Tag: Solihin

  • Alasan Ritel Modern Tarik Beras Oplosan: Ada Ancaman Demo

    Alasan Ritel Modern Tarik Beras Oplosan: Ada Ancaman Demo

    Jakarta

    Ritel modern seperti, Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi masih menarik sejumlah merek beras dari peredaran. Langkah ini dilakukan buntut kasus beras oplosan yang tengah diusut Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan penarikan sejumlah merek beras ini dilakukan karena pihaknya telah mendapatkan ancaman dari berbagai pihak. Ia menegaskan, bahwa ritel bukan pihak yang memproduksi beras yang diumumkan telah dioplos.

    Salah satu ancaman yang baru-baru ini datang dari Aliansi Mahasiswa Anti Mafia Hukum Jawa Barat. Solihin mengatakan dalam surat yang diterima, massa aksi meminta agar ritel modern tidak men-display beras yang telah terindikasi oplosan.

    “Saya dikirimkan rencana unjuk rasa dari masyarakat atau mahasiswa yang menginginkan beras yang terindikasi oplosan supaya tidak di-display. Kalau ada begitu gimana? Kita akan tetap display dan diunjuk rasa? Kemarin juga sudah ada yang unjuk rasa ke kantor pusat. Kemudian, beberapa polres juga masih ada yang memanggil,” kata dia kepada detikcom, Kamis (31/7/2025).

    Melihat masih adanya protes, Corporate Affair Director Alfamart itu tidak ingin ada keributan di masyarakat dan toko-toko ritel modern seluruh Indonesia. Solihin menyebut, juga telah diimbau langsung oleh Satgas Pangan untuk tetap men-display beras di ritel modern.

    Tetapi pihaknya mengaku sulit melakukan hal tersebut jika masih terus mendapatkan ancaman atau protes dari masyarakat. Dia pun meminta pemerintah mengambil tindakan tegas agar bukan ritel yang menjadi sasaran keributan masyarakat.

    “Saya sudah ditelepon Wakil Kasatgas Pangan, dia meminta untuk men-display, saya bilang bagaimana saya men-display kalau sana-sini ada unjuk rasa, di mana masyarakat menuntut barang yang terindikasi oplosan. Kalau terjadi sesuatu di toko saya bagaimana?” jelasnya.

    Solihin juga menyoroti arahan dari Badan Pangan Nasional yang juga meminta tetap menjual stok beras dan menurunkan harga Rp 1.000. Namun menurutnya, setelah diturunkan harganya, ritel tetap tidak bisa menjual beras.

    “Ini kan imbauan ya boleh aja, tetapi kan di lapangan harus mengerti ya, kalau situasi seperti ini juga nggak bagus buat kita. Kenyataannya beras juga sudah tipis, iya saya pastikan, tetapi kalau saya men-display lalu saya didemo, apakah mau terjadi apa apa di toko? Kan nggak mungkin juga,” terangnya.

    Terkait sampai kapan beras di ritel akan ditarik dari peredaran, Solihin mengatakan menunggu ketegasan dari pemerintah agar tidak terjadi keributan di masyarakat.

    “Saya meminta Badan Pangan Nasional, Deputinya dan Kasatgas Pangan untuk memberikan ketegasan. Adanya pengusutan terhadap itu ya kita senang sekali. Tetapi kita jangan dipusingkan dengan demo-demo seperti itu,” pungkasnya.

    Penarikan telah dilakukan sejak akhir pekan lalu. Solihin beberapa waktu mengatakan ritel melakukan penarikan karena banyak kelompok masyarakat, penegak hukum daerah yang meminta penarikan beras tersebut. Ritel pun juga banyak diperiksa oleh aparta penegak hukum daerah.

    Solihin mencontohkan surat yang diterima salah satu ritel dari Kepolisian Jawa Timur Resor Sampang. Ia mengatakan terdapat setidaknya 13 syarat yang harus dibawa pelaku usaha ritel untuk dilakukan pemeriksaan.

    Selain dari penegak hukum, pengusaha ritel juga mendapatkan tekanan dari kelompok masyarakat untuk menarik beras premium dari edaran. Salah satunya imbauan dari salah satu ormas yang meminta agar ritel modern seperti Alfamart menarik sejumlah merek dari peredaran dalam waktu 3×24 jam.

