Tag: Paus Fransiskus

  • Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi ‘Bunker Rahasia’

    Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi ‘Bunker Rahasia’

    Jakarta

    Vatikan bersiap memilih pengganti Paus Fransiskus. Berbagai macam teknologi pun digunakan untuk mencegah kebocoran pemungutan suara kepausan yang sangat dirahasiakan.

    Sidang konklaf dimulai Rabu besok waktu setempat, sekitar 16 hari setelah kematian Paus. Di Sistine Chapel atau Kapel Sistina di Vatikan, 135 kardinal dari seluruh dunia akan memberi suara untuk menentukan siapa yang mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik. Berikut berbagai macam persiapan yang digelar, dikutip detikINET dari Euro News, Selasa (6/5/2025)

    1. Anti drone dan blokir sinyal

    Saat pemakaman Paus Fransiskus, dilaporkan bahwa otoritas Italia memiliki bazoka anti drone untuk melumpuhkan drone yang mungkin muncul di atas Vatikan. Terindikasi bahwa perangkat itu dipadukan dengan teknologi seperti sistem jamming untuk mengganggu frekuensi dan komunikasi telepon.

    Dalam pengumuman terbaru, pemerintah Vatikan mengatakan semua sistem transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon seluler yang ada di wilayah Negara Kota Vatikan akan dinonaktifkan mulai pukul 15.00 sore pada tanggal 7 Mei.

    “Sinyal akan dipulihkan setelah pengumuman pemilihan Paus tertinggi,” kata mereka. Namun, penonaktifan sinyal tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus.

    2. Teknologi pencegah kebocoran informasi

    Meskipun beberapa persiapan keamanan bersifat rahasia, kita dapat menengok apa yang dilakukan otoritas kepausan tahun 2013, saat Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus. Kapel Sistina akan jadi semacam bunker rahasia dengan keamanan super ketat.

    Sebuah laporan Reuters tahun 2013 mengatakan para pekerja memasang lantai palsu di atas ubin di Sistine Chapel dengan pengacau elektronik untuk memblokir sinyal apapun yang keluar dari sana.

    Pejabat Vatikan juga menyisir kapel dan wisma tamu tempat para kardinal menginap dengan pemindai anti penyadapan untuk memastikan tak ada mikrofon tersembunyi. Laporan surat kabar Italia La Stampa saat itu menyebut sebuah sistem juga dipasang di sekitar kapel untuk memblokir sinyal penyadap.

    Sistem itu adalah semacam layar atau wadah logam yang menghalangi radiasi elektrostatik atau elektromagnetik apapun agar tidak masuk dari bagian luar.

    Di 1996, Paus Yohanes Paulus II menetapkan aturan untuk melakukan pemeriksaan cermat oleh individu yang dapat dipercaya, untuk memastikan tidak ada peralatan audiovisual yang dipasang diam-diam untuk merekam dan mentransmisikan informasi keluar.

    3. Sumpah kerahasiaan

    Strategi antikebocoran lainnya adalah beberapa sumpah harus diambil oleh mereka yang terlibat. Staf, pejabat, dan konklaf harus menyatakan beberapa hari sebelum konklaf bahwa mereka tidak menggunakan pemancar atau penerima atau peralatan fotografi apa pun bahkan setelah pemilihan paus baru, kecuali diberi izin khusus.

    Mereka berjanji menjaga kerahasiaan yang cermat mengenai segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan para kardinal, baik sebelum atau selama konklaf dan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan Paus.

    Selama konklaf, tak diperbolehkan mengirim surat, tulisan, atau apapun yang dicetak ke sesama kardinal maupun ke luar. Para anggota konklaf juga tak punya akses ke media selama diskusi. Siapa pun yang melanggar berbagai sumpah tersebut akan langsung dikucilkan Takhta Suci.

    Mengambil sumpah tidak berarti bahwa informasi tentang proses tersebut tidak bocor. Contohnya pada tahun 2005, seorang kardinal Jerman membocorkan pemilihan Joseph Ratzinger sebagai paus kepada media Jerman.

    (fyk/fay)

  • Kisah tiga Paus dari Afrika mengubah Kekristenan dan memberi Hari Valentine – Halaman all

    Kisah tiga Paus dari Afrika mengubah Kekristenan dan memberi Hari Valentine – Halaman all

    Afrika Utara saat ini didominasi umat Islam. Tapi kawasan ini dulunya adalah ‘jantung’ agama Kristen yang telah melahirkan sejumlah Paus. Warisan mereka dapat dirasakan oleh jemaat Gereja hingga hari ini.

    Wilayah kepausan mereka, yang berlangsung pada masa Kekaisaran Romawi, mencakup Tunisia modern, timur laut Aljazair, hingga pantai Libia barat.

    “Afrika Utara adalah Sabuk Alkitab Kekristenan kuno,” kata Prof Christopher Bellitto, seorang sejarawan Kean University di AS.

