Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmão, menyambut hangat Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, saat keduanya bertemu di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Minggu (26/10/2025). (REUTERS/Chalinee Thirasupa/Pool)
Tag: Sanae Takaichi
-

Jepang Tepis Isu PM Baru Bakal Deportasi Massal WNA
Tokyo –
Sanae Takaichi telah menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang. Pemerintahannya pun langsung diterpa isu ‘deportasi massal’ terhadap warga negara asing di Jepang.
Dilansir AFP, Minggu (26/10/2025), isu palsu yang beredar di X dan Facebook-sebagian besar berbahasa Inggris-mengatakan Sanae Takaichi, perdana menteri perempuan pertama Jepang yang dilantik minggu ini, meminta Kimi Onoda untuk memimpin kementerian tersebut.
Onoda sendiri telah ditunjuk untuk sejumlah peran dalam pemerintahan Takaichi. Dia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Ekonomi dan menteri yang bertanggung jawab atas ‘masyarakat yang hidup berdampingan secara tertib dan harmonis dengan warga negara asing’.
Sebuah departemen dengan nama yang sama dibentuk di bawah pendahulu Takaichi, Shigeru Ishiba, meskipun penunjukan seorang menteri kabinet untuk mengawasinya merupakan hal baru.
Onoda mengatakan Jepang ‘akan menangani secara ketat warga negara asing yang tidak mematuhi aturan’. Tetapi, dia menyebut tidak ada deportasi massal.
“Penyalahgunaan berbagai sistem yang tidak tepat oleh beberapa penduduk asing, kejahatan dan perilaku buruk mereka menyebabkan kecemasan dan rasa ketidakadilan di antara orang Jepang,” ujarnya.
Tingkat imigrasi di Jepang tetap rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Tetapi, dengan populasi yang menua dan salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, jepang mulai menghadapi kekurangan pekerja di banyak industri hingga jumlah imigran meningkat.
Meningkatnya jumlah orang asing, termasuk turis, menjadi isu utama dalam perebutan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal. Takaichi memenangkan pemilihan kepemimpinan di partai itu hingga terpilih menjadi perdana menteri.
Takaichi telah menuduh orang asing melakukan tindakan yang tidak pantas di kota asalnya, Nara. Salah satu unggahan yang beredar luas di X mengatakan bahwa Takaichi ‘dilantik dan SEGERA membentuk kementerian untuk deportasi massal’ dan telah ditonton lebih dari sembilan juta kali.
Video lain yang tersebar di Facebook secara keliru mengklaim bahwa kaisar Jepang telah menyetujui ‘rencana deportasi nasional’. Klaim palsu tersebut juga beredar dalam bahasa Thailand, Jerman, dan Spanyol.
Mereka muncul setelah program pertukaran budaya dan sosial Jepang dengan empat negara Afrika dibatalkan bulan lalu usai memicu banjir email dan panggilan telepon dari orang-orang yang keliru meyakini bahwa program tersebut merupakan kebijakan imigrasi baru. Bulan lalu, kota Kitakyushu juga dilaporkan dibanjiri keluhan setelah klaim yang tidak akurat bahwa kota tersebut merencanakan makan siang ramah Muslim di sekolah.
Pada bulan Juli, partai anti-imigrasi Sanseito meraih hasil yang baik dalam pemilihan majelis tinggi. Partai itu menambah perolehan kursinya dari dua menjadi 15 kursi. Di majelis rendah, partai ini memiliki tiga anggota parlemen.
Agenda partai tersebut ialah menggemakan gerakan populis lain di seluruh dunia, menentang ‘elitisme’ dan ‘globalisme’, serta menyatakan akan ‘mengembalikan kekuasaan kepada rakyat’.
Lihat juga Video: Sosok Sanae Takaichi, Perempuan Pertama yang Jadi PM Jepang
Halaman 2 dari 3
(haf/imk)
-

Usai Dilantik, PM Baru Jepang Langsung Siapkan Subsidi Listrik buat Warga
Jakarta –
Jepang baru mengukir sejarah baru! Selasa (21/10/2025) kemarin, Negeri Matahari Terbit tersebut resmi memilih Sanae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan.
Setelah resmi terpilih sebagai perdana menteri, Sanae Takaichi langsung menyusun paket kebijakan ekonomi baru untuk meringankan beban inflasi rumah tangga dan perusahaan. Meski belum merinci paket ekonomi yang dimaksud, Takaichi memastikan pemerintah akan menyusun anggaran tambahan untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (22/10/2025), paket tersebut diperkirakan mencakup subsidi tarif listrik dan gas selama musim dingin, serta bantuan ke pemerintah daerah untuk menekan harga di wilayah masing-masing. Pemerintah juga akan mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) agar bisa menaikkan upah dan meningkatkan investasi modal.
