Wamen Fajar: Kunjungan Paus ke Indonesia Cermin Kehidupan Beragama Penuh Keterbukaan
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
– Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengatakan, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan momentum meneguhkan iman, persaudaraan sejati, kasih sayang, serta bela rasa.
Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, kata Fajar, merupakan negara yang telah tiga kali dikunjungi oleh Paus.
Pertama terjadi pada 1970 oleh Paus Paulus VI (Giovanni Battista Enrico Antonio Maria Montini). Kemudian pada 1989, oleh Paus Yohanes Paulus II (Karol Józef Wojty?a). Terakhir pada 2024 oleh Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio).
“Ini hal unik di mata Vatikan. Indonesia negara mayoritas Muslim, tetapi bukan negara Timur Tengah. Kalau kita lihat sejarah perjalanan bangsa ini, sejak awal hubungan antaragama kita tumbuh dan lahirlah Pancasila sebagai kalimatun sawa atau “common platform” bagi bangsa ini,” ujar dalam peluncuran buku
Faith, Fraternity and Compassion: Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia 3–5 September 2024
yang digelar Kompas Gramedia di Kantor KWI, Jumat (3/10/2025).
“Kunjungan Paus di Indonesia menjadi cermin kehidupan beragama yang penuh keterbukaan,” sambung Fajar.
Fajar mengingatkan, Islam di Indonesia itu arus utamanya adalah mengedepankan kasih sayang, seperti yang digerakkan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Secara teologis, kata Fajar, hal ini sama dengan nilai-nilai kerahiman yang ada di umat Katolik.
“Bagi saya pribadi, kunjungan Paus ke Indonesia bukan di ruang kosong, adanya saling bela rasa yang sudah muncul dari masyarakat kita sendiri adalah keunikan bangsa ini,” ujar Fajar.
Ia mencontohkan, hal tersebut terjadi ketika Muktamar Muhammadiyah pada 2022, di mana umat Katolik ikut mendukung, menyediakan gereja sebagai tempat parkir, transit, dan menyumbang konsumsi bagi peserta.
“Isu konvergensi sudah selesai, tantangan kita kini adalah bagaimana agar bela rasa ini menguatkan gerakan bersama antar umat beragama untuk menjawab berbagai persoalan,” ujar Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Buku Kristen Muhammadiyah pun disinggung Fajar, yang merupakan risetnya bersama Mendikdasmen Abdul Mu’ti.
Isi buku itu mendokumentasikan interaksi historis dan praksis antara umat Kristen dan Muhammadiyah di berbagai daerah di Indonesia, sebagai model dialog dan kerja sama lintas iman yang nyata.
“Saat ini, di bawah kepemimpinan Pak Menteri Abdul Mu’ti nilai-nilai itu kami bawa ke kebijakan pendidikan dasar dan menengah agar lahir generasi yang unggul secara kognitif dan sosial-emosional, peka pada keberagaman, dan mampu mengatasi kesenjangan pendidikan,” ujar Fajar.
Ia juga menekankan pesan Paus Fransiskus bahwa pendidikan harus memanusiakan manusia, menumbuhkan kesadaran ekologis, dan memperkuat keseimbangan antara aspek kognitif dan sosial-emosional.
“Di Kemendikdasmen kami ingin membangun generasi unggul bukan hanya dari sisi kognitif, tapi juga aspek sosial, emosional, menumbuhkan empati dan mengatasi kesenjangan. Pendidikan adalah alat untuk keadilan. Ini mandat yang akan kami tegakkan,” ujar Fajar.
Fajar pun mengajak semua pihak, termasuk tokoh agama dan masyarakat, untuk terus menghidupkan pesan positif kunjungan Paus.
Terutama pesan untuk menarasikan nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan bela rasa, terutama di ruang digital yang saat ini menjadi sumber informasi bagi generasi muda.
Dalam acara yang sama, Romo Kardinal Ignatius Suharyo menambahkan bahwa Paus Fransiskus merasa sangat senang berada di Indonesia karena selalu disambut wajah-wajah penuh senyum, bukan wajah muram atau marah.
Dalam perjalanan bersamanya, Paus Fransiskus sempat meminta sopir berhenti untuk memberi permen kepada anak-anak, menunjukkan perhatian sederhana yang menyentuh hati.
Adapun Fransisca Christy Rosana, jurnalis
Tempo
yang ikut dalam penerbangan bersama Paus Fransiskus, juga menceritakan pengalamannya.
Ia menuturkan bahwa Paus Fransiskus sangat ramah kepada jurnalis, membuka diri menjawab berbagai pertanyaan, dan menunjukkan kepedulian terhadap isu sosial-ekonomi negara-negara berkembang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Paus Yohanes Paulus II
-
/data/photo/2025/10/03/68dfe99d52571.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6 Wamen Fajar: Kunjungan Paus ke Indonesia Cermin Kehidupan Beragama Penuh Keterbukaan Nasional
-

Paus Leo XIV, Pemimpin Gereja Katolik Dunia Baru yang Suka Olahraga Tenis
Jakarta –
Kardinal Robert Francis Prevost dengan nama kepausan Leo XIV terpilih menjadi paus baru untuk memimpin Gereja Katolik dan Kepala Negara Vatikan. Paus Leo XIV merupakan paus pertama asal Amerika Serikat.
Paus Leo XIV mengikuti jejak pendahulunya, Paus Fransiskus. Tidak hanya dalam hal spiritual, tetapi juga dalam minatnya terhadap olahraga.
