Tag: Robert F Kennedy Jr

  • Ngantuk Berat, Trump Ketiduran Saat Rapat Kabinet

    Ngantuk Berat, Trump Ketiduran Saat Rapat Kabinet

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terekam kamera sempat ketiduran saat rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa (2/12) waktu setempat.

    Rapat kabinet tersebut, seperti dilansir CNN, Rabu (3/12/2025), dimulai tepat setelah siang hari pada Selasa (2/12) waktu setempat, dengan dihadiri Trump dan jajaran menterinya.

    Pada awal rapat, Trump mengklaim dirinya “lebih jeli daripada saya 25 tahun lalu”, ketika menegur artikel New York Times (NYT) pekan lalu, yang secara panjang lebar memaparkan bahwa presiden berusia 79 tahun itu tampak melambat selama masa jabatan keduanya.

    “Trump cekatan, tetapi mereka tidak cekatan,” ucap Trump merujuk pada NYT.

    Trump mengecam wartawan atas apa yang dia anggap sebagai perlakuan tidak adil ketika membahas kesehatan dan staminanya. Dia memberikan pesan khusus untuk para wartawan: “Kalian orang gila.”

    Namun, selama satu setengah jam berikutnya, Trump tampak kesulitan untuk membuat dirinya tetap terjaga. Faktanya, Trump tampak berjuang keras, dan seringkali kalah, dalam menahan kantuk. Bahkan selama rapat kabinet, yang biasanya diwarnai hujan pujian untuk Trump, sang Presiden AS itu berulang kali tampak tertidur.

    Sekitar 15 menit setelah dia mengkritik artikel NYT, Trump tampak kesulitan untuk tetap membuka mata saat Menteri Perdagangan Howard Lutnick memuji perang dagang yang dikobarkan Trump, dan melontarkan pujian berbunyi: “Kabinet terhebat yang pernah ada untuk presiden terhebat yang pernah ada”.

    Kedipan mata Trump tampak melambat ketika dia mendengarkan pemaparan Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Scott Turner, juga Menteri Pertanian Brooker Rolins. Perjuangan Trump untuk menahan kantuk semakin berat ketika Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Tenaga Kerja Lori Chavez-DeRemer, dan Administrator Badan Perlindungan Lingkungan Lee Zeldin berbicara.

    Saat Menteri Pendidikan Linda McMahon dan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Robert F Kennedy Jr berbicara, Trump tampak terdiam dengan kedua matanya tertutup selama 10 detik hingga 15 detik, sebelum akhirnya dia menggerakkan matanya atau mengangguk.

    Tepat sebelum pukul 13.45 waktu setempat, Trump masih terlihat berjuang menahan kantuk ketika Menteri Luar Negeri Marco Rubio memuji upayanya mengakhiri perang. Namun bedanya, kali ini Trump yang tampak mengantuk lebih terlihat jelas karena dia duduk tepat di sebelah Rubio, dan kamera terus menyorot keduanya.

    Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt membela Trump, dengan mengatakan sang Presiden AS itu “mendengarkan dengan saksama dan memimpin keseluruhan rapat kabinet yang berlangsung maraton selama tiga jam”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tamu Tiba-tiba Pingsan, Acara Trump di Gedung Putih Terhenti

    Tamu Tiba-tiba Pingsan, Acara Trump di Gedung Putih Terhenti

    Washington DC

    Sebuah acara yang digelar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Ruang Oval Gedung Putih terhenti saat salah satu tamu undangan, seorang petinggi perusahaan farmasi, tiba-tiba jatuh pingsan. Insiden ini terjadi saat Trump mengumumkan pemotongan harga obat obesitas.

    Imbasnya, Trump terpaksa menunda acara di Gedung Putih tersebut.

    Insiden itu, seperti dilansir AFP dan Anadolu Agency, Jumat (7/11/2025), terjadi ketika salah satu petinggi dari dua perusahaan farmasi yang diundang untuk mengumumkan kesepakatan harga itu sedang berbicara pada Kamis (6/11). Tiba-tiba, seorang pria yang ada di belakangnya tumbang ke lantai.

    Pria yang pingsan di Gedung Putih itu diidentifikasi sebagai Gordon Findlay, yang merupakan perwakilan Novo Nordisk.

    Trump yang saat itu sedang duduk di mejanya di Ruang Oval, segera berdiri dan tetap berada di belakang mejanya, sementara beberapa orang lainnya membantu pria yang pingsan tersebut.

