Tag: Satya Nadella

  • CEO Google Tiba-tiba Ungkap Akhir Kejayaan AI

    CEO Google Tiba-tiba Ungkap Akhir Kejayaan AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama dua tahun terakhir, Artificial Intelligence mengalami perkembangan yang luar biasa. Namun akhir kejayaan AI nampaknya telah di depan mata.

    Hingga sekarang banyak perusahaan yang akhirnya ikut menyelami pasar tersebut dan mengeluarkan produk berbasis AI. Dominasi AI pada setiap merek teknologi nampaknya akan terus berlanjut hingga tahun 2025.

    Meski begitu, CEO Google Sundar Pichai percaya perkembangan AI akan melambat. Sebab kemajuannya akan sulit didapatkan untuk para perusahaan yang berada di pasar ini.

    “Saya pikir kemajuan semakin sulit. Anda akan butuh terobosan yang lebih dalam mencapai tahapan berikutnya,” jelas Pichai dalam sebuah acara dikutip dari Tech Radar, Selasa (10/12/2024).

    Pelambatan pertumbuhan AI akan melambat saat batas sistem AI telah tercapai. Batas itu akan didapatkan investasi dan pengembangan besar yang butuh waktu untuk menghasilkan sesuatu.

    Tidak akan ada perubahan signifikan ke depannya dalam ekosistem AI. Pichai menilai akan ada lebih banyak peningkatan bertahap namun tidak akan mendefinisikan ulang soal AI seperti setahun terakhir.

    Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella juga pernah bersuara terkait perkembangan AI. Menyamakannya dengan revolusi industri, menurutnya pertumbuhan butuh waktu sebelum akhirnya meledak.

    Namun tak semuanya memiliki penilaian yang sama. November lalu, CEO OpenAI Sam Altman menyebut perkembangan ini tidak ada batasannya.

    Ucapan itu dia ungkapkan setelah banyaknya kritik terkait pembaruan ChatGPT. Update platform itu dinilai hanya sedikit lebih baik dari model yang diluncurkan sebelumnya.

    Namun, TechRadar yang mengutip sebuah laporan menyebut beberapa perusahaan yang mengembangkan AI yakni OpenAI, Google dan Anthropic mengalami kesulitan memajukan sistem AI. Semua perusahaan tengah berusaha untuk bisa mendapatkan capaian secara internal.

    (fab/fab)

  • Komdigi dan Microsoft Kerja Sama Bidang AI, Komitmen Investasi Rp27,6 Triliun

    Komdigi dan Microsoft Kerja Sama Bidang AI, Komitmen Investasi Rp27,6 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama Microsoft bekerja sama mencanangkan program ElevAIte untuk pelatihan keterampilan artificial intelligence (AI).

    Menkomdigi Meutya Hafid menyatakan kerja sama ini menghasilkan komitmen investasi Microsoft sebesar Rp27,6 triliun.

    “Kami mengucapkan terima kasih ada komitmen investasi sebesar USD1,7 milyar atau sekitar Rp27,6 triliun, angka yang merupakan investasi terbesar dalam sejarah 29 tahun Microsoft hadir di Indonesia,” tuturnya dalam Peluncuran ElevAIte di Media Center Kementerian Komdigi, Senin (2/12/2024).

    Meutya Hafid menyatakan komitmen investasi oleh Microsoft telah disampaikan dalam pertemuan sebelumnya.

    Oleh karena itu, Menteri Meutya bersama Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria dan Angga Raka Prabowo akan mengawal kerja sama tersebut terlaksana dengan baik di Indonesia.

    Melalui kerja sama bidang AI, Meutya Hafid berharap dapat meningkatkan efisiensi layanan publik dan membantu mengawasi ruang digital. 

    Menurutnya, Kementerian Komdigi banyak menerima pesan dari masyarakat agar menjaga ruang digital yang sehat dan produktif.

    “Kami meminta agar Microsoft bisa berfokus pada pendidikan AI yang inklusif. Pelatihan ini harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan meskipun kita akan memberikan perhatian lebih pada perempuan, program ini terbuka untuk siapa saja,” ujarnya.

    Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella berjanji akan membawa infrastruktur AI terbaru ke Indonesia dengan menggelontorkan US$1,7 miliar atau Rp27,65 triliun (kurs Rp16.267).

    “Kami mengumumkan bahwa pusat data kami akan segera hadir di Indonesia. Itu sangat menggembirakan. Bahkan, hal yang benar-benar membuat saya bersemangat untuk diumumkan hari ini adalah perluasan investasi pusat data. Jadi US$1,7 miliar untuk membawa infrastruktur AI terbaru dan terhebat ke Indonesia,” ungkap Nadella dalam acara Microsoft Build: AI Day di Jakarta Convention Center, Selasa (30/4/2024).

