Tag: Satya Nadella

  • Bos Facebook & Bos Google Siapkan ‘Amunisi’ Buat Hadapi DeepSeek

    Bos Facebook & Bos Google Siapkan ‘Amunisi’ Buat Hadapi DeepSeek

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa hari setelah perusahaan asal China, DeepSeek, mengumumkan terobosan dalam teknologi komputasi AI murah yang mengejutkan industri teknologi di Amerika Serikat, CEO Microsoft dan Meta memberikan tanggapan. Mereka menekankan pentingnya investasi besar-besaran untuk tetap bersaing di bidang ini.

    Melansir Business Standard, DeepSeek mengklaim model AI mereka mampu menyaingi, bahkan melampaui, teknologi dari Barat dengan biaya jauh lebih rendah. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan dominasi Amerika di bidang AI. Meski begitu, para eksekutif AS percaya bahwa membangun jaringan komputer besar adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang.

    “Investasi besar dalam belanja modal dan infrastruktur akan menjadi keunggulan strategis dalam jangka panjang,” ujar CEO Meta, Mark Zuckerberg dalam panggilan pasca-laporan keuangan, dikutip dari Business Standard, Minggu (2/2/2025).

    Sementara itu, CEO Microsoft, Satya Nadella juga menegaskan bahwa pengeluaran besar diperlukan untuk mengatasi keterbatasan kapasitas yang menghambat pemanfaatan AI secara maksimal.

    “Seiring AI menjadi lebih efisien dan mudah diakses, permintaan akan meningkat secara signifikan,” jelasnya kepada para analis.

    Microsoft telah mengalokasikan dana sebesar US$ 80 miliar untuk pengembangan AI di tahun fiskal ini, sementara Meta berkomitmen menghabiskan hingga US$ 65 miliar. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan sekitar US$6 juta yang dikatakan DeepSeek telah mereka keluarkan untuk mengembangkan model AI mereka.

    Namun, para eksekutif dan analis Wall Street menyebut angka dari DeepSeek kemungkinan hanya mencakup biaya daya komputasi, bukan keseluruhan biaya pengembangan.

    Meski begitu, sebagian investor mulai merasa frustasi dengan besarnya pengeluaran tanpa hasil yang signifikan. Saham Microsoft, yang dikenal sebagai pemimpin dalam perlombaan AI berkat kemitraannya dengan OpenAI, turun 5% setelah perusahaan mengumumkan pertumbuhan bisnis cloud Azure mereka tidak sesuai dengan perkiraan.

    “Kami ingin melihat peta jalan yang jelas tentang bagaimana semua modal yang diinvestasikan ini akan menghasilkan keuntungan,” kata Brian Mulberry, manajer portofolio di Zacks Investment Management yang memiliki saham di Microsoft.

    Sementara itu, Meta memberikan sinyal campuran terkait hasil investasi mereka di AI. Meskipun mencatat kinerja kuat di kuartal keempat, perkiraan penjualan untuk periode berikutnya tampak kurang menggembirakan.

    “Dengan pengeluaran sebesar ini, mereka perlu mulai menunjukkan peningkatan pendapatan. Minggu ini menjadi pengingat bagi AS bahwa untuk AI, belanja modal sangat besar, tetapi pemanfaatannya masih kurang,” ujar Daniel Newman, analis dari Futurum Group.

    Namun, ada indikasi para eksekutif mulai mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. CFO Microsoft, Amy Hood menyatakan belanja modal perusahaan pada kuartal ini dan berikutnya akan tetap di sekitar US$22,6 miliar, angka yang sama dengan kuartal sebelumnya.

    “Pada tahun fiskal 2026, kami akan terus berinvestasi seiring dengan adanya sinyal permintaan yang kuat. Namun, tingkat pertumbuhan investasi akan lebih rendah dibandingkan tahun fiskal 2025 yang berakhir pada bulan Juni,” tutupnya.

    (haa/haa)

  • China Menang Telak, Amerika Makin Banyak Hambur Uang

    China Menang Telak, Amerika Makin Banyak Hambur Uang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Layanan kecerdasan buatan (AI) DeepSeek menghebohkan industri teknologi global karena dikembangkan dengan biaya murah. Klaim itu mengguncang pasar teknologi AS dan merontokkan harta 500 orang terkaya di dunia. Aplikasi DeepSeek juga langsung menempati urutan pertama paling banyak di-download di toko aplikasi.

    Namun, hal ini sepertinya tak membuat Silicon Valley kapok menggelontorkan biaya mahal untuk pengembangan AI. Microsoft dan Meta kompak mengatakan pihaknya masih akan mengeluarkan biaya besar untuk membangun jaringan komputer berskala besar untuk AI.

    “Berinvestasi dalam jumlah besar untuk infrastruktur akan menjadi strategi menguntungkan di masa depan,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg dalam laporan kinerja di depan investor, dikutip dari Reuters, Jumat (31/1/2025).

