Tag: Perry Warjiyo

  • BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump

    BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 23:11 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 dari semula 3,2 persen menjadi 2,9 persen, setelah mencermati dinamika perkembangan kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Lebih spesifiknya, untuk (pertumbuhan ekonomi) Amerika Serikat itu (proyeksi BI) turun dari 2,3 menjadi 2 persen. Kemudian untuk Tiongkok (China) dari 4,6 persen menjadi 4 persen,” kata Deputi Gubernur BI Aida S Budiman dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Aida menjelaskan bahwa angka proyeksi dari BI mengenai ekonomi global berbeda dengan International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 2,8 persen karena adanya perbedaan dalam menggunakan asumsi.

    BI menggunakan asumsi tarif AS yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 9 April 2025 di mana saat itu pengenaan tarif tinggi pada berbagai mitra dagang AS ditunda selama 90 hari. Sedangkan IMF menggunakan asumsi tarif AS yang tinggi yang diumumkan pada 2 April 2025.

    “Untuk membaca tarif, kita harus hati-hati karena dinamikanya sangat fluid, sangat cepat,” kata Aida.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, kebijakan tarif resiprokal AS memiliki dampak, baik dari sisi perdagangan (trade channel) maupun dari sisi pasar keuangan (financial channel).

    Dari sisi perdagangan, pengenaan tarif Trump mempunyai dampak langsung tidak hanya terkait dengan ekspor Indonesia ke AS, melainkan juga pertumbuhan ekonomi AS sendiri karena permintaan ekspor ke negara tersebut akan menurun.

    Pertumbuhan ekonomi AS tidak hanya diproyeksikan akan melambat pada tahun ini. Bahkan, ujar Perry, pelaku pasar juga memprediksi resesi di AS dengan probabilitas sekitar 60 persen. Selain itu, inflasi AS juga diperkirakan akan meningkat.

    Sedangkan dampak tidak langsung dari sisi perdagangan, BI juga melihat adanya risiko penurunan ekspor Indonesia ke China mengingat pertumbuhan ekonomi China juga diperkirakan menurun pada tahun ini.

    “Tapi tidak hanya Tiongkok, juga negara-negara lain. Apakah India maupun negara-negara lain yang kemudian akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

    Dengan perkembangan tersebut, BI pun memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen.

    “Sampai dengan triwulan I 2025 ekonomi kita bagus. Tapi ke depan, dinamika-dinamika itu perlu kita antisipasi lebih baik. Dan untuk itulah kenapa komitmen Bank Indonesia akan terus memperkuat dan menyempurnakan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial,” kata Perry.

    Sumber : Antara

  • BI: Stabilitas eksternal ekonomi RI kuat menghadapi gejolak global

    BI: Stabilitas eksternal ekonomi RI kuat menghadapi gejolak global

    Jumlah cadangan devisa Indonesia yang cukup tinggi menjadi indikator terakhir optimisme BI terhadap stabilitas eksternal ekonomi tanah air cukup kuat.

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimis stabilitas eksternal ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi gejolak global, terutama pascakebijakan Tarif Amerika Serikat (AS).

    Ada tiga indikator yang mendasari optimisme BI terhadap ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

    “Pertama, defisit transaksi berjalan yang kami perkirakan 0,5-1,3 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) itu tergolong rendah,” ujar Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK): Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2025 yang diadakan secara virtual, di Jakarta, Kamis.

    Perkiraan defisit transaksi berjalan disebut sudah sesuai dengan standar internasional untuk Indonesia yang termasuk kategori emerging market dan developing country, sepanjang tak lebih dari tiga persen.

    Kedua, BI optimis defisit transaksi berjalan secara keseluruhan dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan finansial, baik dari portofolio inflows, penanaman modal asing, maupun sumber-sumber aliran dana asing, termasuk dampak positif dari kebijakan pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

    “Jadi, defisit transaksi berjalan kami meyakini dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan finansial, sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus,” kata Perry.

    Jumlah cadangan devisa Indonesia yang cukup tinggi menjadi indikator terakhir optimisme BI terhadap stabilitas eksternal ekonomi tanah air cukup kuat.

    Tercatat, posisi cadangan devisa hingga akhir Maret 2025 sebesar 157,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara dengan pembelian 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah cadangan devisa ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang tiga bulan impor.

    “Tiga pertimbangan tadi yang menyimpulkan optimisme kami bahwa ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global kuat,” ujar dia pula.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi akibat kekhawatiran tarif AS

    BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi akibat kekhawatiran tarif AS

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) pada Rabu (23/4) memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan melambat hingga sedikit di bawah titik tengah kisaran proyeksi sebelumnya, yaitu 4,7 persen hingga 5,5 persen, mengingat adanya kekhawatiran terkait tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS).

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan revisi proyeksi tersebut dalam sebuah konferensi pers, dengan mengatakan bahwa kebijakan tarif AS dapat mengurangi permintaan luar negeri untuk ekspor Indonesia dan melemahkan perdagangan dengan negara-negara mitra.

    Untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, ujar Perry, BI sedang memperkuat langkah-langkah kebijakan moneter dan makroprudensialnya.

    Selain itu, BI juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di 5,75 persen, yang bertujuan untuk menjaga perekonomian dan menstabilkan nilai tukar rupiah.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Benardy Ferdiansyah
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI terus cermati ruang untuk penurunan suku bunga acuan 

    BI terus cermati ruang untuk penurunan suku bunga acuan 

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI terus cermati ruang untuk penurunan suku bunga acuan 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 23:34 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral terus mencermati ruang untuk penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate dengan mempertimbangkan prospek inflasi hingga stabilitas nilai tukar rupiah.

    “Kami meyakini inflasi yang rendah, termasuk inflasi inti (Maret 2025) yang 2,5 persen itu, membuka ruang bagi penurunan BI-Rate lebih lanjut,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Ia menambahkan bahwa dalam jangka pendek, prioritas BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

    Setelah stabilitas nilai tukar tetap bisa terjaga, ujar Perry, ruang penurunan suku bunga semakin terbuka dan saat itu menjadi momentum untuk menentukan kebijakan suku bunga lebih lanjut.

    Perry meyakini nilai tukar rupiah akan bergerak stabil. Dalam hal ini, BI terus melakukan asesmen tidak hanya bagaimana menjaga level nilai tukar tetapi juga kesetaraannya dengan nilai tukar negara-negara mitra dagang utama Indonesia atau peer country.

    Ia mengatakan saat ini nilai tukar rupiah terkendali. Namun pada saat libur Lebaran, nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan yang kuat bahkan menyentuh Rp17.400 di pasar Hong Kong dan Eropa, seiring dengan kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Amerika Serikat (AS).

    “Oleh karena itu kami menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur pada 7 April 2025 secara sah, meskipun libur pada Liburan karena kondisi global yang memerlukan itu. Dan kami putuskan untuk melakukan intervensi non delivery forward (NDF) di pasar offshore luar negeri secara berkesinambungan, di Hongkong, Eropa, Amerika secara around the clock around the world,” kata Perry.

    Selain itu, BI juga tetap melakukan strategi triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menstabilkan rupiah.

    Sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025, BI telah membeli SBN dengan total Rp80,98 triliun yang dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 triliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26 triliun.

    “Ini adalah salah satu langkah tidak hanya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, koordinasi erat dengan kebijakan fiskal, tapi juga memastikan intervensi di pasar valas tidak menimbulkan kekeringan likuiditas rupiah. Inilah kebijakan kami untuk menjaga kecukupan likuiditas,” kata Perry.

    Ia mengatakan bahwa kebijakan tarif resiprokal AS menimbulkan ketidakpastian pasar keuangan global yang sangat tinggi.

    “Tidak hanya terkait dengan yield US Treasury maupun pergerakan nilai tukar mata uang, tapi terutama preferensi risiko, risk appetite, yang sangat-sangat memburuk dari para investor global karena berbagai ketidakpastian yang sangat tinggi itu,” ujar Perry.

    Ia mencatat terjadi perubahan pola arus portofolio investasi di pasar keuangan global. Aliran modal dari AS bergeser ke negara dan aset keuangan yang dianggap aman.

    Investor global mengalihkan dananya ke obligasi negara-negara selain AS seperti Eropa dan Jepang. Selain itu, investor juga mengamankan asetnya ke komoditas emas.

    “Aliran modal keluar dari emerging market, baik dari obligasi maupun dari saham. Dan ini yang menyebabkan tekanan pelemahan mata uang dari berbagai negara. Tentu saja dampak (tarif AS) dari jalur finansial di masing-masing negara akan tergantung pada kondisi masing-masing negara dan respon masing-masing negara,” kata Perry.

    BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan April 2025 yang digelar pada Selasa (22/4) dan Rabu (23/4) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen.

    Sumber : Antara

  • Modal Asing Keluar Gegara Tarif Trump, Bos BI-Menkeu Temui Investor di AS

    Modal Asing Keluar Gegara Tarif Trump, Bos BI-Menkeu Temui Investor di AS

    Jakarta

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dirinya menemui investor global di Amerika Serikat (AS) untuk menjelaskan terkait kondisi perekonomian dan dana asing yang keluar dari Indonesia.

    Perry menjelaskan aliran modal asing keluar (net outflow) disebabkan karena respons atas kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump, sehingga modal asing keluar dan mencari portofolio ke negara dan aset lebih aman.

    “Tentu saja langkah-langkah yang kami lakukan bersama Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati) di New York bertemu para investor dan saya juga di Washington DC juga bertemu para investor untuk memberikan penjelasan-penjelasan ini dan secara umum para investor global itu tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia,” kata dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Kamis (24/4/2025).

    Perry mengungkapkan berdasarkan data investasi portfolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflow aliran masuk modal asing sebesar US$ 1,6 miliar terutama pada instrumen SBN dan sekuritas rupiah Bank Indonesia.

    Namun, sejak diumumkan kebijakan tarif oleh Trump, pada 2 April hingga 21 April investasi portfolio mencatat net outflow atau dana asing yang keluar US$ 2,8 miliar.

    “Intinya bahwa kebijakan tarif ini menyebabkan para pelaku investor global itu risk appetite-nya sangat tinggi dan karenanya para pelaku investor global memindahkan investasi portfolionya ke negara dan aset yang dianggap aman safe haven asset and countries,” tuturnya.

    Sejumlah negara yang menjadi sasaran investor global karena dinilai aman yakni antara lain Eropa dan Jepang. Sementara aset yang dianggap aman dalam kondisi saat ini adalah emas.

    “Ini sekali lagi tidak berkaitan atau disebabkan imbal hasil yang menarik atau perbedaan yield suku bunga dalam negeri maupun luar negeri tapi lebih karena risk appetite investor global yang sangat-sangat tinggi sehingga mereka menarik modalnya tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari emerging market lain,” jelas dia.

    Tonton juga Video: Ini Sejumlah Tawaran Indonesia ke AS dalam Negosiasi Tarif

    (kil/kil)

  • Sri Mulyani Ungkap Risiko Buruk Perang Tarif Mulai Terjadi di Kuartal II 2025 – Halaman all

    Sri Mulyani Ungkap Risiko Buruk Perang Tarif Mulai Terjadi di Kuartal II 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, stabilitas sistem keuangan Indonesia pada triwulan I tahun 2025 tetap terjaga, meski di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global.

    Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan sekalian Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers secara virtual, Kamis (24/4/2025).

    “Kami memulai dengan melaporkan bahwa situasi dari sistem keuangan yaitu stabilitas sistem keuangan pada triwulan I 2025 tetap terjaga,” kata Sri Mulyani.

    Sri Mulyani menegaskan bahwa ketidakpastian perekonomian global dipicu oleh dinamika kebijakan tarif resiprokal dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

    Menurutnya, kebijakan tersebut telah menimbulkan perang tarif dan diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi baik perekonomian Amerika Serikat maupun perekonomian Tiongkok yang dianggap sebagai negara berhadapan dengan Amerika dan perekonomian secara global.

    “Memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global dan ketidakpastian di dalam tata kelola perdagangan dan investasi antar negara,” papar dia.

    Sri Mulyani bilang, hal tersebut berpotensi memunculkan eskalasi perang dagang yang akan dimulai pada triwulan II tahun 2025.

    “Down side risk dari global terpantau masih tinggi, sehingga perlu terus dicermati dan diantisipasi ke depan,” jelas dia.

    Karenanya, KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan LPS Purbaya Yudhi Sadewa telah menyelenggarakan rapat berkala KSSK yang kedua untuk tahun 2025.

    Sri Mulyani bilang bahwa rapat tersebut diselenggarakan pada hari Kamis 17 April 2025, dan menyepakati untuk terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK.

    “KSSK berupaya untuk memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global dan sekaligus meningkatkan upaya untuk memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri,” ungkap Sri Mulyani.

     

  • Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 17:04 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) menyampaikan nilai tukar rupiah tetap terkendali karena didukung kebijakan stabilisasi, yang dilakukan bank sentral di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 di posisi Rp16.560 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,12 persen point to point (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.

    “Namun demikian, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore (non deliverable forward/NDF) pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Bank Indonesia pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian,” kata Perry.

    Ke depan, ujar Perry, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

    Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

    Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

    Sumber : Antara

  • BI Rate Tetap 5,75%, Pengusaha: Bisa Stabilkan Industri dan Pasar

    BI Rate Tetap 5,75%, Pengusaha: Bisa Stabilkan Industri dan Pasar

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memandang keputusan Bank Indonesia (BI) dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI Rate di level 5,75% menjadi langkah untuk menstabilkan industri dan pasar.

    Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 22—23 April 2025, keputusan suku bunga ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.

    Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko menilai BI Rate yang tetap ini memiliki dampak positif untuk menjaga kestabilan industri.

    “BI Rate 5,75% itu dampaknya positif karena itu akan menjaga kestabilan industri dan pasar,” kata Eddy kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).

    Menurutnya, suku bunga acuan yang tetap di level 5,75% tidak terlalu berdampak pada industri. Meski begitu, Eddy menilai keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah adanya perang tarif Amerika Serikat (AS).

    “Saya kira ini tidak pengaruh apa-apa, industri berjalan apa adanya. Kalau memang [BI Rate] di 5,75% saya kira mungkin ini adalah upaya supaya situasi itu bisa sedikit kondusif di tengah masalah pasar ekspor yang sekarang lagi bergejolak karena perang tarif,” ujarnya.

    Di sisi lain, Eddy menyampaikan penurunan BI Rate sejatinya merupakan keinginan semua pihak, termasuk pelaku usaha. Namun, lanjut dia, bank sentral Indonesia lebih aman jika tetap mempertahankan suku bunga.

    “Saya kira kalau [BI Rate] diturunkan tentu lebih baik lagi, itu harapan semua. Namun dari Amerika kelihatan bertahan di bank rate dan mungkin Indonesia lebih aman dipertahankan juga yang sama,” tuturnya.

    Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.

    “Mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah makin meningkatnya ketidakpastian global, serta untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (23/4/2025).

    Kendati demikian, Perry menyampaikan bahwa ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Adapun, kebijakan insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) telah diperkuat pada 1 April 2025 untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

    Di samping itu, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi, terutama sektor perdagangan dan UMKM.

    “Keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran akan terus diperkuat, demikian pula akseptasi pembayaran digital akan terus diperluas,” pungkasnya.

  • BI yakin inflasi tetap terkendali sesuai sasaran pada 2025 dan 2026

    BI yakin inflasi tetap terkendali sesuai sasaran pada 2025 dan 2026

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI yakin inflasi tetap terkendali sesuai sasaran pada 2025 dan 2026
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 17:32 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, ke depan bank sentral Indonesia tetap meyakini bahwa inflasi terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025 dan 2026.

    “Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang memadai, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Ia menambahkan, inflasi volatile food (VF) juga diprakirakan terkendali didukung oleh sinergi pengendalian inflasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah.

    Adapun inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 tercatat tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian.

     

    IHK pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,03 persen year on year (yoy), dengan inflasi inti tetap terkendali sebesar 2,48 persen (yoy), sejalan dengan konsistensi suku bunga kebijakan BI (BI-Rate) untuk mengarahkan ekspektasi inflasi.

    Inflasi kelompok volatile food (VF) tercatat sebesar 0,37 persen (yoy) didukung oleh kecukupan pasokan komoditas pangan utama dan eratnya sinergi pengendalian inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

    Sementara itu, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya terpasang listrik kurang dari 2.200 VA.

    Sumber : Antara

  • Jaga Stabilitas Rupiah, BI Sudah Borong SBN Rp 80,98 Triliun

    Jaga Stabilitas Rupiah, BI Sudah Borong SBN Rp 80,98 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Hingga 22 April 2025, Bank Indonesia (BI) telah mengucurkan dana sebesar Rp 80,98 triliun untuk pembelian surat berharga negara (SBN). Langkah ini merupakan bagian dari strategi BI dalam memperkuat pendalaman pasar keuangan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder maupun primer. Hal ini mencerminkan sinergi kuat antara kebijakan moneter BI dan kebijakan fiskal pemerintah.

    “BI melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI yang digelar secara virtual, Rabu (23/4/2025).

    Total pembelian SBN sebesar Rp 80,98 triliun terdiri dari Rp 54,98 triliun dari pasar sekunder, dan Rp 26 triliun dari pasar primer, dalam bentuk surat perbendaharaan negara (SPN), termasuk surat berharga berbasis syariah

    Perry menjelaskan, BI akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen kebijakan moneter guna memperkuat ketahanan eksternal ekonomi nasional dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

    Tekanan Global
    BI juga mencatat, sejak awal 2025 hingga akhir Maret 2025, aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio menunjukkan net inflows sebesar US$ 1,6 miliar. Namun, hingga 21 April 2025 terjadi net outflows sebesar US$ 2,8 miliar, dipicu oleh ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat.

    Meski begitu, Perry menegaskan tekanan arus keluar modal mulai mereda, terutama pada instrumen SBN, seiring dengan tetap kuatnya prospek ekonomi domestik dan terjaganya ketahanan eksternal.

    “Ke depan, berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Perry terkait langkah BI membeli SBN.