Tag: Putu Juli Ardika

  • Industri Pulp & Kertas Putar Otak Hadapi Tuntutan Transformasi Hijau

    Industri Pulp & Kertas Putar Otak Hadapi Tuntutan Transformasi Hijau

    Bisnis.com, JAKARTA — Industri pulp dan kertas nasional menghadapi tantangan kompleks seiring meningkatnya tuntutan global terhadap aspek keberlanjutan, dekarbonisasi, dan transparansi rantai pasok.

    Ketua Umum APKI, Liana Bratasida mengatakan pasar global kini tak hanya menilai kapasitas produksi, tetapi juga kinerja lingkungan dan komitmen industri terhadap praktik bisnis berkelanjutan.

    “Keberlanjutan bukan lagi sekadar tren, melainkan telah menjadi kewajiban kepatuhan, ekspektasi rantai pasok global, sekaligus keunggulan kompetitif,” kata Liana dalam keterangan resminya, Rabu (17/12/2025). 

    Meski dihadang tantangan global, industri pulp dan kertas tetap mencatat kinerja ekonomi yang solid. Pada 2025, sektor ini berkontribusi sebesar 3,68% terhadap produk domestik bruto (PDB) nonmigas. 

    Dari sisi ketenagakerjaan, industri pulp dan kertas menyerap lebih dari 288 ribu tenaga kerja langsung serta sekitar 1,2 juta tenaga kerja tidak langsung pada 2024. 

    Hingga pertengahan 2025, Indonesia juga masih tercatat sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia dengan kapasitas yang terus berkembang.

    “Transformasi menuju industri hijau harus menjadi prioritas bersama agar industri pulp dan kertas Indonesia tetap relevan dan berdaya saing,” ujarnya. 

    Industri pulp dan kertas dinilai mesti adaptif dan mencari solusi tantangan global berupa tekanan penurunan emisi, perubahan preferensi konsumen internasional, serta standar keberlanjutan yang makin ketat. 

    Kondisi ini mendorong APKI dan anggotanya membahas strategi penguatan efisiensi energi, penerapan ekonomi sirkular, dan percepatan adopsi teknologi rendah karbon.

    Hal tersebut menjadi isu utama dalam Rapat Kerja Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) 2025 bertema “Beyond Growth: Transforming Indonesia’s Pulp and Paper Industry Towards a Sustainable Future”.

    Dari perspektif global, Senior Product Manager Fastmarkets, Sampsa Veijalainen, menyebut bahwa pasar internasional semakin sensitif terhadap isu keberlanjutan. Investor dan pembeli global kini menempatkan intensitas emisi dan transparansi rantai pasok sebagai faktor utama dalam keputusan bisnis.

    “Secara global, permintaan untuk produk kertas dan karton akan terus tumbuh, terutama di negara-negara di Asia. Salah satu aspek penting adalah dekarbonisasi. Industri pulp dan kertas telah berkontribusi sekitar 15,55% dari total emisi sektor industri. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mengurangi jejak karbon menjadi sangat krusial,” tutur Sampsa.

    Selain tekanan pasar, tantangan lain datang dari kebutuhan pembiayaan untuk transformasi hijau. Keterbatasan akses pendanaan dan besarnya investasi awal sebagai hambatan, sehingga diperlukan dukungan kebijakan, insentif fiskal, serta skema pembiayaan hijau yang lebih kompetitif.

    Untuk itu, pengusaha berkomitmen untuk melakukan transformasi menuju industri pulp dan kertas yang berkelanjutan dinilai menjadi kunci agar sektor ini tetap bertahan, berdaya saing, dan relevan di pasar internasional.

    Dalam hal ini, pemerintah menilai tantangan global tersebut perlu dijawab dengan kebijakan yang mendorong transformasi industri secara bertahap dan terukur.

    Dirjen Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan pihaknya mendukung industri pulp dan kertas menuju industri hijau dan rendah emisi, sejalan dengan target Net Zero Emission sektor industri dan komitmen nasional penurunan emisi gas rumah kaca.

    “Industri yang berkelanjutan bukan hanya untuk menjawab tuntutan global, tetapi juga untuk memastikan daya saing jangka panjang industri nasional. Pemerintah telah mendorong roadmap dekarbonisasi yang realistis, terukur, dan didukung kebijakan serta insentif yang kondusif,” pungkasnya. 

