Tag: Sanae Takaichi

  • Jepang Bakal Siagakan Rudal di Dekat Taiwan, China Geram!

    Jepang Bakal Siagakan Rudal di Dekat Taiwan, China Geram!

    Beijing

    Pemerintah China melontarkan kritikan terhadap rencana Jepang menempatkan rudal di sebuah pulau di dekat Taiwan, saat ketegangan kedua negara semakin meningkat. Beijing menyebut rencana Tokyo itu sebagai upaya disengaja untuk “menciptakan ketegangan regional dan memprovokasi konfrontasi militer”.

    Kritikan itu muncul di tengah krisis diplomatik terburuk dalam beberapa tahun terakhir antara China dan Jepang, setelah Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi mengatakan pada bulan ini bahwa serangan hipotetis Beijing terhadap Taiwan dapat memicu respons militer dari Tokyo.

    “Kekuatan sayap kanan di Jepang … membawa Jepang dan kawasan menuju bencana,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers rutin, seperti dilansir Reuters, Senin (24/11/2025).

    “Beijing bertekad dan mampu menjaga kedaulatan teritorial nasionalnya,” tegasnya.

    Pernyataan itu disampaikan menyusul pernyataan Menteri Pertahanan Jepang, Shinjiro Koizumi, pada Minggu (23/11) yang mengatakan bahwa rencana menempatkan unit rudal jarak menengah jenis darat-ke-udara di pangkalan militer di Yonaguni, pulau yang berjarak sekitar 110 kilometer dari lepas pantai Timur, “terus bergerak maju”.

    Koizumi menjelaskan bahwa penempatan rudal itu bertujuan untuk melindungi Yonaguni. “Kita meyakini bahwa keberadaan unit ini akan mengurangi kemungkinan serangan bersenjata terhadap negara kita,” ucapnya.

    Mao, dalam tanggapannya, mengkritik rencana penempatan rudal di pulau berpenghuni yang letaknya paling barat di Jepang tersebut.

    “Langkah ini sangat berbahaya dan seharusnya menimbulkan kekhawatiran serius di antara negara-negara tetangga dan komunitas internasional,” kritik Mao.

    Perselisihan diplomatik terbaru ini memicu krisis bilateral terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Pada Jumat (21/11), China mengadukan perselisihan diplomatik dengan Jepang ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui surat kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres.

    Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, dalam suratnya kepada Guterres, menuduh Tokyo mengancam “intervensi bersenjata” terkait Taiwan.

    Fu juga menuduh Takaichi telah melakukan “pelanggaran berat terhadap hukum internasional” dan norma-norma diplomatik ketika dia mengatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat memicu respons militer dari Tokyo.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hadapi Tekanan China, Jepang-Filipina Perkuat Aliansi Militer

    Hadapi Tekanan China, Jepang-Filipina Perkuat Aliansi Militer

    Jakarta

    Jepang dan Filipina menggelar latihan militer pertama mereka pada Oktober 2025 sebagai bagian dari pakta pertahanan penting yang mulai berlaku pada September.

    Perjanjian Akses Timbal Balik (Reciprocal Access Agreement/RAA) yang ditandatangani pada Juli 2024 memungkinkan kedua negara saling mengerahkan pasukan di wilayah masing-masing.

    Victor Andres “Dindo” Manhit, analis geopolitik di Manila, mengatakan pakta baru ini meningkatkan kerja sama kedua sekutu ke level yang lebih tinggi. Pasalnya, kerja sama ini tidak hanya mencakup angkatan udara, angkatan darat, serta angkatan laut, tetapi juga ruang siber.

    “Di empat domain itu, kami menantikan kolaborasi yang kuat. Jepang akan bisa membantu kami saat kami mencoba melakukan modernisasi, meskipun dengan kemampuan yang terbatas,” ujar Manhit.

    Perjanjian ini dapat dilihat sebagai respons atas meningkatnya ketegangan antara Cina dan Filipina di Laut Cina Selatan. Jepang sendiri memiliki sengketa wilayah terpisah dengan Cina terkait sejumlah pulau di Laut Cina Timur.

    Negara-negara tetangga Cina perkuat pertahanan

    Jepang telah menawarkan ekspor hingga enam kapal perang kepada Filipina untuk memperkuat pertahanan maritim mereka. Saat ini, kapal perusak kelas Abukuma tersebut masih digunakan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang.

    Manhit meyakini masih ada “banyak sekali” ruang kerja sama untuk ke depannya.

    Karena kebangkitan ekonomi Cina, peningkatan anggaran militernya, serta sikap yang semakin agresif di wilayah sengketa, banyak negara di Indo-Pasifik kini terpaksa ikut memperkuat pertahanan mereka.

    Cina kecam latihan gabungan dengan AS

    Salah satu contoh adalah Second Thomas Shoal, bagian dari Kepulauan Spratly, di area yang secara militer diduduki Filipina. Beijing tetap bersikeras bahwa area tersebut adalah milik Cina.