Sementara, bantuan tunai langsung tidak termasuk dalam rencana kebijakan baru ini. Opsi tersebut sempat diusulkan dalam kampanye pemilu nasional Juli lalu, tetapi gagal mendapatkan dukungan dari publik.
Takaichi fokus pada masalah kenaikan biaya hidup sebagai prioritas utama kebijakan ekonominya, sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran publik terhadap inflasi. Ia diperkirakan akan memilih langkah-langkah terarah dibandingkan program stimulus besar-besaran seperti periode sebelumnya.
Jika melihat catatan kerjanya, Takaichi dikenal mendukung kebijakan moneter dan fiskal agresif, namun dalam beberapa bulan terakhir ia menyatakan akan menempuh kebijakan ekspansif yang tetap bertanggung jawab. Meskipun begitu, Ia juga menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan dukungan terhadap ekonomi dengan pengendalian utang publik Jepang, yang telah menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi jangka panjang.
Berdasarkan data Bank of Japan (BoJ), inflasi konsumen Jepang telah bertahan di level 2% atau lebih selama lebih dari 3 tahun berturut-turut. Di sisi lain, BoJ juga terus menaikkan suku bunga secara bertahap, yang berdampak pada meningkatnya biaya pinjaman pemerintah.
Dalam konferensi pers, Takaichi menyampaikan harapannya agar kenaikan harga ke depan didorong oleh peningkatan permintaan dan upah, bukan kenaikan biaya produksi.
Selain fokus pada inflasi, ada dua hal lain dari paket kebijakan ini, yaitu penguatan keamanan ekonomi dan pertahanan nasional. Dalam hal ini, pemerintah akan berinvestasi di sektor-sektor strategis seperti kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), semikonduktor, serta rantai pasok barang yang penting.
Paket ini juga diharapkan mencakup langkah-langkah untuk menanggapi kebijakan tarif Amerika Serikat. Sebagai bagian dari kesepakatan investasi bersama Washington, Jepang juga berkomitmen untuk menanamkan investasi senilai US$ 550 miliar di sektor-sektor utama Amerika Serikat sebagai imbalan atas pengurangan tarif perdagangan.
Lihat juga Video: PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur dari Jabatan
(fdl/fdl)
-

Kontroversi Calon PM Jepang yang Ogah ‘Work-Life Balance’
Tokyo –
Sosok pemimpin baru Partai Demokrat Liberal dan calon Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, menuai kontroversi. Pernyataannya yang ogah menerapkan ‘work-life balance’ atau keseimbangan antara kerja dan kehidupan menuai kritik.
Dilansir Japan Times dan Mainichi, Minggu (12/10/2025), sekelompok pengacara Jepang yang menangani karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan memprotes pernyataan Takaichi yang menyerukan anggota partai berkuasa itu untuk ‘bekerja seperti kuda pekerja’. Takaichi sendiri menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato setelah memenangkan pemilihan ketua LDP.
Takaichi merupakan anggota parlemen konservatif yang gigih. Dia menggarisbawahi perlunya pembaruan partai karena dukungan pemilih untuk LDP belum pulih dari berbagai skandal dan faktor lainnya.
Dia lalu berkata kepada sesama anggota parlemen ‘Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda’. Dia juga mengaku akan meninggalkan gagasan ‘Work-life balance’.
“Saya sendiri akan meninggalkan gagasan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja,” ujar calon PM wanita pertama Jepang ini.
Ucapan Takaichi itu dikritik oleh Dewan Pembela Nasional untuk Korban Karoshi. Mereka meminta Takaichi mencabut pernyataannya dengan alasan sikapnya ‘dapat memaksa para pekerja, termasuk pegawai pemerintah, untuk bekerja berlebihan dan bekerja dalam jam kerja yang panjang serta dapat membangkitkan kembali mentalitas yang sudah ketinggalan zaman’.
Kelompok ini dipimpin oleh Hiroshi Kawahito yang merupakan pengacara mewakili keluarga karyawan biro iklan besar yang bunuh diri diduga terlalu banyak bekerja. Keluarga seorang birokrat Kementerian Dalam Negeri Jepang yang bunuh diri pada tahun 2014 juga mengaku marah atas pernyataan Takaichi dan mendesaknya untuk merenungkan pernyataan itu.
Di sisi lain, Menteri Kebijakan Terkait Anak-anak Jepang, Junko Mihara, menekankan keseimbangan kehidupan kerja adalah ‘sangat penting’. Dia membela Takaichi dan menyebut ucapannya itu hanya menunjukkan tekad sebagai pemimpin partai.
“Saya yakin beliau telah menunjukkan tekadnya sebagai presiden (LDP),” kata Mihara.
Peluang Jadi PM Jepang Menipis
Selain diprotes gara-gara pernyataannya, Takaichi juga menghadapi persoalan politik setelah koalisi partai berkuasa pecah. Mitra koalisi mereka mengundurkan diri.