  • Kemenperin sebut cukai rokok batal naik akan bantu pacu daya saing IHT

    Kemenperin sebut cukai rokok batal naik akan bantu pacu daya saing IHT

    Dengan kebijakan pemerintah tidak menaikkan cukai ini cukup membantu

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan keputusan pemerintah tidak menaikkan cukai hasil tembakau atau cukai rokok pada tahun 2026 akan membantu memacu daya saing industri hasil tembakau (IHT) dalam negeri.

    Pelaksana tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, Selasa, menyampaikan, pihaknya sudah menginventarisasi tantangan dalam memacu daya saing IHT, yakni masifnya rokok ilegal, serta kepastian regulasi tentang kandungan nikotin, tar dan bungkus rokok.

    ‎”Dengan kebijakan pemerintah tidak menaikkan cukai ini cukup membantu,” ucapnya.

    Menurut Putu, pihaknya saat ini juga sedang mengupayakan untuk meningkatkan kontribusi sektor IHT terhadap perekonomian nasional melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib produk kertas pembentuk rokok, serta revisi Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) 72/2008 tentang Pendaftaran Dan Pengawasan Mesin Pelinting Sigaret.

    Selanjutnya, pembatasan importasi mesin pelinting, kertas dan filter sigaret, serta akselerasi pembangunan kawasan industri hasil tembakau (KIHT) atau sentra industri hasil tembakau (SIHT) untuk mempermudah akses pita cukai bagi industri kecil menengah (IKM).

    Putu menyampaikan industri ini pada semester I 2025 memberikan kontribusi cukup signifikan ke perekonomian nasional, dengan nilai ekspor mencapai 876 juta dolar AS, dan investasi Rp3,2 triliun.

    Sementara kontribusi cukai hasil tembakau ke ekonomi mencapai Rp216 triliun pada tahun 2024, yang sekaligus menjadi salah satu penyumbang penerimaan negara terbesar dari sektor industri.

    Selain itu, sektor IHT menyerap tenaga kerja sebanyak 6 juta orang dari hulu hingga hilir, mulai dari petani tembakau dan cengkeh, buruh pabrik, distributor, hingga pedagang dan eksportir.

    Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau atau cukai rokok batal diterapkan pada 2026.

    ‎“Tahun 2026 tarif cukainya tidak kami naikkan,” kata Purbaya dalam taklimat media di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat (26/9/2025).

    ‎Purbaya mengaku telah beraudiensi dengan pelaku industri rokok besar dalam negeri. Dalam pertemuan itu, tiap pihak saling mendengar dan memberi masukan terkait kelanjutan industri rokok, di mana Purbaya turut menanyakan terkait kebijakan tarif cukai.

    ‎“Satu hal yang saya diskusikan dengan mereka, apakah saya perlu mengubah tarif cukainya tahun 2026? Mereka bilang, asal nggak diubah sudah cukup. Ya sudah, saya nggak ubah,” ujar Purbaya.

    Meski batal menaikkan tarif cukai rokok, Purbaya menyatakan telah menyiapkan strategi lain untuk menjaga penerimaan negara sekaligus keberlangsungan industri rokok.

    Salah satu strategi yaitu memperluas cakupan Kawasan Industri Hasil Tembakau. Kawasan ini menyediakan fasilitas penunjang yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha kawasan industri hasil tembakau.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • RI Ternyata Masih Impor Air Minum Kemasan (AMDK), Segini Nilainya

    RI Ternyata Masih Impor Air Minum Kemasan (AMDK), Segini Nilainya

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan bahwa kondisi industri air minum dalam kemasan (AMDK) cukup baik. Hal ini tercermin dari ekspor AMDK yang membukukan surplus US$16,85 juta sepanjang Januari hingga Agustus 2025.

    Plt. Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan bahwa kinerja produsen AMDK dalam negeri terbilang baik apabila menilik nilai surplus tersebut dan neraca perdagangan 2024 yang mencatatkan nilai US$19,46 juta.

    “Kinerja perdagangan air minum ini cukup bagus juga. Neraca kita US$19,46 juta, impornya ini tidak banyak, kita ekspornya cukup signifikan,” kata Putu dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (10/11/2025).

    Terkait nilai impor air minum, Kemenperin mencatat nilainya mencapai US$4,13 juta sepanjang awal tahun hingga bulan kedelapan tahun ini.

    Sementara itu, terdapat 707 pabrik AMDK yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa atau setara dengan 54%.

