Tag: Sony Susmana

  • Viral Mercy Pelat TNI Arogan, Ini Alasan Banyak yang Pakai Pelat Dinas Palsu

    Viral Mercy Pelat TNI Arogan, Ini Alasan Banyak yang Pakai Pelat Dinas Palsu

    Jakarta

    Di media sosial viral sedan Mercedes-Benz (Mercy) berlaku arogan di jalan raya. Mercy tersebut terlihat menggunakan pelat nomor dinas TNI. Dipastikan, Mercy itu memakai pelat dinas palsu.

    Dalam video yang beredar, mobil Mercy melaju ugal-ugalan. Di narasinya, mobil pelat dinas TNI dengan nomor 6583-00 tersebut juga menghalangi mobil di belakangnya. Peristiwa itu terjadi di Jalan Antasari, Jakarta Selatan.

    Dikutip detikNews, Kapuspen TNI Mayjen Freddy Ardianzah mengatakan Mercy itu menggunakan pelat dinas palsu. Menurutnya, pelat nomor tersebut tidak terdaftar di data resmi TNI. Mobil Mercy tersebut bukan mobil dinas pejabat TNI dan pelat nomor tersebut palsu.

    “Setelah dicek, nomor pelat 6583-00 tidak terdaftar dalam data resmi TNI, dan kendaraan jenis Mercy S300 tidak dimiliki (bukan mobil dinas pejabat TNI). Sehingga dapat dipastikan bahwa pelat tersebut palsu,” ujar Mayjen Freddy.

    Freddy menyesalkan adanya pihak yang memalsukan hingga menggunakan atribut TNI secara tidak sah bahkan melakukan tindakan tidak patut di jalanan. Menurutnya, tindakan tersebut merugikan citra TNI.

    “TNI sangat menyesalkan adanya pihak-pihak yang menggunakan atribut TNI secara tidak sah dan merugikan citra institusi,” tuturnya.

    Kenapa Banyak yang Palsukan Pelat Dinas?

    Menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, penggunaan pelat dinas palsu kemungkinan dimanfaatkan agar mendapat prioritas di jalan.

    “Ada beberapa jenis kendaraan yang digunakan oleh pihak TNI/Polri sebagai alat transportasi kedinasan dan beberapa dilengkapi alat bantu seperti strobo, pelat nomor dan warna khusus. Masyarakat atau oknum yang tidak bertanggung jawab dalam hal ini banyak memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas kelancaran di jalan umum, sehingga segala cara dilakukan supaya tidak kena macet, menerobos barikade dan lain-lain,” kata Sony kepada detikOto, beberapa waktu lalu.

    Sony mengingatkan bahwa petugas resmi mendapatkan fasilitas tersebut karena dalam rangka tugas negara, bukan asal-asalan. Kalau diikuti masyarakat sipil, belum tentu tahu aturan dan tujuannya.

    “Sehingga justru akan mencoreng institusi negara dan bahkan bisa membahayakan lalu lintas,” sebutnya.

    “Jadi banyak masyarakat yang tidak paham dalam melihat dan memahami, sehingga mencontoh yang tidak benar. Pesan saya, mulailah disiplin dari diri sendiri, bukan mencontoh dari yang tidak baik,” katanya.

    (rgr/mhg)

  • Jangan Norak! Ini Alasan Fortuner-Pajero Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Jangan Norak! Ini Alasan Fortuner-Pajero Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Jakarta

    Pakar keselamatan berkendara tidak menyarankan SUV ladder frame dengan ground clearance tinggi dipakai kebut-kebutan di jalan tol. Ternyata ini alasannya.

    Mungkin kita masih sering lihat SUV ladder frame seperti Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport digunakan dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Padahal, memacu mobil SUV standar di jalan tol risikonya tinggi. Kalau mau selamat, sebaiknya jangan kebut-kebutan di jalan tol!

    Sebenarnya tidak hanya Fortuner dan Pajero Sport saja yang sebaiknya jangan dipakai kebut-kebutan di jalan tol. Semua mobil pun harusnya tidak digunakan melebihi batas kecepatan maksimal di jalan tol. Sebab, selain mengancam nyawa diri sendiri, berkendara dengan kecepatan tinggi juga dapat membahayakan orang lain karena banyak pengguna jalan di tol. Sudah banyak kecelakaan yang bahkan sampai merenggut nyawa karena kecepatan tinggi.

