Tag: Sanae Takaichi

  • Dewan Regional Jepang Setujui PLTN Terbesar Dunia Diaktifkan Kembali

    Dewan Regional Jepang Setujui PLTN Terbesar Dunia Diaktifkan Kembali

    Tokyo

    Dewan regional Jepang, pada Senin (22/12), memberikan persetujuan terhadap rencana mengaktifkan kembali pembangkit nuklir terbesar di dunia untuk pertama kalinya sejak bencana Fukushima tahun 2011 lalu. Persetujuan ini membawa rencana itu selangkah lebih dekat menuju pengoperasian kembali.

    Langkah ini diambil setelah Gubernur Prefektur Niigata, Hideyo Hanazumi, bulan lalu menyetujui pengoperasian kembali pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Kashiwazaki-Kariwa, yang merupakan pembangkit nuklir terbesar di dunia.

    Pembangkit nuklir tersebut dinonaktifkan ketika Jepang menghentikan penggunaan tenaga nuklir, setelah gempa bumi dan tsunami dahsyat menyebabkan tiga reaktor di pembangkit nuklir Fukushima mengalami peleburan inti pada tahun 2011.

    Namun, negara yang miskin sumber daya ini sekarang ingin menghidupkan kembali energi atom untuk mengurangi ketergantungan yang besar pada bahan bakar fosil, demi mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, dan memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat dari kecerdasan buatan (AI).

    Dewan regional di Niigata, yang menjadi lokasi PLTN Kashiwazaki-Kariwa, seperti dilansir AFP, Senin (22/12/2025), menggelar pemungutan suara atau voting terhadap rancangan undang-undang (RUU) anggaran tambahan regional, yang mencakup resolusi tambahan untuk mendukung keputusan Gubernur Hanazumi.

    Dalam voting yang digelar Senin (22/12) waktu setempat itu, sebagian besar dari 53 anggota dewan regional Niigata memberikan suara dukungan mereka.

    “Rancangan undang-undang ini disetujui dengan suara mayoritas,” kata ketua dewan regional Niigata setelah hasil voting diumumkan.

    Setelah rintangan itu teratasi, Tokyo Electric Power (TEPCO), selaku operator PLTN itu, akan meminta izin akhir kepada regulator nuklir Jepang untuk memulai kembali pengoperasian pembangkit nuklir tersebut.

    TEPCO, menurut laporan media lokal Jepang, akan mengajukan permohonan kepada Otoritas Regulasi Nuklir Jepang sebelum akhir tahun ini.

    Laporan stasiun televisi terkemuka Jepang NHK dan surat kabar bisnis Nikkei mengungkapkan bahwa TEPCO mempertimbangkan untuk mengaktifkan kembali salah satu dari tujuh reaktor di PLTN Kashiwazaki-Kariwa sekitar tanggal 20 Januari tahun depan.

    Gubernur Hanazumi diperkirakan akan bertemu dengan Menteri Perindustrian Jepang, Ryozei Akazawa, pada Selasa (23/12) besok untuk menyampaikan dukungan terhadap diaktifkannya kembali pembangkit nuklir tersebut.

    Reaktor itu telah memenuhi standar keselamatan nuklir nasional, dan TEPCO sedang menunggu persetujuan dari masyarakat setempat untuk mengaktifkan kembali fasilitas tersebut.

    Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi telah menyatakan dukungannya terhadap penggunaan tenaga nuklir.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Ambisi Jepang Punya Nuklir Bikin Korut Kesal

    Ambisi Jepang Punya Nuklir Bikin Korut Kesal

    Pyongyang

    Ambisi Jepang memiliki senjata nuklir membuat Korea Utara kesal. Korut, yang punya senjata nuklir dan dihantam beragam sanksi internasional, menyebut Jepang ‘harus dicegah dengan segala cara’ agar tak punya nuklir.

    Dilansir AFP, Minggu (21/12/2025), reaksi Pyongyang muncul setelah seorang pejabat di kantor Perdana Menteri Jepang yang dikutip oleh Kyodo News mengatakan ‘Saya pikir kita harus memiliki senjata nuklir’.

    Pejabat tersebut dilaporkan terlibat dalam merancang kebijakan keamanan Jepang. Laporan Kyodo News itu juga mengutip sumber yang mengatakan ‘Pada akhirnya, kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri’ ketika menjelaskan perlunya hal tersebut.

    Korut kemudian menyebut pernyataan tersebut menunjukkan Tokyo ‘secara terbuka mengungkapkan ambisi mereka untuk memiliki senjata nuklir, melampaui garis merah’. Korut menganggap Jepang, yang pernah menjajah Korea di masa lalu, akan membawa bencana besar bagi umat manusia jika memiliki senjata nuklir.

    “Upaya Jepang untuk memiliki senjata nuklir harus dicegah dengan segala cara karena akan membawa bencana besar bagi umat manusia,” kata Direktur Institut Studi Jepang di bawah Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

    Korut menyebut Jepang memang mengidam-idamkan senjata nuklir. Pejabat itu menambahkan, jika Jepang memperoleh senjata nuklir, ‘negara-negara Asia akan menderita bencana nuklir yang mengerikan dan umat manusia akan menghadapi bencana besar’.

    “Ini bukan pernyataan yang salah atau klaim yang gegabah, tetapi jelas mencerminkan ambisi Jepang yang telah lama diidam-idamkan untuk mempersenjatai diri dengan senjata nuklir,” kata pejabat Korea Utara yang tidak disebutkan namanya.