    Nadella menjelaskan bahwa pihaknya akan memiliki infrastruktur pelatihan inferensi kelas dunia, baik itu Nvidia, AMD, atau chip Maya milik Microsoft sendiri akan menjadi bagian dari infrastruktur pusat data.

    “Memungkinkan setiap pengembang dapat melatih model mereka, melakukan inferensi terbaik dari model mereka melalui seluruh infrastruktur,” ujarnya. 

  • Microsoft Jadi Objek Lidik Komite Perdagangan AS Imbas Insiden Keamanan

    Microsoft Jadi Objek Lidik Komite Perdagangan AS Imbas Insiden Keamanan

    Bisnis.com, JAKARTA – Komite Perdagangan Federal Amerika Serikat (AS) atau FTC menjalankan penyelidikan antitrust terhadap Microsoft imbas insiden keamanan yang terjadi beberapa waktu lalu. Microsoft dikabarkan sempat mengalami gangguan yang berdampak besar bagi AS. 

    Menambah panjang deretan nama perusahaan teknologi raksasa yang berada di bawah pengawasan serupa dalam beberapa tahun terakhir.

    Mengutip The Verge, beberapa hal yang tengah diteliti oleh FTC adalah bisnis komputasi awan (cloud) dan lisensi perangkat lunak, layanan keamanan siber, serta penawaran kecerdasan buatan (AI) milik Microsoft. Perihal ini pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.

    Minat FTC terhadap bisnis cloud Microsoft meningkat setelah beberapa insiden keamanan yang memengaruhi produknya. Terutama, karena Microsoft adalah salah satu penyedia perangkat lunak utama bagi lembaga pemerintah AS.

    Permintaan informasi yang diajukan mencakup ratusan halaman dan menjadi puncak dari diskusi informal selama lebih dari satu tahun dengan para pesaing dan mitra Microsoft.

    Salah satu fokusnya adalah bagaimana Microsoft menggabungkan perangkat lunak produktivitas dan keamanan dengan layanan cloud Azure-nya, menurut sumber tersebut. Baik FTC maupun Microsoft menolak berkomentar mengenai hal ini.

    Awal tahun ini, Cyber Safety Review Board atau Dewan Tinjauan Keamanan Siber Pemerintah menyimpulkan “budaya keamanan Microsoft tidak memadai dan membutuhkan perombakan, terutama mengingat peran sentral perusahaan dalam ekosistem teknologi.”

    Tak lama setelah itu, CEO Microsoft Satya Nadella mengeluarkan memo kepada karyawan terkait dengan masalah dilema antara keamanan dan prioritas lain. “Jika Anda dihadapkan pada dilema antara keamanan dan prioritas lain, jawabannya jelas: utamakan keamanan,” kata Nadella.

    Jika FTC mengajukan gugatan terhadap perusahaan, hal ini akan menempatkan Microsoft kembali dalam situasi yang pernah dialami di masa lalu. Pada akhir 1990-an, perusahaan menghadapi gugatan antimonopoli dari Departemen Kehakiman AS terkait penggabungan peramban webnya dengan sistem operasi Windows.

    Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft sebagian besar luput dari pengawasan antitrust yang dialami Amazon, Apple, Meta, dan Google, yang masing-masing sedang menghadapi tuduhan monopoli dari pemerintah.

    Namun, mayoritas Demokrat di FTC akan segera berubah ketika Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada Januari 2024.

    Trump, kelas The Verge, kemungkinan akan memilih salah satu dari dua komisaris Republik saat ini untuk menjabat sebagai ketua sementara, dan pada akhirnya akan mencalonkan ketua atau komisaris baru yang sejalan dengan pandangannya.

    Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penyelidikan ini akan tetap berlanjut — mengingat pada masa jabatan terakhir Trump, Departemen Kehakiman (DOJ) dan FTC masing-masing mengajukan gugatan antitrust terhadap Google dan Meta.

  • Asing Mulai Ramai Serbu RI, Pemerintah Beri Peringatan Ini

    Asing Mulai Ramai Serbu RI, Pemerintah Beri Peringatan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Yandex jadi nama perusahaan global terakhir yang ikut berinvestasi di Indonesia. Tak sembarangan, pemerintah menegaskan semua yang ingin berinvestasi perlu ikut aturan di dalam negeri.

    Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria soal Yandex yang berisi banyak konten negatif. “Kita sudah sampaikan bahwa kalau siapapun yang mau berinvestasi di Indonesia harus comply dengan aturan di sini,” jelas dia ditemui di Jakarta, Senin (11/11/2024).