Dilansir Reuters, Partai Demokrat Liberal merupakan partai penguasa dan telah memerintah Jepang hampir sepanjang era pascaperang. Namun, partai itu harus mendapatkan persetujuan di parlemen untuk menjadikan Takaichi sebagai perdana menteri pada akhir bulan ini.
Hal itu sebelumnya dianggap cukup mudah mengingat koalisinya memiliki kursi terbanyak di parlemen Jepang meskipun bukan kurang mayoritas. Namun, langkah Takaichi menjadi PM perempuan pertama Jepang bakal berat usai mundurnya partai Komeito dari koalisi Partai Demokrat Liberal.
Setelah pertemuan dengan Takaichi pada Jumat lalu, pemimpin Komeito, Tetsuo Saito, mengatakan kemitraan kedua partai yang sudah terjalin selama 26 tahun telah retak. Dia mengatakan LDP gagal menanggapi skandal pendanaan politik yang telah menghantui kelompok penguasa tersebut selama dua tahun terakhir.
Dia mengatakan Komeito tidak akan mendukung Takaichi dalam pemungutan suara parlemen yang diperkirakan akan diadakan pada paruh kedua bulan Oktober. Takaichi menyebut keputusan Komeito ‘sangat disesalkan’ tetapi dia mengatakan akan melakukan apa pun untuk mendapatkan dukungan parlemen.
Gejolak politik ini terjadi menjelang sejumlah pertemuan diplomatik Jepang, dengan KTT multilateral di Malaysia dan Korea Selatan, serta kunjungan Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan akan berlangsung di Jepang pada akhir bulan ini.
Yen telah menguat hingga 0,5% menjadi 152,38 per dolar AS setelah berita pecahnya koalisi Takaichi. Yen sempat jatuh ke level terendah dalam delapan bulan awal pekan ini karena investor khawatir rencana belanja besar Takaichi akan membebani ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut.
Dengan kepergian Komeito, Takaichi diprediksi akan berusaha menengahi aliansi dengan partai lain seperti Partai Inovasi yang berhaluan kanan-tengah. Sementara, oposisi utama Partai Demokrat Konstitusional telah mengisyaratkan mereka mungkin akan mendukung pemimpin karismatik dari partai oposisi lain, Yuichiro Tamaki, sebagai kandidat untuk menantang Takaichi dalam perebutan jabatan perdana menteri.
Tonton juga video “PM Ishiba Mundur: Pasar Saham Jepang Melonjak, Yen Tertekan” di sini:
Halaman 2 dari 4
(haf/fas)
-

Sanae Takaichi yang Ingin ‘Kerja, Kerja, Kerja’ Terancam Gagal Jadi PM Jepang
Tokyo –
Peluang Sanae Takaichi untuk menjadi Perdana Menteri perempuan pertama Jepang menjadi berat setelah koalisi partai berkuasa pecah. Mitra koalisi mereka mengundurkan diri.
Dilansir Reuters, Minggu (12/10/2025), Partai Demokrat Liberal yang telah memerintah Jepang hampir sepanjang era pascaperang memilih Takaichi yang merupakan konservatif garis keras sebagai ketua barunya pada akhir pekan lalu. Namun, dia harus mendapatkan persetujuan di parlemen untuk menjadi perdana menteri pada akhir bulan ini.
Hal itu sebelumnya dianggap cukup mudah mengingat koalisinya memiliki kursi terbanyak di parlemen Jepang meskipun bukan kurang mayoritas. Namun, langkah itu bakal berat usai mundurnya Komeito dari koalisi Partai Demokrat Liberal.
Sementara, partai-partai oposisi terus berusaha bersatu di belakang kandidat alternatif.
Setelah pertemuan dengan Takaichi pada Jumat lalu, pemimpin Komeito, Tetsuo Saito, mengatakan kemitraan kedua partai yang sudah terjalin selama 26 tahun telah retak karena kegagalan LDP dalam menanggapi skandal pendanaan politik yang telah menghantui kelompok penguasa tersebut selama dua tahun terakhir. Dia mengatakan Komeito tidak akan mendukung Takaichi dalam pemungutan suara parlemen yang diperkirakan akan diadakan pada paruh kedua bulan Oktober.
Takaichi menyebut keputusan Komeito ‘sangat disesalkan’ tetapi mengatakan dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan dukungan parlemen. Gejolak politik ini terjadi menjelang sejumlah pertemuan diplomatik Jepang, dengan KTT multilateral di Malaysia dan Korea Selatan, serta kunjungan Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan akan berlangsung di Jepang pada akhir bulan ini.
Yen menguat hingga 0,5% menjadi 152,38 per dolar AS setelah berita tersebut. Yen sempat jatuh ke level terendah dalam delapan bulan awal pekan ini karena investor khawatir rencana belanja besar Takaichi akan membebani ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut.
