Tag: Saidiman Ahmad

  • DPR Sebut Pelantikan Kepala Daerah Diundur Maret 2025, Mengapa? – Page 3

    DPR Sebut Pelantikan Kepala Daerah Diundur Maret 2025, Mengapa? – Page 3

    Lingkaran Survei Indonesia Denny JA (LSI Denny JA) mewanti-wanti potensi merosotnya kepercayaan publik kepada Prabowo Prabowo Subianto akibat wacana kepala daerah dipilih DPRD. Sebab isu ini mendapat sentimen negatif dari publik.

    Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, mengatakan isu kepala daerah dipilih DPRD memang merupakan gagasan yang sangat tidak populer. Dia menilai bahwa masyarakat sudah mutlak menolak wacana itu.

    Menurut Saidiman, hal ini sejalan dengan penolakan publik untuk mengubah pemilihan presiden oleh MPR.

    “Isu penghapusan pemilihan langsung selama ini memang merupakan gagasan yang sangat tidak populer. Mayoritas masyarakat Indonesia mutlak menolak ide pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Ini konsisten dengan penolakan publik untuk mengubah pemilihan presiden dari langsung menjadi dipilih MPR,” kata Saidiman saat dihubungi, Jumat (27/12/2024).

    Saidiman mengatakan, pada umumnya masyarakat Indonesia memiliki kesadaran yang sangat baik tentang hak mereka menentukan pemimpin, baik di tingkat nasional maupun lokal. Selain itu, ketidakpercayaan pada partai dan DPR/DPRD juga sangat tinggi.

    “Karena itu, wajar kalau publik menolak memberi mandat pada DPRD atau DPR untuk menentukan pemimpin daerah,” ucap Saidiman.

    Saidiman menuturkan saat ini kepercayaan publik pada Prabowo Subianto masih sebatas pada janji-janji kampanye. Seiring waktu, publik akan lebih banyak menuntut pembuktian janji-janji tersebut.

    Bila dalam beberapa bulan ke depan janji-janji kampanye Prabowo tak terbukti terlaksana atau mulai terlihat diingkari, maka bukan mustahil ketidakpercayaan publik akan meningkat.

    “Dan sekarang sudah muncul beberapa isu yang bisa menurunkan kepercayaan publik tersebut, antara lain soal menghapus pemilihan langsung kepala daerah dan mengampuni koruptor,” ucap Saidiman.

    Belum lagi, kata Saidiman, sedang ramai isu PPN 12 persen dan pengurangan anggaran makan bergizi gratis.

    “Isu lain yang bisa menurunkan kepercayaan publik pada Prabowo adalah peningkatan PPN menjadi 12 persen dan pengurangan budget program makan siang gratis dari 15 ribu per-anak menjadi 10 ribu rupiah,” pungkasnya.

  • Bersatunya Ahokers dan Anak Abah Dinilai Dongkrak Daya Tarik Pilkada Jakarta
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Desember 2024

    Bersatunya Ahokers dan Anak Abah Dinilai Dongkrak Daya Tarik Pilkada Jakarta Megapolitan 7 Desember 2024

    Bersatunya Ahokers dan Anak Abah Dinilai Dongkrak Daya Tarik Pilkada Jakarta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Bersatunya kelompok pendukung mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (
    Ahok
    ) dan
    Anies Baswedan
    , yang dikenal dengan istilah ”
    Ahokers
    ” dan ”
    Anak Abah
    “, dinilai telah mendongkrak daya tarik
    Pilkada Jakarta
    .
    Dua kelompok yang pernah berseteru panas saat Pilkada Jakarta 2017 lalu itu, kini justru satu kubu mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.
    “Itu yang menarik ya, bahwa sebelumnya polarisasi terjadi di Jakarta, justru ada calon yang berhasil menyatukan itu dan itu adalah Pram-Rano,” kata Peneliti Saiful Mujani Research Center (SMRC) Saidiman Ahmad dalam acara ‘Jaga Demokrasi di Indonesia’ yang digelar di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (7/12/2024).
    Saidiman menjelaskan, sejak awal Pilkada Jakarta sudah tak menarik bagi warga ibu kota, karena ada kesan calon yang bertarung sudah diatur oleh elite politik. 
    Sebab, Ridwan Kamil-Suswono telah memborong dukungan hampir semua partai politik, sehingga menutup peluang calon lain untuk maju.
    Awalnya, RK-Suswono diprediksi akan menang mudah karena hanya akan melawan calon independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana.
    Namun, putusan MK yang mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah, membuat PDI-P akhirnya bisa mengusung calon sendiri. 
    Partai banteng pun mengusung duet dua kadernya, Pramono Anung-Rano Karno.
    Pasangan itu pun mendapat dukungan dari Anies dan Ahok, yang masih memiliki elektabilitas relatif tinggi di Jakarta. 
    Menurut analisis Saidin, Ahokers dan Anak Abah berpengaruh signifikan pada keunggulan
    Pramono-Rano