    Komitmen investasi Yandex diungkapkan perusahaan yang diwakili kepala divisi pencarian internasional, Alexander Popovskiy saat bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid pekan lalu.

    Nezar mengatakan investasi itu sebagai lanjutan hubungan internasional Indonesia dan Rusia. Selain itu juga banyak perusahaan dari negara lain yang juga ingin menanamkan investasinya di tanah air.

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai menarik bagi perusahaan global tersebut hingga mereka ingin berinvestasi di sini. Termasuk masa depan yang cukup menjanjikan di dalam negeri.

    “Ini follow up hubungan internasional kita dengan Rusia, dengan China, Amerika, negara Eropa, banyak sekali yang berdatangan. Juga menunjukkan keinginan mereka melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Nezar.

    Namun Yandex, dia mengatakan belum menyebutkan jumlah pasti investasi. Nezar hanya menambahkan raksasa mesin pencarian itu tertarik melakukan beberapa hal di Indonesia.

    “Belum disebutkan jumlahnya (investasi di Indonesia), tetapi tertarik pembangunan infrastruktur, seperti data center, mereka juga tertarik bekerja sama pengembangan kecerdasan artifisiail dan mereka juga tertarik berkolaborasi membina talenta digital,” ungkapnya.

    Selain Yandex, Microsoft sudah lebih dulu mengumumkan komitmen investasinya. Saat lawatan April lalu, CEO Satya Nadella mengungkapkan perusahannya menggelontorkan dana senilai US$1,7 miliar di Indonesia.

    Selain itu, Nvidia diketahui bekerja sama dengan Indosat Ooredoo Hutchison. Keduanya berencana membangun pusat AI di kota Solo.

    (fab/fab)

  • Investasi di Bidang AI, Meutya Hafid Sambut Positif Minat Yandex Group dan Microsoft

    Investasi di Bidang AI, Meutya Hafid Sambut Positif Minat Yandex Group dan Microsoft

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengembangkan ekosistem kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) di Indonesia menjadi hal mendasar, di tengah berkembangnya teknologi AI yang begitu cepat di dunia.

    Di Indonesia, minat investasi dari perusahaan Teknologi Informasi atau IT global untuk mengembangkan ekosistem kecerdasan artifisial atau AI cukup bagus.

    Tidak heran, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid menyambut positif minat tersebut. Meutya Hafid menyebut, potensi pengembangan teknologi AI sangat besar dan strategis untuk mendukung kemajuan digital di Indonesia.

    “Artificial Intelligence berkembang sangat cepat di dunia. Peran AI bagi manusia pun terus meningkat di berbagai sektor. Kami mengapresiasi minat Yandex Group dan Microsoft untuk menanamkan investasi di Indonesia,” ungkap Meutya seusai pertemuan terpisah dengan CEO Yandex Search Alexander Popovsky, dan Head of ASEAN Government Affairs Microsoft Maciej Surowiec, di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat baru-baru ini.

    Didampingi Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, Meutya Hafid menyambut rencana Yandex Group yang ingin memperluas platform mesin pencari di Indonesia.

    “Potensi ekonomi kecerdasan buatan di Indonesia di tahun 2030 sangat signifikan, PDB Indonesia bisa meningkat 12 persen atau USD366 Miliar. Untuk itu, kami mendukung rencana dari Yandex untuk meningkatkan investasinya di Indonesia,” tutur Meutya dilansir jawapos.

    Sementara saat bertemu dengan Maciej Surowiec dari Microsoft, Meutya menyoroti langkah perusahaan tersebut menindaklanjuti komitmen CEO Microsoft Satya Nadella saat berkunjung ke Indonesia pada April 2024.

  • Ternyata Ini Alasan Banyak Orang India Jadi Bos IT

    Ternyata Ini Alasan Banyak Orang India Jadi Bos IT

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak orang India ataupun keturunan negara tersebut yang bekerja bahkan menjabat sebagai bos di perusahaan teknologi dunia, termasuk di antaranya CEO Microsoft Satya Nadella, Sundar Pichai bos Alphabet, Arvind Krishna dari IBM, dan Shantanu Narayen selaku CEO Adobe.

    Ada beberapa alasan kenapa semua itu terjadi. Salah satunya masyarakat India dilatih secara gladiator.

    “Dari akta kelahiran hingga akta kematian, dari penerimaan sekolah hingga mendapatkan pekerjaan, dari ketidakcukupan infrastruktur hingga kapasitas yang tidak memadai, tumbuh di India melengkapi orang India jadi manajer alami,” jelas Mantan Direktur Eksekutif Tata Sons, R. Gopalakrishnan, dikutip dari BBC.