    Pernyataan itu tidak membahas program nuklir Pyongyang sendiri. Korut telah melakukan uji coba atom pertama pada tahun 2006 yang melanggar resolusi PBB.

    Korut juga diyakini memiliki puluhan hulu ledak nuklir dan telah berulang kali bersumpah untuk mempertahankannya meski dijatuhi sejumlah sanksi internasional. Korut mengatakan mereka membutuhkannya untuk mencegah ancaman militer yang dirasakan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

    Dalam pidato di PBB pada bulan September, Wakil Menteri Luar Negeri Pyongyang, Kim Son Gyong, mengatakan negaranya tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya.

    “Kami tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir yang merupakan hukum negara kami, kebijakan nasional, dan kekuasaan kedaulatan kami serta hak untuk hidup. Dalam keadaan apa pun, kami tidak akan pernah meninggalkan posisi ini,” katanya.

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un juga mengatakan dirinya terbuka untuk berdialog dengan Washington. Asalkan, katanya, Pyongyang diizinkan untuk mempertahankan persenjataan nuklirnya.

    Reaksi soal Nuklir di Jepang

    Dilansir DW, Persoalan nuklir juga memicu perdebatan di Jepang pada November lalu. Partai Liberal Demokrat (Liberal Democratic Party/LDP) yang berkuasa di Jepang memang membahas kebijakan keamanan nasional negara tersebut.

    Jepang saat ini menghadapi tantangan keamanan yang semakin besar di Asia Timur Laut. Hal itu juga menyangkut soal pilihan Jepang harus menghapus tiga prinsip yang telah lama dianut, yaitu tidak memiliki, tidak memproduksi, atau tidak mengizinkan masuknya senjata nuklir ke wilayah Jepang.

    Gagasan bahwa Jepang, satu-satunya yang pernah menjadi target serangan bom atom dalam perang, mungkin akan mengubah pendiriannya dan mengembangkan kemampuan penangkal nuklir sendiri telah memicu penolakan keras di dalam negeri. Terutama pada peringatan 80 tahun pengeboman Hiroshima dan Nagasaki dan berakhirnya Perang Dunia II.

    “Tiga prinsip nonnuklir merupakan kebijakan nasional dasar yang didasarkan pada konsensus nasional,” kata anggota komite eksekutif NGO Peace Boat, Akira Kawasaki, yang juga koordinator bersama Jaringan untuk Penghapusan Senjata Nuklir.

    Kawasaki mencatat Parlemen Jepang telah mengesahkan resolusi yang mendukung prinsip-prinsip tersebut ‘padahal mantan perdana menteri telah berjanji untuk mematuhi prinsip-prinsip tersebut pada bulan Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan Hiroshima dan Nagasaki’.

    “Saya sendiri sangat terkejut mendengar laporan bahwa pemerintah mungkin akan meninjau kembali prinsip-prinsip non-nuklir dan kelompok-kelompok perdamaian serta mereka yang mewakili ‘hibakusha’ (korban bom atom) juga merasa terkejut,” katanya kepada DW.

    Kontroversi soal nuklir di Jepang muncul pada 11 November 2025 ketika Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menolak mengonfirmasi kepada komite parlemen bahwa pemerintahnya akan tetap berkomitmen pada tiga prinsip nonnuklir yang secara resmi diadopsi pada tahun 1971. Pada 20 November 2025, Kepala Kebijakan Partai LDP Takayuki Kobayashi semakin memicu kekhawatiran dengan mengatakan tinjauan strategi keamanan Jepang mendatang akan mencakup di semua bidang.

    “Ini adalah tanggung jawab kami sebagai partai berkuasa untuk mengadakan pembicaraan tanpa ada hal yang tabu. Kita harus membahas berbagai topik,” ujarnya.

    Sebuah editorial yang diterbitkan oleh harian The Mainichi pada 19 November 2025 menyatakan ‘mengulangi prinsip ini akan menandai langkah mundur dari jalur Jepang sebagai negara damai. Jika Takaichi memaksakan pandangan pribadinya dan bertindak gegabah, hal itu akan meninggalkan bekas luka yang abadi’.

    Editorial tersebut, bagaimanapun, mengakui kalau ‘tidak diragukan lagi bahwa lingkungan keamanan Jepang telah menjadi lebih serius’ dengan mengutip invasi Rusia ke Ukraina dan percepatan program senjata nuklir Korea Utara.

    Yoshihiko Noda, mantan Perdana Menteri dan kini ketua Partai Demokrat Konstitusional Jepang dari kelompok oposisi telah menyuarakan pandangan serupa dengan mengatakan bahwa Jepang harus ‘memimpin’ dalam mempromosikan penghapusan senjata nuklir. Dalam sebuah konferensi pers pada pertengahan November 2025, Yoshihiko Noda berjanji dia akan menentang perubahan terhadap prinsip-prinsip nonnuklir negara tersebut.

    Nihon Hidankyo atau Organisasi Konfederasi Jepang Korban Bom A- dan H- juga mengeluarkan pernyataan pada 20 November 2025 yang menyatakan mereka ‘menolak keras’ upaya untuk membatalkan prinsip-prinsip tersebut.

    Dia menambahkan para penyintas Hiroshima dan Nagasaki ‘tidak boleh membiarkan senjata nuklir dibawa ke Jepang atau membiarkan negara ini menjadi basis perang nuklir atau sasaran serangan nuklir’.