Sebelumnya, Paus Fransiskus mengungkapkan kesukaannya terhadap sepak bola dan dukungan seumur hidupnya terhadap klub Argentina San Lorenzo. Hal itu yang langsung menghubungkannya dengan jutaan penggemar di seluruh dunia.
Pengabdiannya terhadap olahraga tersebut menjadi simbol sifatnya yang membumi selama bertahun-tahun sebagai Paus Agung. Sekarang, dengan Paus Leo XIV yang memimpin, olahraga yang berbeda dapat menjadi terkenal.
Paus Leo XIV mengungkapkan kecintaannya pada hobi baru dan keinginannya untuk memainkannya lagi suatu hari nanti. Dalam sebuah wawancara, Paus Leo XIV berbagi kecintaannya pada tenis dan berharap bisa kembali menekuni olahraga tersebut.
“Saya menganggap diri saya penggemar berat tenis. Sejak saya meninggalkan Peru, saya hanya punya sedikit kesempatan untuk berlatih, jadi saya tidak sabar untuk kembali ke lapangan,” terangnya yang dikutip dari BOLAVIP.
Dunia tenis kini mengalihkan perhatiannya ke potensi hubungan Paus Leo XIV dengan olahraga tersebut. Dengan banyaknya pemain top yang berkompetisi dalam turnamen Italian Open, para penggemar penasaran untuk mengetahui siapa yang mungkin menjadi pemain favoritnya.
Selain itu, muncul berbagai pertanyaan soal apakah Paus yang baru tersebut dapat tampil di acara tenis besar di masa mendatang.
Paus Lain yang Punya Minat di Bidang Olahraga
Selain Paus Fransiskus dan Paus Leo XIV, ada Paus Agung lainnya yang memiliki minat yang sama terhadap sepak bola. Paus Yohanes Paulus II dikenal sebagai penggemar berat olahraga tersebut di negara asalnya, Polandia.
Menurut berbagai laporan, ia bahkan senang bermain sebagai penjaga gawang semasa mudanya.
(sao/kna)
-

Paus Leo XIV Duduk di Takhta Suci, Israel PDKT Halus, tapi Kebijakan Trump Kena Semprot – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Gereja Katolik baru saja mengumumkan Paus baru, Paus Leo XIV, yang aslinya bernama Robert Prevost.
Sontak hal ini menyita perhatian Israel untuk melakukan pendekatan.
Pasalnya, hubungan antara Israel dan Vatikan memburuk dalam beberapa tahun terakhir setelah insiden pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan dan perang penghancuran di Gaza.
Seiring dengan hal itu, pendahulu Paus Leo, yakni Paus Fransiskus, menjadi semakin kritis terhadap perilaku Israel.
Presiden Isaac Herzog mengucapkan selamat kepada Paus baru, dengan mengirimkan “ucapan selamat terhangat dari Kota Suci Yerusalem,” dikutip dari TimeofIsrael.
“Kami berharap dapat meningkatkan hubungan antara Israel dan Takhta Suci, dan memperkuat persahabatan antara orang Yahudi dan Kristen di Tanah Suci dan di seluruh dunia,” kata presiden, sambil mengungkapkan harapan, kepausannya akan “menjadi salah satu upaya membangun jembatan dan pemahaman antara semua agama dan masyarakat.”
“Semoga kita dapat melihat kembalinya para sandera yang masih ditawan di Gaza dengan segera dan aman, serta era perdamaian baru di kawasan kita dan di seluruh dunia,” imbuh Herzog, dalam pernyataan yang diterbitkan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab.
Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu, bergabung dengan Herzog memberi ucapan selamat kepada Paus baru, dalam pernyataan singkat yang diterbitkan oleh kantornya.
NETANYAHU – Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam unggahan Instagram-nya pada 10 Desember 2024 yang menuliskan terima kasih kepada pendukung Israel. Pada Kamis (20/2/2025), Netanyahu dikabarkan batal menghadiri upacara penerimaan 4 jenazah sandera hari ini karena diprotes warganya. (Instagram @b.netanyahu)
“Saya mendoakan Paus pertama dari Amerika Serikat agar berhasil menumbuhkan harapan dan rekonsiliasi di antara semua agama,” kata Netanyahu dalam pernyataan berbahasa Inggris.
Dalam beberapa bulan menjelang kematiannya, Fransiskus dua kali mengecam “kekejaman” Israel di Gaza, dan mengecam “kesombongan penjajah” di “Ukraina” dan “Palestina,” yang melanggar tradisi netralitas Takhta Suci saat ini.
Kematiannya semakin menyoroti memburuknya hubungan, karena Israel menolak mengirimkan kepala negara atau perwakilan pemerintah ke pemakamannya, dan memilih hanya diwakili oleh duta besarnya di Vatikan.
Sebaliknya, ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal saat masih menjabat pada tahun 2005, Israel mengutus presiden saat itu Moshe Katsav dan menteri luar negeri saat itu Silvan Shalom ke pemakamannya.
Kementerian Luar Negeri juga mengisyaratkan keterbukaan untuk memperbaiki hubungan dengan Vatikan — yang baru-baru ini memburuk setelah menghapus unggahan media sosial yang menyampaikan belasungkawa atas kematian Fransiskus — dan menyampaikan ucapan selamat kepada pemimpin barunya pada hari Kamis.