    Pada 2016, Mahkamah Arbitrase Antarbangsa di Den Haag memutuskan klaim Cina tidak memiliki dasar hukum internasional.

    Cina menolak putusan tersebut dan menuduh Filipina beroperasi di perairan Cina. Kapal-kapal Filipina kerap menghadapi tindakan agresif dari kapal Cina di sekitar wilayah sengketa, mulai dari dibuntuti, dikepung hingga diserang dengan meriam air dan sinar laser oleh Penjaga Pantai Cina.

    Pada 14-15 November lalu, Filipina, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) menggelar latihan gabungan di Laut Cina Selatan, di bawah kegiatan Multilateral Maritime Cooperative Activity (MMCA). Latihan itu berlangsung di perairan yang oleh Manila disebut Laut Filipina Barat. Kegiatan tersebut dilihat sebagai respons untuk memberikan sinyal politik kuat kepada Cina.

    Langkah tersebut memicu respons keras Beijing. Pejabat Cina menyebut latihan itu “merusak perdamaian dan stabilitas kawasan.”

    Cina hentikan impor makanan dari Jepang

    Latihan yang melibatkan Angkatan Laut AS itu juga berlangsung di tengah memanasnya hubungan Cina-Jepang, setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyatakan Jepang bisa melakukan aksi bela diri jika Cina menyerang Taiwan.

    Sebuah unggahan daring oleh Xue Jian, Konsul Jenderal Cina di Osaka, mengkritik pernyataan Takaichi. Ia menulis bahwa “kami hanya perlu memenggal kepala-kepala kotor mereka.” Unggahan tersebut telah dihapus.

    Cina merespons dengan menghentikan impor produk laut dari Jepang dan menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang. Hampir 500.000 tiket pesawat ke Jepang telah dibatalkan.

    Kei Koga, profesor di Program Kebijakan Publik dan Urusan Global di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, mengatakan strategi Cina adalah memberi tekanan kepada Jepang, yang juga bisa berdampak pada Filipina.

    “Saya percaya Cina melihat pernyataan PM Takaichi sebagai peluang besar untuk menekan potensi pemerintahan konservatif yang kuat di Jepang,” katanya kepada DW.

    “Dengan cara itu, Cina mungkin mencoba menciptakan jurang antara AS dan Jepang, serta antara Jepang dan negara lain, termasuk Filipina.”

    Filipina menimbang risiko konflik Taiwan

    Cina mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya, dan mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menguasainya.

    Pada Agustus, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan bahwa setiap konflik terkait Taiwan hampir pasti akan menyeret negaranya untuk terlibat “meski dengan terpaksa.” Cina mengatakan Filipina akan “bermain api” jika hal itu terjadi.

    Koga menilai fokus Manila terutama tertuju pada Laut Cina Selatan dan upaya menjaga kepentingannya di kawasan tersebut.

    “Jepang dan Amerika Serikat telah membahas kemungkinan kontingensi Taiwan dan bagaimana mereka dapat bekerja sama. Mengingat kedekatan geografis, mereka ingin membahas isu itu dengan Filipina,” ujarnya.

    “Fokus strategis Filipina adalah Laut Cina Selatan. Mereka melihat bahwa kerja sama pertahanan dapat memperkuat kemampuan mereka untuk menahan atau mencegah agresivitas Cina di sana,” tambahnya.

    “Filipina memang khawatir soal kontingensi Taiwan karena ada lebih dari 160.000 warga Filipina di Taiwan, jadi negara itu harus memperhatikannya. Namun, untuk kerja sama militer jika terjadi situasi darurat, saya rasa Filipina belum memiliki rencana yang jelas,” jelas Koga.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Melisa Ester Lolindu

    (ita/ita)

  • Bagi PM Sanae Takaichi, Gaya Busana untuk Diplomasi Politik Sangat Penting

    Bagi PM Sanae Takaichi, Gaya Busana untuk Diplomasi Politik Sangat Penting

    JAKARTA – Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengungkapkan melalui platform X bahwa ia sempat kesulitan menentukan busana untuk tampil perdana dalam acara KTT G20.

    Ia mengaku menghabiskan waktu jauh lebih lama dari perkiraan saat memilih pakaian sehari sebelum keberangkatan ke Afrika Selatan untuk menghadiri KTT G20.

    Pada akhirnya, Takaichi, perempuan perdana menteri pertama Jepang, memilih busana yang sudah ia miliki.

    Namun, unggahannya ditutup dengan keluhan bahwa ia mungkin perlu membeli pakaian yang “memberinya keuntungan dalam negosiasi diplomatik, meski harus memaksakan diri.”

    Perhatian terhadap pilihan busana Takaichi sebelumnya mencuat di parlemen.

    Pada 14 November, Sekretaris Jenderal Partai Sanseito yang berhaluan populis, Hiroshi Ando, mendesaknya tampil dalam balutan busana dari kain terbaik Jepang dan karya para perajin unggulan.

    Dalam unggahannya di X, Takaichi menulis bahwa ia tidak memiliki pakaian seperti itu dan menilai saran Ando “ada benarnya.”