    Tonton juga video “Kala Jepang Kembali Diguncang Gempa hingga Sirine Tsunami meraung”

    Halaman 2 dari 4

    (haf/haf)

  • Bank of Japan Naikkan Suku Bunga ke 0,75%, Tertinggi Dalam 30 Tahun

    Bank of Japan Naikkan Suku Bunga ke 0,75%, Tertinggi Dalam 30 Tahun

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 30 tahun. Langkah tersebut menegaskan keyakinan bank sentral bahwa inflasi di Jepang semakin menguat.

    Melansir Bloomberg pada Jumat (19/12/2025), Dewan kebijakan BOJ yang dipimpin Gubernur Kazuo Ueda sepakat menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% dalam keputusan bulat, sebagaimana tercantum dalam pernyataan resmi pada Jumat (19/12/2025).

    Bank sentral Jepang itu menilai peluang terealisasinya proyeksi ekonomi semakin besar. Langkah ini telah diperkirakan seluruh 50 ekonom yang disurvei Bloomberg.

    BOJ menegaskan siklus pengetatan moneter belum berakhir. Bank sentral menyatakan akan terus menaikkan biaya pinjaman jika prospek ekonominya terwujud, seraya mencatat inflasi inti masih meningkat secara moderat.

    Pasca pengumuman tersebut, yen melemah terhadap dolar AS dan diperdagangkan di kisaran 156, mengindikasikan kenaikan suku bunga telah sepenuhnya diantisipasi pasar.

    Kebijakan tersebut menegaskan tekad Ueda untuk melanjutkan normalisasi suku bunga seiring inflasi yang kian mengakar dalam perekonomian. Hal itu merupakan pergeseran besar setelah pecahnya gelembung properti pada awal 1990-an yang memicu dekade panjang tekanan harga yang lemah.

    Data yang dirilis sebelumnya menunjukkan indikator utama harga konsumen naik 3% pada November 2025, memperpanjang periode inflasi yang berada di atau di atas target 2% BOJ menjadi 44 bulan berturut-turut.

    Meski kemunculan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri pada Oktober sempat memunculkan keraguan atas ruang gerak Ueda dalam menormalisasi kebijakan, biaya politik dari tekanan inflasi yang berlanjut serta pelemahan yen membuat pemerintah tidak menghalangi langkah BOJ.

    Ueda juga menaikkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak Januari 2025 setelah data ekonomi menunjukkan tarif Presiden AS Donald Trump tidak memberikan dampak besar terhadap ekonomi Jepang.

    Selain itu, berbagai serikat pekerja menetapkan target dalam perundingan upah tahunan yang sejalan dengan tahun lalu—yang menghasilkan kenaikan upah bersejarah—menandakan momentum kenaikan upah masih terjaga.

    Fokus pasar kini tertuju pada waktu kenaikan berikutnya. Mayoritas pengamat BOJ memperkirakan laju pengetatan akan berlangsung sekitar sekali setiap enam bulan.

    Langkah ini menegaskan posisi BOJ sebagai pengecualian di antara bank sentral global tahun ini, sebagai satu-satunya yang menaikkan suku bunga. Pekan lalu, Federal Reserve AS memangkas suku bunga The Fed untuk ketiga kalinya tahun ini. 

    Meski demikian, setelah kenaikan terbaru, suku bunga Jepang masih berada jauh di bawah tingkat inflasinya, sementara biaya pinjaman di AS lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan harga—menunjukkan konvergensi kebijakan kedua negara.

    Selisih suku bunga Jepang-AS telah menyempit 125 basis poin sepanjang tahun ini. Namun, penyempitan tersebut belum membalikkan tren di pasar valuta asing, dengan pelemahan yen masih berlanjut. Level saat ini di sekitar 156 per dolar AS dibandingkan rata-rata 20 tahun sebesar 111,61.

    Kenaikan suku bunga ini menjadi keputusan bulat pertama di bawah kepemimpinan Ueda, mencerminkan soliditas internal setelah dua dari sembilan anggota dewan sebelumnya menolak mempertahankan suku bunga pada dua pertemuan terakhir.

    Kendati demikian, dua anggota dewan masih menyampaikan keberatan terhadap deskripsi prospek harga yang disampaikan bank sentral.

    Ueda dijadwalkan menjelaskan pertimbangan kebijakan dan arah suku bunga ke depan dalam konferensi pers yang biasanya dimulai pukul 15.30 waktu setempat.

  • Niat Jepang Perkuat Peran di PBB, Imbangi Pengaruh China?

    Niat Jepang Perkuat Peran di PBB, Imbangi Pengaruh China?

    Jakarta

    Jumlah warga negara Jepang yang bekerja di sejumlah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di berbagai belahan dunia kini mencapai rekor tertinggi.

    Kenaikan ini merupakan bagian dari rencana lima tahun Jepang untuk menempatkan warganya di posisi kunci dalam organisasi internasional yang besar tersebut, sebagai upaya menyeimbangi langkah Cina yang dinilai Tokyo memanfaatkan PBB demi memperluas pengaruhnya ke negara lain.

    Walau para pengamat, analis, dan birokrat di PBB seharusnya bersikap netral dalam mengambil keputusan, Jepang kini termasuk di antara negara-negara yang khawatir Cina justru memanfaatkan lembaga itu untuk mendorong agenda geopolitiknya sendiri.

    Sejumlah pengamat di Jepang menilai, selain memakai bantuan dalam jumlah besar untuk menarik dukungan negara-negara berkembang dan memperkuat militernya dengan cepat, Cina juga memanfaatkan diplomasi lewat organisasi multilateral seperti PBB sebagai cara lain untuk memperluas pengaruhnya.

    Staf PBB asal Cina dorong kepentingan Beijing?

