Tag: Prajogo Pangestu

  • Rosan Roeslani Sebut Djarum dan Prajogo Berminat pada Patriot Bond

    Rosan Roeslani Sebut Djarum dan Prajogo Berminat pada Patriot Bond

    Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Rosan Roeslani membenarkan bahwa nama besar seperti Prajogo Pangestu dan Grup Djarum menunjukkan minat pada obligasi tersebut.

    “Iya, [mereka] berminat,” ucapnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (4/9/2025).

    Meskipun tertutup soal proyek infrastruktur, tetapi Rosan memberi bocoran mengenai minat investor dalam instrumen Patriot Bond. Dia menyebut sejumlah konglomerat nasional ikut berpartisipasi.

    “Semua ikut berpartisipasi kok,” ungkapnya.

    Lebih jauh, Rosan belum buka mulut terkait dengan hasil pembahasan proyek giant sea wall dalam kunjungan ke China baru-baru ini, Rosan enggan membeberkan detail. 

    “Nanti ya, nanti aja pas sudah selesai [rapat] aja,” ujarnya kepada wartawan.

    Saat ditanya dengan kemungkinan adanya perjanjian yang dibawa pulang, dia kembali menegaskan akan disampaikan pada waktunya.

    “Ya nanti, nanti aja deh,” pungkas Rosan.

  • Emiten Prajogo Kantongi Kredit Rp 4,13 T dari Bank BUMN

    Emiten Prajogo Kantongi Kredit Rp 4,13 T dari Bank BUMN

    Jakarta

    Emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), menerima fasilitas kredit dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI. Hal ini disepakati berdasarkan penandatanganan perjanjian yang memuat dua fasilitas, yakni kredit berjangka dan forex line.

    Dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perjanjian tersebut tandatangani pada 21 Agustus 2025. Untuk kredit berjangka, Barito Pacific menerima fasilitas kredit berjangka yang bersifat commited dan non-revolving dengan plafond sebesar US$ 252.754.500 atau sekitar Rp 4,13 triliun (asumsi kurs Rp 16.361).

    Sementara untuk perjanjian forex line, Barito Pacific mendapat fasilitas plafond dengan nilai yang sama, yakni sebesar US$ 252.754.500. Kedua perjanjian ini ditandatangani di hadapan notaris Mala Mukti.

    “Seluruh dana yang diperoleh dari perjanjian kredit akan dipergunakan sepenuhnya oleh Perseroan untuk mendukung operasional secara umum, termasuk namun tidak terbatas untuk melakukan pelunasan atas utang Perseroan,” terang Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Barito Pacific, David Kosasih, dalam Keterbukaan Informasi, Jumat (22/8/2025).

    Kemudian untuk dana dari perjanjian forex line, dialokasikan untuk keperluan perlindungan nilai transaksi derivatif dengan Interest Rate Swap (IRS). Transaksi ini disebut akan memperkuat posisi Perseroan.

    “Dengan diperolehnya pinjaman dari BRI berdasarkan Perjanjian Kredit dan Perjanjian Forex Line, maka akan meningkatkan kemampuan finansial dan aspek pendanaan bagi Perseroan dalam menjalankan usaha ke depannya,” pungkasnya.

    Untuk diketahui, perdagangan BRPT di pasar modal mengalami tren pelemahan. Berdasarkan data perdagangan RTI Business, siang ini BRPT terkoreksi 0,44%, dengan harga Rp 2.270 per lembar saham.

    Tonton juga Video: Aturan Baru KUR Perumahan Terbit, Apa yang Baru?

    (kil/kil)

  • Pesan Bahlil di HUT ke-80 RI: Sumber Daya Alam Jangan Hanya untuk Pengusaha Besar

    Pesan Bahlil di HUT ke-80 RI: Sumber Daya Alam Jangan Hanya untuk Pengusaha Besar

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia turut menghadiri Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Istana Merdeka pada hari ini, Minggu (17/8/2025).

    Bahlil pun berpesan bahwa masyarakat perlu menjaga keutuhan NKRI, serta memaknai kemerdekaan tidak hanya sebagai bentuk melepaskan diri dari penjajahan, tetapi bagaimana mengisi kemerdekaan tersebut.

