Tag: Raja Charles III

  • Raja Charles Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan

    Raja Charles Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan

    Jakarta

    Raja Charles III dan Ratu Camilla melakukan kunjungan mendadak kepada Paus Fransiskus di Vatikan. Pertemuan ini sempat ditunda karena kesehatan Paus.

    Dilansir AFP, pertemuan ini dikonfirmasi oleh Vatikan dan Istana Buckingham. Ini adalah pertama kalinya Charles yang berusia bertemu dengan pemimpin Katolik tersebut sejak menjadi raja dan juga kepala Gereja Inggris pada tahun 2022.

    Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun, sedang memulihkan diri di rumah di Vatikan setelah meninggalkan rumah sakit pada tanggal 23 Maret. Dia sempat dirawat selama lima minggu karena pneumonia.

    Ia seharusnya menghindari aktivitas berat tetapi muncul secara mengejutkan pada hari Minggu di Lapangan Santo Petrus di akhir misa.

    “Yang Mulia sangat senang Paus cukup sehat untuk menjamu mereka, dan memiliki kesempatan untuk menyampaikan harapan terbaik mereka secara langsung,” demikian bunyi pernyataan dari Istana Buckingham.

    Vatikan mengatakan Paus telah “menyampaikan harapan terbaiknya kepada Yang Mulia pada kesempatan ulang tahun pernikahan mereka”, sembari juga mendoakan agar raja “segera pulih kesehatannya”.

    Perjalanan empat hari pasangan kerajaan tersebut ke Italia sendiri sempat diragukan karena masalah kesehatan sang raja sendiri.

    Gereja Inggris didirikan pada abad ke-16 oleh Henry VIII, raja yang memutuskan hubungan dengan Vatikan karena penolakannya untuk memberikan pembatalan pernikahannya dengan Catherine dari Aragon.

    Perpecahan tersebut memicu konflik selama berabad-abad, tetapi di zaman modern hubungan antara gereja Katolik dan Gereja Inggris, yang sering disebut sebagai Gereja Anglikan, telah bersahabat.

    Charles sebelumnya telah mengunjungi Vatikan sebanyak lima kali sebagai Pangeran Wales, dan telah bertemu dengan tiga paus.

    Ia diterima oleh Paus Fransiskus selama kunjungannya ke Vatikan pada tahun 2017 dan 2019, dan oleh Benediktus XVI pada tahun 2009. Ia bertemu dengan Yohanes Paulus II selama kunjungan Paus ke Inggris pada tahun 1982 dan menghadiri pemakaman Paus asal Polandia di Vatikan pada tahun 2005.

    Selain peran keagamaan mereka, Charles dan Paus Fransiskus memiliki hasrat yang sama untuk melindungi lingkungan.

    Selama beberapa dekade, Charles telah menggunakan posisinya untuk menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan mempromosikan keanekaragaman hayati dan keberlanjutan.

    Paus Fransiskus juga telah menjadikan isu tersebut sebagai prioritas dalam 12 tahun masa kepausannya.

    Ia dianggap telah mempengaruhi perjanjian iklim Paris 2015 yang bersejarah dengan ensikliknya ‘Laudato Si’, sebuah seruan untuk tindakan yang didasarkan pada sains.

    Tidak seperti Gereja Katolik Roma, gereja Anglikan mengizinkan pendeta untuk menikah dan cabangnya di Inggris telah membuka imamat bagi wanita sejak tahun 1990-an.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Raja Charles Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan

    Kondisi Raja Charles III Dikabarkan Sempat Memburuk Imbas Pengobatan Kanker

    Jakarta

    Kondisi kesehatan Raja Charles III dikabarkan sempat memburuk pasca pengobatan kanker yang dijalaninya. Tetapi, kini ia dan istrinya, Camilla, telah tiba di Roma, Italia, untuk kunjungan negara dan menghabiskan waktu untuk merayakan ulang tahun pernikahan ke-20 mereka.

    Beberapa sumber kerajaan mengungkapkan bahwa Raja Charles sudah dalam kondisi yang prima dan mampu melakukan perjalanan ke Italia. Sebagaimana diketahui, sebelumnya ia sempat masuk rumah sakit akibat efek samping dari perawatan kanker yang sedang dijalaninya.

    Pria 76 tahun itu telah menjalani perawatan mingguan di unit kanker London, Inggris, sejak diagnosis awalnya pada Februari lalu. Tetapi, ia tetap terus mengaturnya di sela-sela jadwalnya yang padat.

    Meski begitu, pihak istana tidak pernah menjelaskan secara rinci perawatan medis seperti apa yang dijalani Raja Charles tersebut.

    “Semua orang telah melihat dalam beberapa hari terakhir bahwa ia (Raja Charles) dalam kondisi yang sangat baik dan sama sekali tidak terpengaruh oleh kemundurannya baru-baru ini. Jika ada, Yang Mulia dan Ratu bahkan lebih bersemangat untuk kembali beraktivitas,” kata pihak istana, dikutip dari Mirror UK.