    Ia menambahkan bahwa dirinya menghabiskan waktu beberapa jam untuk memilih “pakaian yang tidak terlihat murah” dan “pakaian yang tidak membuatnya diremehkan.”

    Politisi konservatif yang mulai menjabat pada 21 Oktober 2025 itu kerap memilih warna biru untuk mencitrakan kekuatan, kebiasaan yang dikaitkan dengan kekagumannya pada mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, yang dikenal dengan busana biru khasnya.

  • 6
                    
                        Keakraban Gibran dan Petinggi Negara di KTT G20: Peluk Presiden Brasil hingga Gandeng Erdogan
                        Nasional

    6 Keakraban Gibran dan Petinggi Negara di KTT G20: Peluk Presiden Brasil hingga Gandeng Erdogan Nasional

    Keakraban Gibran dan Petinggi Negara di KTT G20: Peluk Presiden Brasil hingga Gandeng Erdogan
    Tim Redaksi
    JOHANNESBURG, KOMPAS.com
    – Keakraban Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming Raka dengan sejumlah petinggi negara pada hari pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg Expo Centre menjadi sorotan.
    Forum internasional di
    Johannesburg
    , Afrika Selatan, ini merupakan forum internasional perdana yang dihadiri Gibran sebagai Wakil Presiden RI.
    Jurnalis Kompas.com Rahel Narda Chaterine ikut serta dalam kunjungan kerja rombongan Wapres Gibran di Afrika Selatan.
    Ikuti laporan langsung tentang kegiatan Wakil Presiden Gibran
    di sini
    .
    Di sela ajang
    KTT G20
    , Gibran sempat menyapa dan berbincang dengan beberapa tokoh dunia, termasuk
    Presiden Brasil
    Luiz Inácio Lula da Silva.
    Gibran dan Lula pun berjabat tangan dan saling berpelukan di sela forum internasional tersebut.
    Setelahnya, mereka sempat berbincang singkat.
    Lula terdengar menanyakan kabar Presiden Prabowo kepada Gibran, menggunakan bahasa asalnya.
    Namun, orang di sisi kirinya menerjemahkan ucapan orang nomor satu di Brasil itu.
    “Bagaimana kabar Presiden Prabowo?” tanya Lula, lewat penerjemah.
    “Dia (Presiden Prabowo) baik, terima kasih,” jawab Gibran, dalam bahasa Inggris.
    Sambil menanyakan kabar Prabowo, Lula terus menggenggam kedua tangan Gibran.
    Selain Lula, Gibran juga sempat bercengkrama dengan Presiden Finlandia Alexander Stubb dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni di sela KTT G20.
    Momen ini terjadi di akhir pertemuan bilateral Gibran dan Stubb.
    Saat keduanya hendak berpisah, tiba-tiba Meloni mendekat dan berbicara ke arah mereka.
    Gibran dan Stubb pun tertawa usai mendengar kata-kata dari Meloni, namun tidak terdengar jelas percakapannya.
    Meloni kemudian tertawa lepas dan langsung berjalan meninggalkan Gibran dan Stubb.
    Sorotan lain terhadap Gibran adalah saat putra sulung Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) itu fokus dan intens berbicara dengan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi jelang foto bersama para petinggi negara G20.
    Gibran dan Takaichi yang berdiri di barisan depan sisi sebelah kanan panggung, sangat asyik dan ekspresif saat berbicara berdua.
    Tangan Gibran turut digerakkan saat ngobrol dengan PM Jepang itu.
    Selain itu, Gibran juga tersorot berbincang dengan Ursula von der Leyen selaku Presiden Komisi Eropa.
    Di momen menjelang sesi foto KTT G20, Gibran bersama Presiden Turkiye Recep Tayyip
    Erdogan
    dan PM Jepang juga melakukan percakapan singkat.
    Erdogan dan Gibran saling menghadap satu sama lain, sementara Takaichi berada di tengah saat ketiganya asyik ngobrol di forum G20.
    Selama sesi foto berlangsung, Gibran berdiri diapit oleh dua tokoh pemerintah dunia, yakni Takaichi dan Ursula.
    Untuk Erdogan, ia berdiri di sebelah Takaichi.
    Selepas sesi foto dilakukan, semua petinggi negara G20 pun meninggalkan panggung yang merupakan tempat sesi foto bersama.
    Ketika Erdogan menuruni panggung acara, Gibran dengan sigap menggandeng tangan untuk membantunya.
    Dalam ajang KTT G20 ini, Gibran berpidato dalam sesi. Untuk sesi pertama digelar pada 22 November 2025.
    Di sesi pertama, ia turut menyampaikan salam Prabowo untuk Lula.
    Di sesi kedua, Gibran menyorot soal ketahanan pangan, Makan Bergizi Gratis (MBG), serta bencana kemanusiaan.
    Sesi ketiga akan digelar pada Minggu (23/11/2025).
    Tema pada sesi ketiga akan membahas isu pekerjaan layak (
    decent work
    ) dan tata kelola kecerdasan buatan (
    artificial intelligence
    ).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Momen Gibran Ngobrol hingga Pegangi Tangan Erdogan di KTT G20