    Salah satu yang memberikan bantuan adalah Mehmet Oz, seorang dokter yang menjabat menjadi administrator Pusat Layanan Medicare dan Medicaid di pemerintahan Trump.

    “Unit Medis Gedung Putih segera bertindak, dan pria itu dalam keadaan baik-baik saja,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataannya.

    Trump berdiri di belakang mejanya di Ruang Oval Gedung Putih saat salah satu tamu undangan jatuh pingsan Foto: ANDREW CABALLERO-REYNOLDS/AFP

    Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Robert F Kennedy Jr, juga hadir dalam acara itu namun dengan cepat meninggalkan ruangan saat insiden itu terjadi. Menurut wakil juru bicara Gedung Putih, Kush Desai, Kennedy “bergegas mencari bantuan medis sementara yang lainnya merawat pria tersebut”.

    Para wartawan yang hadir dalam acara itu dikawal keluar ruangan, dan siaran dipotong setelah insiden itu.

    Acara tersebut dilanjutkan sekitar satu jam kemudian. Trump, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa Findlay “sedikit pusing” dan “tumbang”. Dia mengatakan sang petinggi farmasi itu “baik-baik saja”.

    “Mereka baru saja membawanya keluar, dan dia mendapatkan dokter di sini. Tapi dia baik-baik saja,” kata Trump mengomentari insiden tersebut saat acara kembali dimulai di Gedung Putih.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gaduh Menkes AS Sebut Obat Ini Picu Austisme, WHO Singgung Bukti Ilmiah

    Gaduh Menkes AS Sebut Obat Ini Picu Austisme, WHO Singgung Bukti Ilmiah

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Amerika Serikat Robert F Kennedy Jr menarik perhatian publik soal penyebab autisme. Pasalnya, ia sedang bersiap mengumumkan bahwa penggunaan Tylenol di kalangan ibu hamil kemungkinan terkait dengan kondisi perkembangan saraf tersebut.

    “Kami telah meluncurkan upaya pengujian dan penelitian besar-besaran yang akan melibatkan ratusan ilmuwan dari seluruh dunia. Pada bulan September, kami akan mengetahui penyebab epidemi autisme dan kami akan mampu menghilangkan paparan tersebut,” ujarnya dalam rapat kabinet April 2025.

    Para pejabat memperingatkan wanita di AS untuk tidak mengonsumsi tylenol atau dikenal sebagai paracetamol di negara lain selama kehamilan, kecuali jika mengalami demam.

    Lantas, benarkah begitu?

    Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bukti ilmiah saat ini menunjukkan ada banyak kemungkinan di balik anak mengalami autisme. Termasuk faktor lingkungan dan genetik.

    Studi menunjukkan paparan terhadap faktor lingkungan tertentu tampaknya lebih sering terjadi pada anak-anak autis atau orang tua mereka. Di usia orang tua, paparan prenatal terhadap polutan udara, komplikasi kelahiran yang parah, dan diabetes selama kehamilan hanyalah beberapa katalis yang diusulkan.

    “Selain itu, studi penelitian menyelidiki kemungkinan hubungan antara penggunaan berbagai obat selama kehamilan dan peningkatan risiko autisme,” tulis WHO.

    “Misalnya, paparan prenatal terhadap valproat dan karbamazepin, yang digunakan untuk kejang, tampaknya lebih sering terjadi pada anak-anak autis.”

    Meski begitu, para pejabat akan menyinggung penelitian terbatas yang menunjukkan potensi hubungan antara penggunaan obat umum dan peningkatan risiko autisme pada anak-anak.

    Namun, hal ini belum dikonfirmasi oleh studi ilmiah apapun yang diketahui atau dipublikasikan pada saat ini, yang tentunya bertentangan langsung dengan pemaparan WHO. Organisasi kesehatan itu sepakat bahwa autisme tidak disebabkan oleh satu hal, tetapi merupakan efek dari berbagai faktor lingkungan dan genetik.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Ngeri! Pria di AS Nyaris Diambil Organnya untuk Donor Padahal Masih Hidup

    Ngeri! Pria di AS Nyaris Diambil Organnya untuk Donor Padahal Masih Hidup

    Jakarta

    Berbaring di atas meja operasi dengan dada terbuka, pria bernama Larry Black Jr tinggal beberapa saat lagi sebelum organ tubuhnya diambil, ketika tiba-tiba seorang dokter berlari tergesa-gesa masuk ke ruang operasi.

    “Turunkan dia dari meja,” kenang dokter bernama Zohny Zohny itu saat memberi instruksi kepada tim bedah di SSM Health Saint Louis University Hospital, yang saat itu sedang membersihkan area dada dan perut Black, dikutip CNN.