    Karakteristik mereka juga dibuat dari kehidupan yang ada di India. Misalnya Sikap masyarakat India yang bisa memecahkan masalah dan mudah beradaptasi berasal dari persaingan dan kekacauan di sana.

    Para pegawai dari India disebut sangat profesionalisme. Bahkan tidak melibatkan bantuan pribadi dalam budaya kantor Amerika Serikat yang terlalu banyak bekerja.

    Para bos tersebut juga didukung kekayaan dan sejarah panjang India. Termasuk minoritas dari kelompok berjumlah 4 juta orang tersebut orang terkaya dan terdidik Amerika Serikat (AS).

    Tercatat satu juta orang adalah ilmuwan dan insinyur, 70% pemegang visa H-1B, izin bekerja untuk insinyur software India yang dikeluarkan oleh India. Selain itu tercatat 40% insinyur di Seattle adalah orang India.

    Penulis The Other One Percent: Indian in America menjelaskan sejarah kebijakan imigrasi AS tahun 1960. Setelah adanya gerakan hak sipil, kuota nasional digantikan pada mereka yang memiliki keterampilan dan penyatuan keluarga.

    Dari sana terlihat banyak orang India yang datang ke AS. Mereka berasal dari orang berpendidikan tinggi ilmuwan, insiyur, dan dokter.

    Orang India yang pindah ke AS merupakan kasta atas yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Selain itu juga bagian kecil dari mendapatkan biaya gelar master di AS.

    (hsy/hsy)

  • Para Bos Raksasa Teknologi Puji Kemenangan Gemilang Donald Trump

    Para Bos Raksasa Teknologi Puji Kemenangan Gemilang Donald Trump

    Washington

    Para pemimpin raksasa teknologi mengucap selamat ke Presiden terpilih Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance atas kemenangan mereka dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Pesan yang disampaikan serupa, di mana para CEO mendoakan Trump agar sukses saat kembali ke Gedung Putih dan berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahannya.

    Pendiri dan Chairman Amazon Jeff Bezos menilai kemenangan Trump sebagai “kebangkitan politik luar biasa dan kemenangan yang menentukan.” Bezos, pemilik Washington Post dan pendiri perusahaan antariksa Blue Origin, relasinya tak harmonis dengan Trump dan sering jadi sasaran saat masa jabatan pertamanya.

    Trump berulang kali mengkritik kepemilikan Bezos atas Post dan catatan pajak Amazon. Bezos juga menyerang Trump dalam unggahan medsos tahun 2015, “#sendDonaldtospace.” Bezos belakangan lebih lunak dan memuji Trump atas keberaniannya di bawah tekanan setelah percobaan pembunuhan di Pennsylvania.

    Adapun CEO Apple Tim Cook mengucap selamat kepada Trump dalam postingan di X. “Kami harap dapat bekerja sama dengan Anda dan pemerintahan Anda untuk membantu memastikan Amerika Serikat terus memimpin dan didorong oleh kecerdikan, inovasi, dan kreativitas,” tulis Cook.

    CEO OpenAI Sam Altman berharap Trump meraih sukses besar dalam pekerjaannya. “Sangat penting bagi AS untuk mempertahankan keunggulan dalam mengembangkan AI dengan nilai-nilai demokrasi,” tulisnya.

    CEO Meta Mark Zuckerberg menyebut kemenangan Trump “kemenangan yang menentukan” dan berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahannya. “Kita memiliki peluang besar di depan kita sebagai sebuah negara,” tulis Zuckerberg di Threads.

    Kedua pria itu juga terkadang memiliki hubungan tidak harmonis. Di 2021, Facebook melarang Trump selama dua tahun tak lama setelah insiden 6 Januari. Trump bulan Maret menyebut Zuckerberg sebagai “Zuckerschmuck” dan menyebut Facebook sebagai musuh sejati rakyat sambil mengatakan ia menentang pelarangan TikTok.

    Trump juga dilaporkan mengklaim Zuckerberg berkomplot melawannya dalam pemilihan presiden 2020 dan mengatakan CEO tersebut dapat menghabiskan sisa hidupnya di penjara jika melakukannya lagi.

    Adapun Elon Musk dalam rentetan cuitannya di X jelas memuji kemenangan Trump. Musk jadi sekutu utama Trump dalam kampanyenya menuju Gedung Putih, dengan mantan presiden tersebut berjanji menunjuk Musk sebagai kepala komisi efisiensi pemerintah. Musk menyumbang hampir USD 75 juta kepada America PAC, komite aksi politik pro Trump yang ia dirikan awal tahun ini.