    “Justru ketika para pendukung Ahok tahu Anies juga ikut mendukung Pramono, Pram-Rano itu tambah besar dukungannya, tambah kuat. Demikian pula sebaliknya,” lanjut Saidin.
    Sebaliknya, Saidin menilai, dukungan yang diberikan Presiden ke-7 Jokowi dan Presiden Prabowo pada detik-detik akhir jelang pencoblosan, tak berpengaruh signifikan.
    “Pengetahuan publik tentang endorsement itu tidak punya pengaruh, bahkan lebih negatif,” jelas Saidin.
    Berdasarkan penghitungan KPU di tingkat kabupaten/kota, Pramono Anung-Rano Karno menang di seluruh wilayah Jakarta dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
    Total suara yang diperoleh Pramono-Rano di Pilkada Jakarta adalah 2.183.239, Ridwan Kamil-Suswono meraih 1.718.160 suara. Sementara Dharma Pongrekun-Kun Wardana mendapat 459.230 suara.
    Saat ini, KPU masih melakukan rekapitulasi di tingkat provinsi.
    Masyarakat dapat memantau sendiri hasil perhitungan suara tiga paslon cagub-cawagub Jakarta melalui laman pilkada2024.kpu.go.id, kemudian pilih provinsi DKI Jakarta.
    Laman tersebut juga menampilkan hasil hitung suara dan rekapitulasi pemilihan calon kepala daerah dalam Pilkada 2024 di seluruh wilayah Indonesia.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Beredar Surat Ajakan Prabowo, Saidiman Ahmad: Gembar-gembor Persatuan, Tapi Partisan Setengah Mati

    Beredar Surat Ajakan Prabowo, Saidiman Ahmad: Gembar-gembor Persatuan, Tapi Partisan Setengah Mati

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Surat yang bertandatangan dari Presiden Prabowo kini beredar luas di media sosial. Surat tersebut berisi ajakan memili pasangan tertentu di Pilgub Jakarta.

    Bahkan, pantauan fajar.co.id di media sosial X, Surat Cinta Prabowo jadi trending topik. Tampak narasi yang tertulis hampir mirip, ikut-ikutan mengajak untuk memilihi pasangan yang diendorse Ketua Umum Partai Gerindra itu.

    Terkait hal itu, pengamat politik Saidiman Ahmad, menyampaikan kritikan tajam. Menurutnya, selebaran berisi kampanye dari seorang presiden di masa tenang, justru merusak citra Prabowo.

    “Apa salah negeri ini sehingga punya pemimpin yang sangat tidak negarawan ini? Gembar-gembor persatuan, tapi partisan setengah mati. Semoga orang ini cukup sekali saja jadi presiden,” tulis Saidiman, dikutip dari akun pribadinya di X, @saidiman, Selasa (26/11/2024).

    Sebelumnya diberitakan, Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, mengunggah surat yang bertandatangan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

    Surat tersebut telah dihapus pada akun Instagram milik artis tersebut, @raffinagita1717.

    Surat itu berisi ajakan untuk memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) pada Pilkada 2024.

    Unggahan itu sebelumnya banyak mendapat respons dari netizen, mengingat surat ajak memilih yang bertandatangan Prabowo Subianto itu diunggah pada masa tenang Pilkada Serentak 2024.