    “Dia pasien saya. Segera turunkan dia dari meja.”

    Awalnya, tidak ada yang mengenali Zohny karena wajahnya tertutup masker bedah. Namun kemudian ia mengatakan kepada tim bahwa dialah dokter bedah saraf yang menangani kasus Black. Tim pun terkejut mendengar perintah tersebut, karena mereka yakin sudah mendapat persetujuan dari keluarga untuk mengambil organ tubuh Black.

    “Aku tidak peduli meskipun sudah ada persetujuan,” kenang Zohny saat berbicara kepada mereka.

    “Aku belum bicara dengan keluarganya, dan aku tidak setuju dengan ini. Segera turunkan dia dari meja,” lanjutnya.

    Black, pasiennya yang berusia 22 tahun, dibawa ke rumah sakit setelah tertembak di kepala pada 24 Maret 2019. Seminggu kemudian, ia dijadwalkan menjalani operasi pengambilan organ untuk donor, meskipun saat itu jantungnya masih berdetak dan ia belum dinyatakan mati otak.

    Molly Watts, saudara perempuan Black, mengatakan bahwa keluarga sebenarnya sempat ragu setelah menyetujui donor organ, tetapi perasaan mereka tidak didengarkan hingga akhirnya dokter berusia 34 tahun itu, yang saat itu baru masuk tahun pertama sebagai dokter bedah saraf, turun tangan.

    Kini, Black yang berusia 28 tahun adalah seorang musisi sekaligus ayah dari tiga anak. Ia masih membutuhkan fisioterapi rutin akibat sisa masalah kesehatan dari luka tembak tersebut. Black juga mengaku dihantui oleh ingatan yang ia rasakan ketika terbaring dalam kondisi koma medis.

    “Aku mendengar ibuku berteriak,” kenangnya.

    “Semua orang ada di sana, memanggil namaku, menangis, memutar lagu-lagu favoritku, dan mendoakan aku.”

    Ia mengatakan, saat itu ia berusaha menunjukkan kepada semua orang di ruang rawatnya bahwa ia bisa mendengar mereka. Ia ingat mengetukkan tangan ke sisi ranjang, mengedipkan mata, berusaha memberi tanda bahwa ia masih berjuang untuk hidupnya.

    Transplantasi organ menyelamatkan semakin banyak nyawa di Amerika Serikat setiap tahunnya. Menurut Organ Procurement and Transplantation Network, lembaga yang mengawasi sistem transplantasi nasional, lebih dari 48.000 transplantasi dilakukan pada tahun 2024. Namun, ribuan orang tetap meninggal dunia karena tak kunjung mendapatkan donor.

    Meski demikian, praktik donor organ juga menuai kritik. Beberapa laporan menyebutkan adanya pasien yang masih menunjukkan tanda-tanda kesadaran sebelum organ mereka diambil.

    Hasil investigasi federal terhadap sebuah organisasi nonprofit donor organ di Kentucky, yang pertama kali diungkap The New York Times pada bulan Juni, menemukan bahwa dalam kurun waktu empat tahun, tenaga medis sempat merencanakan pengambilan organ dari 73 pasien meskipun pasien-pasien itu masih memperlihatkan aktivitas neurologis.

    Prosedur tersebut akhirnya tidak dilakukan, tetapi pada Juli lalu pejabat federal berjanji akan melakukan reformasi besar terhadap sistem donor organ di Amerika Serikat.

    “Temuan kami menunjukkan bahwa rumah sakit mengizinkan proses pengambilan organ dimulai meskipun pasien masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, dan ini sungguh mengerikan,” kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Robert F Kennedy Jr., dalam sebuah pernyataan.

    “Seluruh sistem ini harus diperbaiki untuk memastikan setiap calon donor diperlakukan dengan penghormatan yang selayaknya bagi kehidupan mereka.”

    Zohny mengaku kisah pasiennya itu terus melekat di ingatannya selama bertahun-tahun, menegaskan bahwa meski donor organ harus tetap berjalan, pemahaman tentang kesadaran manusia masih sangat terbatas. Dan menentukan kapan seseorang benar-benar dinyatakan meninggal tetap menjadi persoalan yang krusial sekaligus membingungkan.

    “Tidak ada pihak jahat dalam hal ini. Yang ada adalah sistem yang bermasalah,” katanya.

    “Kita perlu meninjau kembali kebijakan yang ada dan melakukan penyesuaian agar donor organ dilakukan pada orang yang tepat, di waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan tenaga ahli yang tepat.”