    “Apabila dalam 3×24 jam beras tersebut masih beredar maka kami akan gunakan hak kami untuk melakukan aksi massa gabungan ormas di depan PT Alfaria Trijaya,” tulis surat yang dilihat detikcom.

    Tonton juga video “Mentan Sebut 16 Perusahaan Sudah Diperiksa Terkait Beras Oplosan” di sini:

    (ada/ara)

  • Harga terbaru emas di Pegadaian, UBS dan Galeri24 kompak naik

    Harga terbaru emas di Pegadaian, UBS dan Galeri24 kompak naik

    Ilustrasi – Pegawai merapikan emas di Galeri 24 Pegadaian, Kota Gorontalo, Gorontalo. ANTARA/Adiwinata Solihin/am.

    Harga terbaru emas di Pegadaian, UBS dan Galeri24 kompak naik
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 31 Juli 2025 – 07:03 WIB

    Elshinta.com – Harga emas yang dikutip dari laman resmi Sahabat Pegadaian, Kamis, menunjukkan dua produk logam mulia, yakni buatan UBS dan Galeri24 sama-sama mengalami kenaikan harga jual. Emas Galeri24 naik ke angka Rp1.898.000 dari Rp1.886.000 per gram atau naik Rp12.000, begitu pula emas UBS turut naik Rp11.000 dari angka Rp1.914.000 menjadi Rp1.925.000 per gram.

    Emas Galeri24 dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram. Sementara emas UBS dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 500 gram.

    Berikut daftar lengkap harga emas masing-masing produk:

    ‎Harga emas UBS:

    ‎- Harga emas UBS 0,5 gram: Rp1.041.000

    ‎- Harga emas UBS 1 gram: Rp1.925.000

    ‎- Harga emas UBS 2 gram: Rp3.821.000

    ‎- Harga emas UBS 5 gram: Rp9.442.000

    ‎- Harga emas UBS 10 gram: Rp18.783.000

    ‎- Harga emas UBS 25 gram: Rp46.863.000

    ‎- Harga emas UBS 50 gram: Rp93.534.000

    ‎- Harga emas UBS 100 gram: Rp186.992.000

    ‎- Harga emas UBS 250 gram: Rp467.342.000

    ‎- Harga emas UBS 500 gram: Rp933.584.000

    Harga emas Galeri24:

    ‎- Harga emas Galeri24 0,5 gram: Rp996.000

    ‎- Harga emas Galeri24 1 gram: Rp1.898.000

    ‎- Harga emas Galeri24 2 gram: Rp3.739.000

    ‎- Harga emas Galeri24 5 gram: Rp9.279.000

    ‎- Harga emas Galeri24 10 gram: Rp18.507.000

    ‎- Harga emas Galeri24 25 gram: Rp46.152.000

    ‎- Harga emas Galeri24 50 gram: Rp92.231.000

    ‎- Harga emas Galeri24 100 gram: Rp184.369.000

    ‎- Harga emas Galeri24 250 gram: Rp460.696.000

    ‎- Harga emas Galeri24 500 gram: Rp920.936.000

    ‎- Harga emas Galeri24 1.000 gram: Rp1.841.872.000.

    Sumber : Antara

  • Viral Video Jemaat GKSI Padang Dibubarkan Saat Ibadah, Saidiman Ahmad: Mohon Polisi Menangkap Mereka Semua

    Viral Video Jemaat GKSI Padang Dibubarkan Saat Ibadah, Saidiman Ahmad: Mohon Polisi Menangkap Mereka Semua

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Video jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang Sarai, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) mengalami persekusi viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (27/7).

    Hal itu ditanggapi Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad. Ia menyoroti penyelesaian hukum peristiwa itu.

    “Wajah para perusak ini terlihat jelas di kamera,” kata Saidiman dikutip dari unggahannya di X, Selasa (29/7/2025).

    Ia meminta para pelaku tersebut ditangkap.

    “Mohon polisi menangkap mereka semua. Semuanya,” ujarnya.

    Diketahui, pada peristiwa itu, sekelompok massa membubarkan kegiatan ibadah di gereja tersebut. Tidak hanya itu, mereka merusak bangunan gereja. Polda Sumbar langsung bergerak dengan mengamankan 9 orang. 