    Setelah Paus Fransiskus wafat, banyak umat Katolik di Afrika berharap Paus selanjutnya akan kembali berasal dari benua itu untuk pertama kalinya semenjak lebih dari 1.500 tahun yang lalu.

    Melalui artikel ini, kita akan berjumpa dengan tiga Paus dari Afrika – dan bagaimana mereka membuat umat Kristen merayakan Minggu Paskah dan Hari Valentine.

    Ketiganya telah diakui Gereja sebagai santo alias orang kudus.

    Victor I (189-199)

    Dianggap berasal dari Berber (penduduk asli Afrika Utara), Paus Victor I memimpin Gereja Katolik pada saat pengikut Yesus Kristus dipersekusi oleh para pejabat Romawi karena menolak menyembah dewa-dewa Romawi.

    Dia mungkin paling dikenal atas perannya dalam memastikan orang Kristen merayakan Paskah pada hari Minggu.

    Pada abad ke-2, beberapa kelompok Kristen dari Provinsi Romawi Asia (di Turki modern) merayakan Paskah pada hari yang sama saat orang Yahudi merayakan Paskah Yahudi [Passover, untuk merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir].

    Namun, umat Kristen di bagian barat Kekaisaran Romawi percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan pada hari Minggu sehingga Paskah harus selalu dirayakan pada hari itu.

    Perdebatan tentang kapan kebangkitan Yesus Kristus terjadi membuat masalah ini sangat kontroversial.

    “Kontroversi Paskah” adalah simbol dari konflik yang lebih besar antara umat Kristen Timur dan Barat, dan apakah orang Kristen harus mengikuti praktik orang Yahudi atau tidak.

    Victor I mengadakan Sinode Romawi pertama atau pertemuan para pemimpin Gereja—untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

    Dia mengancam para uskup akan diasingkan dari Gereja jika menolak mematuhi keinginannya.

    “Dia bersuara tegas untuk membuat semua orang benar-benar punya pemahaman yang sama dengannya,” kata Prof Bellitto kepada BBC.

    Ini adalah karakter yang mengesankan, kata sejarawan itu, karena “dia adalah Uskup Roma ketika Kekristenan masih dianggap bertentangan dengan hukum di kekaisaran Romawi.”

    Warisan penting lainnya dari Victor I adalah dia memperkenalkan bahasa Latin sebagai bahasa umum Gereja Katolik. Sebelumnya, bahasa Yunani Kuno adalah bahasa utama untuk Liturgi Katolik dan komunikasi resmi Gereja.

    Victor I sendiri menulis dan berbicara dalam bahasa Latin yang saat itu digunakan secara luas di Afrika Utara.

    Miltiades (311-314)

    Paus Miltiades diyakini lahir di Afrika.

    Selama masa kepausannya, kekristenan semakin diterima oleh para kaisar Romawi dan akhirnya menjadi agama resmi Kekaisaran.

    Sebelumnya, persekusi terhadap umat Kristen berlangsung pada berbagai momen dalam sejarah Kekaisaran.

    Meski begitu, Prof Bellitto menunjukkan bahwa Miltiades tidak berperan atas perubahan ini. Dia mengatakan Paus adalah “penerima kebaikan hati Romawi” ketimbang negosiator yang hebat.

     

    Miltiades diberi sebuah istana oleh Kaisar Romawi Konstantinus, dan menjadi paus pertama yang punya kediaman resmi.

    Dia juga diberi izin oleh Konstantinus untuk membangun Basilika Lateran yang sekarang tercatat sebagai gereja publik tertua di Roma.

    Walau Paus modern tinggal dan bekerja di Vatikan, Gereja Lateran kadang-kadang disebut dalam Katolik sebagai “induk dari semua gereja”.

    Gelasius I (492-496)

    Gelasius I adalah satu-satunya di antara tiga paus Afrika yang menurut para sejarawan tidak lahir di Afrika.

    “Ada sumber mengenai dia… lahir di Roma. Jadi kami tidak tahu apakah dia [pernah] tinggal di Afrika Utara, tetapi tampaknya jelas bahwa dia adalah keturunan Afrika Utara,” jelas Prof Bellitto.

    Dia adalah sosok yang paling penting di antara tiga pemimpin umat Kristen asal Afrika, menurut Prof Bellitto.

    Gelasius I secara luas diakui sebagai Paus pertama yang secara resmi disebut “Vikaris Kristus”, sebuah istilah yang menandakan peran Paus sebagai wakil Kristus di Bumi.

    Dia juga mengembangkan Doktrin Dua Pedang, yang menekankan kekuasaan Gereja dan negara yang terpisah tetapi setara.

    Gelasius I juga membuat perbedaan tegas bahwa kedua kekuasaan diberikan kepada Gereja oleh Tuhan. Gereja kemudian mendelegasikan kekuasaan duniawi kepada negara. Inilah yang membuat Gereja pada akhirnya lebih unggul.