    Raja Charles menjalani masa observasi di rumah sakit, tetapi ia tidak sampai menginap atau dirawat di sana. Pada Selasa (2/4), ia kembali bekerja melakukan upacara penobatan yang panjang.

    Diketahui, Raja Charles mengidap kanker selama lebih dari setahun. Banyak orang yang percaya kondisi itu mengharuskannya untuk lebih banyak beristirahat dari tugas-tugasnya yang sulit itu.

    Meski membuatnya drop selama beberapa hari, pihak istana meyakinkan bahwa kondisi Raja Charles tidak akan mengganggu tugasnya secara keseluruhan.

    Ia sempat beristirahat selama akhir pekan di Highgrove, tempat peristirahatannya di pedesaan di Cotswolds, Inggris. Bahkan, Ratu Camilla berhasil meminta Charles untuk mengurangi aktivitasnya untuk sementara waktu.

    “Dia (Camilla) dapat menghiburnya dengan penuh kasih sayang, dan di sisi lain, dia adalah satu-satunya orang di alam semesta yang dapat mencoba mengendalikannya ketika dia (Raja Charles) melakukan terlalu banyak hal karena nafsunya yang tak terpuaskan untuk bekerja,” tutur seorang ajudan, dikutip dari Newsweek.

    (sao/kna)

  • Ini 3 Orang Sakti di Dunia, Bisa ke Luar Negeri Tanpa Paspor

    Ini 3 Orang Sakti di Dunia, Bisa ke Luar Negeri Tanpa Paspor

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di dunia, rupanya ada tiga orang yang dianggap ‘sakti’. Mereka disebut dapat melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa dokumen paspor. Kok bisa?

    Tiga orang ini tidak membutuhkan paspor karena memiliki gelar istimewa. Ketiga orang itu adalah Raja Charles III dari Inggris, Kaisar Naruhito serta istrinya Permaisuri Masako dari Jepang. Sebelum Raja Charles III, hak istimewa ini juga dimiliki Ratu Elizabeth II.

    Aturan ini juga berlaku bagi raja atau ratu Inggris Raya pendahulu Raja Charles III. Demikian pula dengan Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako, para pendahulu kaisar dan permaisuri Jepang tidak perlu paspor jika ke luar negeri.

    Mengutip News18, alih-alih membawa paspor, Raja/Ratu Kerajaan Inggris hanya membawa dokumen yang dikeluarkan di atas nama mereka.

    Dokumen itu menyatakan bahwa “Sekretaris Kerajaan Inggris meminta atas nama Yang Mulia agar semua orang yang berkepentingan untuk mengizinkan pembawa dokumen ini melewati wilayah mereka dengan bebas tanpa hambatan atau halangan dan untuk memberi bantuan dan perlindungan yang mungkin diperlukan.”

    Dalam kasus Jepang, dokumen kementerian bertanggal 10 Mei 1971 menginformasikan bahwa akan sangat tidak pantas mengeluarkan paspor untuk Kaisar atau Permaisuri. Dokumen tersebut juga menambahkan bahwa sangat tidak pantas bagi Kaisar untuk menjalani prosedur imigrasi atau visa menggunakan paspor sebagai warga negara biasa.

    Sementara itu menurut laporan, istri Raja Inggris Permaisuri Camilla tidak memiliki hak yang sama dan tetap diharuskan memiliki paspor diplomatik. Dalam kasus Jepang, paspor diplomatik dikeluarkan untuk anggota keluarga Kekaisaran lainnya, termasuk putra mahkota dan putri.

    Dalam kasus Jepang, Kaisar dan Permaisuri hanya diminta untuk menyimpan dokumen kementerian untuk diri mereka sendiri. Sama seperti Inggris, kementerian luar negeri di Jepang memberi tahu negara yang dituju sebelum Kaisar dan Permaisuri tiba.

    Dalam kasus Raja Charles III, sekretaris pribadinya, Sir Clive Alderton, telah dipercayakan dengan tanggung jawab ini. Menurut sebuah laporan, Sir Clive Alderton telah menjadi salah satu penasihat terpercaya dan paling dicintai Raja dan Ratu Camilla sejak 2006, setahun setelah pernikahan mereka pada 2005.

    (hoi/hoi)

  • Raja Charles III Masuk RS usai Alami Efek Samping Pengobatan Kanker

    Raja Charles III Masuk RS usai Alami Efek Samping Pengobatan Kanker

    Jakarta

    Raja Charles III Masuk RS usai Alami Efek Samping Pengobatan Kanker

    Raja Charles III sempat dirawat di rumah sakit pada Kamis (27/3/2025), setelah mengalami efek samping dari pengobatan kanker yang dijalaninya. Kabar tersebut diungkapkan oleh Istana Buckingham dalam sebuah pernyataan.