    Dilihat dari akun media sosial Komunitas Katolik Garis Lucu, saat pembubaran dan pengrusakan, tampak sejumlah jemaat ketakutan. Khususnya para ibu dan anak-anak.

    Beberapa di antara mereka menangis histeris saat dipaksa menghentikan ibadah dan keluar dari gereja. Tampak dalam video tersebut salah seorang massa membawa balok kayu dan memecahkan sejumlah kaca jendela. 

    “Sudah kami amankan 9 orang, tentunya akan berkembang lagi. Yang 9 orang ini sesuai yang ada di video yang beredar, karena ada bukti-bukti, berdasarkan itu kami amankan semua,” kata Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Solihin sebagaimana dikutip dari pemberitaan Padang Ekspres pada Senin (28/7).

    Brigjen Solihin bersama sejumlah pejabat Polda Sumbar lainnya sudah turun langsung ke lokasi kejadian. Mereka hadir untuk menunjukkan keseriusan aparat kepolisian dalam menangani kasus tersebut.

  • LBH Desak Usut Tuntas Kasus Penyerangan Rumah Doa Jemaat Kristen di Padang

    LBH Desak Usut Tuntas Kasus Penyerangan Rumah Doa Jemaat Kristen di Padang

    Sementara Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Solihin mengatakan saat ini sebanyak 9 orang sudah ditangkap atas insiden tersebut yang ditangani oleh Polres Kota Padang.

    Waka Polda Sumbar Brigjen Pol Solihin menyampaikan mengenai pentingnya menjaga kehidupan bertoleransi antar umat beragama. Sumatera Barat dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi toleransi, nilai-nilai kearifan lokal, dan kehidupan antar umat beragama yang damai. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri ketika menghadapi permasalahan.

    “Siapa pun yang melanggar hukum akan ditindak tegas oleh Polri, Kami juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah untuk menyelesaikan permasalahan secara damai,” ujar Brigjen Pol Solihin.

    Sementara itu, Kapolresta Padang Kombes Pol Apri Wibowo mengatakanpenyelidikan intensif juga dilakukan, termasuk olah TKP dan mengamankan 9 orang yang diduga terlibat untuk dimintai keterangan, baik sebagai saksi maupun pihak yang melakukan perusakan. 

    Pihaknya terus melakukan rencana tindak lanjut terus dilakukan koordinasi dengan Forkopimda dan FKUB untuk menuntaskan masalah hingga akar-akarnya.

    “Pengamanan dan pemantauan lokasi akan terus ditingkatkan, diiringi dengan penggalangan dan pemantauan di lokasi untuk mencegah kejadian serupa terulang. Yang tak kalah penting, penegakan hukum akan dijalankan tegas bagi siapa pun yang terbukti melanggar, memastikan keadilan dan kondusifitas wilayah tetap terjaga,” katanya.

    Menurutnya situasi di Padang Sarai saat ini telah terkendali, dan Polda Sumbar terus melakukan langkah-langkah preventif serta penegakan hukum untuk memastikan stabilitas wilayah dalam keadaan kondusif.

    Wali Kota Padang Fadly Amran mengatakan penyesalannya atas peristiwa yang terjadi di Kelurahan Padang Sarai. Ia mengklaim bahwa kejadian itu bukan perselisihan agama, tetapi murni insiden kesalahpahaman.

    “Pertama, kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan pengerusakan bahkan juga sampai ada korban luka. Untuk kesalahpahaman sudah clear. Bahwa insiden ini tidak terkait SARA, untuk tindakan yang masuk ranah pidana ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” ujarnya.

     

  • 9 Orang Ditangkap terkait Pembubaran Ibadah di Padang, Wakapolda: Jumlah Pelaku Bisa Bertambah

    9 Orang Ditangkap terkait Pembubaran Ibadah di Padang, Wakapolda: Jumlah Pelaku Bisa Bertambah

    GELORA.CO  – Wakapolda Sumatera Barat Brigjen Pol Solihin menegaskan pihaknya tidak akan memberi ruang terhadap aksi main hakim sendiri menyusul insiden pembubaran jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah Padang di Kota Padang, Minggu (27/7/2025). Saat ini sudah ada sembilan orang ditangkap terkait insiden perusakan rumah doa tersebut.

