Tag: Prajogo Pangestu

  • Prabowo Bertemu 8 Taipan RI, Ada Aguan, Boy Thohir Hingga TW

    Prabowo Bertemu 8 Taipan RI, Ada Aguan, Boy Thohir Hingga TW

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Prabowo Subianto menerima kehadiran 8 pengusaha besar di Indonesia yang memiliki latar belakang bisnis yang berbeda-beda. Mereka adalah Anthony Salim, Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, Franky Widjaja, Dato Sri Tahir, James Riady, dan Tomy Winata. Pertemuan tersebut digelar di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (6/3/2025).

    Dalam keterangan Sekretariat Kabinet di akun media sosial Instagram, Prabowo berdiskusi mengenai perkembangan terkini di Tanah Air dan dunia global.

    “Serta program-program utama yang tengah dijalankan oleh pemerintah, termasuk program Makan Bergizi Gratis, infrastruktur, industri tekstil, swasembada pangan dan energi, industrialisasi, hingga Badan Pengelola Investasi Danantara,” sebut Seskab dalam keterangan.

    [Gambas:Instagram]

    Diskusi berjalan dengan hangat. Prabowo memberikan apresiasi atas dukungan yang diberikan oleh para pengusaha terhadap berbagai kebijakan dan program pemerintah.

    “Terutama yang menyangkut kepentingan dan kesejahteraan rakyat,” sebutnya.

    Turut hadir Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi

    (wur/wur)

  • Profil Prajogo Pangestu, Konglomerat Indonesia dan Daftar Lini Bisnisnya

    Profil Prajogo Pangestu, Konglomerat Indonesia dan Daftar Lini Bisnisnya

    PIKIRAN RAKYAT – Sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, Prajogo Pangestu telah membangun kerajaan bisnis yang mencakup sektor petrokimia, energi, dan sumber daya alam. Namanya sejajar dengan tokoh bisnis global lainnya, menempatkannya sebagai salah satu individu terkaya di dunia.

    Awal Perjalanan Karier

    Prajogo Pangestu lahir dengan nama Phang Djun Phen pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat. Dia berasal dari keluarga sederhana yang membuatnya hanya mampu mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi tekadnya untuk meraih kesuksesan.

    Pada tahun 1960-an, Prajogo bekerja sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Kesempatan emas datang ketika ia bertemu dengan Burhan Uray, seorang pengusaha kayu asal Malaysia. Burhan melihat potensi besar dalam diri Prajogo dan mengajaknya bergabung dengan PT Djajanti Group, sebuah perusahaan industri kayu.

    Hanya dalam waktu tujuh tahun, ia berhasil naik jabatan menjadi General Manager di PT Nusantara. Namun, pada tahun 1977, ia memutuskan keluar dan memulai bisnisnya sendiri dengan mengakuisisi CV Pacific Lumber Coy, yang kemudian berkembang menjadi Barito Pacific Timber.

    Ekspansi Bisnis yang Luas

    Barito Pacific (BRPT)

    Pada tahun 1993, Barito Pacific Timber go public di Bursa Efek Jakarta. Seiring berjalannya waktu, bisnis kayu yang menjadi pondasi awal perusahaan mulai dikurangi, dan perusahaan berganti nama menjadi Barito Pacific pada tahun 2007 untuk mencerminkan diversifikasi ke sektor petrokimia dan energi.

    Chandra Asri Petrochemical (TPIA)

    Langkah besar diambil pada tahun 2007 ketika Barito Pacific mengakuisisi 70% saham Chandra Asri, perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia. Kemudian, pada tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia, menjadikannya produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

    Petrindo Jaya Kreasi (CUAN)

    Sebagai bagian dari ekspansi ke sektor sumber daya alam, Petrindo Jaya Kreasi, yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, menjadi salah satu unit bisnis yang mendukung pertumbuhan kekayaan Prajogo. Saham perusahaan ini mengalami lonjakan signifikan sejak melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2023.

    Barito Renewables Energy (BREN)

    Melihat potensi besar dalam energi terbarukan, Prajogo mendirikan Barito Renewables Energy yang berfokus pada energi panas bumi melalui Star Energy. Langkah ini memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri energi hijau.

    Kekayaan dan Pengaruh di Pasar Modal

    Menurut data Forbes per Januari 2025, kekayaan bersih Prajogo Pangestu mencapai 47 miliar dolar AS atau sekitar Rp760 triliun. Dia berhasil mengungguli beberapa nama besar lainnya di Indonesia dan menduduki posisi ke-30 dalam daftar orang terkaya di dunia.

    Kenaikan tajam dalam kekayaannya didorong oleh lonjakan harga saham Barito Pacific (BRPT), Chandra Asri Petrochemical (TPIA), Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), dan Barito Renewables Energy (BREN).

    Investasi strategis dan diversifikasi bisnis yang dijalankan telah menjadikan Prajogo sebagai salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Indonesia.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG Melemah 1,54 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Turun 1,67 Persen

    IHSG Melemah 1,54 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Turun 1,67 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami penurunan 1,54% dalam sepekan berakhir di level 6.638 dibandingkan posisi sebelumnya di 6.725.

    Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengalami penyusutan sebesar 1,67%, turun dari Rp 12.595 triliun menjadi Rp 11.401 triliun. Penurunan itu mencatat nilai kapitalisasi pasar berkurang Rp 1.194 triliun.

    Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan, perdagangan saham selama periode 10–14 Februari 2025 menunjukkan pergerakan yang bervariasi.

    Selain itu, rata-rata volume transaksi harian di bursa juga mencatat penurunan signifikan sebesar 25,55%, turun dari 20,75 miliar lembar saham menjadi 15,45 miliar lembar saham.

    Selain IHSG sepekan yang turun, frekuensi transaksi harian turut merosot 11,58%, dari 1,31 juta kali transaksi menjadi 1,16 juta kali transaksi dalam sepekan terakhir.

    “Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian bursa justru mengalami kenaikan 1,25%, dari Rp 12,09 triliun menjadi Rp 12,24 triliun,” ujar Kautsar dalam keterangan resmi dikutip Minggu (16/2/2025).

    Sepanjang periode tersebut, sejumlah saham unggulan, termasuk saham perbankan besar dan emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, mengalami aksi jual oleh investor asing.

    Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan total nilai jual Rp 762,6 miliar. Selanjutnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dilego dengan nilai Rp 454,7 miliar.

    Selain itu, investor asing juga melakukan penjualan pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 173,8 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 168,4 miliar.

    Emiten milik Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), masing-masing juga dilepas asing dengan nilai Rp 306,2 miliar dan Rp 217,5 miliar.

    Di sisi lain, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) justru menarik minat investor asing dengan total pembelian mencapai Rp 174,5 miliar saat IHSG sepekan turun. Begitu pula dengan saham PT Astra International Tbk (ASII) yang diborong asing senilai Rp 102,5 miliar.

  • Saham Emiten Prajogo Pengestu Rontok, Ada Apa?

    Saham Emiten Prajogo Pengestu Rontok, Ada Apa?

    Jakarta

    Sejumlah saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu rontok. Saham tersebut masuk dalam jajaran top losers pada perdagangan pagi ini.

    Tercatat dua saham milik Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) danPT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) amblas. Sementara, PT Petrosea Tbk (PTRO) terpantau menguat pada perdagangan hari ini.

    Mengutip data RTI Business, Senin (10/2/2025), saham BREN terkoreksi 625 poin atau melemah 8,90% ke level Rp 6.400 per lembar saham pada pukul 09.08 WIB. BREN diperdagangkan pada rentang Rp 6.050 – Rp 7.100.

    Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 45,22 juta saham dengan nilai transaksi Rp 292, 91 miliar. Frekuensi perdagangan tercatat 10.705 kali.

    Sementara saham Prajogo Pangestu lainnya, yakni CUAN mengalami nasib serupa. Saham tersebut terkoreksi 2.250 poin atau melemah 19,87% ke level Rp 9.075 per lembar saham.

    Saham CUAN diperdagangkan pada rentang Rp 9.075 – Rp 10.000 dengan volume saham yang diperdagangkan 21,66 juta saham. Nilai transaksi tercatat Rp 199,97 miliar dengan frekuensi perdagangan sebesar 1.603 kali.

    Nasib lain terjadi pada saham PTRO milik Prajogo Pangestu, yang mengalami penguatan di perdagangan awal pekan ini. PTRO terpantau menguat 280 poin atau 9,72% ke level Rp 3.160 per lembar saham.

    Di awal perdagangan, saham PTRO dibuka pada level Rp 3.100. Sementara rentang harga yang diperdagangkan Rp 2.950 – Rp 3.250 dengan volume yang diperdagangkan 40.64 juta, nilai transaksi Rp 125.58 miliar, dan frekuensi perdagangan sebesar 8.271 kali.

    Sebelumnya diberitakan, ketiga emiten milik Prajogo Pangestu tersebut ditolak masuk dalam review Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode Februari tahun ini. Usai pengumuman tersebut, investor asing pun melakukan aksi jual bersih pada saham BREN dan CUAN milik bos Barito Grup tersebut.

    “Karena masalah potensi investasbilitas,” tulis MSCI dalam pengumumannya pekan lalu.

    Saksikan juga Blak-blakan: Menguak Rahasia Untung Kilang Minyak Paling ‘Rumit’ Se-Indonesia

    (acd/acd)

  • Profil Prajogo Pangestu, Konglomerat Indonesia yang Hartanya Anjlok hingga Rp 148,5 T

    Profil Prajogo Pangestu, Konglomerat Indonesia yang Hartanya Anjlok hingga Rp 148,5 T

    GELORA.CO  – Prajogo Pangestu merupakan seorang pengusaha dan pendiri perusahaan petrokimia dan energi, Barito Pacific.

    Pria yang terlahir dengan nama Phang Djoen Phen itu masuk ke dalam jajaran 10 besar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.

    Prajogo sendiri menempati posisi teratas sebagai orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai 35,4 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp577,7 triliun.

    Namun, baru-baru ini harta salah satu konglomerat di Indonesia itu dikabarkan turun hingga 20,34 persen, sekitar 9,1 miliar dollar AS atau setara Rp148,5 triliun berdasarkan data Forbes Real Time Net Worth.

    Berikut rekam jejak Prajogo Pangestu.

    Profil Prajogo Pangestu

    Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Prajogo Pangestu lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat, pada 13 Mei 1944.

    Saat ini, ia telah berusia 80 tahun.

    Prajogo Pangestu adalah anak dari seorang pedagang karet. Karena keterbatasan ekonomi, Prajogo hanya mampu mengenyam pendidikan hingga tingkat menengah.

    Ia memiliki istri yang bernama Herlina Tjandinegara dan telah dikaruniai tiga anak.

    Perjalanan karier Prajogo Pangestu hingga berhasil menjadi orang terkaya di Indonesia, tentu penuh lika-liku panjang.

    Setelah lulus dari Sekolah Menengah, ia mencoba peruntungan di Jakarta, namun perjuangannya tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan.

    Akhirnya, Prajogo kembali ke kampung halamannya. Ketika kembali di kampung halamannya, ia mulai bekerja menjadi sopir angkot dan membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.

    Di sela-sela pekerjaannya, Prajogo bertemu pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray, pada 1960-an. Pertemuan tersebut menjadi titik balik nasib Prajogo.

    Pada 1969, Prajogo memutuskan untuk bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup. 

    Tujuh tahun kemudian, Burhan mengangkat Prajogo menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.

    Prajogo hanya menjabat sebagai GM di perusahaan itu selama satu tahun, karena dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membeli sebuah perusahaan yang saat itu mengalami krisis finansial, yang bernama CV Pacific Lumber Coy.

    Pada saat itu, Prajogo mengajukan pinjaman dari bank untuk membeli perusahaan tersebut. Setelah akuisisi, perusahaan tersebut diubah namanya menjadi Barito Pacific.

    Barito Pacific kemudian mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia pada 2007. 

    Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia.

    Selain mendirikan Barito Pasific, Prajogo tercatat juga pernah menduduki sejumlah posisi strategis di beberapa perusahaan, yakni:

    PT Mangole Timber Producers – Direktur Utama (1969-1977)

    PT Barito Pacific Lumber – Direktur Utama (1976)

    Barito Pacific Group – (1977)

    PT Barito Pacific Timber (dh. PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan) – Direktur Utama (1979-1993)

    PT Mangole Timber Producers – Direktur Utama (1982-1993)

    PT Tunggal Agathis Indah Wood Industries – Direktur Utama (1987-1998)

    PT Tunggal Yudi Sawmill Plywood – Direktur Utama (1987-1998)

    PT Musi Hutan Persada – Komisaris (1991-1993)

    PT Mangole Timber Producers – Komisaris Utama (1993-1998)

    PT Astra International Tbk – Wakil Komisaris Utama (1993-1998)

    PT Tripolyta Indonesia Tbk – Komisaris (1989-1999)

    PT Chandra Asri – Direktur Utama (1990-1999)

    PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper – Komisaris Utama (1999-2005)

    PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper – Wakil Komisaris Utama (1997-1999)

    PT Barito Pacific Tbk (d/h PT Barito Pacific Timber) – Komisaris Utama (1993-sekarang).

    Empat Saham Perusahaan

    Prajogo Pangestu tercatat memiliki empat saham perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Keempat saham itu, di antaranya, holding energi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), perusahaan petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan emiten batu bara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).

    Harta Prajogo Pangestu

    Hingga saat ini, Prajogo Pangestu memiliki kekayaan mencapai 35,4 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp577,7 triliun.

    Meski begitu, baru-baru ini harta orang terkaya di Indonesia itu turun hingga 20,34 persen, sekitar 9,1 miliar dollar AS atau setara Rp148,5 triliun.

    Dilansir Kompas.com, penurunan drastis ini terjadi setelah beredar kabar bahwa Morgan Stanley Capital International (MSCI) tidak akan memasukkan tiga emiten miliknya ke dalam MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

    MSCI merupakan indeks pasar global yang menjadi acuan utama bagi investor institusional dalam menentukan portofolio mereka. 

    Keputusan untuk tidak memasukkan tiga emiten milik Prajogo, yakni Barito Renewables Energy (BREN), Petrindo Jaya Kreasi (PTRO), dan Barito Pacific (CUAN) diperkirakan berdampak besar pada kepercayaan pasar terhadap saham-saham tersebut.

    Hal ini turut memengaruhi kapitalisasi pasar dan akhirnya berimbas pada kekayaan bersih Prajogo Pangestu.

  • Harta Prajogo Pangestu Anjlok, Ini Penyebab dan Kiprahnya di Dunia Bisnis

    Harta Prajogo Pangestu Anjlok, Ini Penyebab dan Kiprahnya di Dunia Bisnis

    Jakarta: Konglomerat Indonesia, Prajogo Pangestu, tengah menjadi sorotan setelah kekayaannya merosot tajam. Per 6 Februari 2025, harta bersihnya tercatat sebesar USD35,5 miliar, turun USD9 miliar atau sekitar 20,8 persen dibandingkan sebelumnya. 
     
    Penurunan drastis ini terjadi setelah beredar kabar bahwa Morgan Stanley Capital International (MSCI) tidak akan memasukkan tiga emiten miliknya ke dalam MSCI Investable Market pada review Februari 2025.
    Tiga Emiten Prajogo Pangestu Tak Masuk MSCI
    MSCI merupakan indeks pasar global yang menjadi acuan utama bagi investor institusional dalam menentukan portofolio mereka. 
     
    Keputusan untuk tidak memasukkan tiga emiten milik Prajogo, yakni Barito Renewables Energy (BREN), Petrindo Jaya Kreasi (PTRO), dan Barito Pacific (CUAN) diperkirakan berdampak besar pada kepercayaan pasar terhadap saham-saham tersebut.

    Hal ini turut memengaruhi kapitalisasi pasar dan akhirnya berimbas pada kekayaan bersih Prajogo Pangestu.
     

    Sosok Prajogo Pangestu
    Mengutip Forbes, Prajogo Pangestu lahir dari keluarga pedagang karet yang  membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Kariernya dimulai di industri perkayuan pada akhir 1970-an, yang kemudian membawanya mendirikan Barito Pacific Timber. Perusahaan ini melantai di bursa pada tahun 1993 dan akhirnya berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.
     
    Pada tahun yang sama, Barito Pacific melakukan langkah strategis dengan mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri. Langkah ini menjadikannya salah satu pemain utama di industri petrokimia Indonesia. 
     
    Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Tanah Air.
    Ekspansi ke energi terbarukan dan batu bara
    Tak hanya di petrokimia, Prajogo juga melakukan diversifikasi bisnis ke sektor energi. Pada 2023, ia membawa perusahaan tambang batu baranya, Petrindo Jaya Kreasi (PTRO), melantai di bursa. Pada tahun yang sama, anak usahanya di bidang energi terbarukan, Barito Renewables Energy (BREN), juga resmi menjadi perusahaan publik.
     

    Harta kekayaan dan posisi di daftar orang terkaya
    Terlepas dari penurunan tajam yang terjadi baru-baru ini, Prajogo Pangestu tetap menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia juga masuk dalam The Real-Time Billionaires List urutan ke-50, yang mencerminkan perubahan nilai kekayaannya secara langsung di pasar.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Emiten Prajogo Pangestu Tak Masuk Indeks MSCI, Saham Anjlok

    Emiten Prajogo Pangestu Tak Masuk Indeks MSCI, Saham Anjlok

    Jakarta, FORTUNE – Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengecualikan saham afiliasi Prajogo Pangestu pada review indeks MSCI Indonesia Investable Market Index Februari 2025 setelah mengikuti analisis dan umpan balik dari pasar terkait potensi kendala investasi.

    “Mengikuti analisis dan umpan balik dari peserta pasar tentang potensi kendala investasi (potential investability issues), MSCI tidak akan mempertimbangkan untuk menambahkan efek berikut ke MSCI Indonesia Investable Market Index (IMI) sebagai bagian dari Tinjauan Indeks Februari 2025,” demikian pengumuman MSCI dalam situs web resminya, dikutip Jumat (7/2).

    Kendati demikian, MSCI menyambut umpan balik dari semua peserta pasar dan investor pada sekuritas ini. MSCI akan meninjau kelayakan sekuritas ini sebagai bagian dari ulasan indeks pada masa mendatang dan berkomunikasi lebih lanjut sebagaimana mestinya.

    “MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham–saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan,” ujarnya.

    Usai pengumuman tersebut muncul, ketiga saham Prajogo lantas mengalami pelemahan mendalam pada perdagangan Jumat ini (7/2).

    Saham BREN anjlok 1.750 poin (19,94 persen) ke level 7.025 dengan volume transaksi 81,76 ribu lot dan nilai transaksi Rp57,44 miliar.

    Hal yang sama dialami saham CUAN yang melorot 2.825 poin (19,96 persen) menuju 11.325 dengan volume transaksi 15,70 ribu lot dan nilai transaksi Rp17,78 miliar.

    Sementara itu, saham PTRO melemah 820 poin (21,74 persen) ke level 3.000 dengan volume transaksi 3,08 juta lot dan nilai transaksi sebesar Rp939,23 miliar.

  • Apa Saja Saham Milik Prajogo Pangestu? Ini Daftarnya

    Apa Saja Saham Milik Prajogo Pangestu? Ini Daftarnya

    Berikut ini adalah beberapa saham milik Prajogo yang tercatat di BEI:

    1. PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

    PT Barito Pacific Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam berbagai sektor industri, mulai dari properti, perdagangan, energi terbarukan, kehutanan, perkebunan, pertambangan, transportasi, hingga aktivitas sebagai perusahaan holding. Pada perusahaan ini, Prajogo Pangestu memiliki saham sebesar 71,19 persen atau setara dengan 66,7 miliar lembar saham.

    Barito Pacific pertama kali mencatatkan sahamnya di BEI pada 1 Oktober 1993 dengan nilai nominal per saham sebesar Rp100. Saat ini, kapitalisasi pasar saham BRPT mencapai Rp108,75 triliun, menjadikannya sebagai salah satu emiten besar di bursa.

    2. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)

    PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) merupakan perusahaan petrokimia yang juga berada dalam portofolio investasi Prajogo Pangestu. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp787,26 triliun, TPIA menjadi salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di BEI.

    Kinerja saham TPIA semakin menguat setelah masuk ke dalam daftar konstituen Indeks Standar Global Morgan Stanley Capital International (MSCI). Hal ini meningkatkan kepercayaan investor dan menarik lebih banyak minat dari investor asing terhadap saham TPIA.

    3. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) adalah perusahaan yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan, khususnya panas bumi. Sebagai bagian dari Barito Pacific, BREN memiliki peran penting dalam strategi jangka panjang penyediaan energi bersih dan rendah emisi.

    Saham BREN menjadi salah satu yang paling diperhatikan di BEI karena kapitalisasi pasarnya yang sangat besar. Pada awal Januari 2025, harga saham BREN mencapai Rp9.200 per saham, mencerminkan besarnya minat investor terhadap sektor energi terbarukan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang cerah dalam jangka panjang.

    4. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)

    PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) merupakan salah satu perusahaan baru dalam portofolio Prajogo Pangestu, namun telah menunjukkan kinerja yang sangat solid. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp95,56 triliun, CUAN terus berkembang melalui strategi akuisisi dan diversifikasi ke sektor energi.

    Keberhasilan CUAN dalam menarik minat investor tidak lepas dari strategi bisnisnya yang agresif dan inovatif. Meskipun tergolong baru, saham CUAN menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan seiring dengan ekspansi bisnis perusahaan.

    5. PT Petrosea Tbk (PTRO)

    PT Petrosea Tbk (PTRO) adalah salah satu perusahaan yang juga dimiliki oleh Prajogo Pangestu. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp8,98 triliun, PTRO memang terlihat lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan lain dalam portofolionya. Namun, saham PTRO tetap menarik perhatian investor karena kinerjanya yang stabil dan prospek pertumbuhan yang positif.

    Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan jasa rekayasa teknik, PTRO memiliki peluang besar untuk terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan di sektor energi dan konstruksi.

  • Daftar Orang Terkaya di Indonesia pada 2025 versi Forbes

    Daftar Orang Terkaya di Indonesia pada 2025 versi Forbes

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejumlah pengusaha Indonesia kembali mencatatkan namanya dalam daftar orang terkaya terkaya di dunia versi Forbes. Dari sektor petrokimia hingga pertambangan, orang-orang terkaya Indonesia terus memperkuat posisi mereka dengan memanfaatkan peluang di berbagai industri strategis.

    Dilansir dari laman Forbes, berikut adalah sepuluh orang terkaya di Indonesia per Januari 2025, dengan rincian sumber kekayaannya.

    1. Prajogo Pangestu

    Prajogo Pangestu, yang dikenal sebagai pendiri PT Barito Pacific, perusahaan yang bergerak di sektor petrokimia, menduduki posisi pertama orang terkaya di Indonesia. Kekayaannya mencapai US$ 45,3 miliar atau sekitar Rp 735 triliun pada akhir Januari 2025.

    Meskipun ada sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, Prajogo tetap berada di posisi puncak berkat kekuatan perusahaannya yang terus berkembang di sektor energi dan petrokimia.

    2. Low Tuck Kwong

    Low Tuck Kwong adalah pendiri PT Bayan Resources, perusahaan tambang batu bara yang terkenal. Kekayaannya mengalami peningkatan signifikan, tercatat mencapai US$ 28,4 miliar atau sekitar Rp 461 triliun pada Januari 2025. Peningkatan ini mencerminkan kinerja baik dari sektor tambang batu bara yang terus menunjukkan hasil positif meskipun tantangan industri energi.

    3. Budi Hartono

    Budi Hartono adalah pemilik Bank BCA dan pendiri Djarum, yang memiliki kekayaan sebesar US$ 23,2 miliar atau sekitar Rp 375 triliun pada Januari 2025. Walaupun mengalami sedikit penurunan dibandingkan sebelumnya, Budi tetap berada di posisi ketiga berkat keberhasilannya dalam sektor perbankan dan tembakau yang telah lama berkembang di Indonesia.

    4. Michael Hartono

    Michael Hartono, yang bersama saudaranya Budi Hartono mengelola Bank BCA dan Djarum, mencatatkan kekayaan sebesar US$ 22,3 miliar atau sekitar Rp 362 triliun. Meski ada penurunan dalam jumlah kekayaannya, Michael tetap berada di urutan keempat. Keterlibatannya dalam sektor perbankan dan tembakau memberikan kestabilan dalam portofolio kekayaannya.

    5. Sri Prakash Lohia

    Sri Prakash Lohia, yang mendirikan PT Indo-Rama Synthetics dan PT Indorama Corporation, sebuah perusahaan besar di sektor tekstil dan petrokimia, memiliki kekayaan sebesar US$ 8,6 miliar atau sekitar Rp 139 triliun pada Januari 2025.

    Dengan pertumbuhan yang stabil, Sri Prakash Lohia berhasil menjaga posisinya sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia di tengah ketatnya persaingan.

    6. Agoes Projosasmito

    Agoes Projosasmito, yang menjabat sebagai Presiden Komisaris di Amman Mineral Indonesia, sebuah perusahaan tambang tembaga dan emas, memiliki kekayaan sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 97 triliun. Meskipun kekayaannya sedikit menurun, Agoes tetap berada di antara sepuluh besar orang terkaya Indonesia berkat pengaruh besar perusahaan tambangnya.

    7. Dewi Kam

    Dewi Kam, yang merupakan pemegang saham minoritas di Bayan Resources dan pemilik PT Sumber Energi Prima Sakti, tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 81 triliun pada Januari 2025. Sebagai salah satu wanita terkaya di Indonesia, Dewi Kam tetap mempertahankan posisinya dengan kontribusi besar di sektor pertambangan batu bara.

    8. Tahir Family

    Keluarga Tahir, pendiri Grup Mayapada yang bergerak di bidang kesehatan, real estate, dan perbankan, mengalami penurunan kekayaan yang signifikan menjadi US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 79 triliun.

    Meskipun demikian, mereka tetap menjadi salah satu keluarga terkaya di Indonesia berkat diversifikasi bisnis yang mereka jalani di berbagai sektor strategis.

    9. Chairul Tanjung

    Chairul Tanjung, pemilik CT Corp, sebuah konglomerat yang bergerak di sektor media, ritel, dan finansial, tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 73 triliun.

    Meski ada penurunan kekayaan dibandingkan tahun sebelumnya, Chairul tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia bisnis Indonesia, dengan pengaruh besar di berbagai sektor ekonomi.

    10. Djoko Santoso

    Djoko Santoso, yang dikenal sebagai pendiri Alfamart, memiliki kekayaan sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 64 triliun. Meskipun mengalami penurunan kekayaan, Djoko tetap berada di daftar sepuluh besar orang terkaya Indonesia berkat kesuksesannya dalam mengembangkan jaringan minimarket yang sangat populer di seluruh Indonesia.

    Demikianlah daftar orang terkaya di Indonesia berdasarkan data dari Forbes. Meskipun ada fluktuasi kekayaan di antara para pengusaha Indonesia ini, mereka tetap mendominasi berbagai sektor industri utama, seperti perbankan, energi, pertambangan, dan ritel.

  • Sudah Tahu Belum Orang-orang Terkaya di Indonesia? Ini Dia Daftarnya

    Sudah Tahu Belum Orang-orang Terkaya di Indonesia? Ini Dia Daftarnya

    Jakarta

    Forbes merilis daftar orang terkaya di dunia, termasuk di Indonesia. Daftar orang terkaya di Indonesia pada 2025, masih diisi nama-nama besar yang menguasai sektor-sektor tertentu, seperti energi, tambang, hingga media. Siapa saja orang terkaya di Indonesia di tahun ini?

    Peringkat pertama ditempati oleh Prajogo Pangestu, pemilik Grup Barito Pacific. Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires per 29 Januari 2025, pria ini tercatat mempunyai kekayaan sebesar US$ 45,3 miliar, setara dengan sekitar Rp 724,8 triliun (kurs Rp 16.000).

    Kekayaannya ini membuat Prajogo juga masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia dengan menempati posisi ke-32. Adapun sumber kekayaan pria yang memiliki nama asli Phang Djoem Phen ini berasal dari bisnisnya di sejumlah sektor, seperti petrokimia dan energi.

    Posisi selanjutnya ditempati oleh Low Tuck Kwong dengan kekayaan sebesar US$ 28,4 miliar atau setara Rp 454,4 triliun. Kekayaannya ini membuat Kwong juga masuk dalam 100 orang terkaya di dunia dengan menempati posisi ke-67.

    Kwong dikenal sebagai raja batu bara sekaligus pendiri perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia, Bayan Resources. Pada bulan Agustus 2024 lalu, Kwong mengalihkan saham di Bayan bernilai US$ 6,6 miliar, kepada putrinya.

    Lalu, posisi ketiga ditempati oleh Robert Budi Hartono dengan kekayaan US$ 23,2 miliar atau setara Rp 371,2 triliun. Robert bersama dengan saudaranya, Michael Hartono mendapatkan sumber kekayaannya dari investasi di Bank Central Asia (BCA). Harta kekayaan keluarga Hartono itu awalnya dari perusahaan produsen rokok terbesar di Indonesia, Djarum.

    Sementara itu, Michael Hartono mempunyai kekayaan bersih sebesar US$ 22,3 miliar atau setara Rp 356,8 triliun. Kekayaannya itu membawa Michael menempati posisi ke-4 orang terkaya di Indonesia sekaligus posisi ke-88 sebagai orang terkaya di dunia.

    Berikut 10 daftar orang terkaya di Indonesia:

    1. Prajogo Pangestu dengan kekayaan bersih S$ 45,3 miliar, setara dengan sekitar Rp 724,8 triliun

    2. Low Tuck Kwong dengan kekayaan US$ 28,4 miliar atau setara Rp 454,4 triliun.

    3. Robert Budi Hartono dengan kekayaan US$ 23,2 miliar atau setara Rp 371,2 triliun.

    4. Michael Hartono dengan kekayaan sebesar US$ 22,3 miliar atau setara Rp 356,8 triliun

    5. Sri Prakash Lohia dengan kekayaan U$$ 8,6 miliar atau setara Rp137,6 triliun

    6. Agoes Projosasmito dengan kekayaan US$ 6 miliar atau sekitar Rp 96 triliun

    7. Dewi Kam dengan kekayaan US$ 5 miliar atau sekitar Rp 80 triliun

    8. Tahir dan keluarga dengan kekayaan US$ 4,9 miliar atau sekitar Rp 78,4 triliun

    9. Chairul Tanjung dengan kekayaan US$ 4,5 atau sekitar Rp 72 triliun

    10. Djoko Susanto dengan kekayaan US$ 4 miliar atau sekitar Rp 64 triliun

    (hns/hns)