    Momen Gibran Ngobrol hingga Pegangi Tangan Erdogan di KTT G20

    Momen Gibran Ngobrol hingga Pegangi Tangan Erdogan di KTT G20
    Tim Redaksi
    JOHANNESBURG, KOMPAS.com
    – Wakil Presiden (Wapres) RI Gibran Rakabuming sempat bincang dengan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi di ajang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, Sabtu (22/11/2025).
    Momen ini terjadi saat para pemimpin negara yang hadir di G20 hendak melakukan sesi foto bersama.
    Di momen itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa bersama para petinggi negara G20, termasuk Gibran, maju ke atas panggung untuk berfoto.
    Sebelum sesi foto dimulai, Gibran bersama
    Erdogan
    dan Takaichi tampak berbincang di atas panggung.
    Sesekali Gibran turut menggerakkan tangan sambil berbicara kepada Erdogan dan Takaichi.
    Selama sesi foto bersama, Gibran berdiri diapit Takaichi di sisi kanannya dan Presiden Komisi Eropa Ursula Gertrud von der Leyen di sisi kirinya. Sementara Erdogan berdiri di sebelah kanan Takaichi.
    Usai sesi foto bersama dilakukan, para petinggi negara G20 pun turun panggung. Gibran tampak sigap memegang lengan Erdogan untuk membantunya turun.
    Diketahui, KTT G20 di Afrika Selatan akan berlangsung selama dua hari, yakni 22-23 November 2025.
    Ajang internasional ini turut dihadiri langsung Wakil Presiden RI
    Gibran Rakabuming
    yang mewakili Presiden RI Prabowo Subianto.
    Gibran juga akan berpidato dalam tiga sesi KTT G20. Pada sesi pertama, ia turut menyampaikan pesan Prabowo untuk Presiden Afrika Selatan.
    “Izinkan saya memulai dengan menyampaikan salam hangat dari Presiden Prabowo kepada Presiden Ramaphosa. Juga, penghargaan yang mendalam kepada Pemerintah Afrika Selatan atas keramahan yang hangat dan penyambutan yang sangat baik,” kata Gibran dalam bahasa Inggris.
    Gibran juga mengapresiasi kepemimpinan pemerintah Afrika Selatan terkait pelaksanaan G20. Menurutnya,
    KTT G20 2025
    ini momen bersejarah karena ini pertama kali diselenggarakan di tanah Afrika.
    “Tonggak sejarah ini menandai perubahan besar di mana negara-negara berkembang tidak lagi menjadi penonton, melainkan menjadi penggerak bersama negara-negara berkembang,” ucap Gibran.
    Jurnalis Kompas.com Rahel Narda Chaterine ikut serta dalam kunjungan kerja rombongan Wapres Gibran di Afrika Selatan. Ikuti laporan langsung tentang kegiatan Wakil Presiden Gibran di sini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bocoran Rencana Jepang Luncurkan Paket Stimulus Rp 2.265 Triliun,

    Bocoran Rencana Jepang Luncurkan Paket Stimulus Rp 2.265 Triliun,

    Jakarta

    Pemerintah Jepang akan meluncurkan paket stimulus senilai 21,3 triliun yen atau setara US$ 135,5 miliar (Rp 2.265 triliun, kurs Rp 16.772/US$).

    Kebijakan ini sebagai upaya mendongkrak perekonomian Jepang yang tumbuh melambat serta mendorong konsumsi masyarakat. Selain itu, Stimulus ini bertujuan menekan harga yang naik, memperkuat fondasi ekonomi, serta meningkatkan kapasitas pertahanan dan diplomasi.

    Melansir dari CNBC International Jumat (21/11/2025), yang mengutip laporan NHK, paket stimulus ini menjadi yang terbesar sejak pandemi COVID-19.

    Bantuan ini langsung menyasar ke masyarakat, meliputi peningkatan dana hibah kepada pemerintah daerah, subsidi listrik dan gas mulai Januari 2026 sebesar 7 ribu yen per keluarga selama tiga bulan, serta penghapusan pajak bensin.

    Pemerintah Jepang juga berencana untuk membentuk dana khusus selama 10 tahun untuk meningkatkan industri galangan kapal, sekaligus meningkatkan anggaran pertahanan hingga 2% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun fiskal 2027. Pemerintah juga akan menyusun rancangan anggaran tambahan untuk membiayai berbagai program baru tersebut.

    Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan sebagian besar dananya berasal dari penerimaan negara dan sisanya dari penerbitan obligasi yang diperkirakan lebih kecil dibanding 42,1 triliun yen dari tahun lalu.

    Ekonomi Jepang menyusut 0,4% pada kuartal-III 2025 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian Jepang mengalami kontraksi 1,8%.

