Tag: Quraish Shihab

  • Peringatan Isra Mikraj di Masjid Istiqlal Senin Malam Diperkirakan Dihadiri 15.000 Jemaah

    Peringatan Isra Mikraj di Masjid Istiqlal Senin Malam Diperkirakan Dihadiri 15.000 Jemaah

    Jakarta, Beritasatu.com – Peringatan Isra Mkiraj 1446 H di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Senin (27/1/2025) malam diprediksi akan dihadiri lebih dari 15.000 jemaah. Acara yang diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah ini akan menghadirkan sejumlah ulama dan habaib terkemuka.

    “Biasanya jumlah jemaahnya sekitar 15.000-an,” ujar Abu Hurairah, pengurus Masjid Istiqlal kepada Beritasatu.com, Senin (27/1/2025).

    Agenda bertajuk “Tabligh Akbar Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW” ini dijadwalkan dimulai pukul 19.30 WIB. Salah satu ulama yang akan hadir adalah Kiyai Bahauddin Nursalim, atau yang akrab dikenal dengan Gus Baha.

    Sebelumnya, peringatan Isra Mikraj di Masjid Istiqlal telah dimulai sejak pukul 13.00 WIB pada hari yang sama. Menteri Agama Nasaruddin Umar turut menghadiri acara tersebut bersama tokoh-tokoh muslim lainnya, seperti Habib Husein bin Ja’far Alhadar dan Quraish Shihab.

    Isra Mikraj sendiri merupakan momen sakral bagi umat Islam yang memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menerima perintah salat lima waktu, yang menjadi inti dari ibadah umat muslim.

  • Profil Johnny Wong, Ayah dari Baim Wong yang Meninggal Hari Ini

    Profil Johnny Wong, Ayah dari Baim Wong yang Meninggal Hari Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar duka datang dari dari aktor dan YouTuber terkenal Baim Wong. Ayah tercinta, Johnny Djaelani atau Johnny Wong meninggal dunia, Selasa (7/1/2025). Berikut profil Johnny Wong yang meninggal pada usia 78 tahun.

    Mendiang diketahui mengembuskan napas terakhir pada pukul 04.27 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat. Kabar ini juga disampaikan langsung oleh Baim Wong melalui akun Instagram pribadinya.

    “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Papa kami tercinta,” tulis Baim Wong, dikutip Selasa (7/1/2025).

    Jenazah Johnny Wong direncanakan bakal disemayamkan di rumah duka yang terletak di Jalan Teuku Cik Ditiro 2 Nomor 1A, Gondangdia, Jakarta Pusat.

    Profil Johnny Wong

    Johnny Wong lahir sebagai non-muslim dan kemudian menjadi mualaf. Ia mualaf ketika menikah dengan ibu Baim Wong, mendiang Kartini Marta Atmadja. Setelah mualaf, Johnny Wong mengubah namanya menjadi Johnny Jailani, tetapi ia tetap terkenal dengan nama Johnny Wong.

    Johnny Wong dikenal luas sebagai seorang desainer ternama di era Orde Baru. Kariernya sebagai pengusaha sukses membawa Johnny berhubungan dengan berbagai tokoh penting, termasuk Bambang Trihatmodjo, putra dari Presiden Soeharto, serta cendekiawan muslim Quraish Shihab dan tokoh pejuang Palestina Yasser Arafat.

    Dalam dunia desain, Johnny dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh besar pada waktu itu, dan kiprahnya tidak hanya terbatas pada karya-karya desain, tetapi juga pada pengaruh sosial dan politik di Indonesia.

    Demikian profil dari Johnny Wong, ayah dari Baim Wong yang tutup usia pada Selasa (7/1/2025). Semoga amal ibadah beliau diterima Allah Swt.

  • Jawaban Bijak Gus Baha saat Ditanya soal Gus Miftah yang Viral Mengolok dalam Kajian – Halaman all

    Jawaban Bijak Gus Baha saat Ditanya soal Gus Miftah yang Viral Mengolok dalam Kajian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau pendakwah yang kerap disapa Gus Baha memberi jawaban bijak saat ditanya tentang viralnya sikap Gus Miftah saat berdakwah.

    Diketahui, pendakwah bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman menjadi bahan pembicaraan setelah mengolok penjual es teh.

    Gus Miftah kini telah meminta maaf kepada penjual es yang diketahui bernama Pak Sunhaji tersebut.

    Namun, setelah permasalahan dengan Pak Sunhaji rampung, muncul video-video lain yang menunjukkan cara guyonan Gus Miftah yang kerap melontarkan ejekan kasar.

    Terbaru, Gus Miftah bahkan mengolok pesinden senior, Yati Pesek.

    Sikap Gus Miftah tersebut akhirnya terdengar sampai kepada Gus Baha.

    Gus Baha mendapat pertanyaan dari jemaah terkait pemanggilan ‘Gus’ hingga apa standarisasi orang bisa dipanggil Gus.

    Hal tersebut terlihat dalam acara ngaji bareng Gus Baha dan Prof Quraish Shihab yang tayang di YouTube Universitas Islam Indonesia pada Kamis (5/12/2024).

    “Hari ini, lagi viral berita seorang Gus. Mohon izin, ya mungkin berceramah dengan kalimat kurang baik. Mungkin diniatkan guyon (bercanda), tapi melukai hati orang lain, tapi MasyaAllah Gus Baha guyon (bercanda), tapi tidak pernah melukai hati orang lain,” ujar seorang jemaah.

    “Pertanyaan saya Gus (Baha), sebenarnya sejarah panggilan Gus ini seperti apa, apakah hanya dimaknai Gus ini adalah anak kiyai terus dipanggil Gus, bahkan mantu kiyai saja Gus naturalisasi atau Gus swasta. Atau bahkan bukan siapa-siapa kemudian bisa dipanggil Gus? Sehingga misal kita bisa berlomba-lomba menjadi Gus bareng-bareng?”

    “Apakah ini hanya di Jawa saja? karena di Madura kami sering mendengar ada panggilan Lora, ini sebenarnya apa?”

    “Nyuwun sewu (permisi), apakah di zaman Rasulullah, putranya Rasulullah juga dipanggil Gus?” tambah jemaah tersebut.

    “Intinya sejarah (Gus), lalu standarisasi Gus itu apa?” pungkasnya.

    Gus Baha sambil tertawa mendengarkan pertanyaan tersebut memilih jawaban bijak.

    Pendakwah yang juga dikenal sebagai ahli tafsir Al Quran tersebut memilih jalan tengah untuk tak memperdulikan pertanyaan provokasi.

    “Ini (saya jawab) yang provokatif dulu, semoga diampuni oleh Allah Ta’ala,” buka Gus Baha sambil tertawa.

    “Saya gak medsos-an, tapi ya denger-denger laporan macem-macem tentang sekian pihak, saya mau cerita biar sampean (Anda) tahu bahwa Pak Eektor ngundang saya ini nggak salah memang bener-bener pemateri yang baik.”

    “Ya kalau kata Nabi Yusuf kan Inihafidzun alim, orang harus dzikromanaki bin nafsi, orang boleh cerita kelebihannya asal itu faktual,” lanjut Gus Baha.

    “Suatu saat ini cerita kitab, suatu saat Nabi Musa harus salat istiqo untuk doa apa saja itu sudah dipakai, nggak mandi. Nabi Musa lho.”

    “Kata Allah, Innafihim Namaman. Di komunitas, Anda ikut salat itu ada yang tukang adu adu (Namam), provokator. Maka kamu doa kayak apa tetap nggak akan saya ijabahi,” jelas Gus Baha.

    “Nabi Musa (lalu menjawab) ya gampang Gusti, tunjukkan orang itu siapa nanti saya usir dari majelis.”

    “Jawabnya Allah itu lucu, saya ini orang yang mengharamkan Namam. Mengharamkan mengadu domba, kalo saya menunjuk orang itu berarti saya Namam,” tegas Gus Baha.

    “Intinya itu Allah terus mengabaikan sekian peristiwa Namam. Jadi kalau pertanyaan provokatif kayak gitu ya pasti diabaikan oleh Allah ta’alla karena nanti repot,” jelas Gus Baha lagi.

    Pada akhir jawabannya, Gus Baha melemparkan candaan tentang nama Gus yang ia kenakan adalah yang asli.