    Sundar Pichai, CEO induk Google Alphabet, juga mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya dan mengatakan ia berkomitmen bekerja sama dengan pemerintahan presiden terpilih tersebut.

    “Selamat kepada Presiden Trump, kami harap dapat bekerja sama dengan Anda dan pemerintahan Anda untuk mendorong inovasi yang menciptakan pertumbuhan dan peluang baru bagi Amerika Serikat dan dunia,” sebut CEO Microsoft, Satya Nadella.

    CEO Intel Pet Gelsinger juga memberi selamat kepada Trump dan berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahannya untuk memajukan teknologi dan kepemimpinan manufaktur Amerika di dunia. Intel sedang restrukturisasi besar-besaran dengan harapan mendapatkan kembali posisinya sebagai produsen semikonduktor terkemuka.

    Sementara CEO Uber Dara Khosrowshahi mengucap selamat kepada Trump atas “kemenangannya yang gemilang”. “Kami siap bekerja sama dengan Anda dan pemerintahan Anda dalam cara-cara untuk meningkatkan transportasi, memberdayakan usaha kecil, dan meningkatkan standar untuk pekerjaan yang fleksibel,” cetusnya.

    (fyk/fyk)

  • Microsoft, Meta, dkk Investasi US0 Miliar Kembangkan AI

    Microsoft, Meta, dkk Investasi US$200 Miliar Kembangkan AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan besar internet dan perangkat lunak dunia kembali melakukan investasi besar-besaran dalam program pengembangan kecerasan buatan (artificial intelligence/AI), setidaknya US$200 miliar digelontorkan tahun ini.

    Belanja modal dari empat perusahaan internet dan perangkat lunak terbesar, yakni Amazon.com Inc., Microsoft Corp., Meta Platforms Inc., dan Alphabet Inc. diperkirakan akan mencapai lebih dari US$200 miliar tahun ini, rekor untuk kelompok perusahaan itu.

    Para eksekutif dari masing-masing perusahaan memperingatkan investor pekan ini bahwa pemborosan ini akan berlanjut tahun depan, atau bahkan meningkat.

    Pembelanjaan ini menyoroti biaya dan sumber daya besar yang dikonsumsi oleh ledakan AI global yang dipicu hadirnya ChatGPT. Para raksasa teknologi berlomba mengamankan chip kelas atas yang langka dan membangun pusat data besar yang dibutuhkan teknologi ini.

    Untuk itu, mereka telah menjalin kesepakatan dengan penyedia energi untuk memasok daya ke fasilitas ini, bahkan menghidupkan kembali pembangkit nuklir yang terkenal.

    Mereka berusaha meyakinkan Wall Street bahwa investasi besar ini akan membuat bisnis masa depan mereka lebih menguntungkan dibandingkan bisnis saat ini yang menjual iklan digital, barang, dan perangkat lunak.

    CEO Amazon Andy Jassy, menyebut AI sebagai peluang yang benar-benar besar, bahkan jenis peluang seumur hidup, yang dibuktikan dengan proyeksi perusahaan untuk belanja sebesar US$75 miliar pada 2024.

    “Saya rasa pelanggan, bisnis, dan pemegang saham kami akan merasa puas dalam jangka panjang bahwa kami mengejarnya secara agresif,” dalam panggilan dengan investor, dikutip dari Bloomberg, Sabtu (2/11/2024).

    Analis di MoffettNathanson menyebut belanja Amazon ini sungguh mencengangkan.

    Sebelumnya, CEO Meta Mark Zuckerberg berjanji akan meningkatkan investasi dalam model bahasa AI dan proyek futuristik lainnya yang sekarang dia anggap sebagai inti masa depan perusahaannya. Belanja modal Meta bisa naik hingga US$40 miliar tahun ini.

    Sementara itu, anggaran belanja modal Alphabet lebih tinggi dari perkiraan Wall Street, dan CFO Anat Ashkenazi memproyeksikan peningkatan substantial pada 2025.

    Apple Inc. juga berjanji berinvestasi dalam AI, memperkenalkan rangkaian layanan baru seperti Siri yang lebih cerdas, disebut Apple Intelligence. Namun, hasil keuangan Apple yang relatif lemah pada kuartal ini tidak terbantu oleh produk AI barunya yang sebagian besar belum dirilis.

    Hasil keuangan raksasa teknologi pekan ini beragam. Saham Amazon dan Alphabet, induk Google, melesat setelah mereka melampaui ekspektasi laba, terutama berkat pertumbuhan unit komputasi awan mereka. Namun, saham Meta dan Microsoft turun setelah rencana belanja Meta menimbulkan kekhawatiran, dan prospek pertumbuhan pendapatan cloud Microsoft mengecewakan.

    Saham Alphabet, Microsoft, dan Meta sedikit naik dalam perdagangan pra-pasar pada Jumat, sementara Amazon naik 6,7% sebelum bursa New York dibuka. Apple turun sekitar 1,1% di awal perdagangan.

    Bagi Microsoft, kinerja kuartalan yang lesu terjadi bukan karena pelanggan tidak tertarik membayar layanan cloud dan AI-nya, tetapi karena perusahaan tidak dapat membangun kapasitas dengan cepat.

    “Permintaan ini muncul dengan sangat cepat. Pusat data tidak dibangun dalam semalam,” kata CEO Microsoft Satya Nadella.

    Microsoft menghabiskan US$14,9 miliar pada kuartal ini, naik 50% dari tahun lalu — jumlah tertinggi yang pernah dihabiskan perusahaan untuk properti dan peralatan dalam satu tahun sebelum 2020. CFO Microsoft Amy Hood mengatakan kepada investor bahwa Microsoft akan berusaha mengatasi masalah pasokan pusat data dengan lebih seimbang.

    Analis secara umum optimistis bahwa masalah pasokan pusat data Microsoft pada akhirnya akan teratasi. Masalah ini akan ‘secara sederhana’ membatasi bisnis cloud Microsoft, tetapi investasi perusahaan, khususnya saham besar di OpenAI, sedang ‘menanam benih untuk kesuksesan jangka panjang,’ tulis analis JPMorgan dalam catatan setelah hasil perusahaan.

    Kekhawatiran Wall Street terhadap belanja yang berlebihan terhadap AI ini belum hilang. Pekan ini, Meta melaporkan kerugian operasional sebesar US$4,4 miliar untuk Reality Labs, divisinya yang membuat kacamata augmented reality dan gadget lain yang masih jauh dari kesuksesan komersial. Perusahaan juga menghabiskan banyak uang membuat model Llama yang ditujukan untuk bersaing dengan Google dan OpenAI.

    Dalam panggilan hasil Meta, Zuckerberg berargumen bahwa investasi AI ini meningkatkan bisnis utama perusahaan dalam penjualan iklan di Facebook dan Instagram.

    “Namun, investor akan tetap khawatir jika terjadi tanda-tanda kelemahan dalam bisnis iklan karena mereka terus menunggu pengembalian dari taruhan AI besar Meta,” kata Jasmine Enberg, Analis Utama di Emarketer.

    Meski begitu, saham Meta naik 60% tahun ini. Beberapa analis mengatakan pengeluaran besar Zuckerberg akan terbayar di masa mendatang. “Tentu saja, sejarah ada di pihaknya, dan sekarang para investor telah dilatih bahwa kesabaran di sini adalah suatu pilihan yang baik,” tulis MoffettNathanson dalam laporannya.

    DI DALAM NEGERI

    Kecerdasan buatan kini menjadi teknologi yang semakin menarik perhatian karena mampu mempercepat berbagai pekerjaan di banyak sektor. Penggunaan AI sendiri juga diprediksi semakin meluas, terlihat dari survei yang dilakukan PricewaterhouseCoopers (PwC) kepada 4.702 CEO Global termasuk Indonesia terungkap bahwa 50% CEO di berbagai perusahaan Indonesia akan terus meningkatkan penggunaan AI.

    Head of Product Marketing Pintu Iskandar Mohammad mengungkapkan teknologi AI saat ini sudah menjadi teman yang dapat mempercepat berbagai pekerjaan rutinitas teknis.

    “Tim marketing Pintu juga menggunakan AI sebagai penunjang produksi konten dan laporan. Kami juga melihat tools AI seperti ChatGPT misalnya, perkembangannya sangat bagus, mungkin dua tahun sebelumnya output informasi yang dihasilkan masih kurang tepat, namun sekarang semakin baik dan logical,” terangnya.

    Iskandar menambahkan perkembangan AI sendiri juga memengaruhi kemajuan aset kripto dan teknologi blockchain. Mengutip data dari Coinmarketcap, terdapat lebih dari 300 token yang masuk dalam kategori AI dengan kapitalisasi pasar mencapai US$34 miliar atau sekitar Rp527 triliun.

    Menurutnya, banyak infrastruktur AI yang digunakan industri kripto seperti, Web3, Chatbot, NFT generator, trading, hingga gaming. Meski begitu, masih terdapat tantangan yang dihadapi dalam pengembangan AI, kripto, dan blockchain.