    (rea/hns)

  • Bersitegang, Kapal Pesiar China Hindari Pelabuhan Jepang

    Bersitegang, Kapal Pesiar China Hindari Pelabuhan Jepang

    Beijing

    Ketegangan antara China dan Jepang makin meluas hingga ke operasional kapal-kapal pesiar. Para operator kapal pesiar China baru-baru ini berupaya menghindari pelabuhan-pelabuhan Jepang, dan lebih memilih pelabuhan Korea Selatan (Korsel) sebagai opsi.

    Menurut sejumlah sumber dan berdasarkan jadwal kapal pesiar terbaru, seperti dilansir Reuters, Jumat (21/11/2025), para agen tur dan pelabuhan mengungkapkan jika ketegangan diplomatik yang terjadi dapat menyebabkan wisatawan China dialihkan ke Korsel, dari Jepang.

    Ketegangan itu dipicu oleh pernyataan kontroversial Perdana Menteri (PM) baru Jepang Sanae Takaichi kepada anggota parlemen pada awal bulan ini, di mana dia menyebut serangan China terhadap Taiwan yang mengancam kelangsungan hidup Jepang akan dapat memicu respons militer.

    Pernyataan itu disampaikan hanya sepekan setelah Takaichi bertemu Presiden China Xi Jinping, dengan kedua pemimpin sepakat mengupayakan hubungan yang stabil. Pernyataan tersebut juga menunjukkan pergeseran dari sikap pemerintah Jepang sebelumnya, yang menghindari untuk membahas isu Taiwan secara terbuka agar tidak memprovokasi China, yang bersikeras mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.

    Imbas ketegangan diplomatik itu, Adora Magic City, kapal pesiar China yang berlayar ke Pulau Jeju di Korsel dan juga Jepang, telah mengubah jadwalnya untuk Desember mendatang agar tidak singgah di pelabuhan-pelabuhan Jepang, yaitu Fukuoka, Sasebo, dan Nagasaki, seperti rencana awal.

    Menurut pemberitahuan yang diunggah situs web pemerintah Provinsi Jeju di Korsel, kapal pesiar itu akan menghabiskan waktu 31 jam hingga 57 jam di Jeju, lebih lama dari jadwal sebelumnya yang hanya 9 jam.

    Seorang pejabat dari Provinsi Jeju mengatakan bahwa operator kapal pesiar itu meminta perubahan jadwal tanpa memberikan alasan jelas. “Kami menduga hal itu karena hubungan China-Jepang,” kata pejabat yang menolak disebut namanya tersebut.

    “Sepertinya mereka sedang menyusun Rencana B,” imbuhnya.

    Jepang telah memperhitungkan kerugian akibat sengketa diplomatik ini, dengan operator tur yang berbasis di Tokyo, East Japan International Travel Service, mengatakan pekan ini bahwa mereka kehilangan 80 persen booking untuk sisa tahun ini.

    Detail soal kapal pesiar China menghindari Jepang dan tinggal lebih lama di Korsel, atau mempertimbangkan tinggal lebih lama di sana karena sengketa diplomatik belum pernah dilaporkan sebelumnya.

    Korsel muncul sebagai tujuan utama wisatawan China, dalam hal volume tiket penerbangan internasional yang dipesan selama akhir pekan lalu. Banyak maskapai China telah menawarkan pengembalian dana untuk rute penerbangan ke Jepang, langkah yang diharapkan dapat meningkatkan perjalanan udara ke Korsel.

    Luna Wang, seorang warga Hangzhou, China, mengatakan dirinya kini lebih memilih ke Korsel daripada Jepang menyoroti ketegangan diplomatik yang terjadi. “Sekarang sepertinya Jepang tidak aman bagi warga China untuk bepergian… Saya rasa satu-satunya pilihan yang baik adalah pergi ke Korea,” ucapnya.

    Pendiri perusahaan China, Moment Travel, asal Chengdu, Su Shu, mencatat perubahan dramatis dalam persepsi soal bepergian ke Jepang. “Perasaannya sekarang adalah siapa pun yang pergi adalah pengkhianat,” ujarnya.

    Lihat juga Video: Memanas! Jepang Murka Kapal China Masuk Perairan Senkaku

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Seberapa Jauh China Akan Tekan Jepang Soal Taiwan?

    Seberapa Jauh China Akan Tekan Jepang Soal Taiwan?

    Jakarta

    Cina mengumumkan serangkaian langkah terhadap Jepang ketika kedua negara terlibat dalam ketegangan terkait Taiwan, pulau yang diperintah sendiri dan dianggap Beijing sebagai salah satu provinsinya.

    Perselisihan itu mencuat pada 7 November 2025, ketika Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa serangan militer Cina ke Taiwan dapat dianggap sebagai situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang. Pernyataan itu berpotensi membuka jalan bagi Tokyo untuk menggunakan hak pembelaan kolektif yang diatur dalam hukum Jepang.

    Beijing menolak keras pernyataan tersebut dan mengajukan protes resmi. Namun, isu yang memicu gejolak lebih besar adalah unggahan Xue Jian, Konsul Jenderal Cina di Osaka, yang mengkritik komentar Takaichi dan menyebutnya sebagai jalan menuju kematian yang hanya dipilih oleh politisi bodoh di Jepang.