    “Setelah menjalani perawatan medis yang dijadwalkan dan sedang berlangsung untuk kanker pagi ini, Raja mengalami efek samping sementara yang memerlukan waktu observasi singkat di rumah sakit,” kata istana pada Kamis.

    Raja berusia 76 tahun itu kembali ke Clarence House di kemudian hari setelah ‘waktu observasi singkat’ di rumah sakit. Karena itu, kegiatan Raja Charles di sore hari ditunda.

    “Yang Mulia sekarang telah kembali ke Clarence House dan sebagai tindakan pencegahan, berdasarkan saran medis, program agenda besok juga akan dijadwalkan ulang,” kata istana.

    Raja Charles III juga telah membatalkan tur Birmingham pada Jumat, sebagai tindakan pencegahan, berdasarkan saran medis.

    “Yang Mulia dijadwalkan menerima Surat Kepercayaan dari Duta Besar dari tiga negara berbeda sore ini. Besok, dia dijadwalkan melakukan empat tugas publik di Birmingham dan sangat kecewa karena tidak dapat hadir pada kesempatan ini,” kata istana.

    Ia juga menyampaikan permintaan maaf kepada semua orang yang mungkin merasa tidak nyaman atau kecewa karena penundaan tugasnya dan menjadwalkan ulang agendanya.

    Istana tidak menyebutkan secara rinci efek samping yang dialami Raja Charles, tetapi seorang sumber menggambarkannya sebagai ‘benturan kecil di jalan yang sedang menuju ke arah yang benar’.

    Diagnosis kanker Raja Charles pertama kali diumumkan oleh istana pada Februari 2024. Namun, istana tidak mengungkapkan jenis kanker yang diidap Raja. Istana membantah adanya hubungan antara diagnosis kanker dan pengobatan untuk kondisi prostat jinak.

    Istana juga menyatakan bahwa Raja Charles, yang secara umum memiliki kesehatan yang baik, “tetap bersikap positif tentang pengobatannya dan berharap dapat kembali menjalankan tugas publik sepenuhnya sesegera mungkin.”

    Raja memilih untuk membagikan diagnosisnya untuk mencegah spekulasi dan dengan harapan dapat membantu pemahaman publik tentang semua orang di seluruh dunia yang terkena kanker.

    (suc/suc)

  • Pria Australia Mengaku sebagai Anak Rahasia King Charles III dan Ratu Camilla, Tuntut Tes DNA

    Pria Australia Mengaku sebagai Anak Rahasia King Charles III dan Ratu Camilla, Tuntut Tes DNA

    GELORA.CO – Seorang pria asal Inggris yang kini tinggal di Australia, Simon Dorante-Day, membuat heboh publik dengan klaim bahwa dirinya adalah anak rahasia dari Raja Charles III dan Ratu Camilla . Ia menuntut tes DNA untuk membuktikan asal-usulnya.

    Dengan mengandalkan kemiripan wajah antara dirinya, Raja Charles III , dan kedua putra kerajaan, yakni Pangeran William dan Pangeran Harry, sebagai salah satu bukti visual, Dorante-Day, yang diadopsi sejak kecil, mengungkap bahwa nenek angkatnya yang pernah bekerja di lingkungan istana pernah mengungkap asal usulnya.

    “Perbandingan antara William, saya, Charles, dan Harry ini menunjukkan sesuatu yang sangat jelas, tidak ada konsistensi. Fakta bahwa sisi kiri wajah saya identik dengan Charles sementara William maupun Harry tidak, menimbulkan pertanyaan yang jelas, siapakah putra Charles yang sebenarnya?” kata Dorante-Day.

    “Saya percaya bahwa tes paternitas empat arah adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya,” sambungnya.

    Dilansir dari The Royal Observer, Kamis (27/3/2025), Dorante-Day mengklaim bahwa sang nenek mengatakan bahwa ia adalah anak hasil hubungan rahasia antara Charles dan Camilla.

    Selain itu, ia sengaja diserahkan kepada staf kerajaan untuk dirawat secara diam-diam. Namun, banyak yang meragukan klaimnya karena dianggap tidak sesuai secara kronologis lantaran ia lahir pada 1966, sedangkan Charles dan Camilla diyakini baru bertemu pada 1970.

    Dorante-Day bersikeras bahwa tanggal-tanggal resmi yang diketahui publik telah dimanipulasi dan tidak mencerminkan kenyataan. Dalam perjalanannya mencari kebenaran, ia mengaku mengalami berbagai tekanan dan tindakan intimidatif terhadap dirinya serta keluarganya.

    “Bukan hanya apa yang terjadi pada saya sebagai seorang anak, dan apa yang saya ingat dari masa kecil saya di Inggris, tetapi juga apa yang terjadi sejak saat itu pada diri saya, istri saya, dan anak-anak saya di Australia yang mendukung argumen kami,” jelasnya.