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Bos Badan Kesehatan AS Tiba-tiba Mundur, Ribut dengan Menkes?

    Bos Badan Kesehatan AS Tiba-tiba Mundur, Ribut dengan Menkes?

    Jakarta

    Kepala badan kesehatan publik Amerika Serikat tiba-tiba mengundurkan diri saat dirinya baru empat minggu menjabat. Departemen Kesehatan AS mengumumkan pengunduran dirinya, tanpa menyebutkan alasannya. Ini terjadi menyusul pergeseran pemerintahan Presiden Donald Trump ke arah skeptisisme vaksin.

    “Susan Monarez tidak lagi menjadi direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Kami berterima kasih atas dedikasinya kepada rakyat Amerika,” kata Departemen Kesehatan, yang mengawasi CDC, dalam sebuah pernyataan singkat di media sosial X, dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (28/8/2025).

    Monarez, seorang ilmuwan kesehatan dan pegawai negeri senior, mendapatkan konfirmasi Senat AS untuk jabatan tersebut, dan kemudian dilantik oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Robert F Kennedy Jr pada tanggal 31 Juli lalu.

    The Washington Post, media yang pertama kali melaporkan mundurnya Monarez, mengatakan bahwa ia menolak untuk berkomitmen mendukung perubahan kebijakan vaksinasi yang diupayakan oleh Kennedy, yang dikenal karena skeptisismenya terhadap vaksin.

    Menurut para pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, Monarez ditekan untuk mengundurkan diri oleh Menkes tersebut.

    Sejak menjabat Menkes, Kennedy atau dikenal sebagai RFK Jr, telah memulai perombakan besar-besaran kebijakan vaksin AS, memberhentikan para ahli imunisasi ternama, membatasi akses terhadap vaksin COVID-19, dan memangkas dana untuk pengembangan vaksin baru.

    Langkah-langkah tersebut sebagian besar bertentangan dengan konsensus ilmiah, dan telah dikritik oleh para ahli eksternal.

    Ratusan pegawai dan mantan pegawai badan kesehatan tersebut kemudian menandatangani surat terbuka yang mengecam tindakan Kennedy dan menuduh menteri kesehatan tersebut membahayakan orang-orang dengan menyebarkan informasi yang salah, terutama tentang vaksin.

    Kepergian Monarez terjadi di tengah krisis di CDC yang berbasis di Atlanta, yang menjadi sasaran serangan bersenjata pada awal Agustus oleh seorang pria, yang dilaporkan menyalahkan vaksin COVID pada penyakit yang tidak disebutkan namanya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: CDC Diminta Setop Kerja Sama dengan WHO”
    [Gambas:Video 20detik]
    (ita/ita)

  • Elon Musk Makin Powerful, ‘Disembah’ Para Menteri Trump

    Elon Musk Makin Powerful, ‘Disembah’ Para Menteri Trump

    Jakarta

    Elon Musk agaknya kian berkuasa dalam pemerintahan Donald Trump. Dari sang presiden sampai para menteri, semua mengumbar puja puji pada pemimpin Departement of Government Eficiency atau DOGE itu.

    Di depan pers yang berkumpul usai rapat kabinet belum lama ini, Elon Musk jadi sasaran pujian. “Elon, saya ingin mengucap terima kasih. Saya tahu Anda telah melalui banyak hal dalam situasi mengerikan yang terjadi. Sangat tak adil. Dia seorang patriot, dia telah jadi teman saya,” kata Trump.

    Saat Trump bicara, Musk memakai topi dengan kalimat Trump benar tentang segalanya. Dia duduk bersama beberapa orang paling berkuasa di AS. “Dia lebih dari seorang patriot daripada yang lain. Dia tak pernah minta sesuatu yang bisa dia miliki,” imbuh Trump tentang Musk, bos SpaceX yang diberi komitmen belanja pemerintah USD 3,8 miliar tahun lalu.

    Komentar Trump diikuti tepuk tangan meriah dari kabinet dan disaksikan wakil presiden JD Vance. Dalam rapat, hampir setiap menteri memuji Musk dan misinya untuk memangkas pengeluaran pemerintah. Masing-masing membanggakan apa yang mereka lakukan untuk memenuhi tuntutan sang penasihat senior dan timnya.

    Mendagri Doug Burgum membanggakan tentang banyaknya kontrak curang terungkap oleh Musk. Brooke Rollins, Menteri Pertanian, mengumumkan membatalkan kontrak USD 300.000 untuk mendidik petani queer dan transgender dan kontrak USD 600.000 yang mempelajari siklus menstruasi pria transgender.