    Hal serupa diungkap CEO Microsoft Satya Nadella. Ia mengatakan pengeluaran dalam jumlah besar akan mempermudah peningkatan kapasitas pengembangan AI di masa depan.

    “Saat AI jadi lebih efisien dan aksesnya meluas, kita akan melihat lebih banyak permintaan,” kata dia dalam panggilan dengan analis.

    Microsoft telah menyiapkan US$80 miliar untuk pengembangan AI pada tahun fiskal ini, sementara Meta berkomitmen menggelontorkan US$65 miliar.

    Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang klaim US$6 juta yang dihabiskan DeepSeek untuk model AI teranyarnya R1. Perlu dicatat, analis Wall Street mengatakan pengeluaran minim itu hanya untuk daya komputasi, bukan ongkos pengembangan secara keseluruhan.

    Kendati begitu, tetap saja investor mempertanyakan apakah pengeluaran besar-besaran yang dilakukan raksasa teknologi AS akan efektif di masa depan dan menghasilkan profit setimpal.

    Saham Microsoft anjlok 6% pada perdagangan Kamis (30/1) waktu setempat. Saham Meta naik 4% karena laporan kinerja yang moncer di Q4-2024.

    (fab/fab)

  • DeepSeek Dicurigai Curi Data OpenAI, Malah Dipuji Bos Microsoft

    DeepSeek Dicurigai Curi Data OpenAI, Malah Dipuji Bos Microsoft

    Jakarta

    Microsoft jadi salah satu perusahaan teknologi Barat yang terusik kehadiran DeepSeek. Namun CEO Microsoft Satya Nadella justru memuji kompetitor asal China tersebut.

    DeepSeek, perusahaan AI asal China, membuat industri teknologi Amerika Serikat geger setelah merilis model AI open-source bernama R1 yang diklaim bisa mengalahkan performa model AI serupa buatan Barat namun dengan biaya yang lebih terjangkau.

    “DeepSeek memiliki beberapa inovasi nyata,” kata Nadella dalam panggilan dengan investor setelah Microsoft merilis laporan keuangan terbarunya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/1/2025).

    “Tentu saja sekarang semuanya menjadi komoditas dan akan digunakan secara luas,” sambungnya.

    Kemampuan DeepSeek menciptakan model AI yang jauh lebih efisien membuat investor bertanya-tanya apakah Microsoft harus menghabiskan miliaran dolar untuk membangun infrastruktur AI. Sepak terjang DeepSeek sempat membuat saham Nvidia dan perusahaan teknologi AS lainnya anjlok hingga dua digit.

    Nadella mengatakan Microsoft sudah menggunakan perangkat lunaknya untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik dan hemat biaya di setiap model AI dan hardware AI generasi baru.

    “Kami sendiri telah melihat peningkatan efisiensi yang signifikan dalam pelatihan dan inferensi selama bertahun-tahun,” ujar Nadella.

    Meski begitu, Microsoft tetap berencana menggelontorkan USD 80 miliar untuk membangun pusat data pada tahun fiskal ini guna memenuhi permintaan konsumen untuk produk AI-nya.

    Pujian ini dilontarkan Nadella tidak lama setelah Microsoft dan OpenAI membuka investigasi untuk menyelidiki apakah kelompok yang terkait dengan DeepSeek mencuri data dari OpenAI untuk melatih model AI milik DeepSeek.

    OpenAI mengaku memiliki bukti bahwa DeepSeek melakukan ‘distilasi’, sebuah teknik yang umum digunakan oleh developer untuk melatih AI menggunakan data dari model AI yang lebih besar. Menggunakan metode distilasi untuk melatih model AI kompetitor melanggar syarat dan ketentuan layanan OpenAI.

    Tapi investigasi itu tidak menghentikan Microsoft untuk menawarkan model DeepSeek kepada konsumennya. Microsoft menambahkan model DeepSeek R1 ke Azure AI Foundry, repositori yang berisi lebih dari 1.800 model yang dapat dipakai perusahaan untuk merancang dan mengelola program AI.

    (vmp/vmp)

  • Sstt.. Trump Bocorkan Raksasa AS Ini Bakal Akuisisi TikTok

    Sstt.. Trump Bocorkan Raksasa AS Ini Bakal Akuisisi TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan raksasa teknologi Microsoft membuka pembicaraan untuk mengakuisisi TikTok, pada Senin kemarin (27/1/2025). Ini menambah jajaran peminat pembeli layanan video hosting berdurasi pendek asal China ini.

    Trump mengatakan bahwa ia ingin melihat perang penawaran yang terjadi atas TikTok. Meski Microsoft belum mau berkomentar seperti yang diminta Reuters, maupun TikTok dan ByteDance perusahaan teknologi China yang perusahaan induk TikTok, karena di luar jam kerja reguler.