    “Namun, Kami juga yakin, ke depan, Indonesia bisa menjadi pemain kunci dalam adopsi teknologi AI yang diharapkan dapat terus mendorong penetrasi aset kripto di Indonesia,” terangnya.

    Tantangan dan masa depan AI dalam kripto dan blockchain juga pernah diulas oleh Co-Founder Ethereum Vitalik Buterin lewat tulisannya berjudul “The promise and challenges of crypto + AI application” menyoroti semakin canggihnya teknologi blockchain dan AI dengan peningkatan jumlah use-cases (kegunaan).

    Namun, Vitalik juga menilai ada tantangan yang dihadapi antara AI dan kripto yakni penggunaan AI terdesentralisasi yang dapat diandalkan dengan menggunakan blockchain dan kriptografi. Namun, Vitalik optimistis bisa melihat lebih banyak use-cases AI yang konstruktif sehingga bisa digunakan dalam skala besar.

  • Tanggapan Bos Microsoft dan Penjelasan Teknis Soal Windows Sedunia Tumbang

    Tanggapan Bos Microsoft dan Penjelasan Teknis Soal Windows Sedunia Tumbang

    Jakarta

    Pada Jumat (19/7), para pengguna PC berbasis Windows di seluruh dunia mengeluhkan komputer mereka mengalami blue screen of death (BSOD) mendadak.

    Pengguna tersebut lokasinya tersebar luas, dari mulai India, Jepang, Kanada, sampai Australia. Sejumlah pengguna di Indonesia pun terkena dampaknya. ‘Bencana’ ini tercatat mempengaruhi setidaknya 8,5 juta perangkat Windows di seluruh dunia.

    Penyebab crash massal ini disebut berasal dari CrowdStrike, perusahaan penyedia solusi keamanan cyber. CEO CrowdStrike George Kurtz, mengungkapkan pihaknya terus bekerja mengatasi persoalan tersebut.

    “CrowdStrike secara aktif bekerja dengan pelanggan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows. Host Mac dan Linux tidak terpengaruh,” tulis George Kurtz, presiden dan CEO CrowdStrike.

    Menurutnya, kejadian ini bukan insiden keamanan atau serangan cyber. Masalah telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. “Tim kami dikerahkan sepenuhnya untuk memastikan keamanan dan stabilitas pelanggan CrowdStrike,” cetusnya.

    Dikutip dari pernyataan di blog resmi Microsoft, raksasa software tersebut menyebutkan jumlah perangkat yang terdampak, kurang dari 1% dari seluruh mesin atau perangkat berbasis Windows.

    “Walau pembaruan perangkat lunak terkadang menyebabkan gangguan, insiden signifikan seperti peristiwa CrowdStrike jarang terjadi,” klaim perusahaan yang dipimpin Satya Nadella itu.

    Namun demikian, 1% tersebut cukup untuk menimbulkan masalah bagi para retailer, bank, maskapai penerbangan, dan banyak industri lainnya, serta semua orang yang bergantung pada mesin berbasis Windows.

    Walau berangsur-angsur normal kembali, masih banyak perusahaan dan bisnis mengalami kendala BSOD di perangkat Windows mereka.

    Tanggapan Satya Nadella

    Selang satu hari setengah berlalu, CEO Microsoft Satya Nadella pun angkat bicara. Lewat akun X resminya, dia mengungkap saat ini Microsoft sedang bekerja sama dengan perusahaan dan layanan yang terkena dampak untuk memperbaikinya.

    “Kemarin, CrowdStrike merilis pembaruan yang berdampak pada sistem TI secara global. Kami menyadari masalah ini, dan bekerja sama dengan CrowdStrike dan seluruh industri untuk memberikan panduan teknis dan dukungan kepada pelanggan agar sistem mereka kembali online dengan aman,” kata Satya Nadella di X/Twitter.

    Penjelasan Teknis

    CrowdStrike juga merilis pernyataan yang menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang terjadi dan mengapa begitu banyak sistem terpengaruh sekaligus.

    “File konfigurasi yang disebutkan di atas disebut sebagai Channel File (File Saluran) dan merupakan bagian dari mekanisme perlindungan perilaku yang digunakan oleh sensor Falcon,” demikian pernyataan CrowdStrike, dikutip dari The Verge.

    “Pembaruan pada Channel File adalah bagian normal dari pengoperasian sensor dan terjadi beberapa kali sehari sebagai respons terhadap taktik, teknik, dan prosedur baru yang ditemukan oleh CrowdStrike. Ini bukanlah proses baru, arsitekturnya telah ada sejak awal lahirnya Falcon,” kata CrowdStrike.