    “Cina ingin jumlah staf PBB-nya juga mewakili jumlah populasi dan kontribusi dana yang mereka berikan,” kata Stephen Nagy, profesor hubungan internasional di International Christian University, Tokyo.

    “Mereka telah berupaya, dan cukup berhasil, menempatkan orang-orang mereka di sejumlah komite penting,” jelas dia kepada DW, sambil menambahkan, “staf PBB seharusnya bekerja untuk lembaga tempat mereka bekerja, tapi banyak yang khawatir staf asal Cina justru lebih sibuk mendorong kepentingan negaranya dan menghambat langkah yang bisa merugikan Beijing.”

    Salah satu isu paling sensitif bagi Beijing adalah kritik terhadap catatan hak asasi manusia Cina, terutama terkait perlakuannya pada etnis minoritas Uighur di Xinjiang.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pada Juli 2024, organisasi UN Watch merilis laporan yang menyebut bahwa “PBB telah rusak,” setelah meninjau kembali rekam jejak lembaga dunia itu dalam isu hak asasi manusia.

    Laporan tersebut menilai “Cina dan rezim otoriter lainnya telah membajak mekanisme itu untuk menjadikannya ajang saling memuji di antara para diktator dan memberi kesan seolah mereka mendapat legitimasi dari PBB.”

    Dalam pertemuan Dewan HAM PBB, Amerika Serikat dan Inggris menyoroti pelanggaran HAM oleh Cina. Namun, Rusia, Zimbabwe, Venezuela, Tunisia, dan Aljazair justru memuji langkah Beijing yang disebut “mempromosikan pembangunan dan keberagaman di Xinjiang.”

    Jepang siapkan strategi untuk tandingi Cina

    Stephen Nagy menambahkan bahwa Jepang melawan dengan satu-satunya cara yang ada.

    “Jepang merespons karena merasa kepemimpinan di PBB sedang melemah, sehingga negara itu perlu memperkuat kehadirannya dan membuat organisasi tersebut lebih efektif lagi,” ujar profesor tersebut.

    Kementerian Luar Negeri Jepang mengumumkan pada 9 Desember 2025 bahwa jumlah warga negaranya di badan-badan PBB mencapai 979 orang hingga akhir 2024. Jumlah tersebut menjadi rekor tertinggi sejak pencatatan jumlah pekerja ini dimulai tahun 1990. Angka ini nyaris menyentuh target 1.000 pegawai yang direncanakan sejak 2021.

    Warga Jepang juga semakin berpengaruh di lembaga itu, dengan rekor 94 orang menduduki posisi wakil direktur atau jabatan lebih tinggi di 44 badan PBB.

    Sementara, menurut situs resmi PBB, staf Cina di PBB naik dari 794 orang pada 2009 menjadi 1.647 pada 2023.

    Tokyo mulai serius meningkatkan kehadirannya di PBB sejak awal 2021, ketika empat badan utama lembaga itu dipimpin warga Cina, termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU), serta Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Pada saat yang sama, sembilan dari 15 badan PBB punya wakil pimpinan asal Cina.

    Sekretariat Keamanan Nasional Jepang dan Kementerian Luar Negeri pun ditugaskan membina sumber daya manusia dengan keahlian tertentu untuk posisi kepemimpinan global, guna membalikkan posisi Jepang yang terpinggirkan.

    Tokyo juga rajin menggaet institusi internasional agar berdiri di negaranya. Universitas PBB sudah bermarkas di Tokyo. Kini, Jepang juga sedang melobi jadi tuan rumah Mahkamah Pidana Internasional cabang Asia, yang berkantor pusat di Den Haag.

    Jepang jadi ‘negara idealis’

    Sebagian pihak menilai niatan Jepang lebih didorong karena keinginan berkontribusi, bukan sekadar ingin menyaingi pengaruh negara lain.

    “Jepang adalah negara idealis. Sejak awal, mereka yakin PBB selalu siap turun tangan kapan pun diperlukan,” kata Hiromi Murakami, profesor ilmu politik di Temple University Tokyo.

    “Pandangan ingin berkontribusi ini mungkin sudah ketinggalan zaman, tapi Jepang masih berharap PBB bisa menyelesaikan krisis,” lanjutnya. “Maka dari itu, mereka ingin terlibat lebih dalam, dengan cara meningkatkan kehadiran di organisasi itu.”

    “Saya rasa Jepang akan tetap seperti ini di bawah Perdana Menteri Sanae Takaichi. Dia punya visi serupa soal masa depan negara ini,” pungkas Murakami.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Pratama Indra

    Editor: Muhammad Hanafi

    Tonton juga video “Mendagri Buka Suara soal Aceh Surati PBB Minta Bantuan Bencana”

    (ita/ita)

  • Bersitegang, PM Jepang Bilang Selalu Terbuka untuk Dialog dengan China

    Bersitegang, PM Jepang Bilang Selalu Terbuka untuk Dialog dengan China

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa ia “selalu terbuka” untuk dialog dengan China, meskipun ada perselisihan diplomatik antara Tokyo dan Beijing atas komentar yang ia buat tentang Taiwan.

    “China adalah tetangga penting bagi Jepang, dan kita perlu membangun hubungan yang konstruktif dan stabil,” kata Takaichi dalam konferensi pers, dilansir kantor berita AFP, Rabu (17/12/2025).

    “Jepang selalu terbuka untuk dialog dengan China. Kami tidak menutup pintu kami,” imbuhnya.