Dengan kepergian Komeito, Takaichi mungkin akan berusaha untuk menengahi aliansi dengan partai lain seperti Partai Inovasi yang berhaluan kanan-tengah. Sementara, oposisi utama Partai Demokrat Konstitusional telah mengisyaratkan mereka mungkin akan mendukung pemimpin karismatik dari partai oposisi lain, Yuichiro Tamaki, sebagai kandidat untuk menantang Takaichi dalam perebutan jabatan perdana menteri.
Tamaki, ketua Partai Demokrat untuk Rakyat yang populis, mengatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa dia ‘siap untuk menjabat sebagai Perdana Menteri’ dan sangat tersanjung dengan dukungan CDP.
Selain hambatan dari sisi politik, Takaichi juga mendapat kritik dari sekelompok pengacara Jepang yang menangani karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan. Mereka memprotes pernyataan Takaichi yang menyerukan anggota partai berkuasa itu untuk ‘bekerja seperti kuda pekerja’. Takaichi juga dikritik gara-gara menyatakan dia akan meninggalkan istilah ‘keseimbangan kerja-kehidupan’ atau ‘work-life balance’.
Dilansir Japan Times dan Mainichi, Takaichi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato setelah memenangkan pemilihan ketua LDP. Takaichi menggarisbawahi perlunya pembaruan partai karena dukungan pemilih untuk LDP belum pulih dari berbagai skandal dan faktor lainnya.
Dia kemudian berkata kepada sesama anggota parlemen ‘Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda’. Dia juga akan meninggalkan gagasan ‘Work-life balance’.
“Saya sendiri akan meninggalkan gagasan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja,” ujar calon PM wanita pertama Jepang ini.
Tonton juga video “PM Ishiba Mundur: Pasar Saham Jepang Melonjak, Yen Tertekan” di sini:
Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
-

Calon PM Jepang Sanae Takaichi Dikritik gegara Ajak ‘Kerja Seperti Kuda’
Tokyo –
Sekelompok pengacara Jepang yang menangani karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan memprotes pernyataan pemimpin baru Partai Demokrat Liberal, Sanae Takaichi, yang menyerukan anggota partai berkuasa itu untuk ‘bekerja seperti kuda pekerja’. Takaichi juga dikritik gara-gara menyatakan dia akan meninggalkan istilah ‘keseimbangan kerja-kehidupan’.
Dilansir Japan Times dan Mainichi, Minggu (12/10/2025), Takaichi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato setelah memenangkan pemilihan ketua LDP.
Takaichi sendiri merupakan anggota parlemen konservatif yang gigih. Dia menggarisbawahi perlunya pembaruan partai karena dukungan pemilih untuk LDP belum pulih dari berbagai skandal dan faktor lainnya.
Dia juga berkata kepada sesama anggota parlemen ‘Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda’. Dia juga akan meninggalkan gagasan ‘Work-life balance’.
“Saya sendiri akan meninggalkan gagasan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja,” ujar calon PM wanita pertama Jepang ini.
Ucapan dari Takaichi itu kemudian dikritik oleh Dewan Pembela Nasional untuk Korban Karoshi. Mereka menuntut Takaichi untuk mencabut pernyataannya dan berargumen bahwa sikapnya ‘dapat memaksa para pekerja, termasuk pegawai pemerintah, untuk bekerja berlebihan dan bekerja dalam jam kerja yang panjang serta dapat membangkitkan kembali mentalitas yang sudah ketinggalan zaman’.
Kelompok ini dipimpin oleh Hiroshi Kawahito yang merupakan pengacara mewakili keluarga karyawan biro iklan besar yang bunuh diri diduga terlalu banyak bekerja. Keluarga seorang birokrat Kementerian Dalam Negeri Jepang yang bunuh diri pada tahun 2014 juga menyatakan kemarahan atas pernyataan Takaichi dan mendesaknya untuk merenungkan lagi pernyataannya itu terlalu banyak bekerja.
Menteri Kebijakan Terkait Anak-anak, Junko Mihara, menekankan bahwa keseimbangan kehidupan kerja adalah ‘sangat penting’. Dia membela Takaichi dan menyebut ucapannya itu hanya menunjukkan tekad sebagai pemimpin partai.
“Saya yakin beliau telah menunjukkan tekadnya sebagai presiden (LDP),” kata Mihara.
Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
-

Sanae Takaichi, ‘Iron Lady’ yang Bisa Jadi PM Perempuan Pertama Jepang
Jakarta –
Partai berkuasa Jepang yang tengah dilanda krisis, kini memiliki pemimpin baru: Sanae Takaichi, seorang politikus konservatif garis keras, yang berpotensi menjadi perdana menteri perempuan pertama negara tersebut.