    Perlu dicatat, batas kecepatan maksimal di jalan tol adalah 100 km/jam untuk tol luar kota dan 80 km/jam untuk tol di dalam kota. Batas kecepatan tersebut sudah dianggap aman.

    Pajero-Fortuner Sebaiknya Jangan Dipakai Kebut-kebutan di Tol

    Pakar keselamatan berkendara sekaligus instruktur dan founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, SUV seperti Pajero Sport dan Fortuner dengan ground clearance tinggi jika dipacu dengan kecepatan tinggi bisa mengalami gangguan kestabilan.

    “Secara dimensi, semakin tinggi kendaraan (ditambah kecepatan tinggi) semakin labil kendaraan tersebut. Kecepatan semakin tinggi laju kendaraan, maka semakin rentan dia hilang kendali. Karena pusat berat tinggi maka membuat benda-benda itu rentan dengan kestabilan,” kata Jusri kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    Menurut Jusri, sebenarnya bukan jenis mobilnya yang menyebabkan kecelakaan, tapi pengemudinya yang menentukan. Artinya, kalau pengemudinya bisa mengendarai mobil sesuai kondisi mobilnya, maka risiko kecelakaan bisa diminimalisir.

    “Kalau kita mau mengemudi maka mengemudilah sesuai kondisi. Kondisi apa? Kondisi kendaraan, kondisi manusianya, kondisi cuaca, lingkungan. Begitu kondisinya nggak ideal ya sesuaikan cara mengemudi kita,” ujarnya.

    “Kalau kita mengendarai sesuai dengan aturan yang ada, sesuai dengan kondisi yang ada (manusia, kendaraan, lingkungan, cuaca), maka kecelakaan (bisa saja diminimalisir). Kembali lagi, the man behind the steering wheel adalah kata kunci dari keselamatan sebuah perjalanan. Jadi bukan kendaraannya,” sebutnya.

    Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan mobil-mobil SUV ladder frame seperti Fortuner dan Pajero sebaiknya tidak untuk kebut-kebutan di jalan tol. Karena mobil dengan dimensi bongsor tersebut bisa kehilangan kestabilan apabila dipacu dengan kecepatan tinggi di jalan tol.

    “Kendaraan-kendaraan yang big SUV rata-rata sasisnya ladder frame, antara sasis dan bodi tidak menyatu atau terpisah. Artinya, bodi mobil pada jenis sasis ini diletakkan di atas sasis lalu disambungkan. Bisa dikatakan secara bentuk lebih jangkung atau tinggi. Sehingga gejala limbung atau bouncing yang terjadi lebih besar,” ujar Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    Ketika digunakan ngebut di jalan tol, SUV tersebut kestabilannya mungkin tidak sebaik kendaraan dengan jenis sasis monokok. Kestabilan yang labil di kecepatan tinggi akan mempengaruhi handling. Hal ini bisa berakibat fatal terutama jika pengemudinya tak sigap.

    “Bentuk bodi seperti ini karakternya menangkap angin terutama di kecepatan tinggi. Sekalipun sudah didesain oleh tenaga-tenaga ahli tetap aja ada batas toleransinya,” jelas Sony.

    Kalau Mau Kebut-kebutan, Jangan di Tol Dong!

    Meski begitu, secara spesifikasi mobil-mobil SUV bongsor memang enak diajak ngebut. Tenaga dan torsi yang besar membuat akselerasi kendaraan dapat melesat dengan cepat. Tapi, perlu dicatat kalau mau kebut-kebutan jangan di jalan tol yang banyak pengguna jalan lain di dalamnya.

    Menurut Jusri, mobil-mobil itu bisa saja diajak ngebut, tapi di tempat yang tepat. “Kita lihat Pajero merajai (balap reli) Paris Dakar,” ucap Jusri.

    Jadi, kalaupun mau kebut-kebutan pakai SUV seperti Fortuner dan Pajero Sport boleh-boleh saja. Tapi dilakukan di lingkungan tertutup seperti di sirkuit dan dengan memodifikasi komponen tertentu agar lebih stabil.

    (rgr/din)

  • Peringatan buat Pengendara! Awas Pembatas Busway Sering Makan Korban

    Peringatan buat Pengendara! Awas Pembatas Busway Sering Makan Korban

    Jakarta

    Separator atau pembatas jalan untuk jalur bus Transjakarta (busway) kerap memakan korban. Beberapa kecelakaan terjadi saat kendaraan menabrak pembatas jalur busway tersebut. Ini pelajaran pentingnya.