    China dan Jepang bersitegang setelah pernyataan Takaichi pada bulan November lalu, bahwa Tokyo dapat campur tangan secara militer dalam serangan apa pun terhadap Taiwan.

    Dalam eskalasi terbaru perselisihan bulan ini, pesawat militer China mengunci radar ke jet Jepang, yang mendorong Tokyo untuk memanggil duta besar Beijing.

    Diketahui bahwa China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah mengancam akan menggunakan kekuatan untuk menguasainya.

    Komentar tersebut memicu reaksi diplomatik yang tajam dari Beijing, yang telah mendesak warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang.

    Data resmi yang dirilis pada hari Rabu (17/12) menunjukkan bahwa peringatan tersebut telah berdampak pada jumlah pengunjung.

    Kedatangan dari China daratan ke Jepang bulan lalu hanya meningkat tiga persen dari tahun sebelumnya, pertumbuhan terlemah sejak Januari 2022, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO).

    Pertumbuhan tahunan pengunjung China ke Jepang telah stabil di angka dua digit selama beberapa bulan — 22,8 persen pada Oktober, 18,9 persen pada September, dan 36,5 persen pada Agustus.

    China adalah sumber wisatawan terbesar ke kepulauan Jepang, dengan hampir 7,5 juta pengunjung dalam sembilan bulan pertama tahun 2025 — seperempat dari semua wisatawan asing, menurut angka resmi.

    Terpikat oleh nilai yen yang lemah, mereka menghabiskan uang setara dengan US$3,7 miliar pada kuartal ketiga.

    MenurutJNTO, setiap turis China rata-rata menghabiskan 22 persen lebih banyak daripada pengunjung lain tahun lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • PM Jepang Bentuk Satgas untuk Nilai Kerusakan Gempa Terbaru

    PM Jepang Bentuk Satgas untuk Nilai Kerusakan Gempa Terbaru

    Anda sedang membaca Dunia Hari Ini, yang merangkum berita-berita terkini dalam 24 jam terakhir.

    Kita awali edisi Selasa, 9 Desember 2025 dari perkembangan gempa di Jepang.

    Jepang diguncang gempa

    Gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter melanda Jepang utara pada Senin malam, melukai lebih dari 20 orang dan sempat memicu tsunami setinggi 70 sentimeter di wilayah pesisir Pasifik, menurut Badan Meteorologi Jepang (JMA).

    Reuters melaporkan bahwa sekitar 90.000 orang diperintahkan untuk mengungsi, sebelum Jepang mencabut semua peringatan tsunami beberapa jam setelah gempa.

    “Saya belum pernah mengalami guncangan sebesar ini,” kata pemilik toko swalayan, Nobuo Yamada, di kota Hachinohe kepada kantor berita NHK.

    Sementara itu Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan pemerintahnya sudah membentuk satuan tugas darurat untuk segera menilai tingkat kerusakan akibat gempa.

    “Kami mengutamakan nyawa orang-orang dan melakukan segala yang kami bisa,” ujarnya.

    Bentrokan baru antara Thailand dan Kamboja

    Pertempuran kembali terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja, setelah kedua belah pihak saling tuduh melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani setelah perang lima hari pada bulan Juli lalu.

    Menurut militer Thailand, mereka melancarkan serangan udara setelah seorang tentara Thailand tewas dan empat lainnya luka-luka dalam bentrokan di provinsi paling timur, Ubon Ratchathani.

    Menteri Informasi Kamboja Neth Pheaktra mengatakan sejak pertempuran dimulai, empat warga sipil Kamboja tewas dan sembilan lainnya luka-luka.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, menyerukan komunitas internasional untuk “mengecam pelanggaran deklarasi bersama perjanjian damai antara Kamboja dan Thailand” dalam konferensi pers, Senin (08/12) kemarin.

    Sementara itu, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan negaranya “tidak pernah ingin melihat kekerasan”, tetapi pemerintah tidak akan menoleransi pelanggaran kedaulatannya.

    Satu dari bayi kembar siam meninggal setelah upaya pemisahan

    Para ahli bedah di Sydney berupaya memisahkan bayi kembar siam yang langka, yang diterbangkan dari Papua Nugini, tapi hanya satu bayi laki-laki yang selamat.

    Tom dan Sawong, yang berusia hampir dua bulan, menjalani operasi selama tujuh jam di Rumah Sakit Anak Sydney pada hari Minggu (07/12) lalu.

    Tom meninggal beberapa menit setelah operasi, menurut pilot Jurgen Ruh, yang sedang bersama orang tua bayi kembar dan pertama kali membantu membawa bayi-bayi itu ke Port Moresby dari pedalaman Papua Nugini untuk dirawat.

    Kepada wartawan, Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, mengatakan pemerintahannya sudah memberikan “jaminan kalau tagihan medis” akan ditanggung.

    “Berdasarkan jaminan kami, [pemerintah Australia] dapat memfasilitasi pemindahan cepat ke rumah sakit,” katanya.

    Kebocoran air di museum Louvre

    Kebocoran air ditemukan di museum Louvre akhir November lalu dan diperkirakan berdampak pada “antara 300 dan 400 karya,” kata Wakil Administrator Museum, Francis Steinbock.

    Koleksi yang terdampak termasuk “jurnal egyptology” dan “dokumentasi ilmiah” yang digunakan oleh para peneliti Mesir.

    Barang-barang yang rusak berasal dari akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan “sangat berguna” tetapi “sama sekali bukan barang unik,” tambah Francis kepada kantor berita AFP.

    “Tidak ada artefak warisan yang terdampak oleh kerusakan ini,” jelasnya, yang juga mengatakan belum ada kerugian yang tidak dapat diperbaiki.