    “Kegiatan-kegiatan terselubung dan tidak sah yang terus-menerus ditujukan kepada kami adalah upaya untuk menghentikan kami dalam perjalanan ini, tidak lebih. Mereka tidak akan berhasil,” lanjutnya.

    Meski demikian, ia tetap bertekad memperjuangkan haknya demi mengungkap dugaan kebohongan dan penyembunyian yang dilakukan oleh kerajaan dan pemerintah Inggris selama puluhan tahun.

    Di sisi lain, ia kaligus menegaskan bahwa niatnya bukanlah untuk mencari ketenaran atau keuntungan materi, melainkan untuk mendapatkan jawaban pasti atas identitas sejatinya sebagai anak angkat yang selama ini merasa disisihkan.

    “Kebenaran dari permainan yang telah dimainkan oleh monarki, pemerintah, dan lembaga selama 58 tahun perlu diungkap. Kebohongan dan korupsi harus diungkap apa adanya, yaitu kegiatan kriminal,” tandasnya.

  • Raja Charles III Tunda Jenguk Paus Fransiskus, Harap Segera Pulih

    Raja Charles III Tunda Jenguk Paus Fransiskus, Harap Segera Pulih

    Roma

    Raja Charles III dan Ratu Camilla batal menjenguk Paus Fransiskus di Vatikan pada awal April nanti. Penundakan itu berdasarkan kesepakatan bersama menyusul saran medis dari dokter yang merawat Paus Fransiskus.

    “Saran medis kini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus akan mendapat manfaat dari periode istirahat dan pemulihan yang lebih lama. Yang Mulia menyampaikan harapan terbaik mereka kepada Paus untuk pemulihannya dan berharap dapat mengunjunginya di Tahta Suci, setelah ia pulih,” kata sebuah pernyataan Istana Inggris seperti dilansir AFP, Rabu (26/3/2025).

    Paus Fransiskus yang kini berusia 88 tahun masuk ke rumah sakit pada 14 Februari karena infeksi pernapasan parah. Kondisi ini menjadi krisis kesehatan paling serius selama 12 tahun masa kepausannya.

    Setelah dirawat selama 5 minggu, Paus Fransiskus diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit Gemelli Roma. Pihak dokter mengatakan Paus Fransiskus masih butuh banyak waktu untuk sembuh sepenuhnya.

    Dokter juga sudah memberikan Paus waktu istirahat selama dua bulan di Vatikan. Setelah keluar dari RS, Paus langsung mendesak Israel agar berhenti menyerang jalur Gaza.

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mark Carney Tegaskan Kanada Tak Akan Pernah Jadi Bagian dari AS

    Mark Carney Tegaskan Kanada Tak Akan Pernah Jadi Bagian dari AS

    Jakarta

    Perdana Menteri Kanada, Mark Carney menegaskan Kanada tidak akan pernah menjadi bagian dari Amerika Serikat (AS). Dia menolak ancaman aneksasi Presiden AS, Donald Trump.

    “Kanada tidak akan pernah, tidak akan pernah, dengan cara apa pun, bentuk atau wujud apa pun, menjadi bagian dari Amerika Serikat,” kata Carney setelah mengucap sumpah pelantikan sebagai perdana menteri Kanada dilansir AFP, Sabtu (15/3/2025).

    Dia menyampaikan harapan pemerintahannya dapat menemukan cara “untuk bekerja sama” dengan pemerintahan Trump.

    Seperti diketahui, Mark Carney resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Kanada usai membacakan sumpah jabatan. Carney menjadi suksesor Justin Trudeau yang mengundurkan diri setelah satu dekade menjabat.

    Pelantikan berlangsung di Rideau Hall, Ottawa. Carney resmi menjadi PM ke-24 Kanada.

    Seperti tradisi di Kanada, Mark Carney dilantik dalam dua bahasa resmi, Inggris dan Prancis. Carney mengucapkan sumpah setia kepada Raja Charles III, Raja Kanada, serta ahli waris dan penerusnya.

    Carney juga bersumpah untuk menjadi “pelayan yang setia dan sejati bagi Yang Mulia”.

    Pria 60 tahun itu belum pernah memegang jabatan politik sebelumnya. Kemampuan politiknya akan diuji, di mana Kanada akan melakukan pemilihan umum pada tahun ini.

    Carney pernah menjadi seorang bankir investasi di Goldman Sachs sebelum menjabat sebagai gubernur Bank Kanada selama krisis keuangan 2008-2009. Dia juga pernah memimpin Bank Inggris.

    Mark Carney dilantik di tengah tengangnya hubungan Kanada dengan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor yang besar dan mengancam akan mengenakan pungutan lebih lanjut sambil mengklaim bahwa Kanada tidak layak berdiri sendiri dan harus dianeksasi oleh Washington.