    “Setelahnya, pada Abad Pertengahan, Paus kadang-kadang mencoba memveto pemilihan kaisar atau raja, karena mereka mengatakan Tuhan memberi kekuasaan itu kepada mereka,” kata Prof Bellitto.

    Gelasius I juga dikenang karena tanggapannya terhadap Skisma Akasia—perpecahan antara Gereja Kristen Timur dan Barat yang berlangsung dari tahun 484 hingga 519.

    Selama periode ini, Gelasius I menegaskan supremasi Roma dan kepausan atas seluruh Gereja, baik Timur maupun Barat, yang diyakini para ahli melangkah terlalu jauh daripada pendahulunya.

    Gelasius juga bertanggung jawab atas perayaan populer yang masih dirayakan banyak orang sampai sekarang, yaitu perayaan Hari Valentine pada tanggal 14 Februari tahun 496 untuk memperingati Santo Valentine.

    Beberapa catatan mengatakan Valentine adalah seorang pendeta yang terus melakukan pernikahan secara rahasia meski dilarang oleh Kaisar Claudius II.

    Sejarawan percaya bahwa Hari Valentine berakar pada festival cinta dan kesuburan Romawi, Lupercalia, dan merupakan langkah Gelasius I untuk mengkristenkan tradisi pagan.

    Seperti apa wajah paus asal Afrika?

    Prof Bellitto mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui, dengan tingkat akurasi apa pun, seperti apa wajah ketiga paus itu.

    “Kita harus ingat bahwa Kekaisaran Romawi, dan memang Abad Pertengahan, tidak memikirkan ras seperti yang kita pikirkan saat ini. Itu tidak ada hubungannya dengan warna kulit,” katanya kepada BBC.

    “Orang-orang di Kekaisaran Romawi tidak ada bermasalah dengan ras, tapi mereka peduli dengan etnisitas.”

    Prof Philomena Mwaura, seorang akademisi di Universitas Kenyatta Kenya, mengatakan kepada BBC bahwa Afrika di bawah kekuasaan Romawi sangat multikultural. Kelompok Berber dan Punic, budak-budak yang telah merdeka, hingga orang-orang dari Roma berdatangan ke Afrika.

    “Komunitas Afrika Utara cukup beragam, dan itu juga merupakan rute perdagangan bagi banyak orang yang terlibat dalam perdagangan di zaman kuno sebelumnya,” jelasnya.

    Alih-alih mengidentifikasi diri dengan kelompok etnis tertentu, “kebanyakan orang yang berasal dari daerah dalam Kekaisaran Romawi menganggap diri mereka sebagai Romawi,” tambah Prof Mwaura.

    Mengapa tidak ada lagi Paus dari Afrika?

    Tak satu pun dari 217 Paus sejak Gelasius I yang diyakini berasal dari Afrika.

    “Gereja di Afrika Utara dilemahkan oleh banyak kekuatan, termasuk jatuhnya Kekaisaran Romawi dan juga serbuan Muslim [ke Afrika Utara] pada abad ke-7,” kata Prof Mwaura.

    Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa hadirnya Islam di Afrika Utara tidak bisa menjelaskan kenapa tidak ada Paus dari kawasan tersebut selama lebih dari 1.500 tahun.

    Prof Bellitto mengatakan proses pemilihan Paus baru menjadi “monopoli Italia” selama bertahun-tahun.

    Namun, dia mengatakan ada kemungkinan besar seorang Paus dari Asia atau Afrika akan terpilih dalam waktu dekat karena jumlah umat Katolik di belahan bumi selatan jauh lebih besar daripada mereka yang tinggal di belahan utara.

    Faktanya, agama Katolik berkembang lebih cepat di Afrika sub-Sahara saat ini daripada di tempat lain.

    Angka terbaru menunjukkan ada 281 juta umat Katolik di Afrika pada tahun 2023. Ini menyumbang 20?ri jemaat di seluruh dunia.

    Tiga orang Afrika menjadi kandidat untuk menggantikan Paus Fransiskus—Fridolin Ambongo Begungu dari Republik Demokratik Kongo, Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana, dan Robert Sarah dari Guinea.

    Tetapi Prof Mwaura berpendapat bahwa “meskipun Kekristenan sangat kuat di Afrika, kekuatan Gereja masih di utara, karena mereka memiliki sumber daya.”

  • Wasiat Paus Fransiskus, ‘Popemobile’ Jadi Klinik untuk Anak-anak di Gaza

    Wasiat Paus Fransiskus, ‘Popemobile’ Jadi Klinik untuk Anak-anak di Gaza

    Jakarta

    Lebih dari satu dekade lalu, mobil Mitsubishi yang telah dimodifikasi itu membawa Paus Fransiskus melalui jalan-jalan di Betlehem. Kini, sesuai dengan salah satu permintaan terakhir mendiang Paus, mobil kepausan itu diberi kehidupan kedua: menjadi klinik kesehatan keliling untuk anak-anak di Jalur Gaza.