    Pagi ini, terjadi kecelakaan mobil menabrak pembatas jalur bus Transjakarta di Jl Gatot Subroto arah Semanggi, Jakarta Selatan. Akibatnya, lalu lintas mengalami kepadatan.

    “Kecelakaan mobil menabrak pembatas Busway sebelum pertigaan Kampus Paramadina Jl. Gatot Subroto Jaksel arah Semanggi ada kepadatan arus lalu lintas,” demikian dikutip dari akun X TMC Polda Metro Jaya, Senin (8/9/2025).

    Kecelakaan seperti ini tidak hanya sekali-dua kali terjadi. Sudah banyak kejadian kecelakaan kendaraan menabrak jalur busway. Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, yang menjadi penyebab kecelakaan semacam itu bukan karena pembatas jalannya, tapi pengemudi yang kerap kehilangan fokus berkendara.

    “Nggak bisa disalahkan pembatasnya seolah-olah membahayakan, padahal hanya karena nyetirnya nggak fokus,” kata Sony kepada detikOto, Senin (8/9/2025).

    Menurut Sony, pembatas jalan yang dipasang di beberapa titik jenisnya macam-macam. Perlu dicatat juga bahwa pembatas jalan itu tidak hanya dipasang di pinggir jalan.

    “Pembatas jalan bermacam-macam ya. Ada yg kecil (kanstin), ada yang sedang dan lembut (water barrier), ada yang keras (beton). Fisiknya terbuat dari material yang berbeda-beda dan diletakkan serta diperuntukkan sebagai pemisah/pembatas jalan. Jadi nggak cuma di pinggir jalan, tapi kadang-kadang di marka jalan,” ujar Sony.

    Sony bilang, sering kali pembatas jalan ini ditabrak oleh pengemudi karena faktor kebiasaan pengemudi yang salah. Kadang, pengemudi tidak membaca marka dan sering berkendara tidak di lajurnya.

    “Jika berkendara dengan kecepatan yang sesuai, fokus dan tertib, pasti kecelakaan tersebut tidak akan terjadi,” ucap Sony.

    Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo juga pernah menyatakan bahwa kebanyakan kecelakaan yang menabrak separator Transjakarta diakibatkan oleh human error. Itu karena sopir kelelahan dan mengantuk.

    Untuk mencegah kecelakaan, Dishub dan Transjakarta memasang tujuh rambu Chevron di sejumlah titik. Seperti di Gerbang Tol Semanggi, MT Haryono Signature Park, RS Dharmais, DPR RI, Halte Gerbang Pemuda, Exit Tol Cawang Halim, dan Halte Pancoran.

    Selain itu, Dishub juga memasang paku marka jalan berbasis tenaga surya (solar cell) di ujung separator dekat RS Tebet.

    “Kami imbau kepada para pengendara agar selalu mematuhi rambu lalu lintas, menjaga jarak aman, fokus berkendara, menyesuaikan kecepatan, dan memahami karakteristik jalan agar terhindar dari kecelakaan,” kata Syafrin dikutip Antara beberapa waktu lalu.

    (rgr/din)

  • Begini Pengakuan Polisi Sopir Rantis yang Lindas Affan Kurniawan

    Begini Pengakuan Polisi Sopir Rantis yang Lindas Affan Kurniawan

    Jakarta

    Sopir rantis Brimob yang melindas Affan Kurniwan mengungkap hanya terpikir menyelamatkan orang yang berada di kendaraannya. Begini pengakuannya.

    Propam telah melakukan pemeriksaan terhadap tujuh anggota yang berada di kendaraan taktis (rantis) Brimob saat melindas pengemudi ojol Affan Kurniawan. Pemeriksaan itu pun ditayangkan secara langsung di akun Instagram @divpropampolri. Pada pemeriksaan itu, terungkap rantis itu dikemudikan Bripka R. Di samping Bripka R duduk anggota lainnya, sementara lima lainnya duduk di belakang.

    Dalam siaran langsung itu, diketahui Bripka R mengungkap alasannya terus menerobos jalan sekalipun melindas Affan. Menurutnya saat kejadian, kondisi jalan sangat penuh dengan massa.