“Kami berharap dapat bekerja sama untuk lebih memperkuat hubungan antara negara Yahudi dan Takhta Suci,” demikian bunyi pernyataan tersebut, yang mengucapkan selamat kepada Paus Leo XIV dan “umat Katolik di seluruh dunia.”
“Kami berharap dapat segera menyambut Anda di Tanah Suci,” tambahnya.
Bergabung dengan para pemimpin Israel dalam memberi ucapan selamat kepada Paus baru, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menyampaikan harapan, ia akan berkontribusi dalam memperkuat “warisan kerja sama antara Gereja Katolik dan orang-orang Yahudi.”
“Selama beberapa dekade, hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas Yahudi global terus menguat,” kata CEO ADL Jonathan Greenblatt.
“Kami berharap Paus Leo XIV akan melanjutkan lintasan bersejarah ini – menolak antisemitisme dalam segala bentuknya, mempromosikan saling pengertian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai bersama berupa perdamaian, kasih sayang, dan martabat manusia.”
Paus Leo Kritik Trump?
Paus Leo XIV diduga pernah memposting ulang unggahan media sosial yang mengkritik Wakil Presiden JD Vance dan kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
Pandangan ini yang sejalan dengan pendahulunya, Paus Fransiskus dan dapat menyebabkan ketegangan dengan Gedung Putih.
Akun X yang tercantum atas nama Prevost tampaknya tidak secara pribadi menulis posting kritis tersebut, tetapi memposting ulang artikel dan tajuk berita dari orang lain.
CNN Internasional telah menghubungi Vatikan, X, dan rekan Prevost, tetapi belum dapat mengonfirmasi secara independen, akun X tersebut terkait dengan Paus Leo XIV yang baru terpilih berasal dari Amerika.
Trump mengatakan pada hari Kamis, ia “sangat gembira” mendengar berita tentang paus Amerika pertama.
Tidak jelas apakah ia telah diberi tahu tentang unggahan media sosial yang tampaknya kritis itu, dan Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar tentang unggahan itu.
Kantor Vance merujuk pada pernyataan yang dibuat wakil presiden sebelumnya, ketika ia mengunggah ucapan selamatnya pada X.
Jejak Digital
Adapun sebuah tulisan menyasar komentar masa lalu Vance yang menuduh kaum kiri jauh lebih peduli pada migran daripada warga negara Amerika, serta deportasi yang salah oleh pemerintahan Trump terhadap Kilmar Abrego Garcia, seorang imigran gelap yang tinggal di Maryland sebelum ia dikirim ke penjara Salvador.
Pada tanggal 14 April, akun Prevost memposting ulang sebuah artikel mengenai Abrego Garcia dan sebuah tulisan yang ditulis oleh Uskup Pembantu Evelio Menjivar dari Washington, DC.
Uskup tersebut berpendapat: “Pemerintah federal telah melakukan kampanye ‘kejutan dan ketakutan’ berupa ancaman agresif dan operasi yang sangat kentara dengan legalitas yang dipertanyakan yang jauh melampaui sekadar ‘penegakan hukum’ imigrasi.”
Seorang hakim telah memerintahkan pemerintahan Trump untuk memfasilitasi kepulangan Abrego Garcia ke AS
Sebelumnya, pada 13 Februari, akun tersebut membagikan surat dari mantan Paus Fransiskus yang mengecam deportasi massal yang dilakukan pemerintahan Trump .
Fransiskus secara khusus mengkritik deportasi terhadap mereka yang telah meninggalkan tanah air mereka karena kemiskinan, eksploitasi, dan penganiayaan, karena dianggap merusak martabat pria dan wanita.
“Aturan hukum yang autentik diverifikasi justru dalam perlakuan bermartabat yang layak diterima semua orang, terutama yang termiskin dan paling terpinggirkan. Kebaikan umum yang sejati dipromosikan ketika masyarakat dan pemerintah, dengan kreativitas dan rasa hormat yang ketat terhadap hak-hak semua orang — seperti yang telah saya tegaskan pada banyak kesempatan — menyambut, melindungi, mempromosikan, dan mengintegrasikan yang paling rapuh, tidak terlindungi, dan rentan. Ini tidak menghalangi pengembangan kebijakan yang mengatur migrasi yang tertib dan legal,” tulis Fransiskus.
Dalam unggahan media sosial lainnya pada tanggal 3 Februari, akun tersebut mengunggah ulang artikel lain yang terkait dengan pernyataan Vance dalam wawancara Fox News bulan Januari lalu, kaum ekstrem kiri tampaknya “membenci” warga negara Amerika dan mengutamakan kasih sayang dan perhatian kepada para migran di atas keluarga atau tetangga mereka sendiri .
“Ada sebuah konsep lama – dan menurut saya konsep ini sangat Kristen – bahwa Anda mencintai keluarga Anda, lalu mencintai tetangga Anda, lalu mencintai komunitas Anda, lalu mencintai sesama warga negara di negara Anda sendiri, lalu setelah itu, Anda dapat fokus dan memprioritaskan seluruh dunia. Banyak kaum kiri ekstrem telah sepenuhnya membalikkan konsep itu,” kata Vance.
“Mereka tampaknya membenci warga negara mereka sendiri dan lebih peduli dengan orang-orang di luar perbatasan mereka sendiri. Itu bukanlah cara yang tepat untuk menjalankan masyarakat,” lanjutnya.