    “Memang saya termasuk Gus yang asli, itu jelas sekali,” pungkas Gus Baha sambil melempar candaan.

    Berikut profil Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha.

    Kehidupan Pribadi

    Dilansir Wikipedia, Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 29 September 1970.

    Ia merupakan anak dari pasangan K. H. Nursalim dan Hj Yuhanidz.

    Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur’an. 

    Sementara dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.

    Gus Baha sendiri telah memiliki istri yang bernama Ning Winda dan telah dikaruniai tiga buah hati yang bernama Tasbiha Mahmida, Hassan Tasbiha, dan Mila Tasbiha.

    Pendidikan

    Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, membagikan ceritanya saat sowan sekaligus nyantri kepada KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha pada Rabu (3/5/2023) (Istimewa)

    Pendidikan Gus Baha dimulai dari lingkungan keluarga yang sangat religius. 

    Gus Baha menghabiskan masa kecilnya di pesantren-pesantren yang ada di Rembang, tempat di mana ia pertama kali diperkenalkan dengan ilmu agama.

    Dalam proses pendidikannya, Gus Baha mendalami berbagai disiplin ilmu Islam, seperti tafsir, fiqih, dan hadist, yang membentuknya menjadi seorang ulama yang sangat berkompeten.

    Setelah menempuh pendidikan di Indonesia, Gus Baha melanjutkan studinya ke luar negeri, khususnya ke beberapa negara di Timur Tengah, untuk memperdalam ilmu agama secara lebih mendalam.

    Karier

    Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Gus Baha kembali ke Indonesia dan memulai perannya sebagai seorang ulama. 

    Ia aktif mengajar di beberapa pesantren, serta memberikan kajian-kajian agama di berbagai forum.

    Salah satu ciri khas dari dakwah Gus Baha adalah kemampuannya dalam menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang sederhana, sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan, mulai dari santri hingga masyarakat umum.

    Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha diberi keistimewaan untuk menjadi Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

    Gus Baha duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari seluruh Indonesia, seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

    (Tribunnews.com/Siti N/ David Adi)

  • Quraish Shihab Imbau Masyarakat Berhati-hati Pilih Guru untuk Dalami Ilmu Agama

    Quraish Shihab Imbau Masyarakat Berhati-hati Pilih Guru untuk Dalami Ilmu Agama

    Jakarta, Beritasatu.com – Kasus kejahatan seksual yang melibatkan pemuka agama akhir-akhir ini membuat cendekiawan Islam Quraish Shihab mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan pandai memilih teman dan guru untuk mendalami ilmu agama.

    Mantan menteri agama tersebut mengimbau para orang tua untuk melindungi anak-anak agar tidak mendapatkan ilmu yang menyimpang dari ajaran agama. Umumnya, ilmu yang bertentangan ajaran agama yang disampaikan oleh mereka yang mengaku sebagai pemuka agama. 

    “Saya ingin imbau masyarakat, orang tua, agar memberikan pendiikan dan peringatan kepada anak-anaknya. Kita harus membentengi diri, keluarga kita dan anak-anak dari terjadinya hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama dan yang mengatasnamakan sesuatu padahal sebenarnya dia tidak menyandang sesuatu itu (status pemuka agama),” kata Quraish Shihab dalam dialog Majelis Hukuma Indonesia di Jakarta, Senin (11/11/2024).

     Untuk mengenal pemuka agama yang dapat dipelajari ilmunya, Quraish Shihab mengajak masyarakat untuk menilai mereka dari sikap sehari-hari. “Lihatlah bagaimana sikapnya sehari-hari. Mungkin sepintas kita belum tahu, tetapi perhatikan sehari-harinya. Jadi pandai-pandailah memilih teman,” kata ulama berusia 80 tahun tersebut. 

    Sementara itu, Indonesia akhir-akhir ini kerap dihebohkan dengan pemberitaan tentang oknum berkedok pemuka agama yang diduga melakukan kejahatan seksual, termasuk pada anak-anak. 

    Pada awal Oktober 2024, Polres Metro Kota Tangerang telah menetapkan Sudirman (49), Yusuf Bachtiar (30), dan Yandi Supriyadi (28) sebagai tersangka dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak panti asuhan di Tangerang, Banten.