    “Itu mobil kalau saya berhentikan habis, Pak karena mereka sudah nyerang pakai batu, pakai bom molotov, nah saya sebagai sebagai driver, saya harus mampu menyelamatkan orang dalam kendaraan saya. Kalau saya berhenti habis pokoknya,” terang Bripka R saat pemeriksaan.

    Dia mengungkap saat itu tak bisa melihat posisi orang dengan jelas, sebab tak memperhatikan kondisi kanan dan kiri. Ditambah lagi, Bripka R mengatakan kaca rantis tersebut gelap sehingga membuat pandangannya jadi terbatas.

    “Saat itu jalanan sudah banyak batu Pak, jadi saya tidak mengerti apa itu terus pecahan apa itu, jadi saya hantam saja karena kalau nggak saya terobos itu selesai Pak, udah, massa penuh,” ungkapnya.

    “Mobil saya tinggi, kaca saya pakai ram pak. mobil saya pakai ram gelap nah di saat itu asap kan penuh saya pakai lampu tembak saya fokus ke depan pak,” lanjut Bripka R.

    Praktisi keselamatan berkendara Sony Susmana mengomentari terkait berkendara rantis yang tidak bisa sembarangan. Apalagi, rantis itu punya spesifikasi khusus terlebih bobotnya juga berat.

    Perlu diketahui, rantis yang menabrak dan melindas driver ojol itu diduga adalah rantis Rimueng. Rantis itu mengusung mesin 3.200 cc. Mengandalkan mesin besar, rantis tersebut tentu punya performa yang mumpuni. Di jalan perkotaan, mobil ini diklaim bisa melaju dengan kecepatan 100 km/jam. Rantis ini juga dapat bergerak di medan ekstrem. Tanjakan ekstrem dengan kemiringan hingga 60 derajat dapat ditaklukkan. Di medan ekstrem, rantis ini bisa melaju hingga 60 km/jam.

    “Dengan spek tersebut, SOP escape dikemudikan harus dengan penuh perhitungan. Tidak main gaspol, toh full spec taktis dan blindspot-nya besar. Yang dihadapi juga harus dilihat, kan bukan musuh cuma rakyat. Kasarnya: senjata mereka cuma kayu, besi, helm yang boro-boro mematikan, ngerusak kendaraan rantis juga nggak,” sebut Sony.

    (dry/din)

  • Kemampuan Antipeluru Rantis Brimob yang Lindas Driver Ojol Affan Kurniawan

    Kemampuan Antipeluru Rantis Brimob yang Lindas Driver Ojol Affan Kurniawan

    Jakarta

    Kendaraan taktis (rantis) Brimob menabrak dan melindas pengemudi ojek online (ojol) sampai meninggal dunia. Rantis itu tampak ngebut di antara kerumunan massa.

    Dalam video yang beredar, driver ojol bernama Affan Kurniawan yang terjatuh di tengah jalan itu ditabrak rantis tersebut. Bukannya berhenti, rantis itu justru tetap ngegas hingga melindas Affan.

    Praktisi keselamatan berkendara Sony Susmana mengomentari terkait berkendara rantis yang tidak bisa sembarangan. Apalagi, rantis itu punya spesifikasi khusus.

    Perlu diketahui, rantis yang menabrak dan melindas driver ojol itu diduga adalah rantis Rimueng. Rantis itu mengusung mesin 3.200 cc. Mengandalkan mesin besar, rantis tersebut tentu punya performa yang mumpuni. Di jalan perkotaan, mobil ini diklaim bisa melaju dengan kecepatan 100 km/jam. Rantis ini juga dapat bergerak di medan ekstrem. Tanjakan ekstrem dengan kemiringan hingga 60 derajat dapat ditakukkan. Di medan ekstrem, rantis ini bisa melaju hingga 60 km/jam.

    “Dengan spek tersebut, SOP escape dikemudikan harus dengan penuh perhitungan. Tidak main gaspol, toh full spec taktis dan blindspot-nya besar. Yang dihadapi juga harus dilihat, kan bukan musuh cuma rakyat. Kasarnya: senjata mereka cuma kayu, besi, helm yang boro-boro mematikan, ngerusak kendaraan rantis juga nggak,” sebut praktisi keselamatan berkendara Sony Susmana.

    Dikutip dari akun Instagram Humas Korps Brimob, kendaraan ini mampu mengangkut 4 orang di dalam, dan 8 orang yang berdiri di footstep kanan dan kiri bagian luar. Mobil ini punya panjang 5,33 meter. Bodinya jelas keras, karena mengadopsi full body armor plate, alias bodi lapis baja. Kaca jendelanya pun kuat, mampu menangkal serangan peluru dengan sertifikasi NIJ level 3.