Kemenangan Takaichi dalam pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) berhasil diraih setelah ia memperoleh mayoritas suara dalam putaran kedua melawan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi. Dukungan dari Taro Aso, mantan perdana menteri berusia 85 tahun yang dikenal sebagai “kingmaker” paling berpengaruh di LDP, disebut menjadi faktor penentu kemenangannya.
Takaichi kini diperkirakan akan menunjuk Aso, yang juga merupakan sekutu politik mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang dibunuh, sebagai wakil perdana menteri.
Popularitas partai berkuasa merosot
Popularitas partai berkuasa di Jepang tengah menurun. Para anggota Partai Demokrat Liberal (LDP) berharap, kepemimpinan Sanae Takaichi dapat menghentikan penurunan dukungan terhadap partai yang telah memegang kekuasaan hampir sepanjang periode pasca-Perang Dunia II itu.
Di bawah pimpinan sebelumnya, Perdana Menteri Shigeru Ishiba, LDP kehilangan mayoritas di kedua kamar parlemen. Kekecewaan publik meningkat seiring menurunnya taraf hidup dan kebijakan imigrasi yang menuai banyak kritik. Sementara pendahulu Ishiba, Fumio Kishida, juga dari LDP, sempat tersandung skandal sumbangan politik yang memperkuat kesan bahwa partai tersebut tidak cukup berpihak pada rakyat.
Usai kemenangannya, Takaichi berjanji akan membangun kembali kepercayaan publik dengan “menggerakkan seluruh generasi rakyat Jepang.”
Pemungutan suara di parlemen untuk mengukuhkannya sebagai perdana menteri dijadwalkan berlangsung pada 15 Oktober mendatang.
Penerus politik Shinzo Abe
Takaichi juga dikenal mengagumi Margaret Thatcher, perdana menteri perempuan pertama Inggris, dan kerap menyebut dirinya sebagai “Iron Lady” Jepang. Namun, sikap konservatifnya yang keras menuai banyak kritik dari lawan politik. Mantan Perdana Menteri Fumio Kishida bahkan disebut pernah menjulukinya “Taliban Takaichi.”
Ia dikenal revisionis sejarah masa perang dan bersikap keras terhadap Cina. Takaichi secara rutin berziarah ke Kuil Yasukuni, yang oleh negara-negara tetangga Jepang dianggap sebagai simbol militerisme, meski enggan memastikan apakah ia akan terus melakukannya setelah menjabat sebagai perdana menteri.
Dalam sebuah kolom di situs pribadinya pada 2004, Takaichi menulis bahwa Jepang berperang dalam Perang Dunia II untuk “membela diri.” Ia juga pernah menyerukan agar pembakaran bendera Jepang dijadikan tindak pidana dengan ancaman hukuman penjara.
Sebagai Menteri Dalam Negeri di era Abe, Takaichi bahkan pernah mengancam akan mencabut izin siaran stasiun televisi yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. Seperti Abe, ia berambisi membawa Jepang untuk bisa “kembali ke puncak” dengan memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, Jepang dengan populasi 124 juta jiwa merupakan ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Cina, dan Jerman.
Pandangan kontroversial
Sikap politik Takaichi kerap menimbulkan perdebatan di dalam dan luar Jepang.
Takaichi mempertahankan pandangan tradisional tentang peran perempuan dan kesetaraan gender, sejalan dengan pandangan konservatif para senior laki-laki di partainya.
Ia juga mendukung sistem pewarisan takhta kekaisaran yang hanya memperbolehkan laki-laki, menilai kesetaraan upah antara laki-laki dan perempuan dapat mengancam nilai-nilai keluarga tradisional, serta mendukung aturan dari abad ke-19 terkait penggunaan nama keluarga perempuan yang oleh banyak pihak dianggap ketinggalan zaman.
Di Jepang, pasangan menikah diwajibkan memiliki satu nama keluarga, dan secara tidak tertulis, pihak perempuan biasanya mengikuti nama suami. Takaichi menentang upaya reformasi hukum yang memungkinkan pasangan mempertahankan nama masing-masing setelah menikah.
Belakangan, ia juga menyerukan penerapan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, seiring meningkatnya dukungan terhadap partai sayap kanan anti-imigran, Sanseito.
Meniru retorika Sanseito, Takaichi membuka pidato kampanye perdananya dengan kisah tentang seorang turis yang disebut menendang rusa suci di Nara, kampung halamannya, meski tanpa bukti jelas. Ia berjanji akan menindak tegas pengunjung dan imigran yang melanggar aturan, di tengah meningkatnya jumlah pendatang di Jepang yang selama ini dikenal homogen.
Antara pemerintahan pragmatis atau “tangan besi”
Sebagai pemimpin baru, Takaichi diharapkan mampu membalikkan tren menurunnya popularitas LDP dengan menarik simpati pemilih yang belakangan banyak beralih ke partai-partai populis sayap kanan seperti Sanseito.
Namun, di saat yang sama, ia juga tampak mulai melakukan sejumlah kompromi untuk memperkuat posisinya di dalam partai.