    Paus Fransiskus sering menyatakan bahwa “Anak-anak bukanlah angka. Mereka adalah wajah. Nama. Cerita. Dan masing-masing adalah sakral”, dan dengan hadiah terakhirnya ini, kata-katanya telah menjadi tindakan.

    Diberitakan Vatikan News, mobil kepausan yang telah dimodifikasi itu akan dilengkapi dengan peralatan untuk diagnosis, pemeriksaan, dan perawatan termasuk tes cepat untuk infeksi, instrumen diagnostik, vaksin, perlengkapan jahitan, dan perlengkapan penyelamat hidup lainnya.

    Wasiat tersebut secara pribadi dipercayakan Paus kepada Caritas Jerusalem pada bulan-bulan terakhir hidupnya untuk menanggapi keadaan darurat kemanusiaan yang sangat serius di Gaza, tempat ratusan ribu anak-anak terlantar hidup tanpa akses ke makanan, air bersih, atau perawatan medis dasar.

    Mobil itu akan dikelola oleh dokter dan petugas medis, untuk menjangkau anak-anak di sudut-sudut paling terpencil di Gaza setelah akses kemanusiaan ke jalur itu dipulihkan.

    Dalam siaran pers, Peter Brune, Sekretaris Jenderal Caritas Swedia, menulis bahwa dengan kendaraan ini, pihaknya akan dapat menjangkau anak-anak yang saat ini tidak memiliki akses ke layanan kesehatan, terutama anak-anak yang terluka dan kekurangan gizi.

    “Ini adalah intervensi konkret yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir runtuh total”, tambahnya.

    Unicef mengatakan bulan lalu bahwa konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 15.000 anak, melukai puluhan ribu lainnya, dan menyebabkan hampir 1 juta anak terus-menerus mengungsi di Jalur Gaza, sekaligus menambah peringatan bahwa situasi kemanusiaan telah mencapai titik terburuknya sejak permusuhan pecah pada tahun 2023.

    (kna/kna)

  • Top 3 Tekno: Cara Kerja Worldcoin, Terlihat Menjanjikan tapi Rawan Masalah Privasi – Page 3

    Top 3 Tekno: Cara Kerja Worldcoin, Terlihat Menjanjikan tapi Rawan Masalah Privasi – Page 3

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memancing kontroversi publik. Kali ini, aksinya yang memanfaatkan teknologi AI ternyata memantik sejumlah sentimen negatif.

    Dikutip dari CNN, Senin (5/5/2025), baru-baru ini, Donald Trump sempat mengunggah hasil rekayasa AI yang menampilkan dirinya sebagai Paus, lengkap dengan jubah putih dan mitra kepausan.

    Gambar itu pun diunggah ke Truth Social dan kemudian dibagikan ulang oleh akun resmi Gedung Putih di X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Tak disangka, unggahan itu pun langsung mendapatkan kritik sejumlah pihak.

    Beberapa di antaranya menyebut unggahan itu bukan lelucon dan tidak sensitif, mengingat saat ini umat Katolik tengah menantikan Paus baru, usai meninggalnya Paus Fransiskus.

    Salah satu yang menyuarakan kecaman terhadap unggahan Donald Trump adalah Kardinal Pablo Virgilio David dari Filipina. Lewat unggahannya di Facebook, ia menyebut kalau unggahan Presiden AS yang tampil layaknya Paus itu tidak lucu.

    Selain itu, ada pastor Gerald Murray dari Keuskupan Agung New York yang menilai unggahan itu sebagai hal konyol serta tidak pantas dilakukan.

    Lalu, perwakilan para uskup Katolik di negara bagian New York juga menyuarakan kritiknya. Pernyataan itu pun diunggah lewat platform X.

    Baca selengkapnya di sini 

  • Jelang Pemilihan Paus Baru, Demam Konklaf Landa Pengguna Medsos

    Jelang Pemilihan Paus Baru, Demam Konklaf Landa Pengguna Medsos

    Vatican City

    Kehebohan sedang menyelimuti media sosial menjelang dimulainya proses konklaf untuk memilih Paus yang baru, sepeninggal mendiang Paus Fransiskus. Netizen di berbagai jejaring sosial ramai-ramai membahas soal tradisi rahasia Gereja Katolik yang telah berlangsung selama berabad-abad tersebut.

    Pembahasan soal konklaf juga marak di kalangan pengguna medsos di Amerika Serikat (AS). Bahkan Presiden Donald Trump, pada Sabtu (3/5) waktu setempat, mengunggah gambar yang tampaknya dibuat oleh AI yang memperlihatkan dirinya mengenakan jubah Kepausan dan duduk di singgasana, dengan satu jari mengarah ke atas.

    Gambar yang mencolok itu menjadi yang paling terkenal di antara ribuan gambar yang muncul sejak berpulangnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu, dan menjelang pertemuan para kardinal Gereja Katolik dari berbagai negara mulai Rabu (7/5) besok di Vatikan.