    TikTok, yang memiliki sekitar 170 juta pengguna di Amerika Serikat, sempat dimatikan sesaat sebelum undang-undang mengharuskan pemiliknya di China, yakni ByteDance untuk menjualnya kepada AS demi alasan keamanan nasional atau menghadapi larangan mulai 19 Januari lalu.

    Diketahui, Trump setelah menjabat pada 20 Januari 2025, telah menandatangani perintah eksekutif yang berupaya menunda penegakan hukum selama 75 hari.

    Trump mengatakan, ia sedang melakukan pembicaraan dengan banyak orang mengenai pembelian TikTok dan mengambil keputusan masa depan aplikasi itu dalam 30 hari.

    Presiden AS sebelumnya mengatakan bahwa dia terbuka bagi miliarder Elon Musk untuk membeli aplikasi media sosial. Namun Musk belum mengomentari tawaran Trump secara terbuka.

    Microsoft juga pernah menawar Tiktok pada tahun 2020 lalu, namun gagal setelah Trump meninggalkan jabatannya sebagai Presiden.

    CEO Microsoft Satya Nadella menyebut kesepakatan itu sebagai “hal teraneh yang pernah saya kerjakan.” Pemerintah AS memiliki “seperangkat persyaratan tertentu dan kemudian persyaratan tersebut hilang begitu saja,” katanya pada tahun 2021.

    Berikut deretan pihak yang sudah menyatakan minat membeli TikTok :

    1. Jimmy Donaldson atau MrBeast

    Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Jimmy Donaldson, yang dikenal sebagai MrBeast. Dalam sebuah unggahan TikTok, Donaldson menyampaikan kegembiraannya atas kemungkinan menjadi pemilik TikTok.

    “Saya mungkin akan menjadi CEO baru kalian! Saya sangat gembira!” kata Donaldson dari jet pribadinya, dikutip dari BBC, Selasa (28/1/2025).

    Ia bahkan menjanjikan hadiah sebesar US$10.000 atau setara Rp162 juta (asumsi kurs Rp16.217/US$) kepada lima pengikut barunya secara acak. Unggahan tersebut langsung viral, ditonton lebih dari 73 juta kali dalam waktu singkat.

    2. Elon Musk

    Orang terkaya di dunia ini dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk membeli TikTok. Bloomberg melaporkan bahwa China bahkan mungkin mendukung langkah ini. Dalam sebuah unggahan di platform X, Musk menyebut situasi saat ini, di mana TikTok diizinkan beroperasi di AS sementara X tidak diizinkan di China, sebagai sesuatu yang “tidak seimbang.” Ia juga menyatakan bahwa perubahan perlu dilakukan.

    Pada konferensi pers hari Selasa, Trump ditanya oleh seorang reporter apakah dia terbuka jika Musk membeli platform tersebut. “Ya, saya akan membelinya jika dia mau,” jawab Presiden Trump.

    3. Larry Ellison

    Kendati demikian, Trump juga ternyata membuka peluang bagi Larry Ellison. Pendiri dan ketua Oracle ini juga menjadi salah satu kandidat pembeli. Oracle telah lama bekerja sama dengan TikTok sebagai penyedia server utama yang mengelola banyak pusat data aplikasi tersebut. Sebagai pendukung lama Trump, Ellison dianggap sebagai kandidat yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan restu politik.

    “Saya ingin Larry membelinya juga,” imbuh Trump.

    4. Frank McCourt

    Investor miliarder ini menawarkan visi yang berbeda untuk TikTok. Melalui Project Liberty Institute yang ia dirikan, McCourt ingin TikTok beroperasi tanpa algoritma bawaan ByteDance. Ia berpendapat bahwa algoritma TikTok terlalu fokus pada pengumpulan data pengguna, sesuatu yang ia kritik tajam.

    McCourt mengatakan kepada CNBC minggu ini bahwa Project Liberty “tidak tertarik pada algoritma atau teknologi China” meskipun ia mengakui platform tersebut “kurang bernilai” tanpanya. Meskipun ada banyak calon pembeli, pada akhirnya, Presiden Trump lah yang tetap memiliki peran utama dalam memilih pembeli TikTok di AS.

    “Pemenangnya akan orang yang kemungkinan besar bersimpati secara politik kepada Presiden Donald Trump,” kata Anupam Chander, seorang profesor hukum di Universitas Georgetown.

    Prof Chander mengatakan, model kepemilikan bersama 50-50 tidak sesuai dengan persyaratan undang-undang, yang mungkin mendorong Trump untuk menekan Kongres agar merevisi undang-undang tersebut.

    Untuk saat ini, masa depan platform tersebut masih belum jelas. Profesor Chander mengatakan pemerintahan Biden melakukan “kesalahan yang tidak dipaksakan” dengan membiarkan undang-undang tersebut memberikan presiden kendali yang sangat besar atas siapa yang memiliki TikTok.