    Dikutip dari Defendshield, NIJ menyediakan lima klasifikasi tingkat perlindungan lapis baja. Untuk kelas NIJ level 3, perlindungan antipeluru menggunakan pelat baja atau material komposit lainnya untuk menahan peluru senapan. NIJ menguji pelindung level 3 untuk menahan amunisi senapan inti timbal FMJ 7,62 mm

    Rantis ini dilengkapi mounting gun jenis senapan serbu dan 2 volcano gas air mata kaliber 38 mm. Penembak gas air mata itu dapat memuat 15 peluru gas air mata. Gas air mata dapat ditembakkan seara otomatis sebanyak 15 peluru atau sistem manual dengan sekali tembak 5 peluru.

    (rgr/din)

  • Mobil Spek Antipeluru Vs Massa Pegang Kayu

    Mobil Spek Antipeluru Vs Massa Pegang Kayu

    Jakarta

    Praktisi keselamatan berkendara turut mengomentari kendaraan taktis (rantis) yang digaspol menerobos massa demo hingga melindas driver ojek online (ojol). Driver ojol bernama Affan Kurniawan itu sampai meninggal dunia.

    Dalam video yang beredar, rantis Brimob itu melaju kencang di tengah kerumunan massa. Tampak rantis tersebut menabrak seorang pengemudi ojek online dan melindasnya. Bukannya berhenti setelah menabrak orang, mobil rantis itu tetap melaju. Massa langsung mengerubungi rantis tersebut, bahkan ada yang sampai mengejarnya. Pengemudi ojek online yang ditabrak dan dilindas rantis Brimob itu meninggal dunia.

    Praktisi keselamatan berkendara Sony Susmana mengomentari terkait berkendara rantis yang tidak bisa sembarangan. Apalagi, rantis itu punya spesifikasi khusus.

    “Yang pasti kendaraan rantis seperti Barracuda atau kendaraan lain yang dimodifikasi jadi rantis, itu speknya anti huru hara. Tahan hantaman bom, peluru, mampu melibas segala medan dan lain-lain. Sudah pasti punya bobot yang berat,” kata Sony kepada detikOto, Jumat (29/8/2025).

    Perlu diketahui, rantis yang menabrak dan melindas driver ojol itu diduga adalah rantis Rimueng. Rantis itu mengusung mesin 3.200 cc. Mengandalkan mesin besar, rantis tersebut tentu punya performa yang mumpuni. Di jalan perkotaan, mobil ini diklaim bisa melaju dengan kecepatan 100 km/jam. Rantis ini juga dapat bergerak di medan ekstrem. Tanjakan ekstrem dengan kemiringan hingga 60 derajat dapat ditaklukkan. Di medan ekstrem, rantis ini bisa melaju hingga 60 km/jam.

    “Dengan spek tersebut, SOP escape dikemudikan harus dengan penuh perhitungan. Tidak main gaspol, toh full spec taktis dan blindspot-nya besar. Yang dihadapi juga harus dilihat, kan bukan musuh cuma rakyat. Kasarnya: senjata mereka cuma kayu, besi, helm yang boro-boro mematikan, ngerusak kendaraan rantis juga nggak,” sebut Sony.

    “Nah kapan kendaraan rantis tersebut digunakan, di mana digunakan dan gimana cara mengemudinya juga nggak bisa asal-asalan. Dengan bobot yang berat majunya aja butuh effort apalagi ngerem seketika. Jangan salah, kendaraan rantis ini didesain untuk menerobos segala rintangan,” sebut Sony.

    Sony menilai, pengemudi rantis yang gaspol, menabrak hingga melindas driver ojol itu tidak kompeten dalam berkendara. Massa disarankan untuk tetap berada di zona aman.

    “Masukan bagi teman-teman pendemo atau ada masyarakat yang tidak terlibat tapi berada di zona demo (nonton), jaga jarak deh. Jangan jadi salah sasaran akibat kurang kompetennya anggota yang mengemudikan kendaraan rantis tersebut,” pungkas Sony.