    Brigjen Solihin menekankan pentingnya supremasi hukum dan menolak segala bentuk tindakan main hakim sendiri.

    “Di Sumbar tidak ada yang boleh bertindak semena-mena. Semua harus sesuai koridor hukum. Siapa yang berbuat, harus bertanggung jawab,” ujar Brigjen Solihin, Senin (28/7/2025).

    Dia menyebut, Polda Sumbar masih melakukan penyelidikan dan tidak menutup kemungkinan jumlah pelaku bertambah. Para pelaku berhasil diidentifikasi berkat rekaman video insiden yang beredar luas dan viral di media sosial.

    “Dari kejadian ini sudah kami amankan sembilan orang yang terekam dalam video yang beredar. Tidak tertutup kemungkinan jumlah pelaku akan bertambah, karena proses penyelidikan masih terus berjalan,” katanya.

    Meski tidak menimbulkan korban jiwa, insiden pembubaran ibadah di rumah doa GKSI Anugerah Padang menyebabkan kerusakan ringan.

    “Sementara ini belum ada korban. Hanya kerusakan ringan, berupa pecah kaca,” ucapnya.

    Informasi yang dihimpun, sekelompok warga mendatangi rumah doa dan meminta agar kegiatan dihentikan. Aksi itu kemudian memicu ketegangan dan berujung pembubaran hingga perusakan rumah.

    Pemimpin jemaat GKSI Anugerah Padang, Pendeta Dachi, menduga peristiwa ini dilatarbelakangi kesalahpahaman terkait status dan perizinan rumah doa tersebut.

    “Kami memahami adanya kekhawatiran dari warga. Tapi ini adalah tempat doa yang digunakan secara internal oleh jemaat,” katanya.

    Pendeta Dachi berharap semua pihak dapat menahan diri dan menyelesaikan persoalan melalui dialog terbuka dan damai.

    “Kami berharap semua pihak dapat menempuh jalan dialog dan duduk bersama untuk mencari solusi,” katanya.

    Dia juga mengapresiasi langkah cepat aparat kepolisian dalam meredam konflik dan menjaga situasi tetap kondusif

  • Kronologi Lengkap Pembubaran Rumah Ibadah di Padang, 2 Anak Luka-Luka

    Kronologi Lengkap Pembubaran Rumah Ibadah di Padang, 2 Anak Luka-Luka

    GELORA.CO – Insiden intoleransi kembali terjadi. Kali ini, aksi massa membubarkan paksa kegiatan ibadah di rumah doa Kristen Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Peristiwa yang terjadi Minggu (27/7/2025) malam itu viral di media sosial.

    Dalam video yang dibagikan akun @permadiaktivis2, tampak sekelompok warga meneriakkan kata “bubarkan” sambil membawa kayu, batu, dan senjata tajam. Mereka menyerang rumah doa tersebut hingga kaca jendela pecah dan perabotan rusak.

    “Dan terjadi lagi, terjadi lagi, terjadi lagi. Kali ini di Padang Sarai. Ibadah minggu GKSI diserang warga intoleran, dua anak terluka,” tulis akun tersebut dikutip Senin (28/7/2025).

    Kronologi Kejadian

    Dari informasi yang dihimpun, insiden tersebut terjadi saat umat Kristen jemaat GKSI sedang menggelar ibadah dan kegiatan pendidikan agama. Sekelompok warga kemudian mendatangi rumah doa dan meminta kegiatan tersebut dihentikan secara paksa.

    Penyerangan disertai perusakan terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, saat puluhan anak sedang belajar agama Kristen di rumah doa tersebut. Rumah doa itu memang didirikan untuk pembelajaran agama Kristen, mengingat sekolah negeri di sekitarnya tidak menyediakan pengajaran agama Kristen.

    Akibat kejadian tersebut, dua anak berusia 11 dan 9 tahun mengalami luka diduga karena dipukul massa. Selain itu, puluhan anak dan jemaat lainnya panik dan berlarian keluar dari rumah doa sambil menangis histeris.

    Perwakilan jemaat GKSI, Pendeta Dachi mengatakan, insiden bermula dari kesalahpahaman warga terhadap fungsi bangunan tersebut. Menurutnya, rumah itu bukan gereja, melainkan tempat pendidikan agama anak-anak Kristen.