    Carney menggambarkan sikap Trump sebagai tantangan paling serius yang dihadapi Kanada dalam satu generasi. Hal itu disampaikan pada pidato usai terpilih menjadi pemimpin Partai Liberal dan menjadi PM Kanada Minggu kemarin.

    “Segala sesuatu dalam hidup saya telah mempersiapkan saya untuk momen ini,” kata Carney pada hari Minggu (9/3) lalu setelah memenangkan pemilihan pemimpin Partai Liberal.

    Dia telah berusaha menampilkan dirinya sebagai orang yang dibangun khusus untuk memimpin suatu negara melalui perang dagang dengan Amerika Serikat, yang dulunya merupakan sekutu terdekat Kanada tetapi sekarang menjadi negara yang menurut Carney “tidak dapat lagi dipercayai Kanada.”

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Mark Carney Resmi Dilantik Jadi PM Kanada Gantikan Justin Trudeau

    Mark Carney Resmi Dilantik Jadi PM Kanada Gantikan Justin Trudeau

    Ottawa

    Mark Carney resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Kanada usai membacakan sumpah jabatan. Carney menjadi suksesor Justin Trudeau yang mengundurkan diri setelah satu dekade menjabat.

    Dilansir BBC dan AFP, Jumat (14/3/2024) pelantikan berlangsung di Rideau Hall, Ottawa. Carney resmi menjadi PM ke-24 Kanada.

    Seperti tradisi di Kanada, Mark Carney dilantik dalam dua bahasa resmi, Inggris dan Prancis. Carney mengucapkan sumpah setia kepada Raja Charles III, Raja Kanada, serta ahli waris dan penerusnya.

    Carney juga bersumpah untuk menjadi “pelayan yang setia dan sejati bagi Yang Mulia”.

    Anggota keluarga Mark Carney juga hadir dalam acara pelantikannya. Sang istri Diana Fox duduk di barisan depan.

    Pria 60 tahun itu belum pernah memegang jabatan politik sebelumnya. Kemampuan politiknya akan diuji, di mana Kanada akan melakukan pemilihan umum pada tahun ini.

    Carney pernah menjadi seorang bankir investasi di Goldman Sachs sebelum menjabat sebagai gubernur Bank Kanada selama krisis keuangan 2008-2009. Dia juga pernah memimpin Bank Inggris.

    Carney menggambarkan sikap Trump sebagai tantangan paling serius yang dihadapi Kanada dalam satu generasi. Hal itu disampaikan pada pidato usai terpilih menjadi pemimpin Partai Liberal dan menjadi PM Kanada Minggu kemarin.

    “Segala sesuatu dalam hidup saya telah mempersiapkan saya untuk momen ini,” kata Carney pada hari Minggu (9/3) lalu setelah memenangkan pemilihan pemimpin Partai Liberal.

    Dia telah berusaha menampilkan dirinya sebagai orang yang dibangun khusus untuk memimpin suatu negara melalui perang dagang dengan Amerika Serikat, yang dulunya merupakan sekutu terdekat Kanada tetapi sekarang menjadi negara yang menurut Carney “tidak dapat lagi dipercayai Kanada.”

    Pada pertemuan Group of Seven (G7) di Quebec, Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly mengatakan Carney akan membawa “dinamika baru” ke diplomasi AS.

    Berbicara sebelum Carney dilantik, Joly mengatakan dia dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio, yang berada di G7, sedang berupaya mengatur panggilan telepon antara Trump dan Carney “dalam beberapa hari ke depan”.

    (lir/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1104 pada Senin (3/3/2025).

    Ketegangan masih terus meningkat di sepanjang perbatasan dan dampak yang jauh meluas ke seluruh dunia.  

    Di tengah situasi yang terus memanas, pertemuan penting terjadi antara dua tokoh besar dunia, yaitu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Raja Charles III dari Inggris.

    Kunjungan ini, membawa makna simbolis yang mendalam, baik bagi Ukraina yang terus berjuang menghadapi agresi Rusia, maupun bagi hubungan diplomatik antara Ukraina dan Inggris.

    Selengkapnya simak peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104:

    Zelensky-Raja Charles III Bertemu

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Raja Charles III di Sandringham, Inggris.

    Dikutip dari The Guardian, pertemuan ini terjadi setelah Zelensky menghadiri pertemuan puncak Starmer dengan pemimpin Eropa.

    Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, sebelumnya pada 2023, mereka bertemu di Istana Buckingham.

    Inggris telah menjadi pendukung utama Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, memberikan bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan.

    Pada peringatan kedua invasi Rusia, Raja Charles menyatakan dukungan penuh kepada Ukraina, menyebut agresi Rusia sebagai “agresi yang tak terlukiskan” dan memuji keberanian rakyat Ukraina.