    Tak ketinggalan, Bahlil juga mengingatkan bahwa sumber daya alam Indonesia perlu dikelola secara merata, tidak hanya dikelola oleh segelintir pengusaha besar.

    “Tujuan daripada kemerdekaan itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks ESDM, sumber daya alam kita harus dikelola sebaik-baiknya, untuk seluruh rakyat Indonesia, jangan hanya pengusaha besar, tetapi pengusaha kecil juga,” ujar Bahlil kepada wartawan, Minggu (17/8/2025).

    Adapun, hal itu sesuai amanat yang tertuang dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang berbunyi: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

    Di lain sisi, ada beberapa nama-nama besar konglomerat di Tanah Air yang memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya alam di Tanah Air.

    Beberapa di antaranya yakni Grup Salim dan Bakrie mengelola bisnis emas melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), Low Tuck Kwong pendiri Bayan Resources sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia, hingga Prajogo Pangestu melalui Barito Grup yang mengelola bisnis Petrokimia.

    Selain itu, Bahlil juga menekankan pentingnya pemerataan listrik ke berbagai wilayah di Indonesia, tak hanya terpusat di kota-kota besar.

    “Listrik jangan hanya di kota, tapi di desa-desa juga. Sumber daya alam kita harus kita kelola sebaik-baiknya, untuk kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara,” pungkasnya.

    Adapun, beberapa Menteri Kabinet Merah Putih lainnya juga turut hadir dalam Upacara Kenegaraan HUT ke-80 RI, di antaranya yakni Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menko Pangan Zulkifli Hasan, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, hingga Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani.

  • Analisis Ekonom Soal IHSG Sempat Tembus 8.000 Jelang Pidato RAPBN 2026 Prabowo

    Analisis Ekonom Soal IHSG Sempat Tembus 8.000 Jelang Pidato RAPBN 2026 Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menembus level 8.000 saat Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato kenegaraan dalam sidang tahunan DPR/MPR, Jumat (15/8/2025). Namun, kenaikan itu tidak bertahan lama dan IHSG ditutup melemah.

    Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah ke level 7.898,37 atau terkoreksi 0,41% pada perdagangan hari ini. Sepanjang hari, IHSG sempat menyentuh level all time high, dengan diperdagangkan di level 7.898,37–8.017,17. 

    Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai lonjakan tersebut dipicu sentimen sesaat. Dia juga mengatakan bahwa pergerakan sentimen di pasar bergerak dengan cepat. 

    “Sebelumnya kan sebenarnya sentimen-sentimen positif kan sudah dibangun. Saya pikir target 8 ribu itu kita sering melihat di beberapa postingan,” jelas Yusuf kepada Bisnis, Jumat (15/8/2025).

    Meski demikian, menurutnya, pasar pada akhirnya akan menilai realitas berdasarkan kondisi fundamental, konfigurasi pendapatan dan belanja negara. “Jadi market itu kan nggak bisa dibohongin. Artinya dia bisa akan terkoreksi sendiri,” jelas Yusuf. 

    Adapun, diberitakan sebelumnya, sebanyak 244 saham ditutup menguat, 451 saham melemah, dan 261 saham stagnan.

    Dari jajaran big caps, pelemahan dipimpin oleh saham Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang terkoreksi 5,15% ke level Rp8.750 per lembar saham. 

    Sebaliknya, penguatan kinerja saham dipimpin oleh PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) yang naik 6,91% ke Rp359.900 per lembar.

  • Beda Nasib Emiten Prajogo Pangestu, Laba BRPT-TPIA Ngebut tapi CUAN Amblas

    Beda Nasib Emiten Prajogo Pangestu, Laba BRPT-TPIA Ngebut tapi CUAN Amblas

    Jakarta

    Konglomerat Prajogo Pangestu tercatat memiliki sejumlah perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga awal Agustus ini, tercatat tiga emiten milik Prajogo Pangestu yang telah melaporkan laporan keuangannya hingga semester I-2025.

    Ketiga emiten Prajogo Pangestu ini adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Namun, ketiga emiten taipan tersebut memiliki nasib yang berbeda sepanjang semester I-2025.

    PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)

    Dikutip dari laporan keuangan Petrindo dari laman keterbukaan informasi, perseroan membukukan penurunan laba bersih yang signifikan hingga paruh pertama 2025. CUAN membukukan penurunan laba bersih hingga 93,42% menjadi US$ 1,94 juta atau sekitar Rp 31,97 miliar (asumsi kurs Rp 16.490), dari US$ 29,57 juta atau Rp 487,52 miliar di semester I-2024.

    Namun begitu, CUAN membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 49,2% menjadi US$ 462,11 juta atau sekitar Rp 7,61 triliun pada semester I-2025. Adapun pada periode yang sama tahun sebelumnya, CUAN membukukan pendapatan sebesar US$ 309,69 juta atau sekitar Rp 5,10 triliun. Pertumbuhan laba CUAN ditopang oleh penjualan batu bara US$ 108,05 juta untuk waktu tertentu, yang tercatat menurun dari US$ 116,20 juta.

    Sementara untuk sepanjang waktu, pendapatan CUAN ditopang oleh konstruksi dan rekayasa US$ 159,33 juta, yang tumbuh dari US$ 92,01 juta di semester I-2024. Kemudian untuk penambangan, menyumbang pada pendapatan sebesar US$ 158,55 juta dari US$ 87,42 juta. Sementara sektor jasa, menyumbang US$ 34,81 juta dan usaha lainnya sebesar US$ 1,35 juta.

    Namun begitu, CUAN membukukan laba bruto sebesar US$ 47,93 juta, atau susut dari US$ 66,44 juta di semester I-2024. Penyusutan ini terjadi akibat membengkaknya beban pokok pendapatan CUAN yang tercatat sebesar US$ 414,18 juta dari US$ 243,24 juta di semester I-2024.

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)

    Foto: Chandra Asri

    Emiten Prajogo Pangestu yang bergerak di sektor energi bersih, PT. Barito Renewable Energy Tbk (BREN) membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 12,9%, yakni menjadi US$ 65,46 juta atau sekitar Rp 1,07 triliun di semester I 2025. Adapun pada periode yang sama di tahun sebelumnya, laba bersih BREN tercatat sebesar US$ 57,95 juta atau sekitar Rp 955,53 miliar.

    Dari sisi pendapatan hingga Juni 2025, BREN membukukan sebesar US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,94 triliun, naik 3,4% dari pendapatan sebelumnya yakni US$ 290 juta. Namun jika dirinci, BREN juga memiliki beban usaha yang tersebar di sejumlah titik.

    Beban depresiasi dan amortisasi sebesar US$ 47,72 juta, kemudian beban kompensasi dan tunjangan karyawan sebesar US$ 21,63 juta, beban konsultan dan teknisi US$ 7,25 juta, tunjangan produksi kepada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) US$ 9,15 juta, beban keuangan US$ 58,79 juta, dan kerugian kurs mata uang asing bersih US$ 397 ribu.

    PT Barito Pacific Tbk (BRPT)

    Induk usaha BREN, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) membukukan laba sebesar US$ 1,72 miliar atau sekitar Rp 28,36 triliun sepanjang semester I 2025. Angka tersebut tumbuh 3,348% yoy dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 50 juta. Kemudian untuk pendapatan konsolidasian sebesar US$ 3,22 miliar atau sekitar Rp 53,09 triliun.

    Secara rinci, pendapatan Barito Pacific terdiri dari petrokimia US$ 2,92 miliar atau tumbuh 237,9%, energi US$ 300 juta atau tumbuh 3,4%. Namun begitu, BRPT mencatat beban pokok pendapatan sebesar US$ 3,09 miliar atau naik 238,6%. Dengan laba kotor US$ 134 juta.

    Peningkatan signifikan dalam laba terutama didorong oleh keberhasilan akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd. (ACE) pada April 2025, yang menghasilkan pencatatan bargain purchase accounting. Pencapaian ini semakin diperkuat oleh peningkatan kontribusi dari Barito Renewables.

    PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA)

    Terakhir, Chandra Asri Group, dengan induk usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) membukukan laba sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 25,39 triliun sepanjang semester I 2025. Capaian itu tumbuh 3.565% dari periode yang sama di tahun 2024, sebesar US$ 46,6 juta.

    Sementara itu, TPIA mencatat pendapatan bersih sebesar US$ 2,92 miliar atau sekitar Rp 48,16 triliun sepanjang semester I 2025. Pendapatan tersebut ditopang oleh kilang sebesar US$ 1,07 miliar, kimia US$ 1,79 miliar dan infrastruktur US$ 62,9 juta. Secara total, pendapatan TPIA tercatat naik hingga 237,7%.