Artikel yang diunggah ulang oleh akun X, yang ditulis oleh Kat Armas untuk National Catholic Reporter, menyatakan pernyataan Vance “menggemakan konsep abad pertengahan yang dikenal sebagai ordo amoris — tata cara beramal” yang “memperkuat mitos bahwa beberapa orang lebih berhak mendapatkan perhatian kita daripada yang lain.”
Judul beritanya berbunyi: “JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat kasih kita kepada orang lain.”
Vance bertemu Paus Fransiskus di Italia beberapa jam sebelum kematiannya.
Kritik tersebut juga meluas hingga kampanye presiden pertama Trump.
Pada 2015, Prevost juga menerbitkan ulang opini yang ditulis oleh Kardinal Timothy Dolan yang berjudul: Mengapa retorika anti-imigran Donald Trump begitu bermasalah.
Akun tersebut juga menyasar tokoh politik lainnya.
Pada bulan November 2016, akun tersebut mengunggah ulang sebuah opini yang mengatakan mantan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton “menjauhkan” para pemilih, termasuk Demokrat, karena “posisi aborsi yang ekstrem” dari partai tersebut.
Akun tersebut tampaknya dibuat pada 2011, saat X masih bernama Twitter.
Sebagian besar kiriman merupakan kiriman ulang berbagai artikel, bukan teks atau konten yang dibuat sendiri.
Pada Kamis (8/5/2025) siang, akun tersebut memiliki kurang dari 800 pengikut, tetapi hingga pukul 5 sore, jumlah pengikutnya telah bertambah menjadi lebih dari 232 ribu pengikut.
(Tribunnews.com/ Chrysnha)
-

Asap Hitam Lagi-Lagi Keluar, Ingat Kembali Sejarah Pemilihan Paus Tahun 1268, Butuh Waktu 3 Tahun – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Asap hitam kembali terlihat mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina pada Kamis pagi (8/5/2025) waktu setempat, menandakan bahwa belum ada paus baru yang terpilih.
Asap tersebut muncul setelah dua putaran pemungutan suara yang dilakukan para Kardinal Katolik pada hari kedua konklaf.
Setiap kali Dewan Kardinal melakukan pemungutan suara namun belum mencapai keputusan, putaran tersebut ditutup dengan asap hitam dari cerobong Kapel Sistina.
Para kardinal masih memiliki kesempatan untuk melakukan dua putaran suara lagi pada Kamis, dan proses akan dilanjutkan keesokan harinya jika belum ada keputusan.
Untuk menjadi Paus, seorang kardinal harus memperoleh mayoritas dua pertiga, yakni 89 dari total 133 suara.
Munculnya asap hitam di awal proses pemilihan bukanlah hal yang aneh.
Mengutip CNN, Paus Benediktus XVI terpilih setelah empat kali pemungutan suara, Paus Fransiskus setelah lima kali, sedangkan Paus Yohanes Paulus II setelah delapan kali.
PEMILIHAN PAUS BARU – Tangkap layar YouTube Vatican News pada 8 Mei 2025, memperlihatkan asap hitam keluar dari Kapel Sistina pada Kamis pagi (8/5/2025). Kapel Sistina kembali mengeluarkan asap hitam, tanda belum terpilihnya paus baru. (Tangkap layar YouTube Vatican News)
Berapa Lama Pemilihan Paus (Konklaf) Bisa Berlangsung?
Jawabannya bervariasi.
Konklaf paling lama dalam sejarah terjadi pada tahun 1268, menyusul wafatnya Paus Klemens IV, dan berlangsung hampir tiga tahun.
Mengutip ABC News, konklaf tersebut dimulai pada November 1268 dan baru selesai pada September 1271.
Lama waktu konklaf disebabkan oleh perseteruan politik di antara para kardinal, yang membuat mereka gagal mencapai kesepakatan untuk memilih paus baru.
Situasi ini menyebabkan Gereja Katolik mengalami masa tanpa paus (interregnum) selama waktu yang cukup lama.
Faktor-faktor lain yang turut memperpanjang konklaf termasuk persaingan internal serta perebutan pengaruh dan kekuasaan di antara para kardinal.
Konklaf akhirnya menghasilkan pemilihan Paus Gregorius X pada tahun 1271, mengakhiri kekosongan kepemimpinan gereja.
Proses Pemilihan Paus
Mengutip Insider, paus dipilih oleh Dewan Kardinal, sekelompok uskup yang merupakan pejabat paling senior dalam Gereja Katolik.
Mereka dipanggil ke Vatikan untuk mengikuti konklaf, proses tertutup pemilihan paus.
Saat ini terdapat 252 kardinal di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut, 138 kardinal memiliki hak suara dalam konklaf.
Aturan yang diberlakukan sejak 1975 menyatakan bahwa kardinal berusia di atas 80 tahun tidak diperkenankan memberikan suara.
Pemilihan diawali dengan misa khusus pada pagi hari, dilanjutkan dengan berkumpulnya para kardinal elektor (maksimal 120 orang) di Kapel Sistina—tempat yang telah digunakan untuk semua konklaf sejak tahun 1858.
Konklaf resmi dimulai ketika pemimpin liturgi kepausan mengucapkan kata-kata “extra omnes,” bahasa Latin yang berarti “semua orang keluar.”