    “Itu adalah ide yang buruk untuk menempatkan masa depan platform informasi besar-besaran ke dalam pusaran politik ini,” kata Prof Chander.

    (wia)

  • Microsoft Jadi Salah Satu Perusahaan yang Tertarik Akuisisi TikTok di AS

    Microsoft Jadi Salah Satu Perusahaan yang Tertarik Akuisisi TikTok di AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan, Microsoft termasuk di antara perusahaan AS yang berminat akuisisi TikTok. Langkah ini diharapkan dapat membantu aplikasi tersebut menghindari potensi larangan yang diperkirakan berlaku pada April mendatang.

    Melansir AP, Selasa (28/1/2025), Trump juga menyebut bahwa beberapa perusahaan lain menunjukkan minat yang sama, meskipun ia tidak membeberkan daftar pihak-pihak tersebut.

    “Saya suka persaingan dalam penawaran karena itu menghasilkan kesepakatan terbaik,” ucapnya.

    Hingga saat ini, pihak Microsoft dan TikTok belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait hal ini.

    Salah satu kebijakan awal pada masa jabatannya, Trump sempat memperpanjang batas waktu TikTok untuk menemukan pemilik baru dari 19 Januari 2024 menjadi 4 April 2024, memberikan tambahan waktu selama 75 hari.

    Trump juga mengungkap keinginan agar pembeli utama memberikan 50% saham perusahaan kepada AS. Namun, perincian terkait skema ini belum sepenuhnya jelas, termasuk apakah pengendalian aplikasi akan diserahkan kepada pemerintah atau entitas lain di AS.

    Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, startup AI Perplexity AI, telah mengajukan proposal kepada ByteDance, induk TikTok yang berbasis di Tiongkok.

    Proposal tersebut memungkinkan pemerintah AS memiliki hingga 50% kepemilikan pada entitas baru hasil gabungan bisnis TikTok di AS dengan Perplexity AI.

    Beberapa tokoh lain, seperti miliarder Frank McCourt dan mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, juga secara terbuka menunjukkan minat untuk mengakuisisi TikTok di AS. Trump mengaku telah berbicara secara pribadi dengan banyak pihak mengenai kemungkinan akuisisi tersebut.

    Meskipun undang-undang bipartisan terkait TikTok telah disahkan pada April oleh mantan Presiden Joe Biden, ByteDance sebelumnya menyatakan tidak berencana menjual platform tersebut.

    Mereka bahkan berupaya melawan aturan tersebut di pengadilan selama beberapa bulan. Sementara itu, meski pada awalnya menentang, pemerintah Tiongkok belakangan terlihat melunak dalam sikapnya terkait potensi divestasi TikTok.

    Ketua General Atlantic Bill Ford sekaligus anggota dewan ByteDance menyatakan, perusahaan tersebut terbuka untuk bekerja sama dengan pemerintah AS dan Tiongkok guna menemukan solusi yang memungkinkan TikTok tetap beroperasi. Ia juga mengusulkan opsi alternatif selain divestasi penuh oleh ByteDance.

    Masalah keamanan nasional terus menjadi perhatian utama para pembuat kebijakan di AS. Kepemilikan TikTok oleh perusahaan Tiongkok dianggap berpotensi menimbulkan manipulasi terhadap lebih dari 170 juta penggunanya di AS.

    Trump sempat mendukung pelarangan TikTok sebelum akhirnya mengubah pandangannya. Ia menilai platform tersebut mampu membantunya menarik perhatian pemilih muda dalam pemilu presiden terakhir.

    Microsoft pernah bermitra dengan Walmart untuk mengajukan tawaran akuisisi TikTok pada periode pertama pemerintahan Trump, meskipun upaya tersebut tidak berhasil. CEO Microsoft Satya Nadella kemudian menyebut pengalaman tersebut sebagai salah satu hal paling aneh yang pernah ia alami dalam kariernya.

  • Kecanggihan Teknologi AI China Bikin Amerika Kaget

    Kecanggihan Teknologi AI China Bikin Amerika Kaget

    Jakarta

    Sebuah laboratorium kecerdasan buatan atau AI yang kurang dikenal di China, memicu kepanikan di Silicon Valley. Sebab, mereka merilis model AI yang dinilai dapat mengungguli yang terbaik di Amerika meskipun dibuat dengan biaya yang lebih murah dan dengan chip kurang bertenaga.

    DeepSeek, demikian nama lab tersebut, meluncurkan model bahasa besar atau large language model sumber terbuka gratis pada akhir Desember. Kabarnya, hanya butuh waktu dua bulan dan kurang dari USD 6 juta untuk membangunnya, menggunakan chip kemampuan rendah dari Nvidia yang disebut H800.

    Perkembangan baru ini menimbulkan kekhawatiran tentang apakah keunggulan global Amerika dalam kecerdasan buatan menyusut. Selain itu, juga timbul pertanyaan tentang pengeluaran besar-besaran perusahaan teknologi besar untuk membangun model AI dan pusat data.