    Louvre mengatakan akan ada penyelidikan internal atas kebocoran tersebut.

    Tonton juga video “Peringatan Tsunami 3 Meter Dikeluarkan Seusai Gempa M 7,6 Jepang”

  • Kenapa Ekspansi Fiskal PM Jepang Bikin Gentar Pasar Global?

    Kenapa Ekspansi Fiskal PM Jepang Bikin Gentar Pasar Global?

    Jakarta

    Mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meredam lonjakan biaya hidup adalah agenda utama Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi sejak dilantik pada Oktober lalu. Misinya tidak mudah, akibat tekanan inflasi yang terus membandel.

    Takaichi, 64 tahun, berupaya menghindari nasib pendahulunya, Shigeru Ishiba, yang hanya bertahan sekitar satu tahun sebelum tersingkir akibat kekecewaan publik, terutama karena inflasi yang tak kunjung terkendali.

    Sebagai pengagum mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe, Takaichi bertekad melanjutkan warisan Abenomics. Doktrin tersebut mendiktekan serangkaian kebijakan yang mengandalkan pelonggaran moneter secara agresif, stimulus fiskal, dan reformasi struktural. Langkah ini diyakini ampuh untuk menarik Jepang keluar dari spiral deflasi berkepanjangan yang ditandai penurunan harga dan lemahnya belanja konsumen.

    Namun, ekonomi Jepang — terbesar keempat di dunia — justru menyusut pada kuartal ketiga. Hal ini menambah tekanan politik dan ekonomi terhadap pemerintahan baru di Tokyo.

    Sebagai respons, Takaichi bulan lalu meluncurkan paket belanja besar-besaran untuk mendongkrak pertumbuhan dan menopang daya beli rumah tangga. Paket senilai US$ 135 miliar itu mencakup bantuan tunai bagi orang tua serta subsidi energi.

    Dapatkah stimulus mendongkrak pertumbuhan?

    Werner Pasha, pakar Jepang dan profesor di Institute of East Asian Studies, Universitas Duisburg-Essen, meragukan bahwa dana stimulus akan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi secara berarti.

    “Pertama, tambahan permintaan akan meningkatkan tekanan inflasi, mungkin sudah terasa dalam jangka pendek, dan pasti dalam jangka menengah,” ujarnya kepada DW. “Kedua, patut dipertanyakan apakah pemerintah benar-benar mampu meningkatkan belanja efektif secepat yang diinginkan. Di masa lalu, hal itu tidak terjadi.”

    Kepada DW, Estevez-Abe mengatakan Takaichi menjanjikan investasi di beragam sektor strategis—mulai dari kecerdasan buatan, semikonduktor, bioteknologi, hingga antariksa dan pelayaran. “Namun niat ini lebih terlihat seperti daftar harapan ketimbang rencana strategis yang matang,” ujarnya.

    Dia menilai belanja tambahan justru “obat yang keliru” bagi masalah Jepang, yang bersumber dari tantangan struktural: populasi menua dan menyusut, kurangnya investasi pendidikan publik, serta alokasi modal ke sektor-sektor yang tidak efisien.

    “Saya tidak melihat anggaran Takaichi, maupun pernyataannya sejauh ini, menyentuh akar persoalan tersebut,” katanya.

    Keuangan publik dalam kondisi rapuh

    Di sisi lain, rencana belanja ekspansif berisiko semakin membebani kas negara. Jepang saat ini pun sudah memegang rekor sebagai negara industri dengan beban utang tertinggi—sekitar 250 persen dari produk domestik bruto (PDB).

    Meski demikian, Jepang sejauh ini terhindar dari krisis pembiayaan, terutama karena struktur utangnya. Seluruh obligasi pemerintah diterbitkan dalam mata uang yen, dan lebih dari 90 persen dipegang institusi domestik — lebih dari setengahnya oleh bank sentral.

    Walau pemerintah sarat utang, perekonomian Jepang secara keseluruhan tergolong “kaya,” kata Franz Waldenberger, Direktur German Institute for Japanese Studies. Jepang memiliki rasio aset luar negeri bersih terhadap PDB yang “termasuk tertinggi di dunia.”

    “Saya menyebutnya negara kaya, pemerintah miskin,” ujarnya.

    Imbal hasil naik, inflasi membandel

    Namun ekonomi yang lesu dan gelontoran stimulus terbaru mulai mendorong naik beban utang. Tingkat kupon obligasi pemerintah Jepang juga terus naik dalam beberapa bulan terakhir.

    Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun — tingkat pengembalian total tahunan bagi investor—melonjak menjadi 1,92 persen, tertinggi dalam hampir dua dekade.

    “Pasar obligasi Jepang sedang berada di tepi luka yang diciptakannya sendiri,” kata Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di bank investasi Prancis Natixis. Dia menyebut belanja agresif Tokyo sebagai “perjudian menggandakan taruhan pada kartu yang sudah kalah.”

    Inflasi sendiri tetap bertahan di atas target bank sentral sebesar 2 persen. Sebagai negara yang miskin sumber daya, Jepang sangat bergantung pada impor pangan, energi, dan bahan mentah. Yen yang lemah memperparah tekanan harga karena impor menjadi lebih mahal.

    “Inflasi hanya akan turun jika yen menguat. Tapi itu memerlukan kenaikan suku bunga, yang justru akan memperberat kemampuan pemerintah untuk berutang,” kata Estevez-Abe. Ia menyebut rencana Takaichi sebagai situasi Catch-22—serba salah.