    “Kontributor utama pencapaian ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah (bargain purchase accounting) atau negative goodwill yang berasal dari akuisisi tersebut. Hal ini mencerminkan nilai tambah yang luar biasa dari aksi korporasi kami baru-baru ini, yang tidak hanya mendorong kinerja kami namun juga memperkuat struktur neraca keuangan,” tulis Chief Financial Officer dan Direktur Perseroan, Andre Khor, dikutip dari keterbukaan informasi, Jumat (1/8/2025).

    Simak juga Video: Elon Musk Diprediksi Jadi Triliuner Pertama, Prajogo Pangestu Keempat

    Halaman 2 dari 2

    (ara/ara)

  • IHSG Berpotensi Tembus 7.800, Sektor Sensitif Jadi Incaran

    IHSG Berpotensi Tembus 7.800, Sektor Sensitif Jadi Incaran

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) dinilai masih memiliki peluang menguat hingga akhir 2025. Proyeksi ini didorong oleh kombinasi faktor makroekonomi global dan domestik, seperti pelonggaran moneter, stabilitas ekonomi Indonesia, serta normalisasi perdagangan global.

    VP Head of Marketing Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi Kasmarandana mengatakan, prospek pasar saham Indonesia di paruh kedua 2025 cenderung positif. Faktor utama yang mendukung penguatan IHSG antara lain ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan, stabilitas ekonomi makro global, dan pemulihan indikator domestik.

    “Bank Indonesia diperkirakan masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga sebesar 25-50 basis poin, seiring stabilnya inflasi dan prospek penurunan suku bunga The Fed di Oktober dan Desember 2025,” kata Audi, Kamis (24/7/2025).

    Kebijakan tersebut mendorong peralihan portofolio investor, termasuk dana asing, ke instrumen berisiko seperti saham. Ia menambahkan, pemulihan ekonomi di AS dan China, serta meredanya ketegangan geopolitik dan perang tarif, turut memperkuat sentimen.

    Audi menyebut, sektor yang sensitif terhadap dinamika makro seperti keuangan, properti, konsumsi siklikal, telekomunikasi, dan manufaktur menjadi incaran. Valuasi saham sektor ini dianggap menarik jika pemulihan ekonomi berlanjut. Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham BBRI, BRIS, TLKM, CTRA, dan MAPI dengan target harga yang telah disesuaikan.

    Sementara itu, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menaikkan target IHSG menjadi 7.656 dari sebelumnya 7.546. Menurutnya, tren teknikal yang positif dan penurunan suku bunga memberikan dorongan kuat.

    “Bank Indonesia telah lebih dulu menurunkan suku bunga. Jika The Fed memangkas suku bunga dua kali lagi pada Oktober dan Desember, ruang untuk penurunan lanjutan oleh BI terbuka lebar. Ini bisa menambah daya dorong bagi IHSG,” jelas Nafan.

    Ia menjelaskan bahwa stabilnya inflasi dan tingkat bunga riil yang tinggi mendukung proyeksi ini. Biaya pinjaman lebih rendah akan jadi katalis utama bagi sektor yang sensitif terhadap suku bunga, terutama teknologi, yang erat kaitannya dengan konsumsi domestik.

    Selain itu, lonjakan nilai transaksi digital seperti GTV dan GMV memperkuat prospek pendapatan sektor teknologi. Dari sisi musiman, IHSG cenderung menguat pada bulan Agustus, Oktober, November, dan Desember, meski September biasanya mencatatkan pelemahan.

    Katalis lainnya mencakup meredanya tensi perdagangan antara AS-Tiongkok dan AS-Jepang, hasil keuangan kuartal II yang solid, serta pertumbuhan ekonomi kuartalan yang stabil.

    “Dengan kombinasi faktor tersebut, target IHSG di level 7.656 cukup rasional dalam jangka pendek hingga menengah. Jika aliran dana asing kembali masuk, level 7.700 bahkan 7.800 berpotensi tercapai,” ujarnya.