    Sudirman adalah pimpinan panti yang disebut polisi telah beroperasi sejak Mei 2006 tanpa izin. Ia juga dikenal sebagai guru mengaji hingga ustaz yang pernah diundang ke televisi. Jumlah korban kekerasan seksual di panti asuhan tersebut, diperkirakan bisa mencapai lebih dari 40 anak.

    Pada September 2024 viral video warga menggeruduk sebuah pondok pesantren di Kecamatan Karangbahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, setelah mendengar kabar pelecehan santriwati. 

    Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, kasus pelecehan 5 santriwati dilakukan dalam kurun waktu 2020 hingga 2024. Dua ustaz, ayah dan anak, berinisial SM (51) alias Sudin serta MHS (29) alias Muhammad Hadi Sopyan, berpura-pura membangunkan santriwati sambil melakukan pelecehan.

    Pada Selasa (8/10/2024) Sudin ditemukan meninggal dunia di tahanan Polres Metro Bekasi. Polisi menyebut Sudin tiba-tiba mengalami gangguan pernapasan. Nyawanya tak tertolong meski telah dibawa ke rumah sakit Polri Kramat Jati. 

    Sementara itu, kasus kekerasan seksual juga diduga dilakukan seorang ustaz berinisial S (55) di Sumberlawang, Kabupaten Sragen, terhadap murid ngajinya V (16). Korban diduga telah disetubuhi sebanyak tujuh kali, dan dicabuli lebih dari 10 kali sejak 2022.

  • Apresiasi Indonesia Bela Palestina, Grand Syekh Al Azhar Serukan Kerukunan Umat

    Apresiasi Indonesia Bela Palestina, Grand Syekh Al Azhar Serukan Kerukunan Umat

    Jakarta, Gatra.com- Grand Syekh Al Azhar, Imam Akbar Ahmed Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Grand Syekh yang juga Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) mengapresiasi langkah Indonesia membela Palestina dan menyerukan kerukunan umat beragama.

    Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb melakukan kunjungan kali ketiga ke Indonesia. Imam Akbar tiba sejak 8 Juli dan dijadwalkan akan berada di Indonesia hingga 11 Juli 2024.

    Sebelum memberi kuliah umum di UIN, Grand Syekh diterima Presiden RI Joko Widodo. Keduanya juga mendiskusikan penyelesaian konflik di Gaza-Palestina. Grand Syekh mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia atas perjuangannya untuk membela saudara-saudara kita di Gaza Palestina dengan memperjuangkan gencatan senjata dan menyampaikan bantuan-bantuan kemanusiaan.

    Grand Syekh dalam kuliah umumnya menyeru pentingnya persatuan dan tidak tertipu dengan propaganda yang ingin memecah belah umat Islam dengan berbagai cara. Grand Syekh mengingatkan umat Islam untuk tidak menjadi umat yang inferior. “Umat Islam adalah umat besar yang telah berkontribusi besar terhadap peradaban dunia,” papar Prof. Ath-Thayyeb di Ciputat, Selasa (9/7/2024).

    Tampak hadir mantan Menag Prof Dr M Quraish Shihab, MA, Sekjen Kemenag M Ali Ramdhani beserta pejabat Eselon I dan II Kemenag, serta Rektor UIN Jakarta, Prof Asep Saufuddin Jahar, Ph.D. Acara ini juga dihadiri ribuan pengunjung yang memadati Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta. Selain jajaran pejabat Eselon I dan II Kemenag bersama civitas academica UIN Jakarta, hadir juga para Rektor PTKN, alumni Al Azhar, serta mahasiswa.

    Menurut Grand Syekh, perpecahan itu sering lahir dari lisan dan pena para dai yang tidak memahami prioritas dan fiqih ikhtilaf (perbedaan). “Mereka yang sibuk dengan perkara-perkara khilafiyah tapi lupa dengan isu-isu keumatan yang utama seperti isu Palestina, isu kemiskinan, dekadensi moral dan lain sebagainya,” ungkap Prof. Ath-Thayyeb.