    Kunjungan ini mempererat hubungan antara kedua negara dan mempertegas komitmen Inggris untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.

    Diharapkan pertemuan ini memberikan dampak positif bagi Ukraina dalam memperkuat aliansi internasional.

    Inggris Sediakan 5.000 Rudal Pertahanan untuk Ukraina

    Inggris akan menyediakan 5.000 rudal pertahanan udara untuk Ukraina, seperti yang diumumkan oleh Starmer. 

    Inggris akan mengalokasikan £1,6 miliar (sekitar US$2 miliar) untuk pembelian rudal multiperan ringan, yang dikenal dengan nama Martlet. 

    Rudal ini diproduksi oleh perusahaan pembuat senjata Thales.

    Martlet memiliki jangkauan lebih dari 6 km (3,7 mil) dan dapat ditembakkan dari berbagai platform, baik di darat, laut, maupun udara.

    Zelensky Puji Dukungan Eropa dan Tekankan Pentingnya Jaminan Keamanan

    Zelenskyy memuji “dukungan yang jelas dari Eropa, Inggris, Uni Eropa, dan Turki” setelah kembali ke Ukraina dari pertemuan puncak di London yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Lebih banyak persatuan, lebih banyak kemauan untuk bekerja sama,” ucap Zelensky.

    “Semua orang bersatu dalam isu utama – agar perdamaian menjadi nyata, kita membutuhkan jaminan keamanan yang nyata. Ini adalah posisi seluruh Eropa,” imbuhnya.

    Zelensky Puji Dukungan AS dan Tegaskan Jaminan Keamanan sebagai Kunci Perdamaian

    Zelenskyy mengungkapkan pentingnya dukungan Amerika Serikat.

    “Kami berterima kasih atas semua dukungan yang kami terima. Tidak ada hari di mana kami tidak merasa bersyukur.”

    Ia menekankan, ketahanan Ukraina bergantung pada bantuan mitra internasional, yang juga berkontribusi pada keamanan mereka sendiri.

    “Yang kami butuhkan adalah perdamaian, bukan perang tanpa akhir. Dan itu sebabnya kami mengatakan jaminan keamanan adalah kuncinya,” tambah Zelenskyy.

    Sebelumnya, Zelenskyy berupaya memajukan pembicaraan dengan Presiden AS, Donald Trump, setelah pertemuan yang sulit.

    Ia mengisyaratkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan mineral dan berharap untuk pembicaraan “konstruktif” dengan pemerintah AS mengenai langkah selanjutnya.

    Pada Minggu (2/3/2025) malam, sebuah pesawat nirawak Rusia menyerang gedung apartemen bertingkat di kota Kharkiv, Ukraina, yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran dan melukai delapan orang, menurut wali kota Kharkiv, Ihor Terekhov.

    Selain itu, tiga bangunan tempat tinggal lainnya rusak akibat serangan tersebut.

    Di kota Zaporizhzhia, serangan pesawat nirawak Rusia lainnya melukai seorang warga sipil.

    Serangan ini memicu kebakaran besar di sebuah bangunan tempat tinggal, menghancurkan atapnya, yang sebagian runtuh.

    Dua orang berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan.

    Gelombang ledakan yang terjadi merusak rumah-rumah di sekitarnya, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal.

    Ukraina Protes Rotasi IAEA di Zaporizhzhia melalui Wilayah Pendudukan

    Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melakukan rotasi pengamat di PLTN Zaporizhzhia melalui wilayah pendudukan Ukraina, yang disertai oleh personel militer Rusia.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina menanggapi tindakan ini dengan mengirimkan nota protes kepada IAEA, menganggapnya sebagai evakuasi kemanusiaan yang dilakukan di bawah tekanan Rusia.

    Dikutip dari Suspilne, rotasi ini melibatkan 27 pengamat IAEA, termasuk tiga inspektur, yang bertugas memantau keselamatan operasional dan fisik stasiun.

    Untuk pertama kalinya, rute rotasi melewati sepenuhnya wilayah yang dikuasai oleh Rusia dan didampingi oleh prajurit Garda Rusia.

    Rotasi ini seharusnya dilakukan sebulan lalu, namun tertunda dua kali.

    Ukraina mengutuk fakta bahwa rotasi ini melibatkan wilayah yang mereka anggap sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina juga menuduh Rusia memaksa karyawan IAEA untuk tetap tinggal lebih lama dari yang direncanakan, menyebabkan tekanan psikologis yang besar.

    Ukraina menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi Majelis Umum PBB, serta memperingatkan agar tidak ada tindakan serupa di masa depan.

    Prancis dan Inggris Usulkan Gencatan Senjata Satu Bulan di Ukraina

    Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata sebagian selama sebulan antara Rusia dan Ukraina, yang tidak mencakup pertempuran darat.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro pada Minggu (2/3/2025).