    Dalam serangkaian uji dari pihak ketiga, DeepSeek mengungguli Llama 3.1 milik Meta, GPT-4o milik OpenAI, dan Claude Sonnet 3.5 milik Anthropic dalam hal akurasi, mulai dari pemecahan masalah yang rumit hingga matematika dan pengodean. DeepSeek juga merilis r1, model penalaran yang juga mengungguli o1 terbaru OpenAI dalam banyak pengujian pihak ketiga.

    “Melihat model baru DeepSeek, sangat mengesankan dalam hal bagaimana mereka benar-benar efektif membuat model sumber terbuka dan sangat efisien dalam komputasi,” kata CEO Microsoft Satya Nadella di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada hari Rabu.

    “Kita harus menanggapi perkembangan dari China ini dengan sangat, sangat serius,” tambahnya yang dikutip detikINET dari CNBC.

    DeepSeek harus mengatasi pembatasan semikonduktor ketat yang diberlakukan pemerintah AS terhadap China, yang memutus akses negara tersebut ke chip paling canggih, seperti H100 milik Nvidia. Kemajuan terbaru menunjukkan bahwa DeepSeek menemukan cara untuk mengakali aturan tersebut.

    Sedikit yang diketahui tentang lab itu dan pendirinya, Liang WenFeng. Namun, DeepSeek bukan satu-satunya perusahaan China yang membuat terobosan.

    Peneliti AI terkemuka Kai-Fu Lee mengatakan bahwa perusahaan rintisannya 01.ai dilatih hanya dengan menggunakan dana USD 3 juta. Perusahaan induk TikTok, ByteDance, juga merilis pembaruan untuk modelnya yang mengklaim mengungguli OpenAI dalam pengujian.

    “Kebutuhan adalah ibu dari penemuan. Karena mereka harus mencari solusi, mereka akhirnya membangun sesuatu yang jauh lebih efisien,” kata CEO Perplexity Aravind Srinivas.

    (fyk/fyk)

  • Donald Trump Ketipu Pengusaha Kere Ngaku Punya Uang, Kata Elon Musk

    Donald Trump Ketipu Pengusaha Kere Ngaku Punya Uang, Kata Elon Musk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk menilai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tertipu janji beberapa raksasa teknologi untuk berinvestasi dalam infrastruktur AI. Menurut bos SpaceX itu, perusahaan-perusahaan yang mengaku mau investasi sebenarnya tidak punya uang.

    Sebelumnya, Trump mengumumkan proyek bernama Stargate, yang menurutnya akan menciptakan lebih dari 100.000 lapangan pekerjaan baru.

    Perusahaan teknologi yang ikut dalam proyek itu adalah OpenAI, Oracle, dan Softbank. Mereka menjanjikan investasi total senilai US$500 miliar atau Rp8.137 triliun. Musk mengklaim mereka tidak memiliki uang, bahkan menyebut Softbank cuma punya kurang dari US$10 miliar atau Rp160 triliun.

    “Mereka tidak punya uang,” kata Musk menanggapi unggahan soal proyek Stargate.

    CEO Microsoft Satya Nadella ikut berkomentar soal investasi itu. Dia menjanjikan akan menggelontorkan US$80 miliar atau Rp1.301 triliun.

    “Saya tidak terlalu tahu detil soal apa yang mereka investasikan. Yang saya tahu, saya setuju dengan US$80 miliar,” ujarnya ditanya tentang pendanaan Stargate, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (23/1/2025).

    CEO OpenAI, Sam Altman juga ikut berkomentar soal klaim Musk. Dia membalas langsung unggahan Musk dan mengatakan pernyataan orang terkaya dunia tersebut terkait Softbank salah.

    “Saya menyadari yang baik bagi negara tidak selalu optimal untuk perusahaan Anda, namun untuk peran baru Anda, saya harapkan lebih mengutamakan (emoji bendera Amerika),” tulisnya.

    CNBC Internasional mengutip pernyataan seseorang sumber yang mengetahui proyek AI itu, menyebutkan pernyataan Musk soal Softbank tidak tepat. Menurutnya, pernyataan Musk itu spesifik dilontarkan untuk menyerang Altman. Sebab, kedua sosok itu memang memiliki hubungan kurang baik. 

    Keduanya pernah sangat akrab saat membangun OpenAI. Musk diketahui ikut mendirikan perusahaan pembuat ChatGPT itu.

    Kemudian Musk keluar dari OpenAI, alasannya karena tidak satu suara dengan visi perusahaan. Kemudian keduanya kerap melontarkan sindiran satu sama lain.