Bahkan sebelum terpilih, Takaichi telah menempatkan dirinya sebagai sosok “konservatif tengah-kanan” guna merangkul dukungan dari faksi moderat di tubuh LDP. Setelah kemenangannya, ia juga menggunakan nada yang lebih pragmatis untuk menjaga koalisi dengan partai liberal Komeito tanpa mengasingkan pendukung barunya.
Takaichi sepakat dengan pihak oposisi bahwa penghapusan pajak bahan bakar yang telah berlaku selama 50 tahun perlu menjadi prioritas guna menekan inflasi. Ia juga menyerukan penguatan militer dan menekankan pentingnya aliansi trilateral dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, sembari berusaha meredakan kekhawatiran bahwa hubungan yang baru membaik dengan Seoul bisa kembali tegang akibat sikap nasionalisnya.
Sebagai sinyal bagi komunitas internasional, Takaichi menegaskan komitmennya untuk tetap menghormati kesepakatan tarif dan investasi yang telah disepakati antara pemerintahan Perdana Menteri Ishiba dan Presiden AS Donald Trump.
Tipe ultrakonservatif sejati?
Tidak semua sisi kehidupan Sanae Takaichi mencerminkan citranya sebagai politikus konservatif garis keras.
Semasa kuliah, ia dikenal sebagai drummer band heavy metal sekaligus penggemar motor. Lulusan Universitas Kobe dengan gelar di bidang manajemen bisnis ini pernah mengikuti program fellowship pada 1987 yang membawanya bekerja di Kongres Amerika Serikat. Ia juga sempat menjadi pembawa acara di stasiun televisi liberal Asahi.
Belakangan, Takaichi terbuka membicarakan pengalamannya menghadapi gejala menopause dan menekankan pentingnya edukasi bagi laki-laki tentang kesehatan perempuan, baik di sekolah maupun di tempat kerja.
Takaichi tidak memiliki anak kandung dan baru menikah pada usia 43 tahun dengan anggota LDP Taku Yamamoto, yang tiga anaknya kemudian ia adopsi. Pasangan ini bercerai pada 2017 karena perbedaan pandangan politik, tetapi kembali menikah pada Desember 2021. Dalam pernikahan pertama, Takaichi mengikuti nama keluarga suaminya. Namun, setelah mereka menikah kembali, sang suami justru mengambil nama Takaichi, membuat “Iron Lady” Jepang ini tetap teguh pada pandangannya soal nama keluarga tunggal.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Fika Ramadhani
Editor: Prihardani Purba
Tonton juga video “PM Ishiba Mundur: Pasar Saham Jepang Melonjak, Yen Tertekan” di sini:
(ita/ita)
-

Harga Emas dan Bitcoin Terus Naik, Apa Penyebabnya?
Jakarta –
Beberapa minggu terakhir menjadi masa yang menggembirakan bagi yang memiliki saham emas dan bitcoin dalam portofolio perdagangan mereka. Kedua komoditas tersebut telah mencapai rekor niai tertinggi seiring dengan meningkatnya dukungan investor.
Harga emas menembus $3.900 (sekitar Rp65 juta) per ons troy minggu ini, satu ons troy adalah satuan berat untuk logam mulia yang setara dengan 31,1 gram.
Sementara itu, pada Minggu (5/10), mata uang kripto tertua dan paling terkenal di dunia, bitcoin, mencapai rekor baru ketika menembus nilai $125.000 (sekitar Rp2 miliar) untuk pertama kalinya, sebelum turun sedikit.
Tahun 2025 sejauh ini menjadi masa keemasan bagi kedua komoditas tersebut. Emas mengalami reli terbesar sejak tahun 1970-an, dengan harga naik lebih dari 50% sejak 1 Januari lalu. Bitcoin sempat mengalami penurunan selama gejolak pada tahun 2025, tetapi nilainya meningkat sekitar sepertiga sejak awal tahun.
Mengapa hal ini terjadi?
Emas telah lama dianggap sebagai aset safe-haven atau aset aman yang dipilih investor selama masa ketidakpastian, dan nilainya telah meningkat tajam sejak akhir 2018, dengan kenaikan lebih dari 300% sejak saat itu.
Ketidakpastian menjadi salah satu faktor dalam reli saat ini. Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memberlakukan tarif resiprokal pada bulan April lalu, memicu kekhawatiran terkait ekonomi global, keberlanjutan tingkat utang pemerintah AS, dan masa depan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Selain itu, ketidakpastian geopolitik yang berkelanjutan akibat perang Rusia di Ukraina dan perang di Gaza juga turut berperan.
Emas juga diuntungkan dari menurunnya dukungan terhadap yen Jepang sebagai aset safe-haven. Saham Jepang melonjak nilainya di bursa pada hari Senin, setelah dikonfirmasi bahwa Sanae Takaichi terpilih sebagai pemimpin partai berkuasa LDP, yang membuka jalan baginya untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama di negara itu. Namun, secara keseluruhan yen tetap terus melemah.