    Menurut platform pemantauan Visibrain, seperti dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), lebih dari 1,3 juta tweet telah dipublikasikan di media sosial X, yang dulu bernama Twitter, membahas soal konklaf.

    Sedangkan di platform TikTok, video-video soal konklaf telah ditonton lebih dari 363 juta kali dengan jangkauan tak tertandingi tercatat di kalangan anak muda.

    Para pengamat Paus yang sangat bersemangat bahkan memainkan permainan online bernama “Mantapa” untuk memilih kardinal favorit mereka, dan membuat prediksi untuk Paus berikutnya. Permainan itu memiliki gaya mirip dengan taruhan olahraga.

    Melihat fenomena ini, peneliti ilmu informasi dan komunikasi, Refka Payssan, menilai misteri, kemegahan, dan ritual seputar konklaf — mulai dari Kapel Sistina yang megah hingga asap hitam atau putih yang menandakan hasil pemungutan suara yang diikuti para kardinal — “cocok untuk format naratif jejaring sosial”.

    ‘Lihat juga Video: 133 Kardinal Sudah Tiba di Vatikan Bersiap Gelar Konklaf’

    Laporte menilai “kaum muda suka berspekulasi” tentang hasil yang akan terjadi.

    “Setiap orang di jejaring sosial punya pendapat dan setiap orang ingin mengartikan berita, mencari petunjuk, ingin mengetahui kardinal mana yang akan menjadi Paus. Ini hampir seperti ‘escape game’,” sebutnya.

    Payssan menekankan bahwa konklaf memicu “rasa ingin tahu melihat sejarah terjadi secara langsung”, yang menandai peristiwa langka — pertama dalam 12 tahun — dengan konsekuensi global yang potensial.

    Meskipun mereka bukan penganut Katolik, sebut Laporte, “kaum muda sangat menyadari pengaruh Paus terhadap ratusan juta orang, bahkan miliaran orang, baik dalam pendiriannya tentang kontrasepsi maupun soal lingkungan”.

    Terlepas dari itu, demam konklaf yang melanda medsos dinilai sebagai cerminan keberhasilan Vatikan dalam beralih ke komunikasi digital dalam beberapa tahun terakhir untuk membangun ikatan dengan generasi muda.

    Akun X resmi kepausan, @pontifex, yang dibuat oleh Benediktus XVI tahun 2012 namun lebih banyak digunakan oleh mendiang Paus Fransiskus, kini memiliki 50 juta follower dan memposting pesan-pesan dalam sembilan bahasa.

    ‘Lihat juga Video: 133 Kardinal Sudah Tiba di Vatikan Bersiap Gelar Konklaf’

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil Paus Jadi Klinik Kesehatan Keliling untuk Anak-anak Gaza

    Mobil Paus Jadi Klinik Kesehatan Keliling untuk Anak-anak Gaza

    Jakarta

    Salah satu popemobiles atau mobil kepausan Paus Fransiskus akan kembali digunakan sebagai klinik kesehatan keliling untuk anak-anak di Gaza, sesuai dengan keinginan terakhir mendiang Paus.

    Mobil kepausan adalah kendaraan yang digunakan para pemimpin Gereja Katolik dalam kunjungan kepausan ke berbagai negara dan wilayah.

    ‘Intervensi nyata yang menyelamatkan nyawa’ – Caritas

    Layanan media Vatikan, Vatican News, melaporkan bahwa Paus Fransiskus, yang wafat bulan lalu, mempercayakan proyek ini kepada organisasi bantuan Katolik, Caritas Yerusalem, beberapa bulan sebelum ia wafat.

    “Ini adalah intervensi nyata yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir lumpuh sepenuhnya,” kata Peter Brune, Sekretaris Jenderal Caritas Swedia, yang mendukung proyek tersebut, kepada Vatican News.

    Ini adalah kendaraan yang sama yang digunakan oleh Fransiskus dalam perjalanannya ke Holy Land pada tahun 2014. Kendaraan tersebut akan dilengkapi dengan peralatan untuk diagnosis, pemeriksaan medis dan perawatan, menurut laporan Vatican News pada hari Minggu (4/5).

    Kendaraan itu akan dikelola oleh dokter dan petugas medis. Mereka akan ditugaskan untuk menjangkau anak-anak di daerah-daerah terpencil di Gaza.

    Anak-anak Gaza ‘tidak dilupakan’

    “Ini bukan sekadar kendaraan,” tambah Brune. “Ini adalah sebuah pesan bahwa dunia tidak melupakan anak-anak di Gaza.”

    Paus Fransiskus vokal mendukung perdamaian di Gaza dan mengecam aksi pengeboman terhadap anak-anak di wilayah Palestina, serta turut menyerukan diakhirinya pertikaian.

    Sejak perang di Gaza dimulai pada tahun 2023, Paus Fransiskus secara rutin menelepon warga Palestina yang berlindung di sebuah paroki Katolik kecil di Kota Gaza.