    “Sebagian warga menganggap rumah tempat pendidikan agama bagi anak-anak Kristen yang kita bina ini adalah gereja, padahal bukan,” kata Pendeta Dachi.

    9 Pelaku Ditangkap

    Polisi menangkap sembilan orang diduga terlibat dalam insiden pembubaran ibadah di rumah doa milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah Padang. Peristiwa intoleransi ini terjadi di kawasan RT 03/RW 09, Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Minggu (27/7/2025) sore.

    Wakapolda Sumbar, Brigjen Pol Solihin mengatakan, pengungkapan kasus ini berawal dari video insiden yang viral di media sosial.

    “Dari kejadian ini sudah kami amankan sembilan orang yang terekam dalam video yang beredar. Tidak tertutup kemungkinan jumlah pelaku akan bertambah, karena proses penyelidikan masih terus berjalan,” ujar Solihin, Senin (28/7/2025).

    Dia menegaskan komitmen Polda Sumbar dalam menjaga supremasi hukum di wilayah hukumnya.

    “Di Sumbar tidak ada yang boleh bertindak semena-mena. Semua harus sesuai koridor hukum. Siapa yang berbuat, harus bertanggung jawab,” katanya.

    Dia menambahkan seluruh proses hukum akan dijalankan secara profesional dan transparan. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, insiden tersebut menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan rumah doa. “Sementara ini belum ada korban. Hanya kerusakan ringan, berupa pecah kaca,” ucapnya.

    Wakil Gubernur Sumatera Barat Vasco Ruseimy menegaskan insiden pembubaran ibadah di rumah doa, Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang tidak mencerminkan karakter asli masyarakat Minangkabau. Dia meminta publik untuk tidak terburu-buru memberi label intoleran kepada Sumbar.

    “Setop informasi seolah-olah Sumbar intoleran. Di era digital, informasi menyebar dengan sangat cepat dan mudah membentuk persepsi, seolah-olah Sumatera Barat adalah daerah yang intoleran. Itu tidak benar,” ujar Vasco, Senin (28/7/2025).

    Wagub Vasco menjelaskan kejadian tersebut harus dilihat secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan akar persoalan. Meski demikian, dia menegaskan bentuk kekerasan atau tindakan intimidatif tidak bisa dibenarkan dalam konteks apa pun

  • Bos Ritel: Tak Semua Beras Premium Ditarik, Cuma Merek Ini

    Bos Ritel: Tak Semua Beras Premium Ditarik, Cuma Merek Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memastikan tidak semua merek beras premium ditarik dari gerai ritel menyusul dugaan beredarnya beras oplosan.

    Ketua Umum Aprindo 2024–2028 Solihin mengatakan bahwa Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah mengimbau agar peritel tak menarik beras kemasan premium dari display. Bapanas juga menyarankan agar harga beras premium yang beredar di ritel diturunkan harganya.

    Menanggapi hal tersebut, Solihin menjelaskan peritel telah menurunkan harga beras premium senilai Rp1.000 per 5 kilogram sampai 31 Juli 2025.

    “Dari Bapanas sudah ada keluar surat imbauan kepada seluruh ritel untuk tidak menarik beras dari display. Surat Bapanas ya. Dan berlakunya penurunan harga atau penurunan harga Rp1.000 per 5 kilogram itu sampai 31 Juli,” kata Solihin kepada Bisnis, Senin (28/7/2025).

    Lebih lanjut, dia memastikan sederet merek beras premium yang telah diumumkan Satuan Tugas (Satgas) Pangan juga tetap dipasarkan di setiap gerai.

    “Enggak, nggak ada [beras premium] yang diturunkan. Saat ini sudah suratnya sudah keluar. Sudah diminta untuk tidak menurunkan,” jelasnya.

    Perlu diketahui, sebanyak lima merek beras premium yang diproduksi oleh tiga produsen tengah diusut dalam perkara dugaan beras oplosan premium.

    Perinciannya, beras Sania oleh PT PIM. Kemudian, PT FS dengan merek beras Setra Ramos Biru, Setra Ramos Merah dan Setra Ramos Pulen, dan Toko SY produsen beras Jelita dan Anak Kembar.

    Meski demikian, Solihin menuturkan bahwa beras yang dipasarkan oleh perusahaan dengan merek milik sendiri (private label) tetap ditarik dari display, seperti merek Alfamart dan Alfamidi.