“Pelemahan yen akibat pemilihan LDP Jepang, membuat investor kehilangan satu lagi aset safe-haven, dan emas mampu memanfaatkannya,” kata Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer, kepada kantor berita Reuters.
Situasi di AS juga menambah daya tarik emas. “Penutupan operasional pemerintahan AS yang berkelanjutan, berarti awan ketidakpastian masih menggantung di atas ekonomi AS, dan potensi besarnya dampak terhadap PDB,” tambahnya.
Namun, para ahli mengatakan, ada lebih banyak faktor di balik lonjakan harga emas kali ini selain keraguan terhadap masa depan ekonomi AS atau ekonomi global. Beberapa analis menyebutkan, adanya peningkatan permintaan terhadap dana yang diperdagangkan di bursa berbasis emas (gold-backed exchange traded funds / ETF), dengan semakin banyak investor dari berbagai latar belakang tertarik untuk berinvestasi.
“Fakta bahwa permintaan ETF kembali muncul dengan sangat kuat, berarti ada dua bentuk penawar ‘agresif’ untuk emas, dari bank sentral dan investor ETF,” tulis analis Deutsche Bank dalam catatan kepada klien.
Emas telah lama diborong oleh bank-bank sentral di seluruh dunia, tetapi permintaan baru dari ETF telah memicu reli saat ini. Data terbaru dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menunjukkan, dana lindung nilai (hedge funds) kini memegang rekor kepemilikan emas senilai $73 miliar (sekitar Rp1.215 triliun).
Bagaimana dengan bitcoin?
Reli rekor bitcoin sebagian besar didorong oleh terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, dengan dukungannya yang jelas dan sering terhadap mata uang kripto membantu meningkatkan permintaan dan kepercayaan di sektor tersebut.
Namun, ada bukti semakin banyak investor institusional yang menanamkan modal pada bitcoin, mirip dengan tren yang terlihat pada emas. Komoditas ini kini semakin disukai sebagai alternatif terhadap aset lain seperti dolar AS. Prakiraan akan ada pemotongan suku bunga, tampaknya juga mendorong investor untuk mengambil risiko lebih besar terhadap aset ini.
Bitcoin juga tampaknya menguat karena ketidakpastian terhadap ekonomi AS, dengan penutupan operasional pemerintahan yang berkelanjutan, yang meningkatkan permintaan.
“Penutupan operasional pemerintahan menjadi penting kali ini,” tulis Geoffrey Kendrick, kepala riset aset digital di Standard Chartered Bank, dalam catatan kepada investor.
“Tahun ini, bitcoin telah diperdagangkan dengan ‘risiko pemerintahan AS,’ yang paling terlihat dari hubungannya dengan US Treasury term premium,” tambahnya, merujuk pada metrik yang mengukur imbal hasil tambahan yang diminta investor untuk memegang obligasi pemerintah jangka panjang, yang mencerminkan tingkat kepercayaan mereka terhadap stabilitas ekonomi jangka panjang.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi kekuatan bitcoin saat ini, berkaitan dengan siklus tahunannya. Oktober secara historis merupakan salah satu bulan terkuat bagi bitcoin, dengan harga yang hanya turun dua kali selama bulan Oktober sejak 2013.
Apakah reli ini akan berlanjut?
Banyak pengamat memperkirakan, emas dan bitcoin akan terus naik nilainya, dengan pencapaian rekor baru di depan mata.
“Saya menduga bitcoin akan terus naik selama penutupan operasional pemerintahan AS, dan akan segera mencapai $135.000 (sekitar Rp2,25 miliar),” prediksi Geoffrey Kendrick. Fakta bahwa pemerintahan Trump kemungkinan akan terus menerapkan kebijakan yang mendukung mata uang kripto, menambah rasa optimisme.
Untuk emas, hanya sedikit yang memperkirakan nilainya akan turun dalam waktu dekat.
“Reli bisa berlanjut hingga 2026 dengan bantuan pembelian dari sektor resmi; permintaan institusional terhadap emas sebagai diversifikasi dapat tetap kuat,” kata HSBC dalam catatan kepada investor pada hari Jumat.
Bank yang berbasis di London, Inggris, itu menyebutkan, pihaknya memperkirakan bank-bank sentral akan terus membeli emas dalam jumlah besar, sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik yang sedang berlangsung.
Hal ini sejalan dengan pernyataan terakhir Dewan Emas Dunia (World Gold Council) dalam laporan triwulanannya pada akhir Juli, yang menyatakan survei tahunan terhadap manajer cadangan menunjukkan bahwa “95% manajer cadangan meyakini bahwa cadangan emas bank sentral global akan meningkat dalam 12 bulan ke depan.”