Perintah tersebut mengusir semua pihak yang tidak berwenang, menyisakan hanya para kardinal pemilih yang kemudian diasingkan hingga terpilihnya paus baru.
Setelah hari pertama, proses pemungutan suara dilakukan sebanyak empat kali setiap harinya.
Para kardinal menuliskan pilihan mereka di selembar kertas bertuliskan “Eligo in summum pontificem” yang berarti “Saya memilihnya sebagai paus tertinggi.”
Surat suara dimasukkan ke dalam guci, dihitung oleh tiga kardinal pengawas, dan kemudian dibakar.
Mayoritas dua pertiga dibutuhkan agar seorang kardinal dapat diangkat menjadi paus baru.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
-
/data/photo/2024/08/31/66d2b2e703838.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Kata Kardinal Suharyo soal Kemungkinan Terpilih Jadi Paus di Konklaf Nasional
Kata Kardinal Suharyo soal Kemungkinan Terpilih Jadi Paus di Konklaf
Editor
KOMPAS.com
– Kardinal asal Indonesia, Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, menanggapi secara rendah hati kemungkinan dirinya terpilih sebagai Paus dalam konklaf yang dimulai pada Rabu (7/5/2025).
Dalam pemilihan tertutup tersebut, para kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan.
Menurut Duta Besar RI untuk Vatikan
Trias Kuncahyono
, Kardinal Suharyo tidak menganggap peluangnya besar untuk terpilih.
Suharyo diceritakan menanggapi pertanyaan soal kemungkinan itu dengan senyuman dan candaan ringan.
“Kardinal Indonesia, mewakili Indonesia, mewakili Asia, tertawa dan kemudian, ‘Ya peluang saya nol koma nol persen’ itu gimana itu,” ujar Trias, dikutip dari tayangan video Kompas.id, Rabu.
Sambil menceritakan itu, Trias tertawa dengan jawaban rendah hati dari Kardinal Suharyo, yang videonya bisa disaksikan
di sini
.
Trias juga menceritakan bagaimana Suharyo menunjukkan sikap kebersamaan dan solidaritas dalam proses konklaf.
Apa pun hasil pemilihan, semua kardinal telah bersepakat untuk mendukung siapa pun yang terpilih, termasuk jika kardinal asal Afrika yang terpilih.
“Jawaban Bapak Kardinal bagus, ‘Kami para kardinal sudah bersepakat, siapa pun kita harus dukung dan harus
support
, kita setuju dan
support
‘,” lanjut Trias.
Diketahui, konflaf akan dimulai pada Rabu (7/5/2025).
Proses konklaf yang berlangsung tertutup akan dimulai pukul 16.30 waktu setempat atau 21.30 WIB.
Setiap kardinal atau lektor yang mengikuti prosesi konklaf akan mulai memberikan suara untuk paus baru.
Trias menuturkan,
pemilihan paus
bisa saja berlangsung lebih dari satu putaran.
“Karena yang 2013 lima putaran, dua hari lima putaran,” kata Trias.
Selain tahun 2013, dalam pemilihan paus pada 2005, prosesnya juga berlangsung selama dua hari dengan empat putaran pemilihan.
Pada konklaf 2005, Paus Benediktus XVI terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik menggantikan Paus Yohanes Paulus II, sedangkan konklaf 2013 menghasilkan terpilihnya
Paus Fransiskus
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi ‘Bunker Rahasia’
Jakarta –
Vatikan bersiap memilih pengganti Paus Fransiskus. Berbagai macam teknologi pun digunakan untuk mencegah kebocoran pemungutan suara kepausan yang sangat dirahasiakan.
Sidang konklaf dimulai Rabu besok waktu setempat, sekitar 16 hari setelah kematian Paus. Di Sistine Chapel atau Kapel Sistina di Vatikan, 135 kardinal dari seluruh dunia akan memberi suara untuk menentukan siapa yang mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik. Berikut berbagai macam persiapan yang digelar, dikutip detikINET dari Euro News, Selasa (6/5/2025)
1. Anti drone dan blokir sinyal
Saat pemakaman Paus Fransiskus, dilaporkan bahwa otoritas Italia memiliki bazoka anti drone untuk melumpuhkan drone yang mungkin muncul di atas Vatikan. Terindikasi bahwa perangkat itu dipadukan dengan teknologi seperti sistem jamming untuk mengganggu frekuensi dan komunikasi telepon.
Dalam pengumuman terbaru, pemerintah Vatikan mengatakan semua sistem transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon seluler yang ada di wilayah Negara Kota Vatikan akan dinonaktifkan mulai pukul 15.00 sore pada tanggal 7 Mei.
“Sinyal akan dipulihkan setelah pengumuman pemilihan Paus tertinggi,” kata mereka. Namun, penonaktifan sinyal tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus.
2. Teknologi pencegah kebocoran informasi
Meskipun beberapa persiapan keamanan bersifat rahasia, kita dapat menengok apa yang dilakukan otoritas kepausan tahun 2013, saat Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus. Kapel Sistina akan jadi semacam bunker rahasia dengan keamanan super ketat.
Sebuah laporan Reuters tahun 2013 mengatakan para pekerja memasang lantai palsu di atas ubin di Sistine Chapel dengan pengacau elektronik untuk memblokir sinyal apapun yang keluar dari sana.