    Minggu ini, para kardinal Katolik akan memulai konklaf tertutup untuk pemilihan paus baru.

    Artikel Ini Pertama Kali Terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    ‘Lihat juga Video: Mobil Paus Fransiskus Akan Jadi Klinik Keliling Anak-anak di Gaza’

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi ‘Bunker Rahasia’

    H-1 Konklaf, Petugas Terlibat Pemilihan Paus Baru Disumpah Jaga Kerahasiaan

    Jakarta

    Prosesi konklaf pemilihan Paus baru akan digelar besok. Sejumlah petugas yang terlibat konklaf telah diambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan.

    Dilansir Vatican News, Selasa (6/5/2025), pengambilan sumpah dilakukan di Kapel Paulina yang berada di Istana Apostolik, Vatikan, pada Senin (5/5) waktu setempat. Pengambilan sumpah dipimpin oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell selaku Camerlengo Gereja Roma Suci.

    Sumpah yang diucapkan oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell ini diikuti oleh semua individu baik pendeta maupun awam yang telah disetujui Camerlengo dan tiga asisten Kardinal.

    Para petugas yang telah diambil sumpah ini meliputi Sekretaris Dewan Kardinal, Master Perayaan Liturgi Kepausan, tujuh master upacara kepausan, rohaniwan yang dipilih oleh kardinal yang memimpin Konklaf untuk membantunya, dua biarawan Agustinian yang ditugaskan di Sakristi Kepausan, staf biara berbagai bahasa untuk pengakuan dosa, dokter dan perawat medis, operator lift Istana Apostolik.

    Pengambilan sumpah untuk menjaga kerahasiaan konklaf juga dilakukan untuk staf yang bertanggung jawab atas layanan makanan, staf layanan teknis, petugas yang membawa kardinal elektor dari Casa Santa Marta ke Istana Apostolik, kolonel dan mayor Garda Swiss Kepausan yang ditugaskan untuk pengawasan di dekat Kapel Sistina, Direktur Layanan Keamanan dan Perlindungan Sipil Negara Kota Vatikan, bersama dengan beberapa kolaboratornya.

    Setiap individu, setelah diberi petunjuk tentang pentingnya sumpah, secara pribadi mengucapkan dan menandatangani rumusan yang ditentukan di hadapan Kardinal Farrell, dengan dua protonotaris apostolik yang bertindak sebagai saksi.

    Sumpah tersebut mencakup janji khidmat untuk menjaga kerahasiaan mengenai semua hal yang secara langsung atau tidak langsung terkait dengan pemungutan suara dan pemeriksaan untuk pemilihan Paus. Upacara ini menunjukkan komitmen Gereja terhadap kerahasiaan dan kesucian proses pemilihan paus, dengan memastikan bahwa semua personel pembantu menjunjung tinggi integritas Konklaf.

    “Sinyal akan dipulihkan setelah pengumumman pemilihan Paus tertinggi,” bunyi keterangan Vatikan dilansir AFP.

    “Namun penonaktifkan tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus,” kata Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni.

    Ribuan umat diperkirakan akan berkumpul di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus untuk menunggu pengumuman pengganti Paus Fransiskus. Sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Kapel Sistina Vatikan pada hari Rabu untuk mulai memberikan suara bagi pemimpin baru dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

    “Pemilihan dilakukan dengan sangat rahasia dan para kardinal akan diminta untuk meninggalkan telepon genggam mereka saat memasuki konklaf,” kata Bruni

    ‘Lihat juga Video: 133 Kardinal Sudah Tiba di Vatikan Bersiap Gelar Konklaf’

    (ygs/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Super Ketat! Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Sepanjang Conclave

    Super Ketat! Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Sepanjang Conclave

    Jakarta

    Vatikan tak main-main dalam menjaga kerahasiaan proses pemilihan Paus baru pengganti Paus Fransiskus, yang wafat 21 April lalu. Menjelang Conclave yang dimulai besok, Rabu (7/5), Takhta Suci mengumumkan langkah drastis: mematikan sinyal telepon seluler!.

    Langkah pengamanan super ketat ini diumumkan Vatikan pada Senin (5/5), seperti dilaporkan oleh AFP. Tujuannya jelas, memastikan tidak ada bocoran informasi sedikit pun dari dalam Kapel Sistina, tempat 133 kardinal akan berkumpul untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.

    “Sinyal telepon akan diputus di negara (Vatikan) selama berlangsungnya konklaf,” demikian konfirmasi dari pihak Vatikan.

    Namun, bagi peziarah yang ingin menyaksikan momen bersejarah pengumuman Paus baru, tak perlu panik. Vatikan menegaskan area Lapangan Santo Petrus (St Peter’s Square) akan tetap ‘online’. Sinyal di area publik utama itu dipastikan aman, sehingga ribuan orang yang diperkirakan berkumpul di sana tetap bisa berkomunikasi dan mengabadikan momen.