    Menurut Macron, gencatan senjata ini akan berlaku di udara, laut, dan fasilitas energi, namun tidak mencakup pertempuran di darat.

    Macron menjelaskan bahwa keuntungan dari inisiatif ini adalah kemampuannya untuk lebih mudah dikendalikan.

    Namun, ia juga menekankan tantangan dalam memverifikasi kepatuhan terhadap gencatan senjata, mengingat garis depan yang panjang, yang sejauh ini setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

    Macron menambahkan, pada tahap kedua, tentara Eropa akan dikerahkan di wilayah Ukraina.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Diusir Trump, Disambut PM Inggris

    Diusir Trump, Disambut PM Inggris

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diusir oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump usai mereka berdebat panas. Namun siapa sangka, Zelensky disambut hangat oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

    Dilansir AFP, Sabtu (1/3), debat panas antara Trump dan Zelensky berlangsung di Ruang Oval, Gedung Putih. Trump memang sedang menjadi sahibulbait lawatan Zelensky.

    Hebohnya lagi, adu mulut ini terjadi saat kamera media massa sedang menyala. Seluruh dunia heboh oleh adu mulut Trump-Zelensky. Debat ini terjadi saat Ukraina sedang diinvasi oleh Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Putin.

    Trump adalah Presiden AS yang belum lama menggantikan Joe Biden. Biden dulu lebih pro ke Zelensky dan cenderung bersedia membantu Zelensky. Namun Trump berbeda. Trump lebih pragmatis dan memiliki hubungan yang lumayan dekat dengan Putin.

    Zelensky pun akhirnya terusir dari Gedung Putih. Di sisi lain, Zelensky justru disambut dengan hangat oleh PM Inggris Keir Starmer.

    Bagaimana perbedaan yang dialami Zelensky ketika berkunjung ke AS dan Inggris? Baca halaman selanjutnya.

    Debat Panas

    Foto :Momen Donald Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih (REUTERS/Nathan Howard)

    Dilansir CNN, Minggu (2/3/2025), mulanya berbagai upaya telah dilakukan untuk mempersiapkan Zelensky agar berhasil bertemu dengan Trump, yang terkenal mudah terbuai pujian dan sangat peka terhadap perlakuan yang diterimanya.

    Presiden Ukraina itu telah diperingatkan agar fokus sepenuhnya pada kesepakatan mineral dan menghindari terlibat dalam pertengkaran dengan Trump.

    “Saya katakan kepadanya pagi ini ‘Jangan terpancing. Jangan biarkan media atau siapa pun membuat Anda berdebat dengan Presiden Trump. Apa yang dilakukannya hari ini adalah memulihkan hubungan’,” kata Senator Lindsey Graham, yang termasuk dalam sekelompok senator Republik dan Demokrat yang bertemu Zelensky sebelum datang ke Gedung Putih.

    Para pemimpin Eropa lain yang lebih dulu datang ke AS telah memberikan arahan mereka kepada Zelensky, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berhasil mendekati Trump dengan menyeimbangkan pujian dan penolakan. Yang lain lagi, termasuk beberapa pejabat AS, telah mencoba mencegah Zelensky melakukan perjalanan ke Washington dengan keyakinan masih diperlukan upaya untuk memperkuat hubungan yang telah menjadi permusuhan.

    Namun saat Zelensky memasuki gerbang Gedung Putih pada hari Jumat (28/2), hanya sedikit yang dapat meramalkan betapa hebohnya 139 menit berikutnya. Meski demikian, beberapa pihak telah mendeteksi tanda-tanda awal adanya masalah.

    Zelensky tiba di Gedung Putih menumpangi SUV hitam dengan mengenakan apa yang telah menjadi seragam standarnya, yakni kemeja dan celana militer yang kusam. Zelensky tidak memungkiri adanya ketegangan dengan Trump, yang telah berjalan melalui lorong-lorong West Wing untuk menyambutnya. Beberapa pejabat AS yang menonton dari jauh melihat sebuah masalah, yaitu pakaian Zelensky.

    “Oh, Anda berpakaian rapi,” kata Trump dengan nada sarkasme saat dia menyapa Zelensky dan menjabat tangannya.

    Sebelum pertemuan di Ruang Oval berubah menjadi adu mulut, Zelensky ditanya oleh seorang reporter dari media yang dipilih langsung oleh Gedung Putih untuk berada di ruangan tersebut selama pembicaraan ‘mengapa tidak mengenakan jas di kantor tertinggi Amerika Serikat?’.

    “Saya akan mengenakan kostum setelah perang ini berakhir, ya,” kata Zelensky, menanggapi dalam bahasa Inggris.

    “Mungkin sesuatu seperti milik Anda, ya, mungkin sesuatu yang lebih baik. Saya tidak tahu, kita lihat saja nanti. Mungkin sesuatu yang lebih murah. Terima kasih,” sambung Zelensky.