    “Beras Alfamart kan private label kita ya. Sementara ada sebagian yang memang ada yang sudah diturunkan, ada yang belum. Jadi untuk yang belum, kita biarkan saja sementara ini,” jelasnya.

    Dia menjelaskan penarikan beras merek Alfamart dan Alfamidi ini menyangkut nama baik merek perusahaan ritel. Sehingga, peritel tidak ingin mengambil risiko lebih jauh.

    “Karena ini menyangkut nama merek kita. Kita nggak mau, tidak berisiko. Sementara kita diturunkan dulu ya. Yang private label, private label ya. Sekali lagi ya, private label. Ada [beras merek] Alfamart, Alfamidi kita turunkan sementara,” terangnya.

    Adapun, Solihin menyampaikan bahwa stok beras premium di gerai ritel masih tersedia dan aman untuk kebutuhan masyarakat. Sebab, menurutnya, selama masyarakat membeli beras premium sesuai dengan kebutuhan, maka stok komoditas ini masih tersedia meski pasokannya tak penuh.

    “Memang service level-nya nggak penuh, tetapi kan nggak ada lonjakan daripada pembelian sampai saat ini. Tidak ada lonjakan pembelian. Sampai saat ini [stok beras premium] di ritel masih ada,” tandasnya.

  • 6
                    
                        Polisi Tangkap 9 Terduga Perusak Rumah Doa Umat Kristen di Padang
                        Regional

    6 Polisi Tangkap 9 Terduga Perusak Rumah Doa Umat Kristen di Padang Regional

    Polisi Tangkap 9 Terduga Perusak Rumah Doa Umat Kristen di Padang
    Editor
    KOMPAS.com –
    Polisi menangkap sembilan orang terduga pelaku perusakan rumah doa yang juga dijadikan tempat pendidikan agama siswa Kristen milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.
    Adapun perusakan dilakukan pada Minggu (27/7/2025) sore.
    Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Solihin mengatakan, penangkapan terduga pelaku dilakukan berdasarkan sejumlah video yang beredar di media sosial.
    “Yang sudah kita amankan sembilan orang. Tentunya akan berkembang lagi. Sembilan orang ini sesuai dengan apa yang ada di video yang sudah ada, karena ada bukti-bukti

    maka kami amankan semua,” ujar Solihin dikutip dari video yang diunggah akun Instagram Polresta Padang, Senin (28/7/2025).
    Saat ini terduga pelaku masih dalam pemeriksaan.
    Solihin mengatakan, situasi di rumah tersebut kini telah aman. Dia meminta agar masyarakat tidak gegabah dalam menyikapi sesuatu.
    “Jangan masyarakat gegabah, jangan masyarakat bertindak anarkis. Semua ada hukum. Jadi siapa yang berbuat maka akan bertanggung jawab,” ujar Solihin.
    Sebelumnya, video perusakan rumah tersebut viral di media sosial. Salah satunya yang diunggah di akun Instagram @infosumbar.
    Dalam video itu, tampak sejumlah warga menghancurkan kaca-kaca jendela dengan batu dan kayu.
    Mayoritas wanita yang berada di dalam rumah bergegas keluar membawa anak-anak yang menangis histeris.
    Pendeta GKSI Padang F Dachi mengatakan, awalnya puluhan jemaat sedang berdoa di rumah tersebut pada Minggu sore dan para siswa sedang belajar agama.
    “Saat itu datang ketua RW dan RT memanggil untuk berbicara di belakang rumah. Namun di depan warga ramai datang dan melakukan perusakan,” kata Dachi saat dihubungi, Minggu malam.
    Kaca-kaca dipecahkan, listrik diputus, dan banyak peralatan yang dirusak.
    Selain itu, kata Dachi, ada dua anak yang mengalami luka akibat aksi anarkistis itu.
    Wali
    Kota Padang
    Fadly Amran datang langsung ke lokasi untuk melakukan mediasi.
    Mediasi yang dihadiri pihak GKSI, warga, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Padang, dan Polri, dilaksanakan di kantor Camat Koto Tangah hingga tengah malam.
    Fadly usai mediasi mengatakan telah dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak.
    “Pertama, kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan perusakan bahkan juga sampai ada korban luka,” kata Fadly saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.
    Fadly mengatakan peristiwa itu bukan perselisihan agama, tetapi murni insiden kesalahpahaman.
    Rumah yang dirusak merupakan rumah tempat pendidikan siswa Kristen dan bukan gereja.
    “Untuk kesalahpahaman sudah
    clear
    bahwa insiden ini tidak terkait SARA. Untuk tindakan yang masuk ranah pidana ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” kata Fadly.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Pontianak Terlantar di Pelabuhan Priok, Dipulangkan Polisi-Dinsos Jakut