    Sumpah Rahasia dan Isolasi Total

    Pemutusan sinyal HP hanyalah salah satu bagian dari protokol kerahasiaan ekstrem yang diterapkan selama Conclave. Para kardinal pemilih (di bawah usia 80 tahun) akan benar-benar terisolasi dari dunia luar.

    Mereka akan menginap di wisma Domus Sanctae Marthae (Santa Marta) dan dilarang keras membawa alat komunikasi atau melakukan kontak eksternal dalam bentuk apa pun. Sebelum memasuki Kapel Sistina pada Rabu sore, mereka akan bersumpah di bawah ancaman ekskomunikasi (pengucilan) untuk tidak membocorkan detail apa pun yang terjadi selama proses pemilihan.

    Bukan cuma kardinal, puluhan staf pendukung – mulai dari petugas medis, kebersihan, katering, hingga operator lift – juga sudah diambil sumpahnya pada Senin (5/5) untuk menjaga kerahasiaan yang sama.

    Menanti Asap Putih dari Kapel Sistina

    Conclave akan dimulai dengan satu putaran pemungutan suara pada hari pertama. Jika belum ada hasil, pemungutan suara dilanjutkan empat kali sehari hingga salah satu kandidat memperoleh mayoritas dua pertiga (atau 89 suara dari 133 kardinal).

    Proses ini bisa berlangsung singkat seperti pada pemilihan Paus Fransiskus dan Benediktus XVI (kurang dari 2 hari), namun sejarah mencatat Conclave bisa berjalan berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

    Dunia akan menantikan sinyal dari cerobong asap Kapel Sistina. Asap hitam berarti pemungutan suara belum menghasilkan Paus baru, sementara asap putih menjadi tanda sukacita bahwa pemimpin baru Gereja Katolik telah terpilih. Tirai merah juga sudah dipasang di balkon Basilika Santo Petrus, tempat Paus baru akan menyapa dunia untuk pertama kalinya.

    Para kardinal sendiri telah melakukan serangkaian pertemuan persiapan untuk membahas tantangan Gereja masa kini dan profil Paus ideal. Mereka mencari sosok “gembala yang dekat dengan kehidupan nyata rakyat,” mampu “menjadi jembatan dan pemandu” di tengah krisis global, serta membawa Gereja pada “sifat misionarisnya.”

    Dengan 133 kardinal dari 70 negara, Conclave kali ini menjadi pertemuan para pangeran Gereja paling beragam dan internasional dalam sejarah Vatikan.

    Simak Video “Video Kardinal Suharyo Akan Ikuti Pemilihan Paus: Saya Tak Punya Persiapan”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat

    Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat

    GELORA.CO –  Presiden ke-7 RI Joko Widodo berbagi cerita saat

    menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/5/2025) bersama utusan lain.

    Jokowi mengatakan utusan dari Indonesia diberi tempat cukup terhormat berkat kedekatan kedua negara, Indonesia dan Vatikan.

    “Diberikan tempat yang terdepan di sisi kanan pada saat prosesi pemakaman sehingga ini menunjukkan hubungan dekat Indonesia dengan Vatikan. Ini penghormatan Vatikan terhadap Indonesia,” ungkap Jokowi saat ditemui di kediamannya, Senin (5/5/2025).

    Jokowi mengaku memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus yang dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan bagi umat katolik.

    Ia hadir bersama utusan lain di antaranya Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai; Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Eks Menteri ESDM, Ignasius Jonan. 

    Mereka datang atas penugasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Saya ke Vatikan atas penugasan utusan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto dalam rangka pemakaman Yang Mulia Paus Fransiskus. Kemudian kami di sana juga diterima dengan baik,” tutur Jokowi.

    Prabowo meski tak hadir secara langsung, menurutnya, ikut berduka atas kepergian tokoh besar dunia ini.

    “Ikut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap Vatikan,” jelasnya.

    Ia melihat umat katolik di sana melakukan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dengan suasana yang khidmat.

    “Ya saya kira penghormatan umat katolik dan pemimpin dunia atas wafatnya beliau. Saya rasa itu yang saya lihat,” terangnya.

    “Kami juga memberikan penghormatan yang amat sangat terhadap Yang Mulia Paus Fransiskus atas warisan kerendahan hati, kesederhanaan, toleransi, hubungan antar-umat yang sangat baik dari Yang Mulia Paus Fransiskus,” tuturnya.

    Jokowi Tegur Sapa dengan Presiden FIFA hingga Presiden Prancis

    Ia sempat bertegur sapa dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. 

    Ia pun mengucapkan terimakasih atas dukungan FIFA dalam mentransformasikan sepakbola di Indonesia.

    “Hanya sebentar say hello aja. Saya kira kita mengucapkan terimakasih dukungan FIFA terhadap transformasi sepak bola Indonesia,” ungkapnya.

    Selain bertemu dengan Gianni, ia juga sempat bertegur sapa dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan beberapa kepala negara lain yang ikut menghadiri pemakaman ini.