    Nafan merekomendasikan saham BBCA, BBNI, BBRI, BBTN, BMRI, serta emiten Grup Prajogo Pangestu seperti BREN. Saham BRIS, BRMS, GJTL, ICBP, dan PGAS juga masuk dalam daftar pilihannya.

    Namun, Phintraco Sekuritas mengingatkan bahwa meski tren menengah dan panjang masih positif, dalam jangka pendek IHSG berisiko koreksi teknikal karena berada di area overbought. Untuk perdagangan Jumat (25/7/2025), indeks diperkirakan bergerak di kisaran 7.480-7.590.

    Meski optimisme tetap tinggi, pelaku pasar diimbau mencermati dinamika global. Ketegangan China–Uni Eropa meningkat menjelang KTT UE–China ke-25, dengan kekhawatiran seputar ketidakseimbangan perdagangan.

    Delegasi AS juga dijadwalkan bertemu dengan pejabat China di Stockholm pada 28–29 Juli untuk membahas isu perdagangan dan strategis, termasuk pembelian minyak dari Iran dan Rusia.

    Dari dalam negeri, sentimen politik Amerika menguat seusai pengumuman kunjungan Presiden AS ke The Fed, sebuah langkah yang langka dalam dua dekade terakhir dan bisa memberi tekanan tambahan kepada Ketua The Fed Jerome Powell.

  • BEI Cabut Suspensi Saham CDIA

    BEI Cabut Suspensi Saham CDIA

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencabut suspensi perdagangan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan membuka kembali transaksi mulai sesi I pada Jumat (18/7/2025).

    Sebelumnya, perdagangan saham CDIA sempat dihentikan sementara pada Kamis (17/7/2025) karena terjadi lonjakan harga secara kumulatif yang dianggap tidak wajar.

    “Perdagangan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) di pasar reguler dan pasar tunai kembali dibuka mulai sesi I tanggal 18 Juli 2025,” demikian tertulis dalam pengumuman resmi BEI.

    Saham CDIA sebelumnya mencatat kenaikan signifikan, termasuk pada Rabu (16/7/2025) ketika ditutup menguat hingga auto rejection atas (ARA) sebesar 24,80% ke level Rp 780.

    Sejak debut perdananya di pasar modal pada Rabu (9/7/2025), saham emiten yang berada dalam ekosistem bisnis Prajogo Pangestu ini konsisten mengalami ARA.

    Secara kumulatif, saham CDIA telah melonjak hingga 310,53% dibandingkan harga penawaran umum perdananya (IPO).

    Menanggapi penghentian sementara tersebut, pihak manajemen CDIA menyatakan sikap kooperatif. Direktur Corporate Affairs CDIA Merly menegaskan, perusahaan menghormati kebijakan otoritas bursa sebagai bagian dari sistem pengawasan yang bertujuan menjaga kestabilan pasar.

    “Kami berkomitmen untuk mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, menjunjung tinggi keterbukaan informasi, serta mendukung langkah regulator dalam menjaga integritas pasar,” ujar Merly dalam pernyataan tertulis, Kamis (17/7/2025).

    Ia juga menambahkan bahwa fluktuasi harga yang terjadi merupakan bagian dari dinamika pasar dan menunjukkan peran aktif BEI dalam menerapkan pengawasan perdagangan secara efektif.

    “CDIA mendukung sepenuhnya upaya menciptakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien,” tutupnya.

  • Bank Pelat Merah dengan Kinerja Hijau

    Bank Pelat Merah dengan Kinerja Hijau

    Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), mencatat pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan. Tak ayal, BNI tercatat sebagai bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia.

    Untuk diketahui, BNI merupakan anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang loyal memberikan fasilitas pembiayaan kepada korporasi besar. BNI memiliki delapan sektor utama yakni minyak, gas, pertambangan, permesinan, konstruksi, telekomunikasi, digital, kimia, ritel, pertanian, hingga makanan-minuman.

    Dikutip dari laporan keuangan BNI, perseroan tercatat telah menyalurkan kredit Rp 755,44 triliun hingga Mei 2025. Angka tersebut tumbuh jika dibandingkan periode yang sama 2024, sebesar Rp 708,89 triliun. Pada periode tersebut, total aset perseroan juga tercatat tumbuh menjadi Rp 1.091,5 triliun dari Rp 1.039,5 triliun di periode yang sama periode sebelumnya.