    Bank Sentral Jepang terakhir menaikkan suku bunga dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen pada Januari, lalu menahannya hingga kini. Spekulasi pun menguat bahwa kenaikan lanjutan akan dibahas dalam rapat 18–19 Desember mendatang.

    Kekhawatiran pembalikan carry trade

    Kombinasi suku bunga yang lebih tinggi dan imbal hasil obligasi yang meningkat memicu kekhawatiran di pasar keuangan global terkait potensi pembalikan praktik carry trade mata uang yen.

    Selama puluhan tahun, investor global memanfaatkan pinjaman murah dalam yen untuk membeli aset berimbal hasil lebih tinggi di luar negeri, seperti saham AS dan obligasi Treasury. Skema ini bergantung pada suku bunga rendah dan yen yang lemah.

    Jika suku bunga Jepang naik dan yen menguat, carry trade berpotensi berbalik arah — memicu gejolak pasar dan menekan valuasi aset berisiko, termasuk saham teknologi dan kripto.

    “Kondisi ini menyulut ketakutan akan runtuhnya yen carry trade, skema global senilai US$ 20 triliun,” kata Garcia-Herrero, menyebutnya sebagai mesin gelembung aset dari Wall Street hingga pasar berkembang.

    Meski kecil kemungkinan berujung krisis finansial besar seperti 2008/2009, dampaknya tetap bisa signifikan: penurunan saham 5–12 persen dan lonjakan imbal hasil obligasi hingga 20–40 basis poin.

    Pasha menyebut yen carry trade sebagai fenomena makroekonomi yang “aneh,” yang berkontribusi pada euforia bitcoin dan valuasi ekstrem saham teknologi dan AI.

    Dari sudut pandang itu, ia menilai berkurangnya praktik ini justru patut disambut. Namun ia mengingatkan, “pasar bisa menjadi tidak stabil dan lepas kendali jika arus keuangan berubah terlalu drastis.”

    Meski begitu, dia menegaskan, gejolak finansial semata masih akan lebih ringan dampaknya dibanding guncangan dunia nyata—seperti perang dagang AS–Cina yang memburuk atau pandemi baru.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Menkeu Purbaya Ungkap Prabowo Setuju Rp 200 T Diguyur ke Bank”

    (ita/ita)

  • Gempa M 7,5 Guncang Jepang, Korban Luka 30 Orang

    Gempa M 7,5 Guncang Jepang, Korban Luka 30 Orang

    Jakarta

    Gempa besar di lepas pantai utara Jepang menyebabkan setidaknya 30 orang terluka. Gempa bumi ini juga merusak jalan-jalan dan menyebabkan ribuan orang tanpa listrik dalam suhu udara dingin.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (9/12/2025), Badan Meteorologi Jepang mengatakan gempa dengan Magnitudo (M) 7,5 yang terjadi pada pukul 23.15 hari Senin (8/12) waktu setempat — diturunkan dari M 7,6 sebelumnya — meningkatkan kemungkinan terjadinya gempa serupa atau lebih besar dalam beberapa hari mendatang.

    Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan 30 orang terluka akibat gempa di lepas pantai wilayah Aamori, yang memicu gelombang tsunami setinggi 70 sentimeter (28 inci) tersebut.

    Korban luka termasuk satu orang yang mengalami luka serius di pulau utama di utara, Hokkaido, menurut Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran.

    Rekaman video menunjukkan beberapa retakan di jalan dan setidaknya satu mobil terperosok ke dalam lubang, dengan pecahan kaca jendela berserakan di jalan dan trotoar.

    Awalnya, terdapat beberapa laporan kebakaran. Juru bicara pemerintah Minoru Kihara mengatakan pada hari Selasa (9/12) bahwa terdapat satu kebakaran yang terkonfirmasi di sebuah rumah.

    Di Hokkaido, seorang reporter AFP mengatakan tanah bergetar hebat selama sekitar 30 detik ketika alarm ponsel berbunyi untuk memperingatkan warga.

    Daiki Shimohata, 33 tahun, seorang pegawai negeri sipil di Hashikami, wilayah Aomori, Pulau Honshu, mengatakan kepada AFP bahwa ia dan keluarganya bergegas keluar rumah.

    “Gempa ini sesuatu yang belum pernah kami alami sebelumnya. Durasinya mungkin sekitar 20 detik,” kata Shimohata melalui telepon.

    Sekitar 28.000 orang diimbau untuk mengungsi dari rumah mereka setelah gempa, kata layanan darurat. Menurut laporan media, beberapa tempat penampungan sementara sudah penuh.

    Dengan suhu di sekitar titik beku, sekitar 2.700 rumah di Aomori tanpa listrik, media lokal, Kyodo News melaporkan beberapa jam setelah gempa.

    Namun pada Selasa pagi waktu setempat, listrik telah pulih kembali di sebagian besar wilayah, dengan kurang dari 40 rumah masih tanpa listrik, menurut operator listrik.

    Awalnya, JMA memperingatkan tsunami setinggi tiga meter (10 kaki), yang dapat menyebabkan kerusakan besar, dan ribuan penduduk didesak untuk mengungsi ke tempat yang aman.

    Pada akhirnya, gelombang terbesar yang tercatat mencapai 70 sentimeter dan setelah beberapa jam, peringatan tsunami dicabut.