    Dalam selembar surat itu, di bagian atasnya terdapat tanda empat bintang emas dengan berlatar warna merah. Di bawahnya ditulis ‘Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo Subianto’.

  • Ridwan Kamil Dinilai Lecehkan Janda, Peneliti SMRC: Dia Bermain-main dengan Janji Politiknya

    Ridwan Kamil Dinilai Lecehkan Janda, Peneliti SMRC: Dia Bermain-main dengan Janji Politiknya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan Ridwan Kamil saat melakukan kampanye di Jakarta kini jadi sorotan tajam publik. Bahkan di media sosial, banyak aktivis dan tokoh publik yang mengkritik komentarnya itu.

    “Nanti janda-janda akan disantuni oleh Pak Habibirrahman, akan diurus lahir-batin oleh Bang Ali Lubis, akan diberi sembako oleh Bang Adnan, dan kalau cocok akan dinikahi oleh Bang Rian,” ujar Ridwan Kamil dalam penggalan video pidato kampanye yang kiini beredar di media sosial.

    Terkait hal itu, peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, juga menyampaikan pandangannya. Menurutnya, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian pada video ini.

    “Pertama, RK mengulang kembali praktik insensitif yang telah dilakukan Suswono, calon wakilnya, sebelumnya. Pernyataan ini sangat merendahkan dan melanggengkan stigma pada para perempuan. Tidak pantas pernyataan seperti ini keluar dari mulut seorang calon pejabat publik,” tulis Saidiman melalui tulisannya di media sosial X, dikutip Jumat (22/11/2024).

    Kedua, lanjut Saidiman, ini adalah momen kampanye di mana sang calon sedang mengemukakan janji. Apakah Habiburrahman, Ali Lubis, Adnan, dan Rian yang disebut dalam pidato itu memang masuk dalam skema pendanaan program kebijakan Ridwan Kamil ke depan? Rasanya tidak mungkin.

    Akan sangat aneh kalau program kebijakan pemerintahan provinsi ditanggung biayanya oleh individu. Apa urusannya pemerintah provinsi mengeluarkan program menikahkan Rian dengan salah satu warga? Kalau begitu apa?

  • Hasil Debat Pilgub Jakarta, Ini Analisis Pengamat Saidiman Ahmad

    Hasil Debat Pilgub Jakarta, Ini Analisis Pengamat Saidiman Ahmad

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Debat terakhir untuk Pilgub Jakarta telah dilaksanakan pada Minggu (17/11). Meski sudah berakhir, namun hasil debat masih menjadi perbincangan menarik terutama dari para pengamat politik.

    Salah satunya datang dari pengamat politik, Saidiman Ahmad. Dia mengaku mengikuti debat terakhir pemilihan gubernur Jakarta dari studio 2 TVRI. Rupanya, Saidiman sengaja diminta TVRI menemani Suryono Herlambang, peneliti Centropolis dan pengajar Untar, dan Monica Kumalasari, pakar gestur dan mikroekspresi, untuk membahas seputar substansi dan jalannya debat.

    “Penjelasan Monica Kumalasari mencuri perhatian saya. Dalam debat ini, menurut pengamatannya, Ridwan Kamil menunjukkan ekspresi anger (marah) yang kemudian disusul dengan ekspresi fear (takut),” kata Saidiman dikutip dari akun X miliknya.

    “Sementara Pramono Anung lebih menunjukkan ekspresi superior. Ada pun Dharma Pongrekun, dia lebih banyak menunjukkan ekspresi netral atau nothing to lose. Kesimpulan ini diambil dari pengamatan pada mikroekspresi yang ditunjukkan melalui pergerakan otot-otot wajah para calon,” tambahnya.

    Di sela-sela acara, dia mengaku bertanya apakah mungkin orang bisa menyembunyikan ekspresinya atau menunjukkan ekspresi palsu? Dia jawab tidak bisa, karena mikroekspresi justru menunjukkan sesuatu di balik yang terlihat atau coba diperlihatkan.