    BNI juga membukukan pendapatan bunga bersih Rp 15,73 triliun dengan komposisi pendapatan bunga Rp 26,97 triliun dan beban bunga Rp 11,23 triliun. Sementara, laba tahun berjalan BNI Rp 8,5 triliun hingga Mei 2025. BNI juga mencatat rasio pinjaman terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 94,5% hingga Mei.

    Sementara untuk Return on Equity (ROE), tercatat di level 12,8% dengan rasio kredit macet (Non-Performing Loan/NPL) sebesar 2%. Hingga Mei 2025, BNI mencatat DPK sebesar Rp 799 triliun dengan rasio giro dan tabungan terhadap DPK (Current Account Saving Account/CASA) pada level 71,7%, serta rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 20,8%.

    BNI di Balik Permodalan Perusahaan Terbuka

    Selain mencatat pertumbuhan kinerja keuangan, BNI juga loyal memberi fasilitas kredit kepada sejumlah perusahaan terbuka. Berdasarkan data yang dihimpun detikcom, beberapa di antaranya adalah emiten milik pebisnis kakap, seperti Prajogo Pangestu, Hashim Djojohadikusumo, hingga keluarga Bakrie.

    PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN)

    Dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), BNI tercatat sempat memberikan fasilitas untuk emiten batu bara milik Prajogo Pangestu, yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Fasilitas itu diberikan untuk anak usaha CUAN, yakni PT Equator Sumber Energi dan PT Daya Bumindo Karunia sebesar Rp 2,42 triliun pada 23 Desember 2024.

    Pinjaman berdasarkan tersebut akan jatuh tempo dalam 120 bulan sejak tanggal penarikan fasilitas dilakukan oleh Entitas Anak Perseroan. Seluruh Pinjaman yang diperoleh Entitas Anak Perseroan ini akan dialokasikan untuk membiayai kegiatan Entitas Anak Perseroan secara umum.

    PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)

    BNI menjalin kerja sama dengan anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), yakni PT Integrasi Jaringan Ekosistem (WEAVE). Dalam kerja sama ini, BNI memberikan fasilitas kredit investasi dengan nilai pinjaman Rp 978 miliar.

    Kredit investasi ini akan dialokasikan untuk membangun jaringan internet rakyat dengan kecepatan tinggi hingga 100 Mbps kepada 40 juta rumah tangga, mencakup wilayah urban, sub-urban, dan rural di Pulau Jawa. Fasilitas pinjaman ini tidak hanya sejalan dengan visi digital nasional, melainkan juga mengukuhkan peran BNI dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

    “BNI senantiasa mendukung inisiatif yang memberikan solusi nyata bagi kebutuhan masyarakat,” ujar Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo, 30 Januari 2025.

    Bakrie Grup

    Bakrie Grup juga menjadi salah satu penerima fasilitas kredit dari BNI melalui anak usaha PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), yakni PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP). Fasilitas kredit ini disepakati melalui penandatangan nota kesepahaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani plasma dan program kemitraan strategis sektor perkebunan kelapa sawit.

    BNI melihat potensi pembiayaan mencapai Rp 1 triliun untuk mendukung lebih dari 13.400 petani dengan total luasan plasma kemitraan mencapai 19.406 hektare. Program ini tersebar di berbagai wilayah operasional entitas Grup Bakrie, meliputi Sumatera Utara, Jambi, dan Sumatera Barat.

    Tonton juga video: Wondr by BNI Terima Penghargaan Strategi Komunikasi Aplikasi Perbankan Paling Kreatif dan Inovatif

    (ara/ara)

  • Intip Kekayaan Prajogo Pangestu Usai Pengumuman MSCI hingga Pencatatan Saham CDIA – Page 3

    Intip Kekayaan Prajogo Pangestu Usai Pengumuman MSCI hingga Pencatatan Saham CDIA – Page 3

    Kekayaan Prajogo Pangestu juga naik di tengah saham emiten baru PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) melonjak sejak pencatatan perdana pada 9 Juli 2025. Saham CDIA naik 144,14% menjadi Rp 625 per saham hingga sesi pertama, Selasa, 15 Juli 2025. Pada perdagangan perdana 9 Juli 2025, saham CDIA ditransaksikan di posisi harga Rp 256 per saham dari harga perdana Rp 190 per saham.