    Keseluruhan pabrik tersebut, menurutnya, memiliki kapasitas total air sebesar 47 miliar liter per tahun, dengan utilisasi sebesar 71,62% pada tahun lalu.

    Putu lantas menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong industri di Tanah Air, termasuk AMDK untu terus mendorong peningkatan produksi.

    “Peningkatan produktivitas ini melalui digitalisasi kita lakukan, dan juga beberapa industri yang skalanya tidak besar ini kita dorong ke peningkatan produksi dan kualitasnya,” ujarnya.

    Adapun, Komisi VII DPR RI menggelar rapat dengar pendapat dengan Kemenperin dan delapan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) terkait standarisasi bahan baku AMDK pada hari ini, Senin (10/11/2025).

    Delapan perusahaan tersebut antara lain PT Tirta Investama selaku produsen Aqua, PT Sariguna Primatirta Tbk. atau Tanobel (CLEO), PT Tirta Fresindo Jaya (Le Minerale), PT Super Wahana Tehno (Pristine), PT Panfila Indosari (RON 88), PT Amidis Tirta Mulia (Amidis), PT Muawanah Al Ma’soem (Al Ma’soem), dan PT Jaya Lestari Sejahtera (Le Yasmin).

    Komisi VII DPR RI juga akan membentuk panitia kerja (panja) untuk menangani rekomendasi kebijakan industri AMDK. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty usai pertemuan tersebut.

    “Komisi VII akan membentuk panja tentang industri AMDK guna merumuskan rekomendasi kebijakan mengenai perbaikan tata kelola industri AMDK,” kata Evita.

  • Prabowo katakan negosiasi tarif AS nol persen masih berlangsung

    Prabowo katakan negosiasi tarif AS nol persen masih berlangsung

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan bahwa negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait penerapan tarif nol persen untuk sejumlah komoditas masih terus berlangsung.

    “Iya masih terus negosiasi,” ujar Prabowo di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, Jumat waktu setempat.

    Negosiasi tersebut menjadi bagian dari upaya memperluas kerja sama perdagangan antara kedua negara, khususnya untuk komoditas tertentu yang menjadi unggulan ekspor Indonesia.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam kesempatan yang sama, mengatakan bahwa pembahasan lebih lanjut dengan AS terkait negosiasi tersebut akan dilakukan setelah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi APEC.

    Dia menjelaskan komoditas yang diusulkan untuk mendapatkan tarif nol persen serupa dengan yang diterapkan Malaysia, seperti produk sawit, kakao, karet, dan sejumlah komoditas lainnya yang tidak diproduksi di Amerika Serikat.

    Airlangga juga menyampaikan bahwa untuk komoditas critical minerals atau mineral kritis, pembahasan akan dilakukan secara terpisah.

    “Critical mineral pembahasan sendiri, terkait dengan suplay chain dan dalam joint statement kita sebutnya sebagai industrial communities,” kata dia.

    Diketahui, Indonesia membidik hasil negosiasi dengan Amerika Serikat dapat mengurangi tarif terhadap minyak sawit hingga 0 persen, sebagaimana yang disepakati antara Amerika Serikat dengan Malaysia.

    “Ini (negosiasi tarif sawit) masih dalam proses. Mudah-mudahan dalam diskusi-diskusi, paling tidak kita bisa sama dengan Malaysia,” ucap Pelaksana tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika di Jakarta, Rabu (29/10).

    Pernyataan tersebut terkait dengan Malaysia yang berhasil memperjuangkan pengurangan tarif impor ke Amerika Serikat dari nilai sebelumnya 25 persen menjadi 19 persen sebagaimana ditetapkan dalam kesepakatan tarif resiprokal dengan AS yang baru ditandatangani.

    Untuk produk-produk unggulan Malaysia seperti minyak sawit, produk karet, produk kayu, komponen penerbangan, dan produk farmasi, dibebaskan oleh AS dari tarif 19 persen tersebut, alias menjadi 0 persen atau bebas tarif.

    Indonesia berharap mendapatkan hasil negosiasi yang serupa dari Amerika Serikat.