    Zelensky sendiri tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa sabuk UFC yang dimenangkan oleh petinju Ukraina, Oleksandr Usyk, tahun lalu. Sabuk emas berwarna-warni itu diletakkan di salah satu meja saat kedua pria itu mulai berbicara.

    Kemarahan di Ruang Oval

    Foto: Momen Zelensky dan Trump adu mulut saat bertemu di Ruang Oval Gedung Putih (AFP/SAUL LOEB)

    Selama 40 menit pertama pembicaraan mereka, Trump tidak menunjukkan kepahitan terhadap Zelensky, melainkan membahas kesepakatan mineral yang akan mereka tanda tangani. Bahkan, di lantai atas di Ruang Timur, sebuah meja kayu panjang telah disiapkan untuk upacara penandatanganan dengan empat kursi siap untuk para penandatangan.

    Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Suasana mulai berubah menegangkan saat Wapres AS Vance bergabung dalam percakapan.

    “Tunggu sebentar. Hei, saya ingin menanggapi ini,” ujarnya untuk mendukung upaya Trump dalam mengakhiri konflik.

    “Jalan menuju perdamaian dan jalan menuju kemakmuran mungkin melibatkan diplomasi,” katanya, mengarahkan komentarnya kepada Zelensky.

    Saat itulah semuanya memburuk. Zelensky yang marah dan tidak terbiasa dengan teguran publik setelah 3 tahun dukungan kuat Barat terlihat dengan marah memaparkan gencatan senjata yang telah dilanggar Rusia di masa lalu.

    “Diplomasi macam apa, JD, yang sedang kamu bicarakan? Apa, apa yang kamu miliki, apa yang kamu, apa maksudmu?” tanya Zelensky dengan nada tidak percaya.

    “Saya berbicara tentang jenis diplomasi yang akan mengakhiri kehancuran negaramu,” ujar Vance menanggapi dari sofa di sebelah Trump.

    Suasana semakin berubah memanas. Dia kemudian memarahi Zelensky dengan menyebutnya tidak sopan.

    “Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval untuk mencoba mengajukan gugatan di depan media Amerika,” kata Vance dengan teguran tajam.

    “Anda seharusnya berterima kasih kepada presiden karena telah mencoba mengakhiri konflik ini,” sambung Vance.

    Zelensky mencoba bicara. Namun, Trump meledak dalam kemarahan.

    “Anda tidak memiliki kartu sekarang,” teriaknya terhadap Zelensky.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya.

    Zelensky pun terusir dari Gedung Putih usai berdebat panas dengan Trump. Tanpa menghasilkan perjanjian apapun.

    Sambutan Hangat di Inggris

    Foto: Zelensky Diterima PM Inggris Usai Cekcok dengan Trump (AFP/PETER NICHOLLS)

    Zelensky mendapat pengalaman berbeda saat menemui Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. Zelensky disambut dengan hangat.

    Dilansir AFP, Minggu (2/3/2025), pertemuan itu dilakukan menjelang pertemuan puncak di London untuk membahas cara mendukung Ukraina memerangi pasukan Rusia. Starmer menegaskan kembali dukungannya untuk Kyiv.

    “Dalam kemitraan dengan sekutu kami, kami harus mengintensifkan persiapan kami untuk elemen jaminan keamanan Eropa di samping diskusi berkelanjutan dengan Amerika Serikat,” katanya dalam pernyataan yang disampaikan Sabtu (1/3) malam.

    “Sekarang saatnya bagi kita untuk bersatu guna menjamin hasil terbaik bagi Ukraina, melindungi keamanan Eropa, dan mengamankan masa depan kolektif kita,” tambahnya.

    Ukraina dan Inggris juga meneken perjanjian pinjaman sebesar GBP 2,26 miliar atau sekitar Rp 47,2 triliun. Uang itu dipinjamkan Inggris untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset Rusia yang dilumpuhkan Ukraina.

    “Dana tersebut akan diarahkan untuk produksi senjata di Ukraina,” kata Zelensky lewat akun media sosialnya.

    “Ini adalah keadilan sejati, orang yang memulai perang harus menjadi orang yang membayar,” sambungnya.

    Para pendukung bersorak saat konvoi Zelensky memasuki Downing Street, di mana dia dipeluk oleh Starmer dan berpose untuk difoto sebelum menuju ke dalam rumah pemimpin Inggris tersebut.

    “Anda sangat, sangat diterima di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelensky.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan yang begitu besar sejak awal perang ini,” jawab Zelensky.

    Zelensky dan Starmer bertemu secara tertutup selama sekitar 75 menit dan berpelukan lagi saat akan berpisah. Zelensky juga dijadwalkan bertemu dengan Raja Charles III pada Minggu (2/3).

    Zelensky akan menghadiri pembicaraan darurat di London dengan para pendukung Kyiv dari Eropa. Pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu