Tag: Perry Warjiyo

  • Begini Prediksi Bos BI soal Ekonomi RI pada 2025 dan 2026 saat Global Bergejolak

    Begini Prediksi Bos BI soal Ekonomi RI pada 2025 dan 2026 saat Global Bergejolak

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap baik pada 2025 dan 2026 meski di tengah risiko redupnya ekonomi global. 

    Perry menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin membaik ke rentang 4,8%—5,6% pada 2025 dan 4,9%—5,7% pada 2026. 

    Menurutnya, sejauh ini ekonomi Indonesia sudah memiliki daya tahan tinggi sebagai hasil sinergi berbagai pihak—tercermin dari bangkitnya ekonomi usai pandemi Covid-19. 

    “Dengan sinergi itu, insyaAllah ekonomi Indonesia tahun 2025-2026 akan menunjukkan kinerja yang cukup tinggi,” ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024, Jumat (29/11/2024). 

    Bukan tanpa sebab, meski dunia terus menunjukkan gejokal baik sisi ekonomi maupun geopolitik, konsumsi dan investasi diyakini akan terus meningkat. 

    Kinerja ekspor akan membaik di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Sementara inflasi akan terus dijaga pada 2,5±1% pada 2025 maupun 2026 melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

    Selain itu, Perry meyakini cadangan devisa akan semakin meningkat. Kemudian dari hasil stress test Bank Indonesia bahwa ketahanan sistem keuangan Indonesia berdaya tahan dari dampak gejolak global. 

    “Ke depan, kita harus lebih waspada. Dunia masih terus bergejolak. Akankah Indonesia berdaya tahan seperti selama ini? Kita harus optimis,” lanjut Gubernur Bank Indonesia dua periode tersebut. 

    Sebelumnya Perry menyampaikan dengan terpilihnya Donald Trump yang membawa kebijakan dengan mementingkan negaranya terlebih dahulu atau American First, membawa perubahan terhadap geopolitik dan ekonomi dunia. 

    Mulai dari implementasi tarif tinggi, perang dagang, geopolitik, disrupsi dagang, fragementasi ekonomi dan keuangan. Pada akhurnya, mengakibatkan prospek ekonomi global akan meredup pada 2025 dan 2026. 

    Sementara dari sisi pemerintah, Kementerian Keuangan mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN 2025). 

  • Bos BI Waspadai 5 Tantangan pada 2025, Imbas Trump Terpilih jadi Presiden AS

    Bos BI Waspadai 5 Tantangan pada 2025, Imbas Trump Terpilih jadi Presiden AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo terus mewaspadai perlambatan ekonomi global pada 2025 dan 2026 akibat kondisi ekonomi dunia yang terus bergejolak dan akan adanya rambatan sebagai efek dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS.

    Dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024, Perry menyampaikan dengan terpilihnya Trump yang membawa kebijakan dengan mementingkan negaranya terlebih dahulu atau American First, membawa perubahan terhadap geopolitik dan ekonomi dunia.

    “Tarif tinggi, perang dagang, geopolitik, disrupsi dagang, fragementasi ekonomi dan keuangan. Akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada 2025 dan 2026,” ujarnya, Jumat (29/11/2024).

    Perry menuturkan ketidakpastian global yang masih akan terus berlangsung pada 2025 dan 2026 tersebut tercermin dari lima hal.

    Pertama, slower and divergent growth yang mana pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi turun pada 2025 dan 2026. Sejalan dengan kebijakan American First, ekonomi AS akan membaik sementara ekonomi Cina dan Eropa akan melambat, namun India dan Indonesia masih akan cukup baik.

    Kedua, inflasi dunia yang sebelumnya menujukkan arah penurunan, akan turun lebih lambat bahkan berisiko naik pada 2026 karena gangguan rantai pasok dan perang dagang.

    Ketiga, penurunan suku bunga bank sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang juga melambat. Di sisi lain, imbal hasil atau yield US Treasury (UST) naik tinggi ke 4,7% di 2025 dan 5% pada 2026.

    Hal tersebut sebagai akibat dari membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah AS sehingga perlu menarik utang lebih banyak.

    Keempat, Perry berharap fenomena strong dollar akan segera berakhir. Tercatat sebelumnya indeks dolar atau DXY sempat menuju level 101, setelah terpilihnya Trump terus menguat ke level 107.

    “Mengakibatkan tekanan depresiasi nilai tukar seluruh dunia termasuk rupiah, semoga dolar AS tidak menguat lagi,” ungkapnya.

    Kelima, gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.

    Perry menekankan bahwa pihaknya akan terus mengantisipasi dan mewaspadai ketidakpastian tersebut melalui respon kebijakan yang mengarah kepada kebangkitan ekonomi nasional.

    Meski demikian, Perry bersyukur ekonomi Indonesia telah berdaya tahan tinggi, tercermin dari kebangkitan ekonomi Tanah Air usai pandemi Covid-19.

    “Kita bersyukur ekonomi nasional berdaya tahan dari rentetan gejolak global bahkan pandemi Covid-19. Kuncinya hanya satu, sinergi,” ungkapnya.

  • Bos BI Waspadai Perang Tarif Dagang Usai Trump jadi Presiden AS

    Bos BI Waspadai Perang Tarif Dagang Usai Trump jadi Presiden AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mewaspadai perang tarif yang akan dilakukan Presiden AS Donald Trump saat mulai memimpin pada 2025.

    Perry melihat dari kebijakan ekonomi maupun politik yang akan berbeda dari petahana Joe Biden, Trump akan mengutamakan ekonomi negaranya atau inward looking.

    “Artinya apa? Kepada negara mitra akan menerapkan tarif perdagangan yang tinggi. Terutama kepada negara yang mengalami surplus besar terhadap AS, yakni China, Eropa, Meksiko, dan Vietnam,” ujarnya dalam konferensi pers pekan lalu. 

    Kemungkinan, kata Perry, Trump akan mulai melaksanakan tarif perdagangan yang tinggi pada semester II/2025.

    Misalnya, AS akan mematok tarif sebesar 25% untuk besi alumuniun maupun kendaraan dari Eropa. Hal serupa juga akan berlaku kepada barang-barang China yang masuk ke Negeri Paman Sam tersebut.

    Tarif yang tinggi ini kemudian kami sebut sebagai fragmentasi perdagangan, yang kemudian akan menyebabkan perlambatan ekonom di negara terdampak.  

    “China yang selama ini melambat kemungkinan akan lebih melambat. Uni Eropa yang mau naik [ekonominya], kemungkinan enggak jadi naik,” tutur Perry.

    Alhasil, dirinya melilhat ekonomi global berpotensi tumbuh lebih lambat dari yang berbagai lembaga perkirakan.

    Salah satunya Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang sebelumnya memprediksi ekonomi global akan tumbuh 3,2%. Melalui kondisi perang tarif ini, berpotensi prediksi tersebut terpangkas menjadi 3,1%. 

    Sebelumnnya, Direktur IMF Asia-Pasifik Krishna Srinivasan pada sebuah forum di Cebu memperingatkan aksi perang tarif dapat merusak prospek ekonomi di kawasan Asia, meningkatkan biaya dan mengganggu rantai pasokan. 

    “Tarif balasan yang saling balas mengancam akan mengganggu prospek pertumbuhan di seluruh kawasan, sehingga menyebabkan rantai pasokan menjadi lebih panjang dan kurang efisien,” katanya dikutip dari Reuters, Selasa (19/11/2024).

    Tarif dapat menghambat perdagangan global, menghambat pertumbuhan di negara-negara pengekspor, dan berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, sehingga memaksa Bank Sentral AS untuk memperketat kebijakan moneternya, meskipun prospek pertumbuhan global kurang baik.

    Di Indonesia, AS tercatat menjadi mitra dagang utama. Perdagangan Indonesia dengan AS pun selalu membuah surplus bagi Tanah Air. Berbanding terbalik dengan China di mana neraca perdagangan Indonesia selalu defisit.

    Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menjelaskan bahwa Trump hanya akan memberikan sanksi tarif tersebut terhadap negara yang memiliki surplus lebih besar, seperti China, Vietnam, dan Meksiko.

    Meskipun neraca dagang Indonesia dengan AS juga surplus, tetapi tidak sebesar ketiga negara tersebut. Untuk itu, dampaknya pun tidak akan terlalu terasa di dalam negeri. 

  • Modal Asing Kabur Rp7,5 Triliun dari RI, Efek Trump jadi Presiden?

    Modal Asing Kabur Rp7,5 Triliun dari RI, Efek Trump jadi Presiden?

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat adanya arus modal asing yang keluar dari Tanah Air senilai Rp7,5 triliun pada pekan ketiga bulan ini atau periode 18-22 November 2024. 

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan arus keluar yang terjadi tersebut sejalan dengan kondisi perekonomian global—di mana kemenangan Donald Trump berdampak pada ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan—dan domestik terkini. 

    Denny menyampaikan arus keluar dari modal asing yang terjadi selama pekan ini dialami oleh selurun instrumen, mulai dari saham, Surat Berharga Negara (SBN), maupun andalan milik bank sentral yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). 

    “Terdiri dari jual neto senilai Rp3,30 triliun di pasar saham, Rp3,59 triliun di pasar SBN, dan Rp0,61 triliun di SRBI,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (24/11/2024). 

    Adapun, sepanjang tahun ini berdasarkan data setelmen sampai dengan 21 November 2024, nonresiden tercatat beli neto senilai Rp27,15 triliun di pasar saham, Rp33,17 triliun di pasar SBN, dan Rp187,68 triliun di SRBI.

    Pada periode sepanjang semester II/2024, nonresiden tercatat beli neto sejumlah Rp26,81 triliun di pasar saham, Rp67,13 triliun di pasar SBN dan Rp57,33 triliun di SRBI.

    Denny menyampaikan meski modal asing keluar, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 21 November 2024 sebesar 72,65 bps, stabil dibanding dengan 15 November 2024 sebesar 72,61 bps.

    Di samping tren keluarnya modal asing dalam satu bulan terakhir, hal tersebut terjadi sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

    Tercatat rupiah pada Jumat (22/11/2024) dibuka pada level (bid) Rp15.920 per dolar AS, tetap dari posisi penutupan hari sebelumnya atau Kamis (21/11/2024) sore. 

    Pada saat yang sama, indeks dolar (DXY) yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF), menguat ke level 106,97.

    Sementara imbal hasil atau yield US Treasury (UST) Note 10 tahun turun ke level 4,422%.

    Imbal hasil dari surat utang yang pemerintah Indonesia keluarkan, yakni Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun harus turun ke angka 6,88%. 

    Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) menyampaikan bahwa perkembangan politik AS—yang mementingkan ekonomi domestik atau inward looking policy—berdampak pada risiko melambatnya ekonomi di banyak dan kembali meningkatkan inflasi dunia. 

    Lebih jauh lagi, perubahan politik di AS tsb telah berdampak pada menguatnya mata uang dolar AS secara luas dan berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan portfolio kembali ke AS.

    “Akibatnya, tekanan pelemahan nilai tukar berbagia mata uang dunia semakin tinggi dan terjadi aliran keluar portfolio asing termasuk dari negara berkembang,” ungkap Perry. 

    Untuk itu, Perry menekankan pihaknya bersama pemerintah akan memperkuat respon kebijakan untuk ketahanan eksternal dari dampak negatif memburuknya rambatan global tersebut terhadap ekonomi Indonesia. 

    Tren Arus Keluar Modal Asing Sepanjang November 2024

    -Pekan I November: Rp10,23 triliun 

    -Pekan II November: Rp7,42 triliun

    -Pekan III November : Rp7,5 triliun 

  • Transaksi perbankan digital tumbuh 37,1 persen pada Oktober 2024

    Transaksi perbankan digital tumbuh 37,1 persen pada Oktober 2024

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Transaksi perbankan digital tumbuh 37,1 persen pada Oktober 2024
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 20 November 2024 – 18:11 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan transaksi perbankan digital (digital banking) tercatat 1.960,8 juta transaksi atau tumbuh sebesar 37,1 persen year on year (yoy) pada Oktober 2024.

    “Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Oktober 2024 tetap tumbuh didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar dan andal,” kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11).

    Sementara transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 27 persen (yoy) mencapai 1.365,4 juta transaksi. Dari sisi nilai besar, transaksi BI-RTGS pada Oktober 2024 meningkat 21,13 persen (yoy) dengan nominal transaksi sebesar Rp16.682,58 triliun.

    Dari sisi ritel, volume transaksi BI-FAST pada Oktober 2024 tumbuh 59,3 persen (yoy) mencapai 339 juta transaksi.
     

    Lebih lanjut Perry menuturkan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D pada Oktober 2024 turun 11,4 persen (yoy) menjadi 558,8 juta transaksi.

    “Transaksi kartu kredit pada bulan yang sama tumbuh 19,6 persen (yoy) mencapai 39,7 juta transaksi,” ujar Perry.