    Saidiman Ahmad mengaku sama sekali kosong pengetahuan tentang ilmu mikroekspresi ini. Namun yang menarik adalah bahwa kesimpulan Monica Kumalasari mirip dengan apa yang saya amati sepanjang debat. Ridwan Kamil sejak awal melancarkan kritik yang mendasar soal Jakarta. Dalam setiap kesempatan bicara, dia selalu mengulang frase “ketidakadilan,” terutama ketidakadilan tata ruang.

  • Sindir Prabowo, Saidiman Ahmad: Level Kepala Desa Saja Dikecam Kalau Ikut Kampanye

    Sindir Prabowo, Saidiman Ahmad: Level Kepala Desa Saja Dikecam Kalau Ikut Kampanye

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat politik Saidiman Ahmad mengkritik langkah Presiden Prabowo Subianto yang secara terbuka mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.

    Saidiman menilai tindakan tersebut sebagai preseden buruk dalam politik Indonesia, terutama ketika dilakukan oleh seorang Presiden yang sedang menjabat.

    “Presiden yang sedang menjabat secara terang-terangan berkampanye untuk salah satu pasangan calon gubernur. Ini praktik yang sangat buruk,” ujar Saidiman dalam keterangannya di aplikasi X @saidiman (9/11/2024).

    Dikatakan Saidiman, netralitas pejabat publik dalam proses pemilihan adalah prinsip dasar yang harus dijunjung tinggi.

    Bahkan, keterlibatan pemerintah desa dalam politik praktis kerap mendapatkan kecaman, apalagi seorang kepala negara.

    “Pemerintah selevel kepala desa aja kita kecam kalau ikut berkampanye begini,” cetusnya.

    Ia juga menyoroti fenomena keterlibatan pejabat tinggi dalam urusan politik lokal sebagai bagian dari budaya politik yang tidak sehat.

    “Mata rantai kenorakan ini, kapankah berakhir?,” tandasnya.

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto, yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, secara terbuka mengkampanyekan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.

    Kampanye ini dilakukan menjelang Pilkada Jateng 2024 dan menarik perhatian publik terkait netralitas pejabat negara.

    Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menegaskan bahwa tidak ada aturan yang melarang Prabowo untuk mendukung calon kepala daerah.

  • Presiden Prabowo Cawe-cawe di Pilgub Jateng, Peneliti SMRC: Praktik yang Sangat Buruk

    Presiden Prabowo Cawe-cawe di Pilgub Jateng, Peneliti SMRC: Praktik yang Sangat Buruk

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, menyampaikan kritik tajam terhadap keterlibatan Presiden Prabowo dalam kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah.

    Dalam video yang beredar, Prabowo secara terbuka mendukung pasangan calon Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen sebagai calon pemimpin di Jawa Tengah.

    Saidiman menilai bahwa tindakan yang sering disematkan dengan sebutan cawe-cawe ini merupakan praktik yang buruk, terlebih ketika dilakukan oleh seorang presiden yang sedang menjabat.

    “Ini praktik yang sangat buruk,” ujar Saidiman dikutip, di aplikasi X (Twitter), pada Sabtu (9/11/2024).

    Menurutnya, pemerintah di tingkat desa saja sering dikecam jika ikut berkampanye untuk salah satu kandidat, apalagi presiden.

    Ia pun mempertanyakan kapan mata rantai kebiasaan tersebut akan berakhir, mengingat praktik semacam ini dinilai dapat merusak proses demokrasi dan melanggar prinsip netralitas pejabat negara.

    Sebelumnya, Prabowo Subianto, menyarankan warga Jawa Tengah untuk memilih Ahmad Luthfi dan Taj Yasin sebagai calon pemimpin provinsi tersebut.

    Prabowo, yang resmi menjabat sebagai Presiden sejak 20 Oktober 2024 ini meyakini, keduanya mampu membawa perubahan positif dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat di Jawa Tengah.

    “Saya percaya kedua tokoh ini adalah pilihan tepat untuk memimpin Jawa Tengah,” ujar Prabowo dalam sebuah video singkat yang menampilkan dirinya bersama Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimun.

    Prabowo menekankan, untuk membangun negeri, dirinya dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak bisa bekerja sendiri. Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan.