes, Paras Gempal dan Jajang Sebarong, hingga Sekar Jagad Blambangan.

    “Satu persatu setiap tahunnya motif-motif khas Banyuwangi kami angkat dalam BBF mulai tahun 2013, diawali dari Gajah Oling, lalu Kangkung Setingkes, Paras Gempol, Sekar Jagad Blambangan, Kopi Pecah, hingga tahun ini Jenon. Ini adalah kekayaan warisan leluhur yang harus kami jaga, lestarikan, dan kembangkan,” kata Sugirah.

    Menurutnya, pemerintah daerah setempat akan terus mendorong dan memfasilitasi beragam motif batik untuk disahkan sebagai kekayaan intelektual komunal dari Kementerian Hukum dan HAM.

    “Ke depan, pemerintah daerah akan terus mengupayakan pengakuan hukum atas keanekaragaman budaya Banyuwangi, termasuk motif batik khas-nya,” kata Sugirah.

    Motif batik Gajah Oling merupakan satu dari puluhan motif batik yang ada di Banyuwangi. Motif ini bisa dibilang paling populer dibanding motif batik lainnya. Gajah Oling merupakan perpaduan dari gambaran gajah dan uling atau sejenis belut.

    Baca juga: BBF merupakan komitmen Pemkab Banyuwangi dorong ekosistem batik lokal

    Baca juga: Menkop: Batik Banyuwangi bisa perkuat pariwisata

    Pewarta: Novi Husdinariyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2024

  • Pendaftar Calon Bupati Melimpah, PKB Banyuwangi: Banyak Orang Peduli

    Pendaftar Calon Bupati Melimpah, PKB Banyuwangi: Banyak Orang Peduli

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Sejumlah nama menyodorkan diri menjadi bakal calon Bupati Banyuwangi melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Terhitung ada nama yang sudah terang-terangan menyerahkan berkas ke kantor DPC PKB Banyuwangi di JL. Letjen S Parman, No.9, Dusun Pakis, Kalirejo, Kecamatan Kabat.

    Di antaranya, Ketua Partai Gerindra Banyuwangi H. Sumail Abdullah, mantan Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari, KH. Ahmad Munib Syafa’at, dari kalangan Ansor dan Banser, Ali Ruchi, Michael Edy Hariyanto (Ketua Partai Demokrat), KH. Ali Makki Zaini dan H. Sugirah.

    Melihat banyaknya nama-nama tersebut tentunya semakin membuat opsi terbaik makin melebar. Meski demikian, hal itu bisa saja menjadi situasi positif lantaran banyak calon berkualitas bermunculan.

    Ya, nama-nama di atas tidak bisa dianggap remeh. Mereka adalah orang-orang yang saat ini memang mumpuni di bidangnya masing-masing.

    Ada yang memang background politik murni, ada juga dari Aparatur Sipil Negara, dan ada juga yang memang tokoh agama maupun Kiai. Hal ini bakal membuat persaingan positif yang justru membikin Banyuwangi beragam nuansa.

    Banyuwangi yang kini tengah berkembang bak bunga yang mekar, semakin semerbak wangi aromanya. Tak ayal, ke depan bukan sekedar aroma tapi juga terasa cita rasa berkat tangan pemimpinnya.

    Sementara itu bagi PKB Banyuwangi, hal ini biasa saja. Bahkan, ini dianggap hanyalah sebuah perjalanan yang bakal mengarungi dinamika politik di Banyuwangi.

    “Sehingga, kalau bahasa kami ini adalah sebuah tanda bagaimana Banyuwangi ini sangat banyak orang yang peduli untuk perbaikan dan kemajuan,” ungkap Ketua DPC PKB Banyuwangi, KH. Abdul Malik Syafa’at.

    Di samping itu, kata Gus Malik, dari sejumlah daerah yang menyelenggarakan Pilkada di Jawa Timur, Banyuwangi ini paling banyak peminatnya. Kondisi itu juga bisa menjadi tanda berbeda, selain kepedulian juga sebagai tanda jika daerah ini begitu perlu adanya perbaikan.

    “Mengapa ada obyek, mengapa ada kendaraan banyak montir, banyak bengkel, kok begitu banyak yang harus memperbaiki. Sehingga, tentu jika meminjam istilahnya Yunus ini parah,” terang Gus Malik.

    Pilkada Banyuwangi akan digelar November mendatang. Sejumlah nama akan maju menjadi penantang dalam kontestasi politik sebagai pemimpin Banyuwangi mendatang. (rin/ian)

  • Wakil Bupati Banyuwangi Pilih Daftar ke PKB

    Wakil Bupati Banyuwangi Pilih Daftar ke PKB

    Banyuwangi (beritajatim.com) – H Sugirah yang berstatus sebagai Wakil Bupati Banyuwangi mendaftarkan diri dalam pencalonan Kepala Daerah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dia datang bersama segelintir rombongan ke kantor DPC PKB Banyuwangi di JL. Letjen S Parman, No.9, Dusun Pakis, Kalirejo, Kecamatan Kabat, Senin (29/4/2024).

    Dalam orasi politiknya, H Sugirah yang juga sebagai kader partai PDI Perjuangan itu menyampaikan jika dirinya sebagai utusan partainya. Tujuannya tidak lain untuk membuka peluang dan kerjasama antar lintas partai dalam kontestasi politik agenda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banyuwangi.

    Padahal jika melihat peluang, H Sugirah bisa saja mendaftar melalui partainya sendiri yakni PDI Perjuangan. Apalagi, partainya pada pemilihan legislatif masih menjadi pemenang di Bumi Blambangan.

    “Ya, bisa saja mendaftar sendiri ke partai kami. Tapi, saya diutus oleh partai untuk menjalin hubungan kerjasama yang sevisi untuk kepentingan Banyuwangi,” terang Sugirah.

    Di samping itu, Sugirah juga menyebut jika dirinya juga mengemban amanah untuk membangun komunikasi dengan partai manapun. Bersama relawan Bangun Deso Noto Kutho, dirinya percaya diri bisa mendapatkan kepercayaan tersebut.

    “Kami dapat perintah dari DPD PDIP Jatim, maupun DPP PDIP pusat memerintahkan kita membangun koalisi,” pungkasnya. [rin/but]