    Sentimen lain yang pengaruhi harga saham grup Barito yakni Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang resmi menghapus status exceptional treatment atau perlakuan khusus terhadap tiga saham milik Prajogo Pangestu. Saham itu antara lain  PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), yang sebelumnya masuk dalam pengawasan karena pergerakan harga yang dianggap tidak wajar, demikian dikutip dari pengumuman resmi MSCI.

    Keputusan ini diumumkan dalam pembaruan MSCI terkait indeks global mereka, di mana MSCI menyatakan bahwa peninjauan terhadap ketiga saham tersebut untuk periode Agustus 2025 akan mengikuti metode penilaian standar yang berlaku, yaitu Global Investable Market Indexes (GIMI) Methodology.

    Dengan berakhirnya perlakuan khusus ini, BREN, PTRO, dan CUAN akan kembali dievaluasi berdasarkan parameter reguler seperti kapitalisasi pasar, likuiditas, dan kepemilikan saham publik. 

    Langkah ini menandai berakhirnya masa observasi luar biasa yang sebelumnya diberikan MSCI kepada saham-saham tersebut, menyusul tingginya aktivitas dan volatilitas perdagangan yang sempat mencuat di pasar modal domestik.

    Dalam dokumen pengumuman resmi MSCI yang dirilis pada 11 Juli 2025, disebutkan bahwa pencabutan status pengecualian ini merupakan bagian dari penyesuaian metodologi dan evaluasi menyeluruh terhadap dinamika pasar terkini. Pengumuman itu membuat saham BREN hingga PTRO naik.

    Pada penutupan perdagangan Senin, 14 Juli 2025, harga saham BREN naik menjadi Rp 7.300 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 6.100 per saham. Selain itu, saham PTRO ditutup naik menjadi Rp 3.980 per saham dari penutupan sebelumnya Rp 3.190 per saham.

  • Kala Anak Prajogo Pangestu Ikut Saksikan Debut Saham CDIA di BEI

    Kala Anak Prajogo Pangestu Ikut Saksikan Debut Saham CDIA di BEI

    Jakarta

    PT Chandra Asri Investasi Tbk (CDIA) resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) pada di Main Hall BEI, Jakarta Selatan, Rabu (9/7). Seremoni pencatatan saham perdana ini juga dihadiri keluarga konglomerat Prajogo Pangestu.

    CDIA merupakan anak usaha dari emiten PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik Prajogo Pangestu. TPIA sendiri tercatat memiliki 74.897.620.800 lembar saham atau sekitar Rp 7,48 triliun di CDIA.

    Konglomerat yang hadir dalam IPO CDIA adalah putra pertama Prajogo Pangestu, yakni Agus Salim Pangestu. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

    Agus mengaku mendukung langkah IPO Chandra Asri Investama lantaran memiliki potensi pertumbuhan yang baik di sektor infrastruktur. Di samping itu, CDIA juga diyakini mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan program Presiden Prabowo Subianto.

    “Baguslah, harus support pak presiden punya growth yang 8% dan untuk Chandra Asri, infrastruktur itu penting untuk growth-nya. Jadi semoga bisa mendukung negara dan programnya pak presiden,” ungkap Agus.

    Untuk diketahui, CDIA melepas 12.482.937.500 lembar saham baru dengan harga penawaran Rp 190 per lembar. Dengan begitu, Chandra Daya Investasi berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp 2,37 triliun. Dalam catatan perdagangan pukul 09.00, saham CDIA terbang 34,74% hingga Auto Reject Atas (ARA) ke harga Rp 256 per lembar.

    Perseroan juga mencatat oversubscription atau kelebihan permintaan hingga 563,64 kali dengan total partisipasi 400.126 investor sepanjang masa penawaran. Presiden Direktur Chandra Daya Investasi, Fransiskus Ruly Aryawan, mengatakan oversubscription yang diraih perseroan menjadi yang terbesar sepanjang IPO di BEI.

    “sepertinya oversubscription CDIA kami merupakan yang tertinggi di Bursa Efek Indonesia sampai saat ini,” ungkap Ruly dalam sambutannya di Main Hall BEI.

    Tonton juga “BEI Kaji Rencana Pemangkasan Jumlah Satuan Lot Saham” di sini:

    (ara/ara)