    Warga Pontianak Terlantar di Pelabuhan Priok, Dipulangkan Polisi-Dinsos Jakut

    Jakarta

    Solihin, warga Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), ditemukan terlantar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Solihin mengaku tak punya ongkos untuk kembali ke kampung halamannya.

    Dia ditemukan kebingungan di Terminal Pelni Nusantara Pura II, Pelabuhan Tanjung Priok, pada Minggu (27/7/2025), oleh Ps Bhabinkamtibmas Satbinmas Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Aiptu Agus Subekti. Kepolisian lalu berkoordinasi dengan Dinas Sosial Jakut untuk membantu Solihin.

    “Saat saya tanya mau ke mana, beliau bilang ingin pulang ke Pontianak tapi tidak punya uang untuk beli tiket. Kami lalu berkoordinasi dengan Dinsos agar dengan cepat bapak ini terbantu,” kata Agus kepada wartawan.

    Agus mengatakan Solihin sempat diajak untuk beristirahat di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Anggota SPKT lalu mengambil inisiatif memfasilitasi Solihin pulang kampung dengan kapal laut.

    Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Martuasah H Tobing mengapresiasi inisiatif Agus dan menekankan komitmen kepolisian hadir di tengah masyarakat. Khususnya, lanjut Martuasah, kelompok rentan.

    (aud/fas)

  • beras bantuan tidak untuk dijual

    beras bantuan tidak untuk dijual

    Bupati Gorontalo Sofyan Puhi di Koperasi Desa Merah Putih Desa Hutadaa, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. ANTARA/Adiwinata Solihin

    Bupati Gorontalo: beras bantuan tidak untuk dijual
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 27 Juli 2025 – 09:08 WIB

    Elshinta.com – Bupati Gorontalo Sofyan Puhi mengingatkan kepada penerima bantuan pangan untuk tidak menjual beras bantuan yang diberikan melalui bantuan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) tahun 2025.

    “Beras ini jangan dijual, gunakan untuk kebutuhan keluarga. Apalagi harga beras sekarang sudah naik hingga Rp17 ribu per kilogram,” ujar Bupati Sofyan di Gorontalo, Sabtu.

    Ia berharap, bantuan CPP yang diberikan oleh Pemkab Gorontalo dan Pemprov Gorontalo itu dapat meringankan beban warga sekaligus menstabilkan harga beras di pasaran.

    Gubernur Gusnar Ismail mengatakan, program CPP merupakan hasil sinergi antara Pemerintah Pusat, provinsi, dan daerah untuk merespons lonjakan harga pangan. 

    Ia menyampaikan apresiasi kepada Presiden RI Prabowo Subianto atas dukungan penuh terhadap usulan tersebut.

    Sebanyak 525 penerima di Kayu Bulan dan 597 penerima di Daenaa menerima masing-masing 20 kilogram beras untuk periode Juni–Juli 2025.

    Sebelumnya, Pemprov Gorontalo dan Pemkab Gorontalo telah menyerahkan bantuan beras kepada 971 masyarakat yang ada di tiga desa di Kabupaten Gorontalo.

    Bantuan itu terdiri atas 454 paket di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru, 271 paket di Desa Luhu Kecamatan Telaga, dan 246 paket di Desa Bulota Kecamatan Telaga Jaya.

    Program CPP bagi masyarakat di daerah itu merupakan program dari Pemerintah dan instansi terkait di Gorontalo, dalam rangka menghadapi lonjakan harga beras yang belakangan terjadi di wilayah Provinsi Gorontalo.

    Gubernur Gorontalo memperjuangkan usulan ini hingga disetujui oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, dan melalui Bulog Cabang Gorontalo bantuan pangan tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat di daerah itu.

    Sumber : Antara