Pejabat Vatikan juga menyisir kapel dan wisma tamu tempat para kardinal menginap dengan pemindai anti penyadapan untuk memastikan tak ada mikrofon tersembunyi. Laporan surat kabar Italia La Stampa saat itu menyebut sebuah sistem juga dipasang di sekitar kapel untuk memblokir sinyal penyadap.
Sistem itu adalah semacam layar atau wadah logam yang menghalangi radiasi elektrostatik atau elektromagnetik apapun agar tidak masuk dari bagian luar.
Di 1996, Paus Yohanes Paulus II menetapkan aturan untuk melakukan pemeriksaan cermat oleh individu yang dapat dipercaya, untuk memastikan tidak ada peralatan audiovisual yang dipasang diam-diam untuk merekam dan mentransmisikan informasi keluar.
3. Sumpah kerahasiaan
Strategi antikebocoran lainnya adalah beberapa sumpah harus diambil oleh mereka yang terlibat. Staf, pejabat, dan konklaf harus menyatakan beberapa hari sebelum konklaf bahwa mereka tidak menggunakan pemancar atau penerima atau peralatan fotografi apa pun bahkan setelah pemilihan paus baru, kecuali diberi izin khusus.
Mereka berjanji menjaga kerahasiaan yang cermat mengenai segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan para kardinal, baik sebelum atau selama konklaf dan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan Paus.
Selama konklaf, tak diperbolehkan mengirim surat, tulisan, atau apapun yang dicetak ke sesama kardinal maupun ke luar. Para anggota konklaf juga tak punya akses ke media selama diskusi. Siapa pun yang melanggar berbagai sumpah tersebut akan langsung dikucilkan Takhta Suci.
Mengambil sumpah tidak berarti bahwa informasi tentang proses tersebut tidak bocor. Contohnya pada tahun 2005, seorang kardinal Jerman membocorkan pemilihan Joseph Ratzinger sebagai paus kepada media Jerman.
(fyk/fay)
-

Kardinal Umumkan Konklaf untuk Pilih Paus Baru Digelar 7 Mei 2025, Ini 5 Kandidat Kuatnya – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Para kardinal mengumumkan pemilihan paus baru atau konklaf setelah wafatnya Paus Fransiskus bakal digelar pada Senin (7/5/2025) mendatang.
Dikutip dari CNN, tanggal tersebut dipilih oleh para kardinal setelah digelarnya kongregasi harian pertama sejak pemakaman Paus Fransiskus pada Sabtu (26/4/2025) lalu.
Sebagai informasi, kongregasi adalah pertemuan tertutup yang telah sering diadakan sejak wafatnya Paus Fransiskus untuk membahas masalah-masalah gereja dan persiapan konklaf.
Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang dizinkan untuk memberikan suara dalam pemilihan paus baru.
Kini ada 135 kardinal yang memenuhi syarat untuk memberikan suaranya dalam pemilihan mendatang.
Namun, ada satu kardinal yang menyatakan tidak akan hadir dalam konklaf tersebut.
Di sisi lain, dalam kurun waktu 20 tahun terakhif, konklaf telah diadakan sebanyak dua kali yaitu pada thaun 2005 dan 2013.
Pada tahun 2005, konklaf digelar untuk memilih paus baru menggantikan Paus Yohanes Paulus II yang wafat.
Adapun sosok yang terpilih adalah Joseph Aloisius Ratzinger atau Paus Benediktus XVI.
Namun, pada tahun 2013, dirinya memutuskan untuk mundur karena faktor usia dan kesehatan.
Lantas, posisinya sebagai pemimpin umat Katolik dunia digantikan oleh Jorge Mario Bergoglio atau Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus meninggal dunia karena stroke dan gagal jantung pada Senin (21/4/2025) atau sehari setelah Paskah.
Dia dimakamkan pada Sabtu pekan lali di Basilika di Santa Maria Maggriore di sebuah makam sederhana seperti yang diminta olehnya.
Sementara, pada Minggu sore, beberapa kardinal mengunjungi makam Paus Fransiskus untuk memberikan penghormatan.
5 Kandidat Pengganti Paus Fransiskus
Di sisi lain, menurut analisis media Amerika Serikat, ada lima kardinal yang menjadi kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus.
1. Kardinal Luis Antonio Tagle (67) asal Filipina
Saat ini dipandang sebagai kandidat terdepan, Kardinal Tagle memiliki latar belakang yang kuat dalam karya misionaris dan mengepalai Departemen Evangelisasi.
Ia secara luas dipandang sebagai pendukung agenda reformasi Paus Fransiskus.
2. Kardinal Pietro Parolin (70) asal Italia
Kardinal Pietro Parolin kini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Parolin dikenal karena kecerdasan diplomatik dan moderasi teologisnya.
Ia dianggap sebagai tokoh yang mampu menstabilkan dan dapat melanjutkan upaya reformasi sambil menjaga keseimbangan kelembagaan.
3. Kardinal Peter Turkson (76) asal Ghana
Kardinal Peter Turkson merupakan advokat terkemuka untuk keadilan sosial.
Nantinya jika terpilih, Turkson akan menandai paus Afrika pertama sejak abad ke-5, sebuah perkembangan yang sangat signifikan.
4. Kardinal Péter Erdő (72) asal Hungaria
Sebagai pakar hukum kanon konservatif, Erdő mewakili suara-suara tradisionalis di dalam Gereja.
Ia dikenal karena membela posisi-posisi doktrinal inti.