    Dalam unggahan itu, yang dapat dianggap sebagai ancaman terhadap perdana menteri Jepang, Xue menulis bahwa mereka hanya perlu memotong kepala kotor para politisi tersebut. Unggahan itu kini sudah dihapus.

    Sebagai respons, Tokyo menyebut komentar Xue sebagai tindakan yang sangat tidak pantas, sementara sejumlah politisi Jepang menyerukan agar Xue diusir dari negara tersebut.

    Ketegangan tetap tinggi meski Jepang mengirim pejabat Kementerian Luar Negeri ke Cina awal pekan ini, dalam upaya meredakan situasi.

    Cina minta warganya menghindari perjalanan ke Jepang

    Di tengah situasi yang memanas, Beijing memperingatkan bahwa Jepang akan menghadapi kekalahan militer yang telak jika ikut campur dalam konflik Taiwan dan menyampaikan keprihatinan serius atas kebijakan keamanan Tokyo.

    Pada Rabu (19/11), Cina memberi tahu Jepang bahwa mereka akan menangguhkan impor makanan laut dari Jepang. Otoritas Cina juga mengimbau warganya agar tidak bepergian atau belajar di Jepang. Pemerintah Jepang kemudian mengingatkan warganya di Cina agar tetap berhati-hati.

    William Yang, analis senior Asia Timur Laut di International Crisis Group, mengatakan kepada DW bahwa Perdana Menteri Takaichi kemungkinan tidak menyangka pernyataannya di parlemen akan memicu respons Beijing yang sangat terkoordinasi.

    Namun menurutnya, sebagian besar langkah yang digunakan Beijing dalam perselisihan kali ini, termasuk tekanan terhadap sektor pariwisata Jepang dan peningkatan patroli militer, bukanlah hal baru.

    “Saya tidak melihat respons ini sebagai reaksi berlebihan. Ini lebih seperti tekanan yang terukur dan sudah biasa dilakukan,” kata Yang kepada DW.

    Ledakan komentar di Cina

    Pada saat yang sama, unggahan yang mendukung langkah keras pemerintah terhadap Jepang memenuhi Weibo, platform mikroblog terbesar di Cina.

    Para ahli menilai respons keras ini juga ditujukan untuk membangkitkan sentimen patriotik di dalam negeri dan menampilkan citra persatuan nasional.

    “Episode ini, dalam batas tertentu, membantu meredakan ketegangan domestik yang muncul akibat perlambatan ekonomi di Cina,” ujar Lim Chuan tiong, peneliti Asia Studies di Universitas Tokyo, kepada DW.

    Sejauh apa eskalasi ini akan berjalan?

    Meski Taiwan adalah isu yang paling sensitif bagi Cina, Lim menilai bahwa ini adalah pertama kalinya ketegangan terkait pulau itu menjadi pusat perhatian dalam hubungan Cina Jepang.

    Fukuda Madoka, profesor di Fakultas Hukum Universitas Hosei, mengatakan kepada DW bahwa tujuan utama Cina adalah menekan pemerintahan Takaichi agar tidak terlalu aktif terlibat dalam isu Taiwan di masa depan.

    Namun Lim menambahkan bahwa berdasarkan pola hubungan kedua negara selama ini, ketegangan Cina Jepang cenderung mereda setelah mencapai puncaknya.

    “Tujuan Beijing adalah memberi pelajaran kepada Jepang, tetapi pada akhirnya mereka akan kembali ke jalur dialog. Tidak mungkin mereka menghindari hubungan dengan negara tetangga selamanya,” kata Lim.

    Ke depan, Lim mengatakan dinamika hubungan kedua negara tampaknya tidak akan dimediasi oleh Amerika Serikat atau pihak ketiga mana pun.

    “Dalam jangka pendek, Jepang kemungkinan perlu mengambil langkah nyata untuk meredakan situasi, karena terlihat bahwa Beijing mempertahankan sikap yang terus meningkat,” ujar Yang.

    Namun ia menambahkan bahwa Takaichi akan menghadapi dilema, karena jika ia terlalu mudah memberi konsesi, posisinya di dalam negeri bisa terpengaruh dalam jangka panjang.

    Bagaimana respons Taipei?

    Sementara Beijing dan Tokyo saling melempar kritik, Presiden Taiwan Lai Ching te pada Senin mengatakan bahwa serangan Cina dalam berbagai bentuk terhadap Jepang telah menjadi pukulan besar bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo Pasifik.

    Ia meminta komunitas internasional untuk tetap waspada dan mendesak Cina agar menahan diri serta menunjukkan perilaku yang layak bagi negara besar, bukan menjadi pengacau di kawasan.

    Namun, sejumlah analis menilai Taiwan sebaiknya menjaga jarak dari ketegangan ini.

    Lim mengatakan bahwa ini bukan saat yang tepat bagi Taiwan untuk ikut masuk dalam perselisihan, dan diperlukan pendekatan yang rendah agar situasi tidak semakin memanas.