    (rgr/din)

  • Pelajaran dari Kecelakaan yang Bikin Lamborghini Ringsek di Tol Kunciran

    Pelajaran dari Kecelakaan yang Bikin Lamborghini Ringsek di Tol Kunciran

    Jakarta

    Lamborghini mengalami kecelakaan di Km 15+200 Tol Kunciran arah Serpong, Tangerang, Minggu (17/8) pukul 10.00 WIB. Pengemudi diduga hilang kendali hingga menabrak pembatas jalan.

    Dikutip dari detikNews, Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Ojo Ruslani menjelaskan kecelakaan bermula saat Lamborghini berkelir putih yang dikemudikan pria inisial ES (37) melaju dari arah Benda menuju Serpong.

    “Sesampainya di Jalan Tol Jakarta Kunciran tepatnya Km 15+200 arah Serpong, pada saat melaju di lajur paling kanan hilang kendali,” ujar AKBP Ojo Ruslani, dalam keterangannya, Senin (18/8/2025).

    Lamborghini kemudian terpelanting ke kiri dan menabrak guardrail di kiri jalan. Setelah itu pengemudi banting setir ke kanan dan menabrak pembatas di kanan jalan.

    “Maka terjadilah kecelakaan lalu lintas yang berakibat kendaraan Lamborghini tersebut mengalami rusak,” imbuhnya.

    Ojo Ruslani mengatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, tapi mobil Lamborghini yang terlibat kecelakaan hancur akibat kejadian itu.

    “Tidak ada, pengemudinya selamat. Hanya kerugian materi saja,” imbuhnya.

    Polisi menyebutkan kecelakaan itu terjadi saat Lamborghini berkelir putih itu konvoi dengan supercar lainnya. Dari video yang beredar di media sosial, tercatat setidaknya ada 6 supercar yang berjalan beriringan.

    “Yang jelas dia sedang mengemudikan kendaraan di jalan secara berkelompok, mungkin ada acara,” lanjut Ojo.

    Mengemudikan supercar sekelas Lamborghini memang berbeda dengan mobil biasa. Senior instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, beberapa waktu lalu mengatakan, ketika mengemudi mobil berkecepatan tinggi pengemudi akan mudah tergoda untuk berpacu, bahkan secara tidak sadar sudah dalam kecepatan tinggi.

    “Mengemudi sportcar lebih susah utamanya menjaga mental atau adrenalin supaya tidak mudah terpancing. Suara mesin, knalpot, posisi duduk yang steady dan lain-lain,” ungkap Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    “Sportcar dirancang dengan tingkat kestabilan yang tinggi, saat Anda melaju dengan kecepatan 150 km/jam mobil ini terasa sangat stabil, sehingga seakan-akan Anda sedang mengendarai mobil biasa di kecepatan 80 km/jam,” tambahnya.

    Dia bilang, mengendarai sebuah mobil berkecepatan tinggi yang punya tenaga lebih dari 500 daya kuda dibutuhkan keahlian dalam mengendarainya. Sehingga, mengendarai supercar yang buas memerlukan tanggung jawab dari pengemudinya.

    “Salah dalam mengambil keputusan akan berakibat kecelakaan, bijaksanalah dalam menentukan kecepatan kendaraan,” imbau Sony.

    Karakter supercar

    Instruktur Keselamatan Berkendara Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan godaan memacu supercar memang tinggi dan biasa terjadi. Hal itu justru yang harus diwaspadai oleh pengemudinya.

    “Karakter supercar itu berbeda dengan kendaraan lain, dan nuansa membawa supercar itu berbeda dari melihat, mendengar itu degup jantung luar biasa.” kata Jusri saat dihubungi detikcom, beberapa waktu lalu.

    “Ada faktor psikis, baunya, dentuman suara knalpot ini akan memunculkan hormon endorfin, begitu kita di dalam sensasi yang namanya adrenalin naik. Ketika endorfin dibarengi adrenalin, maka logika sudah tidak main.” jelasnya.

    Jusri mengatakan bekal dasar yang harus dimiliki pengemudi supercar ada tiga hal yakni mengetahui semburan tenaga, pengereman, dan performa handling.

    “Dari nama saja supercar kita sudah mengidentikan dengan power yang buas. Kalau power buas ini akan agresif dan sensitif lalai dalam pengoperasiannya.”

    “Mobil-mobil ini handling-nya beda dengan mobil biasa, input kita sedikit, outputnya besar. Tapi konyol, mobil-mobil ini tidak selincah mobil-mobil biasa saat kita u-turn, steering input sedikit saja butuh beberapa kali putaran. Artinya kita tidak bisa fleksibel.”