Fakta tersebut, bersama dengan meningkatnya permintaan ETF dari dana lindung nilai dan investor institusional lainnya, menunjukkan bahwa komoditas ini kemungkinan akan segera menembus angka $4.000 (sekitar Rp66,6 juta) per ons troy.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Agus Setiawan
Tonton juga video “BPS: Harga Emas Perhiasan Naik Berturut-turut Sejak 2023” di sini:
(ita/ita)
-

Gelombang Politik AS hingga Jepang Bikin Saham-Emas Cetak Rekor
Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi global mendapat guncangan dari gejolak politik yang terjadi pada awal pekan ini di Jepang, Prancis, hingga Amerika Serikat.
Melansir Reuters, Selasa (6/10/2025), bursa saham Jepang menguat menyusul terpilihnya Sanae Takaichi sebagai ketua partai berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP).
Indeks Nikkei 225 menguat 0,62% ke level 48.250 pada awal perdagangan hari ini. Sementara itu, yen Jepang melemah 0,3% ke level 150,4 yen per dolar AS.
Sanae Takaichi terpilih sebagai ketua (LDP dan berpeluang besar menjadi perdana menteri berikutnya, sekaligus perempuan pertama yang memimpin Negeri Sakura tersebut.
Melansir Al Jazeera pada Senin (6/10/2025), Takaichi mengalahkan Shinjiro Koizumi, putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, dalam pemungutan suara putaran kedua pada Sabtu (4/10/2025) akhir pekan lalu, setelah tidak ada dari lima kandidat yang meraih suara mayoritas pada putaran pertama.
Pemungutan suara di parlemen untuk menetapkan perdana menteri baru dijadwalkan berlangsung pada 15 Oktober.
Mantan Menteri Keamanan Ekonomi itu dikenal berhaluan kanan dalam tubuh LDP. Takaichi, 64 tahun, terpilih melalui proses internal yang melibatkan 295 anggota parlemen LDP dan sekitar 1 juta anggota partai, atau setara hanya 1% dari total populasi Jepang.
Dia diperkirakan menggantikan Perdana Menteri Shigeru Ishiba karena LDP masih menjadi partai terbesar di parlemen. Namun, setelah mengalami kekalahan elektoral signifikan, koalisi yang dipimpin LDP kehilangan mayoritas di kedua tingkat parlemen dan membutuhkan dukungan oposisi untuk membentuk pemerintahan efektif.
Shutdown AS Masih Berlanjut
Di Amerika Serikat, penutupan pemerintah AS atau shutdown yang masih berlanjut hingga hari ini, namun berpotensi berakhir segera usai adanya rencana negosiasi antara Presiden Donald Trump dan Kongres.
Presiden Donald Trump menyatakan siap bernegosiasi dengan Partai Demokrat terkait subsidi layanan kesehatan. Jika anggaran disetujui, shutdown yang telah berlangsung sejak pekan lalu tersebut akan berakhir.
“Kami berbicara dengan (Partai) Demokrat, dan ada kemungkinan hal-hal baik akan terjadi terkait layanan kesehatan. Saya seorang Republik, tetapi saya ingin melihat kemajuan di bidang kesehatan, bahkan lebih dari Demokrat,” ujar Trump di Gedung Putih dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/10/2025) waktu setempat, tanpa menyebutkan nama anggota parlemen tertentu.
Trump menilai belum ada tekanan politik yang cukup pada kedua pihak untuk mengakhiri kebuntuan, tetapi memberi sinyal kemungkinan terobosan. Meski demikian, dia memperingatkan bahwa kelanjutan shutdown dapat berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja federal.
Partai Demokrat menegaskan mereka tidak akan mendukung rancangan undang-undang anggaran sementara kecuali mencakup perpanjangan subsidi Affordable Care Act (ACA) yang akan berakhir pada akhir 2025, serta menghapus pemangkasan program Medicaid yang diberlakukan melalui undang-undang belanja era Trump.
Shutdown yang berkepanjangan tersebut tidak membuat bursa saham di Wall Street tertekan. Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 63,31 poin atau 0,14% menjadi 46.694,97 pada Senin (6/10).
Sementara itu, S&P 500 naik 24,49 poin atau 0,36% ke 6.740,28 dan Nasdaq Composite melonjak 161,16 poin atau 0,71% ke 22.941,67.
-

Video: Sosok Ini Digadang-gadang Jadi PM Perempuan Pertama Jepang
Jakarta, CNBC Indonesia – Partai berkuasa Jepang memilih Sanae Takaichi, seorang nasionalis konservatif, sebagai ketua baru pada hari Sabtu (4/10), waktu setempat. Terpilihnya Takaichi sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) juga menempatkannya sebagai calon Perdana Menteri perempuan pertama Jepang. Lantas seperti apa sosok Sanae Takaichi?
Selengkapnya saksikan di CNBC Indonesia.