    Layanan kereta peluru Shinkansen dihentikan sementara di beberapa wilayah sementara teknisi memeriksa kerusakan pada rel.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • 10 Orang Terluka Usai Gempa 7,6 M di Jepang

    10 Orang Terluka Usai Gempa 7,6 M di Jepang

    Jakarta

    Sebanyak 10 orang dilaporkan terluka usai gempa sebesar 7,6 magnitudo mengguncang Jepang di lepas pantai wilayah Aamori. Meski begitu, Jepang menyebut tampaknya tidak ada kerusakan besar usai gempa besar yang memicu gelombang tsunami setinggi 70 sentimeter (28 inci) itu.

    Namun, Badan Meteorologi Jepang juga mengatakan gempa yang terjadi pada Senin (14.15 GMT) pukul 23.15 itu meningkatkan kemungkinan gempa susulan serupa atau lebih besar dalam beberapa hari mendatang.

    Dilansir AFP, Selasa (9/12/2025), berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, korban terluka termasuk satu orang yang mengalami luka parah di pulau utama di utara, Hokkaido.

    Di Hokkaido, seorang reporter AFP mengatakan tanah bergetar hebat selama sekitar 30 detik ketika alarm ponsel pintar berbunyi untuk memperingatkan penduduk. Sementara rekaman video menunjukkan pecahan kaca berserakan di jalan-jalan.

    Perdana Menteri Sanae Takaichi mengimbau warga untuk berhati-hati. Ia meminta warga mengevakuasi diri ketika merasakan adanya guncangan.

    “Harap dengarkan informasi dari JMA atau pemerintah daerah selama kurang lebih seminggu dan periksa apakah perabotan sudah diperbaiki dan bersiaplah untuk mengungsi ketika Anda merasakan guncangan,” ujarnya.

    Sebelumnya, JMA memperingatkan potensi tsunami setinggi tiga meter (10 kaki) dan berpotensi dapat menyebabkan kerusakan besar. Ribuan warga didesak untuk mengungsi ke tempat aman.

    Akhirnya, gelombang terbesar yang tercatat mencapai 70 sentimeter. Usai beberapa jam peringatan tersebut dicabut.

    Siaran publik NHK mengutip seorang karyawan hotel di kota Hachinohe di Aomori yang mengatakan bahwa terdapat beberapa korban luka akibat gempa tersebut.

    Layanan kereta peluru Shinkansen dihentikan di beberapa area sementara para teknisi memeriksa kerusakan pada rel.

    Tak lama setelah gempa yang terjadi kemarin, Tohoku Electric Power mengatakan tidak ada kelainan yang terdeteksi di pembangkit listrik tenaga nuklir Higashidori di Aomori dan pembangkit listrik Onagawa di wilayah Miyagi

    (yld/zap)

  • Protes Insiden Jet Tempur, Jepang Panggil Dubes China

    Protes Insiden Jet Tempur, Jepang Panggil Dubes China

    Tokyo

    Pemerintah Jepang memanggil Duta Besar (Dubes) China untuk menyampaikan protes terkait insiden jet tempur di perairan internasional dekat Okinawa. Dalam insiden itu, pesawat militer Beijing dituduh mengunci radar terhadap jet-jet tempur Tokyo.

    Insiden itu semakin memperdalam perselisihan diplomatik antara kedua negara menyusul komentar Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi tentang Taiwan, yang memancing kemarahan China. Bulan lalu, PM Takaichi mengisyaratkan Tokyo akan melakukan intervensi militer untuk setiap serangan Beijing terhadap Taipei.

    China selalu menganggap Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis sendiri, sebagai bagian wilayah kedaulatannya dan tidak menutup kemungkinan untuk merebutnya dengan kekerasan.

    Otoritas Jepang, seperti dilansir AFP, Senin (8/12/2025), mengatakan bahwa sejumlah jet tempur J-15 dari kapal induk Liaoning milik China sebanyak dua kali mengunci radar mereka terhadap jet-jet tempur Jepang yang mengudara di atas perairan internasional di dekat Okinawa pada Sabtu (6/12) waktu setempat.

    Tidak ada kerusakan atau cedera yang ditimbulkan dalam insiden tersebut.

    Jet tempur diketahui menggunakan radar untuk mengendalikan tembakan guna mengidentifikasi target-target, serta untuk operasi pencarian dan penyelamatan.

    Angkatan Laut China, dalam pernyataan terpisah, menyebut klaim Tokyo “sepenuhnya tidak konsisten dengan fakta-fakta” dan meminta Jepang untuk “segera berhenti memfitnah dan mencemarkan nama baik”.

    Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Takehiro Funakoshi, memanggil Duta Besar China, Wu Jianghao, pada Minggu (7/12) waktu setempat, untuk “menyampaikan protes keras bahwa tindakan berbahaya tersebut sangat disesalkan”.

    Kementerian Luar Negeri Jepang, dalam pernyataan pada Minggu tengah malam, mengatakan bahwa Funakoshi “sangat mendesak pemerintah China untuk memastikan bahwa tindakan serupa tidak terulang”.

    Sementara PM Takaichi mengatakan bahwa Jepang akan “menanggapi dengan tenang dan tegas”.

    “Sambil memantau secara ketat pergerakan militer China di wilayah laut dan wilayah udara di sekitar negara kita, kami akan memastikan kewaspadaan dan pengawasan menyeluruh di wilayah laut dan wilayah udara di sekitar negara kita,” ucapnya.

    Merespons protes yang disampaikan Tokyo, Kementerian Luar Negeri Beijing menyatakan penolakan dan mengatakan pihaknya telah mengajukan protes balasan.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip kantor berita Xinhua, mendesak Jepang untuk “segera menghentikan tindakan berbahaya yang mengganggu latihan dan pelatihan militer normal China”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)