5. Kardinal Angelo Scola (82) asal Italia
Seorang kandidat tradisional yang merupakan salah satu pesaing teratas dalam konklaf tahun 2013, usia lanjut Kardinal Scola mungkin membatasi peluangnya kali ini.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Garudea)
-

Biden Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan
Washington DC –
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan menghadiri langsung pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Kehadiran langsung Biden ini disebut sebagai penghormatan atas hubungan dekatnya dengan mendiang Paus Fransiskus.
Biden, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/4/2025), akan didampingi oleh istrinya, Jill Biden, saat menghadiri pemakaman Paus Fransiskus yang akan digelar di Alun-alun Santo Petrus di Vatikan pada Sabtu (26/4) pagi waktu setempat.
Biden dan istrinya akan bepergian secara independen, dan tidak menggunakan Air Force One bersama Presiden Donald Trump yang juga akan menghadiri pemakaman itu.
Prosesi pemakaman Paus Fransiskus diperkirakan akan menarik kehadiran ratusan ribu orang, dengan para pemimpin dunia dan anggota kerajaan dari berbagai negara akan turut hadir.
Biden yang seorang penganut Katolik, sering mengungkapkan rasa kepedulian dan kekagumannya untuk Paus Fransiskus. Keduanya sempat melakukan pertemuan beberapa kali, baik secara resmi maupun secara pribadi, dengan Biden menyimpan foto Paus Fransiskus di Ruang Oval Gedung Putih selama dia menjabat.
Sebelum mengakhiri masa jabatannya pada Januari lalu, Biden sebenarnya berencana mengunjungi Vatikan untuk secara pribadi memberikan penghargaan Presidential Medal of Freedom — penghargaan sipil tertinggi di AS — kepada Paus Fransiskus.
Namun Biden harus membatalkan perjalanan itu karena terjadi kebakaran hebat di Los Angeles pada saat itu.
Tahun 2005 lalu, Presiden AS George W Bush membawa dua pendahulunya, Bill Clinton dan ayahnya, mendiang George HW Bush, untuk menghadiri pemakaman Paus Yohanes Paulus II.
Jenazah Paus Fransiskus disemayamkan selama tiga hari di Basilika Santo Petrus sejak Rabu (23/4) untuk memberikan kesempatan kepada publik memberikan penghormatan terakhir. Vatikan mengumumkan sekitar 250.000 orang telah hadir untuk melihat langsung dan memberikan penghormatan kepada sang Bapa Suci.
Untuk prosesi persemayaman untuk publik berakhir, peti jenazah Paus Fransiskus kemudian disegel dan seremoni pemakaman akan digelar di Alun-alun Santo Petrus pada Sabtu (26/4) waktu setempat.
Dari Alun-alun Santo Petrus, peti jenazah Paus Fransiskus akan dibawa ke gereja kesayangannya, Basilika Santa Maria Maggiore yang ada di Roma. Di lokasi itu, peti jenazah Paus Fransiskus akan dikuburkan ke dalam tanah dan diberi batu nisan sederhana dengan tulisan nama Latinnya: Fransiskus.
Paus Fransiskus akan menjadi Paus pertama dalam lebih dari 100 tahun terakhir yang dimakamkan di luar Vatikan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5199302/original/048704100_1745575112-20250425-Antrean_Pelayat-AFP_3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Paus Fransiskus Ingin Makam Sederhana, Biaya Pemakaman Ditanggung Seorang Dermawan – Page 3
Dalam surat wasiat terakhirnya yang dirilis Senin, Fransiskus mengatakan pemakamannya akan ditanggung oleh seorang dermawan yang tidak disebutkan namanya yang telah ia atur sebelumnya, dan yang akan dikirim ke Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore.
“Ini tentang simbol, karena dalam agama Katolik, simbol sangat penting, dan ini adalah salah satu kasus tersebut,” tambah Faggioli.
Masalah keuangan Vatikan membayangi
Vatikan bungkam tentang biaya khusus pemakaman Fransiskus dan tidak menanggapi permintaan untuk angka. Secara historis, pemakaman kepausan telah menghabiskan biaya jutaan dolar AS. Pada 1978, kematian dua paus dan konklaf berikutnya menghabiskan biaya Vatikan sebesar USD 20 juta, setara dengan lebih dari USD 101 juta saat ini.
Pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada 2005, dan pemilihan penggantinya Paus Benediktus XVI, menghabiskan biaya sebesar USD 9 juta (sekitar USD 14,7 juta dalam dolar AS saat ini). Jika memakai biaya USD 9 juta, biaya itu sekitar Rp 151,18 miliar (asumsi dolar AS terhadap rupiah 16.798)
Tahun itu, Gereja memperoleh pendapatan sebesar USD 12,4 juta atau sekitar Rp 208,40 miliar dari masuknya wisatawan ke museum-museumnya. Sumber pendapatan lainnya termasuk sumbangan, saham, obligasi, real estat, dan investasi lainnya.
Tahun lalu, Gereja mengalami kekurangan anggaran sebesar USD 87 juta, berdasarkan laporan Reuters, mengutip dua sumber yang mengetahui masalah itu. Vatikan belum menerbitkan anggaran penuh sejak 2022.
“Vatikan membutuhkan uang, dan membutuhkan uang karena ini adalah gereja yang jauh lebih besar. Sekarang gereja melayani lebih banyak orang di negara-negara miskin, dan jumlah umat Katolik di negara-negara kaya lebih sedikit. Jadi, dari situlah ketidak seimbangan itu muncul,’ ujar Faggioli.
-

Pemakaman Paus Fransiskus Digelar Hari Ini, 500 Ribu Orang Diprediksi Padati Lapangan Santo Petrus – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Prosesi pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan pada hari ini, Sabtu (26/4/2025) pukul 10.00 waktu setempat atau 15.00 WIB.
Diperkirakan sebanyak 200.000 hingga 500.000 orang akan turun ke Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus.
Dikutip dari The New Zealand Herald, setidaknya 130 pelayat merupakan kepala negara dan delegasi dari seluruh dunia.
Upacara pemakaman akan dimulai pada pukul 10 pagi waktu setempat, mengikuti rencana yang ditetapkan oleh Ritus Pemakaman Paus Roma – sebuah dokumen setebal 20 halaman yang dijuluki Gembala Seluruh Kawanan Tuhan.
Ibadah tersebut, yang diperkirakan akan dilakukan sepenuhnya dalam bahasa Latin, akan berlangsung sekitar dua setengah jam dan akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re yang berusia 91 tahun.
Khotbah akan memberi penghormatan kepada kehidupan Paus Fransiskus.
Upacara pemakaman Paus Fransiskus akan lebih sederhana dibandingkan dengan upacara pemakaman Paus sebelumnya, mengikuti instruksi yang ia tetapkan sendiri.
Namun, sebagai kepala negara dan pemimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, itu akan tetap menjadi tontonan upacara dan tradisi.
Rincian Jadwal Pemakaman
Diberitakan BBC, para uskup agung dan uskup akan mulai berkumpul pada pukul 08.30 waktu setempat di Constantine Wing, koridor yang berdekatan dengan Basilika Santo Petrus.
Pada saat yang sama, para pendeta Katolik akan berkumpul di Lapangan Santo Petrus.
Setengah jam kemudian, pada pukul 09.00 waktu setempat, para patriark gereja Ortodoks dan para kardinal akan berkumpul di Kapel Saint Sebastian, di dalam basilika, tempat jenazah Paus Yohanes Paulus II disemayamkan.
Mereka akan berjalan dalam prosesi pemakaman sambil mengiringi peti jenazah Paus, yang telah menghabiskan empat hari terakhir di tengah Basilika Santo Petrus.
Upacara pemakaman dimulai pukul 10.00 waktu setempat saat peti jenazah dibaringkan di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus.
Ibadah akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re.
Para tamu dan pejabat tinggi akan duduk lebih dekat ke basilika dan peti jenazah, bersama ribuan pendeta dan anggota masyarakat lainnya di dalam dan sekitar Lapangan Santo Petrus, mirip dengan pemakaman Paus Benediktus XVI.
Ibadah akan diakhiri dengan doa untuk Paus Fransiskus dan pujian terakhir – doa penutup di mana Paus akan secara resmi dipercayakan kepada Tuhan.
Ini menandai dimulainya masa berkabung selama sembilan hari yang disebut Novemdiales dengan misa yang diadakan setiap hari untuk mengenangnya.
Paus Fransiskus Mengubah Tradisi
Secara tradisi, jenazah Paus akan dikubur sehari sebelum pemakaman dalam tiga peti mati bertingkat, terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek.
Peti mati dari kayu cemara melambangkan kerendahan hati dan kematian; peti mati dari kayu ek bagian luar, merupakan tanda “martabat dan kekuatan”, dan peti mati timah dilas untuk mengawetkan jenazah dan mencegah kerusakan.
Namun, tahun lalu, Paus Fransiskus meminta agar ia dimakamkan di peti mati kayu yang lebih sederhana dengan bagian dalam seng.
Ini adalah peti mati yang akan terlihat dalam upacara pemakaman.
MISA REQUIEM – Umat Katolik mengikuti Misa Requiem Pope Francis di Gereja Katedral, Jakarta, Kamis (24/4/2025). Misa tersebut dilaksanakan untuk mendoakan Paus Fransiskus yang wafat pada Senin 21 April 2025 di Vatikan. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)
Menurut Monsignor Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, permintaan tersebut menekankan “bahkan lebih lagi bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala dan murid Kristus dan bukan pemakaman seorang manusia berkuasa di dunia ini”.
Sebagai informasi, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun.
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan itu meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.
Sebelum meninggal, Paus Fransiskus berbicara berkali-kali tentang konflik di Gaza dan terus berhubungan dengan sekelompok orang Kristen Palestina di Jalur Gaza.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Pastor Gabriel Romanelli, seorang pendeta di Gereja Keluarga Kudus ritus Latin di Gaza.
Ia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa Paus Fransiskus menelepon mereka setiap hari selama lebih dari satu setengah tahun untuk memeriksa keselamatan mereka – dan bahkan mempelajari beberapa frasa bahasa Arab.
“Ia (Paus Fransiskus) memanggil kami dan memberikan berkat. Ia mengucapkan terima kasih atas doa-doa kami untuknya.”
“Tidak mudah untuk tinggal di sini,” kata Romanelli, Selasa (22/4/2025), dilansir BBC.
“Jadi sebagai seorang pendeta di sini, merasakan kedekatan dengan Paus sendiri bagi kami merupakan tanda yang sangat jelas dan sangat kuat akan belas kasihan Tuhan dan dorongan untuk melayani Tuhan di Gereja-Nya,” ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Paus Fransiskus Wafat