    Transaksi QRIS terus tumbuh sebesar 183,9 persen (yoy), dengan jumlah pengguna sampai dengan Oktober 2024 mencapai 54,1 juta dengan jumlah merchant 34,7 juta.

    Sementara dari pengelolaan uang rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 11,8 persen (yoy) menjadi Rp 1.070,6 triliun pada akhir Oktober 2024.

    Sumber : Antara

  • Rupiah stabil didukung imbal hasil menarik dan prospek ekonomi RI

    Rupiah stabil didukung imbal hasil menarik dan prospek ekonomi RI

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Rupiah stabil didukung imbal hasil menarik dan prospek ekonomi RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 20 November 2024 – 19:06 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Rupiah ke depan akan stabil didukung upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang baik.

    “Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik,” kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11).

    Perry menuturkan kebijakan nilai tukar Bank Indonesia terus diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak menguatnya dolar AS secara luas.

    Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI).

    Upaya tersebut dilakukan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

    Nilai tukar rupiah pada awal November hingga 19 November 2024 melemah sebesar 0,84 persen point-to-point (ptp) dari bulan sebelumnya.

    Pelemahan nilai tukar tersebut diakibatkan oleh menguatnya mata uang dolar AS secara luas, serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS pascahasil pemilihan umum di Amerika Serikat.

    Secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali, yang jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 2,74 persen, lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan Dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26 persen, 5,83 persen, dan 7,53 persen.

    Sumber : Antara

  • BI Sebenarnya Masih Mau Turunkan Suku Bunga, Tapi… – Page 3

    BI Sebenarnya Masih Mau Turunkan Suku Bunga, Tapi… – Page 3

    Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) 6,00%, suku bunga Deposit Facility  5,25%, dan suku bunga Lending Facility  6,75% pada November 2024.

    “Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19-20 November memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6 persen, Deposit Facility  tetap 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap 6,75%,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024).

    Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi pada sasaran 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025 serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

    Perry menegaskan, fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek ini diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak meningkatnya ketidakpasian pasar keuangan global dan perkembangan politik di Amerika Serikat.

    “Ke depan Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

     

  • Gubernur BI Sebut Penurunan Suku Bunga The Fed Bakal Terbatas, 50 Bps pada 2025

    Gubernur BI Sebut Penurunan Suku Bunga The Fed Bakal Terbatas, 50 Bps pada 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed masih akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada Desember 2024 dan 50 bps sepanjang 2025 mendatang.

    Perry menuturkan penurunan tersebut akan lebih terbatas pada tahun depan, sejalan dengan laju penurunan inflasi AS yang juga akan berjalan lebih lambat.

    “Untuk tahun depan dari semula kami perkirakan empat kali [The Fed pangkas suku bunga], hanya akan turun 50 bps tahun depan turun dua kali masing-masing 25 bps,” ungkapnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (20/11/2024).

    Sebelumnya dalam RDG bulan lalu—sebelum Pilpres AS dan sebelum Donald Trump dinyatakan menang—Perry meyakini The Fed akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) sebanyak empat kali sepanjang tahun depan dengan total 100 bps.

    Usai kemenangan Trump, Perry bersama jajaran deputi terus memantau perkembangan politik AS karena terdapat risiko global yang semakin tinggi dengan adanya potensi fragmentasi perdagangan.

    Pasalnya, Trump akan menjalankan kebijakan inward looking atau mementingkan kepentingan ekonomi domestik. Termasuk di dalamnya penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.

    Alhasil hal tersebut akan berdampak pada risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi di banyak negara termasuk China dan Eropa.

    Lebih jauh lagi, kondisi tersebut berpotensi akan kembali meningkatkan inflasi dunia.

    Di sisi lain, Perry mengungkapkan perubahan politik di AS tersebut telah berdampak pada menguatnya mata uang dolar AS secara luas dan berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan portfolio kembali ke AS.

    Tak heran, negara maju lainnya maupun negara berkembang mengalami pelemahan nilai tukar, termasuk Indonesia.

    Adapun, The Fed dikabarkan tengah dilanda kegalauan dalam memutuskan FFR pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 17—18 Desember 2024 mendatang.

    Melansir dari Reuters, The Fed belum dapat memastikan seberapa jauh suku bunga acuan tersebut akan diturunkan pada Desember.

    Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid kepada Omaha Chamber of Commerce pada Selasa (19/11/2024), mengatakan saat ini memang progres inflasi yang mengarah ke target 2% menandakan waktunya untuk memangkas suku bunga.

    Meski demikian, dirinya menilai The Fed masih harus melihat seberapa jauh suku bunga akan turun atau di mana suku bunga akhirnya akan stabil.

  • BI Terpaksa Ubah Proyeksi Penurunan Suku Bunga Fed, Gara-gara Trump? – Page 3

    BI Terpaksa Ubah Proyeksi Penurunan Suku Bunga Fed, Gara-gara Trump? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) merivisi proyeksi penurunan suku bunga yang akan dilakukan oleh Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (the Fed). Fed mengindikasikan proses penurunan Fed Fund Rate akan lebih terbatas dibandingkan dengan yang sebelumnya diperkirakan.

    Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan pihaknya terus memantau kondisi ekonomi global dan domestik dalam mengambil kebijakan moneternya. Sebelumnya, BI memperkirakan Fed akan melanjutkan penurunan suku bunga (Fed Fund Rate) secara agresif. Namun, melihat kondisi saat ini, BI menilai penurunan suku bunga Fed diperkirakan akan terbatas.

    Berdasarkan evaluasi terkini, Fed diperkirakan masih akan menurunkan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin pada Desember 2024. Hal ini menunjukkan meskipun ada penurunan lebih lanjut, laju penurunan tidak akan seagresif yang sebelumnya diperkirakan oleh banyak analis pasar, termasuk Bank Indonesia.

    “Proses penurunan Fed Fund Rate akan lebih terbatas,” ujar Perry dalam Pengumuman Hasil RDG November 2024, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (20/11/2024).

    Di sisi lain, proyeksi untuk tahun depan menunjukkan penurunan yang lebih moderat. Sebelumnya Bank Indonesia pun memproyeksikan Fed Fund Rate akan melakukan penurunan suku bunga lebih masif lagi pada tahun 2025, yakni sebanyak 4 kali hingga 75-100 basis poin.

    Namun, setelah mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi terkini, proyeksi terbaru mengarah pada penurunan yang lebih terbatas, yaitu hanya 50 basis poin dua kali pada tahun depan.

    “Terbatasnya berapa? perkiraan kami terkini kemungkinan Fed Fund Rate masih akan turun 25 basis poin pada Desember 2024, tapi untuk tahun depan yang kami perkirakan semula turun 75-100 basis poin, perkiraan kami hanya 50 basis poin dua kali saja di tahun depan,” jelasnya.

    Perry menilai, melalui perubahan ini, Fed tampaknya lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan penurunan suku bunga, mengingat dinamika ekonomi global yang semakin kompleks. 

  • Nilai Tukar Rupiah Melemah 0,84 Persen Per 19 November 2024, BI: Masih Terkendali

    Nilai Tukar Rupiah Melemah 0,84 Persen Per 19 November 2024, BI: Masih Terkendali

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) menyatakan nilai tukar rupiah pada November 2024 melemah sebesar 0,84% (point to point) per 19 November 2024. Pelemahan nilai tukar tersebut diakibatkan oleh menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) secara luas, serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS pascahasil pilpres di AS.

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, secara umum pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap terkendali, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 2,74%, lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.

    “Kebijakan nilai tukar BI terus diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak menguatnya dolar AS secara luas,” ucap Perry dalam konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur Oktober 2024 di gedung Thamrin, BI, pada Rabu (20/11/2024).

    Menurut dia, nilai tukar rupiah diperkirakan bakal stabil didukung komitmen BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

    Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI), sekuritas valas Bank Indonesia (SVBI), dan sukuk valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

    “Stabilitas nilai tukar rupiah terjaga sesuai dengan komitmen kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia,” terang Perry.

    Adapun suku bunga pasar uang (IndONIA) bergerak di sekitar BI rate, yaitu 6,16% pada 15 Oktober 2024. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 11 Oktober 2024 tercatat masing-masing pada level 6,69%, 6,79%, dan 6,84%, tetap menarik untuk mendukung aliran masuk modal asing.

    Sementara, imbal hasil SBN tenor 2 tahun, per 15 Oktober 2024, menurun menjadi 6,31%, sementara imbal hasil SBN tenor 10 tahun meningkat menjadi 6,67% sejalan kenaikan yield UST tenor 10 tahun.

    “Transmisi kebijakan moneter berjalan baik,” pungkas dia.