    Banyak klaim yang dibuat oleh DOGE dan para pengagumnya kemudian terbukti salah, tapi Rollins menyebutkan angka-angkanya dengan yakin. Dan hal itu terus berlanjut. Hampir setiap anggota kabinet tampak sangat fokus memuji pekerjaan DOGE.

    Lee Zeldin, kepala Badan Perlindungan Lingkungan mengklaim telah memotong kontrak senilai USD 22 miliar. “Kemitraan dengan DOGE dan Elon Musk sangat luar biasa. Tim mereka sangat berbakat. Kami tidak akan mampu melakukannya tanpa mereka,” tambahnya.

    Robert F Kennedy Jr, menyebut pemotongan biaya pengeluaran TI departemen kesehatan. “Dengan bantuan Elon, kami menghilangkan redundansi. Kami merampingkan departemen kami. Kami akan kembali menyediakan sains standar emas. Kami akan menyalurkan uang ke para ilmuwan dan pasien, bukan ke para administrator dan birokrat,” katanya.

    Sekarang, Elon Musk memiliki pengaruh besar tidak hanya atas Gedung Putih, tapi juga tiap departemen pemerintah AS. Dan ia telah menunjukkan keinginannya untuk menunjukkan pengaruhnya. Misalnya, Musk menegur Menlu Marco Rubi dalam rapat kabinet awal bulan ini karena tidak memecat cukup banyak orang.

    Di hadapan Trump dan seluruh kabinet, ia mengatakan kepada Rubio dengan nada meremehkan bahwa ia “tampil bagus di TV.” Orang terkaya di dunia itu disegani dan juga ditakuti.

    (fyk/rns)

  • AS Laporkan Kematian Akibat Wabah Campak, Pertama dalam 10 Tahun Terakhir

    AS Laporkan Kematian Akibat Wabah Campak, Pertama dalam 10 Tahun Terakhir

    Jakarta

    Seorang anak di Texas Barat, Amerika Serikat, meninggal dunia akibat campak. Kasusnya menjadi kematian pertama akibat campak yang terjadi di Amerika Serikat dalam kurun 10 tahun terakhir.

    Departemen Layanan Kesehatan Negara Bagian Texas dan pejabat kesehatan di Lubbock mengonfirmasi kematian tersebut. Mereka melaporkan anak tersebut tidak divaksinasi dan sempat mendapat perawatan di Covenant Children’s Hospital di Lubbock.

    Anak tersebut merupakan korban pertama dari wabah campak yang tengah menyerang Texas. Sejak dimulai bulan lalu, terdapat 124 kasus yang telah menyebar di sembilan daerah. Media memberitakan bahwa ini merupakan wabah terbesar yang pernah terjadi di Texas dalam hampir 30 tahun.

    “Ini masalah besar. Kami telah mengetahui bahwa ada penyakit campak di komunitas kami, dan sekarang kami melihat konsekuensi yang sangat serius,” ujar kepala eksekutif Covenant Health, dr Amy Thompson dikutip dari AP News, Kamis (27/2/2025).

    Beberapa Pasien Membutuhkan Oksigen atau Intubasi

    Juru bicara departemen kesehatan negara bagian Lara Anton mengungkapkan virus campak telah menyebar luas di antara kota-kota pedesaan yang dipenuhi anjungan minyak di Texas Barat, dengan kasus-kasus terpusat di komunitas Mennonite yang “kurang divaksinasi”.

    Lebih dari 20 pasien campak telah dirawat di rumah sakit Covenant, termasuk kasus pertama wabah yang teridentifikasi.

    Kepala petugas medis rumah sakit Covenant, dr Lara Johnson mengatakan pada beberapa pasien, kondisinya berkembang menjadi pneumonia bakteri dan mereka membutuhkan tabung oksigen untuk bernapas. Sedangkan, yang lain harus diintubasi, meskipun Johnson menolak mengungkapkan berapa jumlahnya karena masalah privasi.

    Pernyataan RFK Jadi Sorotan

    Johnson juga menyoroti pernyataan yang disampaikan oleh pejabat kesehatan dan kritikus vaksin Robert F Kennedy Jr. Beberapa waktu lalu Kennedy mengatakan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS sedang memantau kasus-kasus dan menganggap wabah di Texas sebagai “hal yang biasa saja”.