    (fab/fab)

  • Microsoft Siapkan Rp1.296 Triliun Perkuat Data Center AI pada 2025

    Microsoft Siapkan Rp1.296 Triliun Perkuat Data Center AI pada 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa teknologi asal Amerika Serikat, Microsoft, menyiapkan anggaran jumbo sebesar US$80 miliar atau Rp1.296 triliun (kurs: Rp16.202) untuk mengembangkan dan memperkuat kapabilitas pusat data (data center) kecerdasan buatan (AI) pada 2025.  

    Microsoft akan fokus melatih model AI dan menerapkan aplikasi berbasis AI serta cloud di seluruh dunia pada tahun ini. 

    Wakil Ketua dan Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan dari alokasi US$80 miliar tersebut, lebih dari setengahnya akan dibelanjakan di Amerika Serikat. 

    “Saat kita melihat ke masa depan, jelas bahwa kecerdasan buatan siap menjadi GPT yang mengubah dunia. AI menjanjikan untuk mendorong inovasi dan meningkatkan produktivitas di setiap sektor ekonomi,” tulis Smith dalam blog Microsoft dikutip Minggu (5/1/2025).  

    Dia mengatakan Amerika Serikat akanberdiri di garis depan gelombang teknologi baru ini, terutama jika negara itu menggandakan kekuatannya dan secara efektif bermitra secara internasional.

    Microsoft dan OpenAI juga dilaporkan tengah berunding pada bulan April mengenai pembangunan fasilitas pusat data yang akan berisi superkomputer AI yang dijuluki Stargate. Fasilitas tersebut diperkirakan menelan biaya lebih dari US$100 miliar untuk pembangunannya. 

    Komitmen Microsoft di Indonesia

    Di Indonesia, Microsoft dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) meluncurkan program EleveAIte Indonesia untuk membekali generasi muda Indonesia dengan keterampilan kecerdasan buatan (AI) yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

    Melalui program ini, Microsoft dan Komdigi berharap dapat memberikan pelatihan dan pendidikan AI yang inklusif, mempersiapkan seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda, dengan keterampilan yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor.

    Logo Microsoft di salah satu kantor Perbesar

    Menkomdigi Meutya Hafid menyatakan kerja sama ini menghasilkan komitmen investasi Microsoft sebesar Rp27,6 triliun.

    “Kami mengucapkan terima kasih ada komitmen investasi sebesar USD1,7 milyar atau sekitar Rp27,6 triliun, angka yang merupakan investasi terbesar dalam sejarah 29 tahun Microsoft hadir di Indonesia,” tutur Meutya. 

    Meutya Hafid menyatakan komitmen investasi oleh Microsoft telah disampaikan dalam pertemuan sebelumnya. Oleh karena itu, Menteri Meutya bersama Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria dan Angga Raka Prabowo akan mengawal kerja sama tersebut terlaksana dengan baik di Indonesia.

    Melalui kerja sama bidang AI, Meutya Hafid berharap dapat meningkatkan efisiensi layanan publik dan membantu mengawasi ruang digital. 

    Menurutnya, Kementerian Komdigi banyak menerima pesan dari masyarakat agar menjaga ruang digital yang sehat dan produktif.

    “Kami meminta agar Microsoft bisa berfokus pada pendidikan AI yang inklusif. Pelatihan ini harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan meskipun kita akan memberikan perhatian lebih pada perempuan, program ini terbuka untuk siapa saja,” ujarnya.

    Sebelumnya, CEO Microsoft Satya Nadella berjanji akan membawa infrastruktur AI terbaru ke Indonesia dengan menggelontorkan US$1,7 miliar atau Rp27,65 triliun (kurs Rp16.267).

    “Kami mengumumkan bahwa pusat data kami akan segera hadir di Indonesia. Itu sangat menggembirakan. Bahkan, hal yang benar-benar membuat saya bersemangat untuk diumumkan hari ini adalah perluasan investasi pusat data. Jadi US$1,7 miliar untuk membawa infrastruktur AI terbaru dan terhebat ke Indonesia,” ungkap Nadella.

  • Gerhana Matahari Total, Bos Apple dan Microsoft ke Indonesia

    Gerhana Matahari Total, Bos Apple dan Microsoft ke Indonesia

    Jakarta
    April 2024, di dunia sains ada fenomena gerhana Matahari total yang berbarengan dengan melintasnya ‘komet setan’. Sementara itu, industri teknologi Indonesia diramaikan dengan kunjungan CEO Apple dan Microsoft.

    CEO Apple Tim Cook menjadi perbincangan karena dalam kunjungannya sempat mencicipi sate dan nonton wayang. Sedangkan CEO Microsoft Satya Nadella berjumpa dengan para developer Tabah Air.

    Di bulan ini juga menandai makin maraknya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang diramaikan dengan berbagai produk smartphone sampai laptop. Berikut adalah rangkumannya.

    8 April 2024: Fenomena Gerhana Matahari Total dan Komet Setan

    Pada 8 April 2024, terjadi fenomena gerhana Matahari total. Peristiwa ini memang tidak dapat disaksikan dari Indonesia, namun tetap menarik perhatian. Foto: Getty Images/Hector Vivas

    Pada 8 April 2024, terjadi fenomena gerhana Matahari total. Peristiwa ini memang tidak dapat disaksikan dari Indonesia, namun tetap menarik perhatian.