    (riar/dry)

  • Pelajaran dari Kasus Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang

    Pelajaran dari Kasus Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang

    Jakarta

    Di media sosial viral video detik-detik pengendara Denza D9 sengaja memundurkan mobilnya hingga menabrak mobil di belakangnya. Peristiwa itu dipicu oleh kecelakaan yang disebut akibat pengereman mendadak.

    Video Denza sengaja memundurkan mobil hingga menabrak mobil di belakangnya itu diunggah di beberapa akun media sosial. Salah satunya di Instagram Dashcam Owners Indonesia.

    Dalam video itu terlihat mobil Denza menyalakan lampu hazard. Mobil Denza itu mundur dengan kencang hingga menabrak mobil di belakangnya.

    Dalam keterangan video itu, peristiwa tersebut terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Pengemudi mobil Denza disebut emosi lantaran mobilnya ditabrak dari belakang.

    Pemicunya, mobil Denza itu mengerem mendadak akibat ada motor jatuh di depannya. Kemudian, mobil di belakang tak bisa menghindar dan menabrak bagian belakang Denza. Disebutkan, kedua pihak telah melakukan diskusi. Pengemudi Denza meminta ganti rugi, namun pengendara mobil di belakangnya menolak. Hingga akhirnya, pengemudi Denza emosi dan sengaja memundurkan mobilnya ke belakang hingga menabrak mobil di belakangnya.

    Pelajaran Penting dari Kejadian

    Menurut Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, ada pelajaran penting dari peristiwa ini. Yang terpenting adalah jaga jarak aman saat berkendara. Apalagi jika di depannya adalah mobil listrik yang punya fitur canggih.

    Sebagai informasi, salah satu fitur canggih pada mobil listrik adalah pengereman darurat otomatis atau autonomous emergency braking (AEB). Jika AEB aktif dan membaca ada objek di depannya serta mendeteksi akan terjadi kecelakaan, maka sistem akan melakukan pengereman darurat.

    “EV rata-rata dilengkapi fitur autonomous partial seperti AEB (autonomous emergency braking), yang jika membaca signal dari sensor, AI atau kamera adanya objek di depan, maka dalam hitungan detik akan memberikan notifikasi supaya pengemudi ngerem. Tapi kalau nggak bereaksi maka si fitur tersebut mengambil alih kemudi dengan cara rem mendadak,” jelas Sony kepada detikOto, Rabu (13/8/2025).

    Namun sayangnya, rata-rata pengendara di belakangnya tidak siap. Maka terjadilah tabrak belakang.

    “Lesson learn-nya adalah jangan dekat-dekat dengan mobil listrik, terutama di kondisi jalan yang ramai. Jaga jarak iring 4 detik,” sebut Sony.

    Selain itu, menurut Sony, masalah di jalan memang beragam. Terpancing sedikit emosinya, ujung-ujungnya bisa ribut.

    “Banyak kecelakaan yang menyebabkan kerusakan atau kerugian. Berdebat benar atau salah tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya bicara baik-baik dengan kepala dingin dan ikhlas apa adanya. Jika tidak puas lebih baik minta diselesaikan di depan pihak yang berwajib. Kalau tidak ada kata sepakat, sebaiknya rekam dan laporkan,” kata Sony.

    Menurut Sony, di jalan raya banyak pengemudi sumbu pendek yang kadang melakukan tindakan agresif karena ketidakpuasannya. Hindari dengan cara tidak meladeni dan rekam aksinya.

    (rgr/din)

  • Pelajaran dari Kasus Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang

    Viral Pengguna Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang

    Jakarta

    Viral di media sosial pengguna mobil listrik mewah Denza D9 sengaja menabrakkan mobilnya ke mobil di belakang. Pengemudi Denza D9 itu memundurkan mobilnya dengan kencang hingga menabrak mobil di belakangnya.

    Dalam keterangan video itu, peristiwa tersebut terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Pengemudi mobil Denza disebut emosi lantaran mobilnya ditabrak dari belakang.

    Pemicunya, mobil Denza itu mengerem mendadak akibat ada motor jatuh di depannya. Kemudian, mobil di belakang tak bisa menghindar dan menabrak bagian belakang Denza. Disebutkan, kedua pihak telah melakukan diskusi. Pengemudi Denza meminta ganti rugi, namun pengendara mobil di belakangnya menolak. Hingga akhirnya, pengemudi Denza emosi dan sengaja memundurkan mobilnya ke belakang hingga menabrak mobil di belakangnya.

    Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mengatakan masalah di jalan memang beragam. Terpancing sedikit emosinya, ujung-ujungnya bisa ribut.

    “Banyak kecelakaan yang menyebabkan kerusakan atau kerugian. Berdebat benar atau salah tidak menyelesaikan masalah. Sebaiknya bicara baik-baik dengan kepala dingin dan ikhlas apa adanya. Jika tidak puas lebih baik minta diselesaikan di depan pihak yang berwajib. Kalau tidak ada kata sepakat, sebaiknya rekam dan laporkan,” kata Sony kepada detikcom, Rabu (13/8/2025).

    Menurut Sony, di jalan raya banyak pengemudi sumbu pendek yang kadang melakukan tindakan agresif karena ketidakpuasannya. Hindari dengan cara tidak meladeni dan rekam aksinya.

    Sony juga menyoroti penggunaan mobil listrik yang memiliki fitur canggih. Salah satu fitur canggihnya adalah pengereman darurat otomatis. Untuk itu, pengendara di sekitar mobil listrik disarankan menjaga jarak lebih jauh lagi agar tidak terjadi tabrakan beruntun.

    “Untuk tambahan, EV rata-rata dilengkapi fitur autonomous partial seperti AEB (autonomous emergency braking), yang jika membaca signal dari sensor, AI atau kamera adanya objek di depan, maka dalam hitungan detik akan memberikan notifikasi supaya pengemudi ngerem. Tapi kalau ngga bereaksi maka si fitur tersebut mengambil alih kemudi dengan cara rem mendadak. Dan rata-rata pengemudi yang di belakang nggak siap, terjadilah tabrak belakang. Leason learn-nya adalah jangan dekat-dekat dengan mobil listrik, terutama di kondisi jalan yang ramai. Jaga jarak iring 4 detik,” sebut Sony.

    (rgr/din)

  • Waktu Pak, Waktu Adalah Uang

    Waktu Pak, Waktu Adalah Uang

    Jakarta

    Polda Metro Jaya sedang menggelar Operasi Patuh Jaya 2025. Salah satu pelanggaran yang menjadi incaran adalah pengendara yang melawan arah. Tapi, masih banyak pengendara sepeda motor yang melawan arah. Salah satu alasannya adalah karena mengejar waktu.

    Dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram TMC Polda Metro Jaya, petugas kepolisian bersama dengan content creator melakukan imbauan kepada pengendara sepeda motor yang melawan arah. Beberapa pengendara yang melawan arah tampak kooperatif.

    Namun, ada satu pengendara sepeda motor pengemudi ojek online (ojol) yang melawan arah saat petugas kepolisian melakukan teguran kepada pengendara lain. Pengemudi ojol itu mengaku melihat ada petugas polisi yang sedang memberikan teguran kepada pemotor yang melawan arah. Pengemudi ojol itu beralasan mengejar waktu.

    “Ini waktu, Pak. Waktu adalah uang,” katanya.

    Petugas polisi langsung memberikan teguran kepada pengemudi ojol itu. Pengendara sepeda motor itu diminta untuk tidak mengulangi pelanggaran itu lagi.

    “Saya berbuat seperti ini memberhentikan bapak semata-mata bukan nyari kesalahan atau bagaimana. Tapi ini untuk keselamatan bapak sama keselamatan pengguna jalan lainnya, Pak, yang udah jelas arahnya berlawanan. Kalau tadi bapak putar balik, terus kecelakaan bagaimana?” kata petugas tersebut.

    Jika merujuk pada Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), perbuatan pemotor melawan arah itu jelas melanggar aturan. Pasal 287 menegaskan, pelanggar bisa dikenakan sanksi denda dan pidana kurungan.

    “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf a atau Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah),” demikian bunyi pasal tersebut.

    Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI), Sony Susmana mengatakan, kebiasaan melawan arah merupakan ‘penyakit’ para pengguna jalan raya di Indonesia. Menurutnya, kebiasaan itu sering dilakukan orang yang maunya buru-buru tanpa memikirkan keselamatan.

    “(Mereka mikir) mumpung sepi, cuma dekat, kok, dan lain-lain membuat semua jalan disamaratakan. Bahkan aturan lalin diabaikan meski membahayakan,” ujar Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

    (rgr/din)