    “Dia (Kennedy) tampaknya salah menyatakan sejumlah fakta, termasuk klaim bahwa sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit hanya menjalani ‘karantina’,” kata Johnson.

    “Kami tidak merawat pasien di rumah sakit untuk tujuan karantina,” sambungnya.

    Kennedy juga mengatakan ada dua orang meninggal akibat campak. Juru bicara Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Andrew Nixon kemudian mengklarifikasi bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS hanya mengidentifikasi satu kematian.

    CDC mengatakan mereka hanya akan memberikan informasi terbaru setiap minggu mengenai wabah campak, dan belum memperbarui halaman web publiknya untuk melaporkan kematian anak tersebut. Data departemen kesehatan Texas menunjukkan mayoritas kasus campak yang dilaporkan terjadi pada anak-anak.

    (ath/kna)

  • Robert F Kennedy Jr Mendadak Bantah Antivax, Ngaku Semua Anaknya Divaksin

    Robert F Kennedy Jr Mendadak Bantah Antivax, Ngaku Semua Anaknya Divaksin

    Jakarta

    Calon menteri kesehatan Amerika Serikat Robert F Kennedy Jr diinterogasi oleh anggota senator Demokrat terkait pendiriannya tentang vaksin. Para anggota parlemen Demokrat mengkonfrontasi Kennedy dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang pernah ia buat terkait vaksinasi.

    Menghadapi kritik yang meningkat dari pejabat kesehatan masyarakat, kelompok dokter, dan Demokrat, Kennedy mencoba tindakan penyeimbangan yang rumit: membela dan menyangkal masa lalunya yang kontroversial sebagai pengacara antivaksin terkemuka.

    “Saya ingin memastikan komite memahami beberapa hal dengan jelas. Laporan berita mengklaim bahwa saya antivaksin atau antiindustri. Ya, saya bukan keduanya; saya pro-keselamatan,” kata Kennedy dalam pernyataan pembukaannya dikutip dari NBC News, Senin (3/1/2025).

    “Semua anak saya divaksinasi, dan saya yakin vaksin memiliki peran penting dalam perawatan kesehatan,” ucapnya lagi.

    Pernyataan-pernyataan tersebut, bersama dengan sebagian besar pernyataan Kennedy selama empat jam berikutnya, tidak ada kemiripan dengan sikap yang diambilnya selama bertahun-tahun, seperti menasihati semua orang tua yang memiliki bayi untuk tidak memvaksinasi mereka.

    Ketidaksesuaian tersebut tidak banyak mengurangi kegembiraan dalam gerakan anti-vaksin, yang sebagian telah berkumpul di Washington untuk menghadiri sidang berikutnya.

    Kennedy telah menghindari label antivaksin di media arus utama selama bertahun-tahun, tetapi di ruang yang lebih bersahabat secara ideologis, ia telah memperjelas posisinya tentang vaksin. Dalam podcast tahun 2020 untuk kelompok nirlaba antivaksinnya, Children’s Health Defense, ia mengatakan bahwa vaksin telah menyebabkan alergi makanan pada anak-anaknya dan ia berharap dapat kembali dan mengubah keputusannya untuk memvaksinasi mereka.

    (kna/kna)

  • Suara Serak Menkes AS Kennedy Pilihan Trump Disorot, Ternyata Idap Gangguan Langka

    Suara Serak Menkes AS Kennedy Pilihan Trump Disorot, Ternyata Idap Gangguan Langka

    Jakarta

    Menteri Kesehatan AS pilihan Donald Trump, Robert F Kennedy Jr, menarik perhatian publik saat menyampaikan pidato di hadapan Senat selama hari kedua sidang konfirmasi di Capitol di Washington DC, Amerika Serikat.

    Saat menjawab pertanyaan, publik memperhatikan suara khas pria berusia 71 tahun itu.

    Sebelumnya, Kennedy menjelaskan bahwa suara serak yang menjadi ciri khasnya itu adalah akibat dari gangguan neurologis langka. Ia mengidap disfonia spasmodik yang didiagnosis pada 1996.

    “Suara saya sangat sangat kuat hingga saya berusia 46 tahun. Suara itu luar biasa kuat,” katanya dalam siaran berita pada bulan Juni 2023.

    “Suara itu membuat suara saya bergetar. Saat itu, saya tidak tahu apa yang salah dengan hal itu. Namun, saat tampil di TV, orang-orang akan menulis surat kepada saya dan berkata bahwa saya mengalami disfonia spasmodik,” sambungnya yang dikutip dari People.

