Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia membutuhkan dukungan arus data berkualitas dan infrastruktur yang mumpuni untuk merealisasikan potensi kecerdasan buatan (AI) yang diperkirakan mencapai US$140 miliar atau Rp2.324 triliun pada 2030.
Dalam laporan bertajuk Empowering Indonesia 2025 yang dirilis Twimbit, kontribusi AI terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional diprediksi mencapai ratusan miliar dolar.
Sektor manufaktur diproyeksikan mencatat kontribusi terbesar dengan nilai sekitar US$357 miliar atau 9% dari total PDB sektoral dalam skenario penerapan AI nasional.
Sementara itu sektor perdagangan grosir dan ritel serta agrikultur masing-masing senilai US$279 miliar atau 6% dari PDB dan US$291 miliar atau 4% dari PDB.
Dalam laporan yang disadur dari The Wall Street Journal (WSJ), Indonesia disebut sebagai “AI hot spot” baru di Asia.
Pembangunan pusat data bertenaga chip AI generasi terbaru di berbagai wilayah Indonesia menunjukkan bahwa permintaan komputasi nasional meningkat pesat. WSJ memperkirakan pasar AI di Indonesia akan tumbuh sekitar 30% per tahun dalam lima tahun ke depan, mencapai nilai US$2,4 miliar.
Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda menilai perkembangan AI dapat melesat jika didukung infrastruktur yang memadai dan SDM yang adaptif.
“Yang dapat mengakses AI secara optimal saat ini ya masyarakat dan bisnis yang sudah mapan. Terkait dengan harga jual yang masih tinggi dan juga penggunaannya yang masih terbatas bagi pelaku usaha mikro,” kata Huda kepada Bisnis, Kamis (4/12/2025).
Pekerja menggunakan AI
Huda juga mengatakan dengan ragam budaya dan bahasa yang dimiliki Indonesia, peluang untuk pengembangan Large Laguage Model (LLM) AI juga makin terbuka. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 700 suku dengan ratusan bahasa.
Huda meyakini ke depan akan makin banyak inovasi bahasa yang digunakan di dalam pemrograman AI.
“Bahasa dari daerah sangat mungkin dimasukkan dalam LLM karena akan memudahkan bagi masyarakat di daerah untuk menggunakan AI secara optimal,” kata Huda.
Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Rudiantara menjelaskan implementasi AI bergantung pada tiga unsur utama: ketersediaan data yang kontinu dan berkualitas, algoritma yang mumpuni, serta infrastruktur memadai seperti data center dengan kapasitas GPU.
Menurutnya, operator seluler memiliki keunggulan karena menghimpun volume data terbesar di Indonesia.
Upaya Operator
Operator telekomunikasi telah lebih dulu mengintegrasikan AI dalam bisnis dan layanan pelanggan. Telkomsel mengembangkan rangkaian solusi mulai dari asisten virtual Veronika, TED, fitur AI di MyTelkomsel, hingga kolaborasi dengan OpenAI untuk menghadirkan ChatGPT Go.
Sementara itu, PT Indosat Tbk. (ISAT) menjadikan pengembangan AI sebagai inti transformasi menuju perusahaan teknologi berbasis AI.
Dalam laporan WSJ, Indosat disebut sebagai salah satu pemain Indonesia yang agresif membangun infrastruktur pusat data dan kapasitas komputasi berbasis GPU.
Rencana ekspansi Indosat bahkan menargetkan peningkatan kapasitas AI dari 20 megawatt menjadi 500 megawatt pada 2028 — lonjakan yang dinilai sebagai salah satu yang terbesar di kawasan.
President Director & CEO Indosat, Vikram Sinha, menekankan bahwa transformasi digital nasional harus memberikan nilai tambah bagi Indonesia. “Modelnya sedang bergerak ke arah yang harus lebih adil bagi negara,” ujarnya, seperti dikutip The Wall Street Journal. Menurut WSJ, pandangan tersebut mencerminkan komitmen Indosat terhadap kedaulatan data dan pemerataan manfaat ekonomi digital.
Vikram juga pernah menceritakan bahwa ia mendapat dorongan langsung dari CEO NVIDIA Jensen Huang yang berkata, “Kalau kamu percaya pada sesuatu, lakukan sepenuhnya.” Pesan ini menjadi penguat langkah Indosat untuk “all in” dalam pembangunan ekosistem AI nasional.
CEO Indosat Vikram Sinha
Transformasi Indosat juga tercermin dari kampanye AI untuk Kita Semua, yang memastikan adopsi AI dilakukan secara inklusif. Salah satu implementasi terdekatnya adalah Anti-Spam dan Anti-Scam berbasis AI. Dalam tiga bulan, fitur ini memblokir lebih dari 200 juta panggilan berisiko, memberikan peringatan untuk lebih dari 90 juta pesan mencurigakan, serta melindungi rata-rata 11,5 juta pelanggan per bulan.
Indosat juga memperluas pemanfaatan AI di tingkat jaringan melalui pendirian AI-RAN Research Center di Surabaya, sebuah pusat inovasi AI untuk Radio Access Network pertama di Asia yang dibangun bersama Nokia dan NVIDIA.
“Fasilitas ini menegaskan posisi Indonesia sebagai pelopor dalam pengembangan jaringan cerdas berbasis AI, sekaligus mendukung komitmen pemerintah untuk memperkuat kedaulatan digital nasional menuju visi Indonesia Emas 2045,” kata Vikram.



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377908/original/025908000_1760167021-WhatsApp_Image_2025-10-11_at_13.28.49_98093ec6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/09/28/68d877108217c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