    Dengan tarif 0 persen untuk produk sawit Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat, Putu berharap Indonesia bisa menempati posisi persaingan yang setara dengan Malaysia di pasar Amerika Serikat.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenperin picu kemandirian industri lewat Pameran Industri Agro 2025

    Kemenperin picu kemandirian industri lewat Pameran Industri Agro 2025

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian memicu kemandirian dan ketahanan industri melalui Pameran Industri Agro 2025 dengan cara memperluas promosi dan penguatan jejaring pelaku industri dalam negeri.

    “Pameran Industri Agro 2025 tidak hanya menjadi ajang promosi produk-produk industri agro, namun melalui pameran ini juga menampilkan potensi industri agro,” ucap Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam acara pembukaan Pameran Industri Agro yang digelar di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu.

    Adapun potensi-potensi yang dimaksud oleh Putu meliputi produk industri makanan dan minuman, industri furnitur, industri atsiri, industri pakan, industri kertas, dan industri oleokimia.

    Pameran ini, lanjut dia, merupakan bentuk nyata sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian industri dalam negeri.

    Tema yang diusung pada pameran tersebut adalah “Agro Industri Maju, Ekonomi Tumbuh Tangguh”. Putu menyampaikan pameran itu mencerminkan keyakinan bahwa kemajuan sektor industri agro merupakan kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.

    “Pameran Industri Agro 2025 ini menjadi momentum penting untuk memperluas peluang bisnis, memperkenalkan produk unggulan nasional, serta memperkuat kolaborasi antara industri, akademisi, dan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian industri nasional menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Putu.

    Pameran yang berlangsung selama empat hari, tanggal 28–31 Oktober 2025 di Plasa Pameran Industri Gedung Kemenperin, Jakarta ini diikuti sebanyak 65 peserta, yang mencakup pelaku industri skala menengah hingga besar serta usaha kecil berbasis agro.

    Produk-produk yang dipamerkan antara lain produk turunan sawit, alga, gula, biskuit, produk kopi, teh, produk susu dan turunannya, cokelat, minuman sari buah (jus), buah dan sayuran beku, saus, mi instan, produk olahan daging, frozen food atau makanan beku, makanan siap saji, produk olahan kertas, minyak atsiri, produk furniture, serta makanan hewan.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Investasi Industri Agro Tembus Rp 85,05 Triliun

    Investasi Industri Agro Tembus Rp 85,05 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat realisasi investasi di sektor industri agro mencapai Rp 85,05 triliun pada semester I 2025, dari total investasi industri pengolahan nonmigas (IPNM) yang sebesar Rp 366,6 triliun.

    Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan sektor industri agro masih menjadi magnet bagi para investor.

    “Investasi sektor industri agro masih tumbuh dan diminati, terlihat dari realisasi yang mencapai Rp 85,05 triliun pada semester I 2025,” ujarnya seperti dilansir dari Antara, Rabu (29/10/2025).

    Menurut Putu, capaian tersebut turut ditopang oleh penyerapan tenaga kerja sekitar 9,8 juta orang atau 50,26% dari total tenaga kerja di industri pengolahan nonmigas.

    Ia menambahkan, industri agro juga membukukan nilai ekspor sebesar US$ 37,38 miliar pada semester I 2025, dengan nilai impor senilai US$ 10,42 miliar. “Selisih ekspor dan impor sebesar US$ 26,96 miliar menunjukkan neraca perdagangan industri agro masih positif,” ungkapnya.

    Putu menjelaskan, kontribusi industri agro tidak hanya terlihat dari neraca perdagangan yang surplus, tetapi juga dari sumbangannya terhadap produk domestik bruto (PDB).

    Pada semester I 2025, sektor industri agro tercatat menyumbang 52,07% terhadap PDB industri nonmigas dan 8,96% terhadap PDB nasional, dengan pertumbuhan sebesar 4,99%. “Sektor industri agro merupakan sektor strategis yang memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tuturnya.

  • Investasi di industri agro capai Rp85 triliun pada semester I 2025

    Investasi di industri agro capai Rp85 triliun pada semester I 2025

    Investasi sektor industri agro masih tumbuh dan diminati investor, terlihat dari investasi yang mencapai Rp85,05 triliun pada semester I 2025

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian menyampaikan realisasi investasi di industri agro mencapai Rp85,05 triliun pada semester I 2025, dari total realisasi investasi industri pengolahan nonmigas (IPNM) yang mencapai Rp366,6 triliun.

    “Investasi sektor industri agro masih tumbuh dan diminati oleh para investor, terlihat dari investasi yang mencapai Rp85,05 triliun pada semester I 2025,” ucap Pelaksana tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam acara pembukaan Pameran Industri Agro yang digelar di Kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Rabu.

