Tabanan, Bali (ANTARA) – Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) tengah mengebut evaluasi harga rumah subsidi di sejumlah wilayah di tanah air untuk mengatasi persoalan masyarakat tidak memiliki rumah atau backlog saat ini diperkirakan mencapai 9,9 juta unit.
“Kami keliling ke daerah untuk mengetahui masalah, termasuk isu harga tanah sehingga perlu penyesuaian harga,” kata Direktur Jenderal Perumahan Perkotaan Kementerian PKP Sri Haryati di sela serah terima kunci rumah subsidi Perumahan Griya Multi Jadi di Kabupaten Tabanan, Bali, Selasa.
Pihaknya telah membuat sejumlah kajian soal harga tanah, termasuk sedang mengkaji penyediaan rumah vertikal perkotaan yang bisa dibiayai dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
Ia menjelaskan pembahasan dilaksanakan bersama Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) termasuk menggandeng perbankan, pengembang serta masyarakat selaku konsumen.
Pemerintah, lanjut dia, dalam kajian tersebut harus mempertimbangkan aspek komprehensif mengingat setiap provinsi/daerah memiliki karakter berbeda mulai dari kemampuan pembayaran masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) hingga harga jual maksimal rumah subsidi.
“Insya Allah 2026 kami upayakan untuk bisa dijalankan,” imbuhnya.
Pasalnya, lanjut dia, saat ini kuota rumah subsidi 2025 secara nasional naik dari 220 ribu menjadi 350 ribu unit.
Kementerian PKP rencananya pada 2026 juga bakal menaikkan kuota rumah subsidi menjadi hingga 500 ribu unit.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.






:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316050/original/035430700_1755220235-image__15_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4870431/original/091260800_1718960394-Rusunawa_Marunda-HERMAN_10.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