    Fukuda menyampaikan pandangan yang sama.

    “Yang dikhawatirkan Cina adalah dukungan Jepang terhadap kemerdekaan Taiwan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa Beijing kemungkinan akan semakin sensitif terhadap hubungan Jepang Taiwan.

    “Jika pemerintah Taiwan ingin mengambil langkah strategis, mereka sebaiknya tetap menahan diri dalam merespons ketegangan Cina Jepang,” kata Fukuda.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • Dua Maskapai Australia Larang Bawa Power Bank ke Bagasi

    Dua Maskapai Australia Larang Bawa Power Bank ke Bagasi

    Anda sedang membaca rangkuman sejumlah berita pilihan mancanegara yang terjadi dalam 24 jam terakhir dalam Dunia Hari Ini.

    Edisi Jumat, 21 November 2025 kami awali dari Australia.

    Larangan bawa ‘power bank’ ke bagasi

    Mulai 1 Desember, penumpang Virgin Australia diwajibkan untuk menyimpan ‘power bank’ di tempat yang mudah dilihat dan diakses selama penerbangan, atau dalam arti lain: tidak boleh diletakkan di bagasi.

    ‘Power bank’ tidak bisa digunakan atau di-‘charge’ di dalam pesawat, dan penumpang hanya diperbolehkan membawa dua ‘power bank’. Selain itu, yang kekuatannya di atas 100 watt-hours harus mendapat persetujuan pihak maskapai.

    Qantas, QantasLink, dan Jetstar akan menerapkan langkah serupa mulai 15 Desember.

    Seorang juru bicara Qantas mengonfirmasi bahwa penumpang juga akan dibatasi hanya boleh membawa dua power bank, masing-masing di bawah 160 watt-jam, di bagasi kabin.

    “Secara global, semakin banyak perangkat bertenaga baterai litium yang dibawa oleh para pelaku perjalanan, dan meskipun barang-barang ini umumnya aman jika dikemas dan ditangani dengan tepat, langkah ini akan meminimalkan potensi risiko yang terkait dengan perangkat ini,” kata CEO Virgin Australia, Chris Snook.

    Qantas / Jetstar / Qantas LinkVirgin AustraliaPenerapan15 Desember 20251 Desember 2025Penggunaan saat terbangDilarangDilarangJumlah maksimum yang bisa dibawaDua unit per penumpangDua unit per penumpangKapasitas maksimum160 Wh per power bankLebih dari 100 Wh diperbolehkan; 100-160 Wh butuh persetujuan; >160 Wh dilarangTempat penyimpananDi kantung yang ada di kursi, di bawah kursi, kantung baterai harus dilepasYang mudah diakses oleh penumpang, tidak bisa ditaruh di atas kabin.Dibawa ke bagasiDilarangDilarangRatusan orang diselamatkan dari Gunung Semeru

    Sekitar 178 orang yang terjebak dalam letusan Gunung Semeru telah diselamatkan dan kini berada di tempat yang aman, setelah ada indikasi letusan Gunung Semeru akan terus berlanjut.

    Mereka adalah pendaki, pemandu wisata, petugas, serta wisatawan, yang memulai pendakian pada hari Rabu (19/11) sebelum akhirnya terdampar di area perkemahan.

    “Mereka dalam keadaan selamat dan sekarang sedang dibantu untuk kembali,” kata Priatin Hadi Wijaya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dalam konferensi pers melalui video.

    Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, menyebut hampir 1.000 warga di tiga desa paling berisiko di Kabupaten Lumajang juga telah dievakuasi ke posko-posko pemerintah, dan tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Presiden Taiwan dukung langkah Jepang

    Presiden Taiwan, Lai Ching-te, mengunggah foto dirinya sedang menyantap sushi untuk menunjukkan dukungannya kepada Jepang di tengah meningkatnya sengketa diplomatik antara Jepang dan China.

    China dilaporkan sedang bersiap untuk menghentikan impor makanan laut dari Jepang setelah PM Jepang, Sanae Takaichi, mengisyaratkan akan melibatkan militernya jika China menyerang Taiwan.

    Pemerintah Taiwan mengecam “perilaku intimidasi” China, dan mendesak warganya untuk mendukung Jepang dengan mengunjungi Jepang dan membeli produk-produk asal Jepang.

    China menegaskan klaimnya atas Taiwan, sementara Jepang dan Taiwan mempertahankan hubungan yang dekat namun tidak resmi.

    Puluhan warga tewas akibat banjir di Vietnam

    Jumlah korban tewas akibat hujan deras, banjir, dan tanah longsor di Vietnam tengah sejak akhir pekan lalu meningkat menjadi 41 orang, demikian laporan dari media pemerintah, sementara ketinggian air terus meningkat di kota-kota dan desa-desa yang sudah terendam banjir.

    Curah hujan melebihi 1.500 milimeter di beberapa wilayah Vietnam tengah selama tiga hari terakhir, yang menjadi kawasan produsen kopi serta pantai-pantai yang populer bagi turis.