    Grand Syekh menyatakan bahwa umat harus diingatkan agar terhindar dari orientasi baru yang menolak ajaran empat mazhab. “Di mana mereka membuat fiqih baru, di mana mereka mudah menyalahkan dan bahkan mengkafirkan yang tidak sependapat dengan mereka,” tutur Syekh.

    Untuk menekankan hal ini, Grand Syekh, mengutip Hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Al-Bukhari yang menjelaskan bahwa apabila seseorang memiliki tiga kriteria ini maka dia adalah muslim dan tidak boleh dikafirkan. “Yaitu, pertama yang salat sama seperti kita salat kita, kedua yang menghadap kiblat kita, dan ketiga yang makan sembelihan kita,” ungkap Prof. Ath-Thayyeb.

    Grand Syekh menyeru umat Islam untuk menjaga kerukunan umat beragama, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat di mana mereka menghormati keyakinan agama lain. “Menghormati tidak sama dengan meyakini. Yang kita lakukan adalah menghormati meskipun tetap keyakinan itu masing-masing,” kata Prof. Ath-Thayyeb.

    Grand Syekh menuturkan bahwa umat Islam saat ini harus bergerak untuk beramal, bukan hanya pintar berbicara tetapi mengamalkannya. “Seribu khutbah tidak akan menyelesaikan masalah tapi satu aksi bisa menyelesaikan seribu masalah,” turur Prof. Ath-Thayyeb.

    Moderasi Beragama

    Alumni Al-Azhar dan mantan Rektor UIN Jakarta Prof M Quraish Shihab berbicara tentang moderasi beragama. Menurutnya, manifestasi nilai moderasi beragama di Indonesia bisa dilihat dari bentuk negara Indonesia.

    “Indonesia tidak berbentuk negara sekuler dan juga tidak berbentuk negara agama, tapi negara Pancasila yang sila pertamanya adalah tauhid,” papar Prof. Quraish.

    Menurut Prof Quraish, manifestasi yang kedua adalah kelapangan dada para founding father yang Muslim dan para ulama ketika itu, saat penetapan sila-sila dari Pancasila di awal kemerdekaan. “Di mana mereka rela untuk menghapus kata kewajiban menerapkan syariat Islam demi menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang plural dan majemuk,” ujar Guru Besar Ilmu Tafsir tersebut.

    Prof Quraish mengutarakan bahwa untuk bersikap moderat dibutuhkan ilmu. Menurutnya, ada tiga hal yang berbeda yang sering dianggap sama. Pertama agama, kedua ilmu agama, dan ketiga beragama.

    “Agama sudah sempurna. Ilmu agama terus berkembang dan terjadi perbedaan antara ilmu yang diketahui oleh ulama satu ulama dengan ulama yang lainnya. Beragama butuh ilmu, agar cara kita beragama benar sesuai dengan ilmu, maka kiblat ilmu yang benar itu sudah ada yaitu Al-Azhar,” ungkapnya.

    Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, mengatakan bahwa UIN Jakarta memiliki hubungan yang erat dengan Al-Azhar As-Syarif. Ini ditandai dengan berdirinya Fakultas Dirasat Islamiyah, di mana di fakultas ini menggunakan kurikulum yang digunakan oleh Al-Azhar As-Syarif.

    “Hampir seluruh dosennya adalah alumni Al-Azhar,” kata Rektor.

    Menurut Rektor, hubungan erat inilah yang menguatkan nilai moderasi di UIN Jakarta. Sehingga, UIN Jakarta menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam yang moderat di Indonesia. “Sebagaimana Al-Azhar menjadi pusat pembelajaran Islam yang moderat di dunia,” ungkap Prof Asep.

    Rektor berharap UIN Jakarta terus belajar dari Al-Azhar untuk dapat mengembangkan ajaran Islam yang benar yang menjadi rahmat kasih sayang bagi alam semesta.

    Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Yuli Yasin, mengatakan bahwa Kuliah Umum Grand Syekh Al-Azhar dihadiri seribu lima ratusan orang baik dari civitas akademika UIN Jakarta, 73 Rektor Perguruan Tinggi, Pimpinan Ormas, Tokoh Masyarakat, Tokoh Lintas Agama, Para Dubes, dan alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.

    16