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan Gerhana Matahari Total 8 April hanya tersedia di wilayah Amerika Utara, yakni meliputi Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko.

    Menariknya lagi, fenomena Gerhana Matahari Total 8 April berbarengan dengan kemunculan komet setan yang melintas. BRIN mengungkapkan bahwa komet setan memiliki nama asli 12P/Pons-Broks. Benda antariksa ini sudah dikenal sejak 1812 dan diketahui memiliki periode orbit selama 71 tahun.

    “Disebut komet setan (devil) karena pada Juli 2023 terjadi semburan di kepala komet yang menyebabkannya tampak seperti bertanduk,” kata Ahli Astronomi dan Astrofisikan dari Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaludin, dikutip dari laman blog pribadinya.

    16 April 2024: Bos Apple ke Indonesia, Makan Sate hingga Nonton Wayang

    April 2024, CEO Apple Tim Cook datang ke Indonesia. Banyak kegiatan menarik yang ia lakukan. Ia juga bertemu dengan sejumlah pejabat dalam negeri. Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden

    April 2024, CEO Apple Tim Cook datang ke Indonesia. Banyak kegiatan menarik yang ia lakukan. Ia juga bertemu dengan sejumlah pejabat dalam negeri.

    Tiba di Indonesia pada 16 April 2024, Cook mengawali kegiatan dengan kulineran sate ayam. Esoknya, Rabu (17/4), dia bertemu Presiden RI ke-7 Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta.

    Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan maksud kedatangannya, yang salah satu tujuannya adalah membahas peluang investasi Apple di Indonesia.

    Usai bertemu Jokowi, Cook menyambangi Museum Wayang di kawasan Kota Tua Jakarta. Orang nomor satu di Apple itu tampak terpukau dengan kesenian wayang kulit.

    Di hari yang sama, Cook juga bertamu ke kantor Prabowo Subianto yang saat itu masih menjadi Menteri Pertahanan. Dalam pertemuan itu, Prabowo menyampaikan rasa hormat atas kunjungan itu. Ia juga sempat bertanya apakah Cook seorang vegetarian atau vegan, karena berniat mengajak makan malam bersama.

    Sore harinya, ia berkunjung ke Apple Developer Academy di BSD Tangerang dan mengumumkan rencana membuka Apple Developer Academy di Bali.

    25 April: Artificial Intelligence Makin Populer di Indonesia

    Tahun 2024 menjadi momen naik daunny AI di Indonesia. Berbagai produk smartphone sampai laptop makin marak bermunculan dilengkapi dengan AI. Foto: Shutterstock

    Tahun 2024 menjadi momen naik daunnya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Indonesia. Berbagai produk smartphone sampai laptop makin marak bermunculan dilengkapi dengan AI.

    Samsung mengembangkan Galaxy AI berbahasa Indonesia dimulai dari Galaxy S24 Series. Inovasi ini dikembangkan para anak muda Indonesia di Samsung R&D Institute Indonesia (SRIN).

    Lalu ada Vivo yang menyematkan AI pada X Fold3 Pro dan Vivo V40 Lite. Xiaomi juga memakai advanced AI co-developed with Google untuk Xiaomi 14T Series.

    Tak ketinggalan, Oppo memberikan fitur AI di Reno 12 Series, menyusul Realme 13 Pro Series juga dilengkapi AI. Sementara itu, Apple mengembangkan Apple Intelligence lewat pembaruan iOS 18.1 yang bisa dipakai untuk iPhone 15 Pro dan iPhone 15 Pro Max, serta seluruh seri iPhone 16 yang belum masuk Indonesia.

    AI yang dikembangkan Microsoft, yaitu Copilot+ secara bertahap tersedia untuk laptop yang rilis di Indonesia. Lalu pada Juli, Lenovo Yoga Slim 7x meluncur sebagai laptop Copilot+ PC.

    Selain itu ada yang Asus merilis Vivobook S 15 OLED, ROG Zephyrus G16 dan TUF Gaming A14 dengan Copilot+ PC. Lalu di September, ada Acer yang merilis Swift 14 AI, Swift 16 AI dan Swift Go 14 AI.

    30 April: Bos Microsoft Satya Nadella ke Indonesia

    CEO Microsoft Satya Nadella datang ke Indonesia pada 30 April 2024. Foto: Grandyos Zafna

    CEO Microsoft Satya Nadella datang ke Indonesia pada 30 April 2024. Kedatangannya dalam acara Microsoft Build: AI Day. Di sana, Nadella berjumpa dengan ribuan developer Tanah Air.