    Disfonia spasmodik adalah gangguan bicara neurologis kronis yang mengakibatkan kejang otot, yang membuka atau menutup pita suara secara tidak sadar. Menurut Cleveland Clinic, hal itu menyebabkan suara tiba-tiba terdengar seperti napas pendek, tegang, gemetar, atau serak, seolah-olah seseorang telah kehilangan suaranya.

    Gangguan ini memengaruhi sekitar 50.000 orang di AS dan lebih mungkin memengaruhi wanita daripada pria. Meskipun disfonia spasmodik dapat dimulai pada usia berapa pun, kondisi ini biasanya terjadi antara usia 30 dan 60 tahun.

    Penyebab pasti disfonia spasmodik tidak diketahui. Tetapi, sebagian besar kasus disebabkan oleh pemicu di otak dan sistem saraf.

    Menurut National Institutes of Health, disfonia spasmodik mungkin bersifat turun-temurun. Meskipun gen spesifik untuk gangguan tersebut belum diidentifikasi, mutasi pada gen yang menyebabkan bentuk distonia lain juga telah dikaitkan dengan disfonia spasmodik.

    Tidak ada obat untuk disfonia spasmodik dan kondisi ini berlangsung seumur hidup. Namun, ada perawatan untuk meminimalkan kejang pita suara ini dan membantu meringankan gejalanya.

    Pada 2023, Kennedy mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia baru saja menjalani operasi di Jepang untuk mengobati gangguan yang dideritanya. Memperhatikan bahwa prosedur tersebut belum tersedia di Amerika Serikat, ia menanamkan titanium di antara pita suaranya agar pita suaranya tidak menyempit.

    “Saya telah melakukan banyak hal mengenai pengobatan fungsional dan telah bekerja dengan seorang chiropractor. Suara saya sekarang semakin membaik,” beber Kennedy.

    “Dan saya pikir sebagian dari itu adalah operasi tetapi juga sebagian dari itu adalah terapi yang saya jalani sekarang,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Trump Kembali Berkuasa Bikin Cemas Komunitas Sains Global

    Trump Kembali Berkuasa Bikin Cemas Komunitas Sains Global

    Jakarta

    Donald Trump resmi menjalankan tugasnya sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47. Kembalinya Trump berkuasa menjadi Presiden AS untuk yang kedua kali memunculkan kekhawatiran di kalangan komunitas sains global.

    Para ilmuwan di seluruh dunia telah memberikan peringatan tentang dampak kebijakannya terhadap sains, kesehatan masyarakat, iklim, dan pendanaan penelitian.

    Para ilmuwan khawatir tentang konsekuensi penarikan diri AS dari Perjanjian Iklim Paris, seperti yang terjadi di bawah pemerintahan Trump sebelumnya, saat ia menjadi Presiden ke-45 pada 2017-2021, dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

    Sejumlah kandidat yang disiapkan Trump untuk jabatan lembaga federal utama dalam sains juga menimbulkan kekhawatiran. Ada kecemasan atas dampaknya terhadap dunia sains. Antara lain, Robert F Kennedy Jr yang dikenal skeptis akan vaksin, kemungkinan akan memimpin Department of Health and Human Services, yang mengambil alih keterlibatan pemerintah federal di berbagai bidang mulai dari penelitian medis hingga keamanan pangan.

    Sosok lainnya termasuk para kritikus pandemi COVID-19, Jay Bhattacharya, yang diusulkan sebagai direktur National Institutes of Health (NIH), dan Lee Zeldin, yang dinominasikan sebagai direktur Environmental Protection Agency.

    “AS memiliki peran penting untuk dimainkan dalam memajukan sains dan kesehatan global. Keamanan kesehatan untuk semua negara juga bergantung pada kolaborasi global,” kata Kepala Eksekutif Wellcome John-Arne Røttingen, dikutip dari Research Professional News.

    “Pemerintahan Trump, dan departemen kesehatan yang dipimpin oleh Robert F Kennedy Jr, akan menimbulkan tantangan baru bagi sains, kesehatan, dan kesetaraan,” jelasnya.

    Berjuang untuk Sains

    Sebuah organisasi nirlaba AS, Union for Concerned Scientists, menerbitkan dua surat terbuka yang menggalang dukungan untuk sains menjelang pelantikan Trump.

    Surat pertama, yang ditandatangani oleh lebih dari 50 ribu pendukung sains, ilmuwan, dan pakar, meminta Kongres untuk menentang upaya politisasi atau menghilangkan peran, lembaga, dan penelitian federal ilmiah yang melindungi kesehatan, lingkungan, dan masyarakat.