    CrowdStrike menjelaskan file tersebut bukan driver kernel tetapi bertanggung jawab atas bagaimana Falcon mengevaluasi eksekusi bernama pipe1 pada sistem Windows.

    Peneliti keamanan dan pendiri Objective See Patrick Wardle mengatakan, penjelasan tersebut sejalan dengan analisisnya dan beberapa pihak lain tentang penyebab kerusakan, yakni karena file C-00000291- yang memicu kesalahan logika yang mengakibatkan kerusakan OS (lewat CSAgent.sys).

    “Pada 19 Juli 2024 pukul 04:09 UTC, sebagai bagian dari operasi yang sedang berlangsung, CrowdStrike merilis pembaruan konfigurasi sensor untuk sistem Windows,” blog CrowdStrike menjelaskan lebih lanjut.

    “Pembaruan konfigurasi sensor merupakan bagian berkelanjutan dari mekanisme perlindungan platform Falcon. Pembaruan konfigurasi ini memicu kesalahan logika yang mengakibatkan sistem crash dan blue screen (BSOD) pada sistem yang terkena dampak.”

    Sementara itu, sistem yang rentan terhadap kerusakan adalah sistem yang menjalankan sensor Falcon untuk Windows 7.11 dan yang lebih baru yang mengunduh konfigurasi yang diperbarui dari 04:09 UTC hingga 05:27 UTC.

    (rns/rns)

  • Bahlil Bongkar Investasi Starlink Cuma Rp 30 Miliar, Karyawan 3 Orang

    Bahlil Bongkar Investasi Starlink Cuma Rp 30 Miliar, Karyawan 3 Orang

    Jakarta

    Menteri Investasi Bahlil Lahadalia membongkar investasi Starlink di Indonesia. Layanan internet berbasis satelit itu baru saja diresmikan CEO SpaceX Elon Musk di Bali pada (19/5) dan menjadi polemik akhir-akhir ini.

    Hal itu ia ungkapkan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Gedung DPR Jakarta, Selasa (11/6/2024).

    “Soal Starlink Elon Musk, ya. Saya boleh jujur ya di ruangan ini, saya tidak meng-handle langsung ini Starlink. Saya tidak pernah, tim saya juga tidak pernah untuk melakukan pembahasan teknis terkait dengan Starlink,” ungkap Bahlil.

    Setelah itu ia pun mengungkapkan jumlah investasi Starlink yang selama ini tidak diketahui publik. Sebagai diketahui, Starlink memperluas cakupan bisnisnya dari melayani segmen korporasi menjadi ke ritel.

    “Starlink ini investasinya menurut data OSS (Online Single Submission), supaya tidak ada dusta di antara kita, Starlink itu investasinya Rp 30 miliar. Ini menurut data OSS, ya,” kata Bahlil.

    Jika dibandingkan dengan raksasa teknologi lainnya yang sudah mengumumkan investasi di Indonesia, dana yang dikucurkan Elon Musk kalah jauh dari Apple dan Microsoft.

    Sebagai informasi, CEO Apple Tim Cook datang ke Indonesia pada Rabu (17/4) dan mengucurkan investasi total Rp 1,6 triliun untuk pengembangan Apple Developer Academy di Indonesia.

    Sedangkan, CEO Microsoft Satya Nadella saat menyambangi Indonesia pada Selasa (30/4) mengumumkan investasi sebesar USD 1,7 miliar atau setara Rp 27,6 triliun.

    Kemudian, Bahlil juga mengungkapkan jumlah tenaga kerja Starlink hanya bisa dihitung jari. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebelumnya mengatakan perusahaan Elon Musk itu telah membentuk badan usaha dengan nama PT Starlink Services Indonesia.

    “Tenaga kerjanya tiga orang yang terdaftar. Selain dari data yang kami punya, saya tidak bisa memberikan penjelasan karena saya takut memberikan penjelasan yang pada akhirnya melahirkan multi interpretasi,” kata Bahlil.

    Kendati begitu, lanjut Bahlil, mengingat itu nilai investasi yang merupakan tanggung jawab Kementerian Investasi, ia pun memberikan penjelasan kepada Komisi VI DPR RI.

    “Prinsipnya adalah selama tidak menyalahi aturan dan itu dibuka sesuai dengan aturan, maka kami akan melakukan proses. Tapi, kalau ditanya kenapa dan bagaimana, itu posisi kami kalau jujur kami tidak pernah membahas hal ini secara teknis. Jadi, kami tidak tahu, kami tidak terlibat,” pungkasnya.

    (agt/fay)