    Capaian tersebut didukung oleh penyerapan tenaga kerja sekitar 9,8 juta orang atau 50,26 persen dari total tenaga kerja industri pengolahan nonmigas.

    Lebih lanjut, Putu juga memaparkan sektor industri agro membukukan nilai ekspor yang mencapai 37,38 miliar dolar AS per semester I 2025. Sedangkan, nilai impor dari sektor industri agro senilai 10,42 miliar dolar AS.

    Selisih dari nilai ekspor dan impor di industri agro yang senilai 26,96 miliar dolar AS menunjukkan bahwa sektor tersebut mencatatkan neraca perdagangan yang positif pada semester I 2025.

    “Ini menunjukkan bahwa sektor industri agro berkontribusi signifikan atas neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas,” kata dia.

    Tak hanya dari neraca perdagangan yang positif, Putu juga menyoroti sumbangan industri agro terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

    Pada semester I 2025, Putu mencatat sektor industri agro menyumbang sebesar 52,07 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri nonmigas dan 8,96 persen terhadap PDB nasional, serta mencatat pertumbuhan positif sebesar 4,99 persen.

    “Sektor industri agro merupakan sektor strategis yang memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ucapnya.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenperin yakin penguatan SDM perkebunan pacu PDB industri pengolahan

    Kemenperin yakin penguatan SDM perkebunan pacu PDB industri pengolahan

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan penguatan kualitas SDM di sektor perkebunan bisa memperkuat kontribusi industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di angka 21,9 persen, dengan target pertumbuhan industri 6,9–7,8 persen.

    “Kami mendukung pengembangan SDM industri yang berkualitas sehingga dapat memberikan inovasi serta memacu kinerja sektor industri nasional,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

    Disampaikan dia, pengembangan SDM disesuaikan dengan kebutuhan berbagai sektor industri untuk mendukung aktivitas perindustrian menjadi lebih produktif dan berdaya saing, seperti yang diterapkan di industri pengolahan hasil perkebunan.

    Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika turut menegaskan bahwa pembangunan industri perlu ditopang oleh SDM yang berkualitas.

    Salah satu upaya yang dilakukan dalam memperkuat SDM di sektor perkebunan yakni dengan Program Beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) melalui pendidikan vokasi industri di bawah naungan Kemenperin.

    Menurutnya, BPDP telah bekerja sama dengan 41 lembaga pendidikan sektor kelapa sawit dari hulu ke hilir dalam menyelenggarakan program beasiswa sawit.

    Pendidikan vokasi pada industri kelapa sawit telah menjadi momen penting bagi sektor industri agro, dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah dan didukung oleh bonus demografi.

    “Industri pengolahan hasil perkebunan seperti industri sawit, kakao, dan kelapa tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga membuka membuka ruang besar bagi inovasi, investasi, serta penciptaan lapangan kerja berkualitas. Kami optimis, industri agro mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Putu.

    Sebelumnya, Kemenperin telah mengeluarkan berbagai inisiatif strategis dalam rangka mendorong industri pengolahan, termasuk perkebunan di antaranya menjaga ketersediaan bahan baku industri hilir dalam negeri melalui kebijakan bea keluar (duty) dan penguatan ekspor (levy) yang pro Industri.

    Selanjutnya, injeksi teknologi melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan Steamless POME-less Palm Oil Technology (SPPOT), fasilitasi investasi melalui insentif fiskal dan non-fiskal, serta komersialisasi hasil riset dengan skema industry-lead consortium.

    Program lainnya yang turut mendorong pengembangan sektor ini yaitu perbaikan tata kelola melalui sistem digitalisasi, inovasi produk pangan fungsional berbasis sawit, teknologi fraksionasi biomassa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk biochemical building-block, dan partisipasi pada kampanye positif sawit bersama kementerian/lembaga terkait.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wajah Baru Kepengurusan Gaikindo

    Wajah Baru Kepengurusan Gaikindo

    Jakarta

    Posisi pucuk pimpinan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berganti. Jabatan ketua umum Gaikindo diemban oleh orang baru.

    Kepengurusan baru Gaikindo diungkap oleh Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara. Posisi ketua umum sebelumnya dijabat oleh Yohannes Nangoi, kini diemban oleh Putu Juli Ardika.

    Keputusan ini berdasarkan susunan pengurus baru periode 2025-2028 dari Rapat Umum Anggota (RUA) XX yang digelar di Jakarta, pada Rabu 10 September 2025.

    “Iya betul (soal pergantian kepengurusan),” kata Kukuh kepada detikOto, Kamis (12/9/2025).

    Putu Juli Ardika Foto: Ari Saputra

    Yohannes Nangoi diketahui telah menjabat sebagai Ketua Umum Gaikindo sejak 2016 hingga 2025. Sedangkan Putu Juli, sejatinya bukanlah orang baru di industri otomotif Tanah Air. Latar belakang profilnya pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) di Kementerian Perindustrian.

    Pemilihan ketua baru ini diharapkan bisa mengembalikan performa industri otomotif Indonesia pada level terbaik. Sebab Tren negatif masih menghantui penjualan mobil di Tanah Air.

    Berdasarkan whole sales sepanjang Januari-Agustus 2025, penjualan di angka 500.951 unit. Angka ini turun 10,6 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 lalu sebanyak 560.552 unit. Penjualan retail pun menyusut 10,7 persen menjadi 522.162 unit dari 584.847 unit pada 2024.

    Susunan Pengurus Gaikindo Periode 2025-2028:

    Ketua Umum: Putu Juli ArdikaKetua (Ketua Harian):Anton Kemal Tasli KumontyKetua: Jongkie D Sugiarto, Erlan Krisnaring, Andrew Nasuri, Rizwan Alamsjah, Henry Tanoto, Susilo Darmawan, Benawati AbasBendahara: HendrySekretaris Umum: Kukuh Kumara.

    (riar/din)

  • Kampanyekan Produk Lokal, Made In Indonesia Run 2025 Dimeriahkan Ribuan Peserta

    Kampanyekan Produk Lokal, Made In Indonesia Run 2025 Dimeriahkan Ribuan Peserta

    JAKARTA – Ajang lari “Made In Indonesia Run 2025” yang digelar di Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII) disambut antusias para peserta. Sekitar 5000 pelari berpartisipasi dalam acara yang berlangsung di Cipayung, Jakarta Timur pada Minggu, 10 Agustus tersebut.

    Kegiatan yang diselenggarakan oleh MID Network itu didukung oleh Kementerian Perindustrian, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta sejumlah sponsor.

    Dengan mengusung tema “Ribuan Langkah Sejuta Karya”, lomba ini untuk mengkampanyekan dan mengapresiasi produk-produk lokal Indonesia serta mendorong semangat patriotisme di kalangan masyarakat.

    “Dengan mendukung produk-produk buatan Indonesia kita turut mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa dan memberikan dukungan kepada para pelaku usaha lokal yang berjuang untuk mengangkat martabat Indonesia di dunia internasional,” kata Wamen Perindustrian Faisol Reza saat melepas peserta lomba lari itu.

    Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Industri Kementerian Perindustrian, Agro Putu Juli Ardika mengatakan, “Made In Indonesia Run” ini merupakan salah satu kegiatan dalam mempromosikan produk dalam negeri.

    “Semangat dan antusiasme para peserta sangat luar biasa. Mudah-mudahan produk buatan dalam negeri sering digunakan oleh masyarakat,” ujarnya.

    Dia menegaskan, kegiatan itu sangat bagus karena selain membudayakan penggunaan produk dalam negeri juga bagus bagi kesehatan masyarakat, khususnya para remaja yang menjadi para peserta.

    “Maka, kita mendorong hidup sehat dengan berolahraga. Salah satunya lari,” kata dia.

    Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga Kemenpora, R Isnanta mengatakan, “Made In Indonesia Run” sangat bagus karena selaras dan identik dengan apa yang dikerjakan di Kemenpora.

    “Kita ingin memperkuat produk olahraga dalam negeri, sehingga dapat membantu ekonomi kerakyatan,” ujarnya.

    Kemenpora pun sedang menggalakkan agar masyarakat Indonesia menggunakan alat-alat olahraga buatan dalam negeri.

    “Kegiatan lari ini bagian penting untuk membangkitkan perekonomian masyarakat karena jumlah pesertanya mencapai 5.000 orang, seperti pembuatan jersey lari dan sepatu yang menggunakan produk lokal,” katanya.

    Dengan peserta yang mencapai ribuan, perputaran uang yang tercipta mencapai miliaran.