    Surat kedua ditujukan kepada 99 senator, beberapa di antaranya memiliki peran dalam konfirmasi calon lembaga federal Trump, atas nama 28 organisasi yang mendukung integritas ilmiah. Surat itu meminta mereka untuk mempertimbangkan rasa hormat terhadap sains.

    “Secara khusus, kami mendesak Anda untuk memberikan suara menentang calon yang tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan, memiliki konflik kepentingan yang serius, atau gagal mengakui konsensus ilmiah yang relevan dengan lembaga mereka,” tambahnya.

    Menentang Pengukuhan

    Awal sidang pengukuhan untuk Zeldin sebagai administrator Environmental Protection Agency menuai kritik dari para pencinta lingkungan. Mantan anggota kongres tersebut memiliki rekam jejak yang buruk dalam undang-undang lingkungan, sebagaimana dicatat oleh US League of Conservation Voters.

    “Dalam peran terakhirnya di pemerintahan, anggota Kongres Zeldin saat itu secara teratur memberikan suara untuk lebih banyak polusi dan lebih sedikit perlindungan kesehatan masyarakat. Ia menentang upaya untuk mendanai program asuransi banjir nasional, bahkan ketika naiknya permukaan air laut terus mengancam kampung halamannya sendiri (di Long Island) dan ia memberikan suara untuk memangkas dana secara drastis untuk badan yang sekarang ia klaim ingin ia pimpin,” kata Melinda Pierce, direktur legislatif organisasi lingkungan Sierra Club.

    “Lee Zeldin telah menyerukan pencabutan standar yang melindungi udara bersih dan air bersih. Kami menyerukan kepada anggota Senat AS untuk menentang pengukuhannya dan melindungi kehidupan dan mata pencaharian generasi ini dan semua generasi mendatang,” tegasnya.

    Kekhawatiran Ilmiah

    Para peneliti juga menyampaikan kekhawatiran atas pilihan Bhattacharya untuk memimpin NIH, yang menggambarkan dirinya sebagai penyandang dana publik terbesar di dunia untuk penelitian biomedis.

    Bhattacharya dikenal sebagai sosok kontroversial terkait perdebatan tentang karantina wilayah COVID-19. Ia menulis surat terbuka yang menyerukan strategi alternatif untuk melindungi mereka yang berisiko paling tinggi sambil membiarkan mereka yang berisiko minimal untuk ‘menjalani hidup secara normal untuk membangun kekebalan’. Seruannya ini telah membuatnya dicap sebagai ‘dokter pro-infeksi’ yang secara keliru mengklaim bahwa satu infeksi menyebabkan kekebalan yang kuat dan permanen.

    “Mengingat betapa anehnya nominasi Trump untuk jabatan tinggi, kurangnya kualifikasi Dr. Bhattacharya untuk menjadi direktur NIH seharusnya tidak mengejutkan,” kata Martin McKee, profesor bidang kesehatan masyarakat Eropa dan direktur medis di London School of Tropical Hygiene and Medicine.

    “Nominasi ini juga mengkhawatirkan mengingat kurangnya pengalamannya dalam memimpin sesuatu yang rumit. Namun, tidak mungkin untuk mengetahui apa konsekuensi dari nominasi ini dan nominasi lainnya,” tambahnya.

    “Secara ilmiah, sangat mengkhawatirkan bahwa seseorang yang sangat salah memahami pandemi harus berada di posisi ini,” kata Stephen Griffin, profesor virologi kanker di Leeds University menambahkan.

    AS Hilang dari Panggung Dunia

    Para ilmuwan juga khawatir tentang hilangnya keahlian AS dan pendanaan dari kolaborasi ilmiah global. Secara khusus, dengan AS meninggalkan WHO, akan berdampak besar. AS adalah negara donor utama WHO, yang telah menyumbang USD 1.284 miliar selama periode dua tahun dari 2022-2023.

    “Para pemimpin kesehatan di AS membawa keahlian teknis, kepemimpinan, dan pengaruh yang luar biasa dan potensi kerugian mereka dari panggung dunia akan memiliki implikasi yang sangat buruk, yang akan membuat AS dan kesehatan global menjadi lebih lemah sebagai akibatnya,” kata Røttingen.

    “Skala tantangan kesehatan yang kita semua hadapi berarti adalah kepentingan semua orang, bahwa WHO dapat beroperasi dengan kekuatan penuh dan dengan semua negara sebagai anggota yang terlibat yang memengaruhi prioritas mereka,” tutupnya.

    (rns/fay)