    Dalam kesempatan tersebut, Nadella sempat memuji pencapaian developer Indonesia. Ia mengatakan, Microsoft melihat pertumbuhan komunitas developer yang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

    “Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, kami melihat dua kali lipat pertumbuhan software developer di Indonesia,” kata Nadella saat membuka Microsoft Build: AI Day di Jakarta Convention Center, Selasa (30/4).

    Orang nomor satu di Microsoft ini juga bertemu Presiden RI ke-7 Joko Widodo untuk membahas perkembangan AI di Indonesia. Dalam kunjungan ini, Microsoft mengumumkan investasi Rp 27,6 triliun untuk pembangunan infrastruktur digital dan pelatihan AI.

    Halaman 2 dari 5

    Simak Video “Video: Microsoft-Komdigi Targetkan Setahun Ciptakan Sejuta Master AI Indonesia”
    [Gambas:Video 20detik]
    (rns/rns)

  • Elon Musk Dkk Minggir Dulu, Ini Bos Raksasa Tech Baru Asal Malaysia

    Elon Musk Dkk Minggir Dulu, Ini Bos Raksasa Tech Baru Asal Malaysia

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Broadcom yakni Hock Tan memiliki gaya kepemimpinan yang cukup unik di dalam dunia teknologi yang berbeda dengan bos teknologi lain seperti Jensen Huang dari Nvidia atau Tim Cook dari Apple.

    Sebagai seseorang yang baru saja masuk ke dalam klub super eksklusif, CEO perusahaan dengan kapitalisasi US$ 1 triliun (Rp 16.000 triliun) atau lebih, Hock Tan memiliki karakteristik yang berbeda dari CEO teknologi lainnya.

    Para bos perusahaan teknologi besar Amerika biasanya dapat dikategorikan ke dalam dua tipe. Pertama, pendiri visioner eksentrik seperti Mark Zuckerberg dari Meta, Elon Musk dari Tesla, dan Jensen Huang dari Nvidia, yang dikenal dengan obsesi mereka terhadap produk dan kekuasaan tak terbatas.

    Kedua, tipe manajer yang meneruskan kesuksesan seperti Tim Cook dari Apple, Satya Nadella dari Microsoft, dan Sundar Pichai dari Alphabet, yang fokus pada optimalisasi bisnis. Namun demikian, Hock Tan tidak masuk dalam kedua kategori tersebut, karena dirinya bukan pendiri dan tidak juga diwarisi bisnis yang sukses.

    Di bawah kepemimpinannya, ia mampu membawa Broadcom ke puncak dengan nilai pasar melonjak 40% dalam sepekan, terutama berkat prosesor khusus kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk klien besar seperti Google dan Meta.

    Hal ini langsung dibandingkan dengan Jensen Huang dan Nvidia, yang chip AI-nya telah mendorong kapitalisasi pasarnya menjadi US$ 3,4 triliun dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Broadcom sesuai dengan namanya, jauh lebih beragam.

    Selain menjual prosesor AI, Broadcom juga menjual segala hal mulai dari chip jaringan nirkabel hingga perangkat lunak virtualisasi.

    Dalam wawancara pada 2023 lalu, Tan dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak memiliki “strategi besar” untuk 23 divisi Broadcom. “Saya benci mengatakannya, jawabannya adalah tidak,” ujarnya dikutip dari The Economist, Minggu (22/12/2024).

    Menurut The Economist, Hock Tan berbeda dari bos teknologi abad ke-21 lainnya dalam beberapa cara yang mencolok. Pertama, dirinyaa lahir di Malaysia, bukan tempat yang dikenal menghasilkan banyak talenta global untuk posisi CEO.

    Usianya lebih tua satu dekade dibandingkan Tim Cook dan Jensen Huang, dan tiga dekade lebih tua dari Mark Zuckerberg. Sulit untuk menemukan foto dirinya tanpa kemeja rapi dan jas formal.

    Metodenya juga unik, meskipun ia mengaku tidak memiliki strategi besar, ia sangat metodis. William Kerwin dari Morningstar menilai pendekatannya lebih menyerupai gaya para taipan dalam pembelian aset.

    Temukan bisnis yang matang, idealnya yang penting bagi pelanggan. Belilah dengan harga yang wajar. Pangkas habis tenaga kerja, hilangkan produk yang kurang menguntungkan, dan kurangi anggaran penelitian dan pengembangan.

    Naikkan harga untuk pelanggan yang tidak punya pilihan lain. Kumpulkan uang tunai. Bagikan dividen dan pembelian kembali saham kepada pemegang saham, lalu ulangi prosesnya.

    Meskipun gemar melakukan akuisisi (US$ 150 miliar sejak Avago go public pada tahun 2009), obsesi terhadap arus kas, dan ketidaksabaran terhadap perusahaan yang kinerjanya buruk mengingatkan pada industri private equity, Hock Tan enggan membandingkan Broadcom dengan perusahaan ekuitas swasta atau hedge fund.

    (fsd/fsd)