    Pemerintah mengatakan lebih dari setengah juta rumah tangga dan pelaku bisnis kopi mengalami pemadaman listrik akibat banjir.

    Badan prakiraan cuaca nasional memperingatkan terjadinya lebih banyak banjir dan tanah longsor, dengan hujan lebat diperkirakan akan terus berlanjut di wilayah tersebut.

    Tonton juga video “Power Bank Berasap di Pesawat Tujuan Belanda, Penumpang Panik!”

  • Paket Stimulus Jumbo Jepang Rp1.881 Triliun Berisiko Menambah Beban Keuangan Negara

    Paket Stimulus Jumbo Jepang Rp1.881 Triliun Berisiko Menambah Beban Keuangan Negara

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi akan mengeluarkan paket stimulus terbesar sejak masa pandemi, senilai ¥17,7 triliun (atau setara Rp1.881,4 triliun) yang berpotensi menambah tekanan pada keuangan negara di tengah lonjakan kebutuhan penerbitan obligasi.

    Dalam sebuah dokumen yang dikutip dari Bloomberg pada Jumat (21/11/2025) menunjukkan paket stimulus tersebut mencakup belanja sebesar ¥17,7 triliun atau sekitar US$112 miliar melalui anggaran tambahan. Angka tersebut meningkat tajam dari paket ¥13,9 triliun yang diluncurkan mantan PM Shigeru Ishiba tahun lalu.

    Menurut seorang sumber, dengan nilai yang lebih besar, penerbitan obligasi tambahan juga diperkirakan meningkat dibandingkan tahun lalu, sehingga menambah tekanan terhadap kondisi fiskal Jepang.

    Total nilai paket stimulus, termasuk sejumlah pos yang telah dianggarkan sebelumnya, mencapai ¥21,3 triliun. Adapun, hingga saat ini Kementerian Keuangan Jepang, belum memberikan komentar terkait kabar itu

    Jika digabung dengan belanja sektor swasta, dampak total paket tersebut diperkirakan membesar hingga ¥42,8 triliun, seiring pemerintah berupaya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tekanan inflasi, pendanaan sektor strategis, hingga penguatan diplomasi dan pertahanan.

    Akhir pekan lalu, media lokal memberitakan bahwa anggaran tambahan akan berada di kisaran ¥14 triliun, mengindikasikan adanya negosiasi menit terakhir untuk menambah belanja. Dalam beberapa hari terakhir, laporan baru juga menyebutkan bahwa pemerintahan Takaichi merencanakan tambahan bantuan tunai senilai ¥20.000 per anak.

    Kohei Okazaki, Kepala Ekonom Pasar Nomura Securities, mengatakan ukuran paket stimulus tersebut berpotensi memanaskan ekonomi secara berlebihan. 

    “Namun, menurut penasihat dekat Takaichi, ekonomi justru seharusnya berada pada tingkat yang sangat panas. Jadi, angka sebesar ini tidak mengejutkan bagi mereka,” jelasnya.

    Awal pekan ini, data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) riil Jepang menyusut 1,8% secara tahunan pada kuartal III/2025, kontraksi pertama dalam enam kuartal. Kondisi ini memberi alasan tambahan bagi pemerintahan Takaichi untuk meningkatkan belanja.

    Meski total biaya paket berada di kisaran ¥21,3 triliun, lebih rendah dari tahun lalu, sebagian pos akan didanai dari cadangan anggaran sebelumnya. Anggaran tambahan menjadi indikator utama seberapa besar belanja baru yang benar-benar akan dikucurkan.

    Peningkatan belanja ini berpotensi memperburuk beban utang terbesar di antara negara maju. IMF memperkirakan utang pemerintah Jepang akan setara 230% dari PDB tahun ini. Dengan Bank of Japan telah menaikkan suku bunga tiga kali sejak Maret 2024, biaya layanan utang diperkirakan semakin meningkat dan memberi tekanan lebih lanjut pada fiskal Jepang.

    Kekhawatiran atas kenaikan utang mendorong imbal hasil obligasi pemerintah tenor 5 dan 10 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2008 pada Kamis, sementara imbal hasil jangka panjang terus merangkak naik. Yen melemah melewati level ¥157 per dolar AS, terlemah sejak Januari, memicu peringatan verbal dari pejabat senior pemerintah.

    Sejumlah ekonom mempertanyakan kebutuhan stimulus sebesar ini, mengingat kondisi ekonomi saat ini. Meski PDB Jepang terkontraksi pada kuartal III, konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi masih bertahan dibandingkan kuartal sebelumnya, menunjukkan permintaan domestik yang relatif solid meski tertekan tarif AS.

    “Paket ekonomi ini hanya peluncuran awal dari sejumlah kebijakan kunci. Strategi pertumbuhan yang lebih luas, mencakup 17 sektor prioritas, masih akan diumumkan. Jadi, kemungkinan ini bukan akhir dari rangkaian belanja besar Takaichi,” ujar Okazaki.