    “Ngomong 1-2 menit (Presiden Prancis). Ketemu juga presiden dan perdana menteri yang lain,” jelasnya.

    Jokowi Bawa Surat Prabowo ke Vatikan, Sempat Selfie Sebelum Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Momen Jokowi bawa surat Prabowo ke Vatikan, sempat selfie sebelum hadiri pemakaman Paus Fransiskus, terjadi saat Presiden ke-7 RI itu berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (24/4/2025) malam. 

    Jokowi menjadi utusan resmi dari Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto untuk menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu, 26 April 2025.

    Sebelum bertolak ke Roma, Jokowi tampak melayani permintaan swafoto dari sejumlah penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. 

    Mengenakan jas hitam dan dikawal pengamanan, Jokowi tetap ramah menyapa warga yang antusias.

    “Bapak, mau foto bapak,” kata salah satu wanita, yang disambut senyum Jokowi. 

    Tak lama, terdengar juga suara, “Pak Jokowi,” dari penumpang lain yang ikut meminta berfoto bersama.

    Kehadiran Jokowi di Vatikan tak hanya sebagai bentuk penghormatan negara, tetapi juga membawa surat pribadi dari Presiden Prabowo Subianto kepada pemerintah Vatikan. 

    Surat tersebut berisi ucapan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus dan harapan agar pesan-pesan kemanusiaan sang Paus tetap hidup.

    “Surat ini membawa pesan bahwa pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia merasa sangat kehilangan. Harapan kami, nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan Paus Fransiskus bisa diteruskan,” ujar Mensesneg Prasetyo Hadi.

    Seperti diketahui Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan, Roma, Senin (21/4) dalam usia 88 tahun. 

    Berita duka tersebut disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, pada Senin pukul 09.45.

    Vatikan mengumumkan bahwa Paus meninggal karena serangan stroke dan gagal jantung. 

    Beberapa jam sebelum wafat, Paus Fransiskus sempat tampil di hadapan publik pada Minggu Paskah untuk memberikan berkat.

    Ini pun menjadi sebuah momen yang mengejutkan sekaligus menguatkan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    Pemakaman Paus Fransiskus telah digelar pada Sabtu pukul 10.00 waktu setempat. 

    Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, sesuai dengan permintaannya.

    Hal ini menjadikannya sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan. 

    Sejumlah pemimpin dunia hadir dalam acara pemakaman Paus Fransiskus.

  • Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat – Halaman all

    Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Presiden ke-7 RI Joko Widodo berbagi cerita saat
    menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/5/2025) bersama utusan lain.

    Jokowi mengatakan utusan dari Indonesia diberi tempat cukup terhormat berkat kedekatan kedua negara, Indonesia dan Vatikan.

    “Diberikan tempat yang terdepan di sisi kanan pada saat prosesi pemakaman sehingga ini menunjukkan hubungan dekat Indonesia dengan Vatikan. Ini penghormatan Vatikan terhadap Indonesia,” ungkap Jokowi saat ditemui di kediamannya, Senin (5/5/2025).

    Jokowi mengaku memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus yang dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan bagi umat katolik.

    Ia hadir bersama utusan lain di antaranya Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai; Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Eks Menteri ESDM, Ignasius Jonan. 

    Mereka datang atas penugasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Saya ke Vatikan atas penugasan utusan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto dalam rangka pemakaman Yang Mulia Paus Fransiskus. Kemudian kami di sana juga diterima dengan baik,” tutur Jokowi.

    Prabowo meski tak hadir secara langsung, menurutnya, ikut berduka atas kepergian tokoh besar dunia ini.

    “Ikut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap Vatikan,” jelasnya.

    Ia melihat umat katolik di sana melakukan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dengan suasana yang khidmat.

    “Ya saya kira penghormatan umat katolik dan pemimpin dunia atas wafatnya beliau. Saya rasa itu yang saya lihat,” terangnya.

    “Kami juga memberikan penghormatan yang amat sangat terhadap Yang Mulia Paus Fransiskus atas warisan kerendahan hati, kesederhanaan, toleransi, hubungan antar-umat yang sangat baik dari Yang Mulia Paus Fransiskus,” tuturnya.

     

    Jokowi Tegur Sapa dengan Presiden FIFA hingga Presiden Prancis

    Ia sempat bertegur sapa dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. 

    Ia pun mengucapkan terimakasih atas dukungan FIFA dalam mentransformasikan sepakbola di Indonesia.

    “Hanya sebentar say hello aja. Saya kira kita mengucapkan terimakasih dukungan FIFA terhadap transformasi sepak bola Indonesia,” ungkapnya.

    Selain bertemu dengan Gianni, ia juga sempat bertegur sapa dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan beberapa kepala negara lain yang ikut menghadiri pemakaman ini.

    “Ngomong 1-2 menit (Presiden Prancis). Ketemu juga presiden dan perdana menteri yang lain,” jelasnya.

    JOKOWI & MACRON – Presiden ketujuh Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (26/4/2025) waktu setempat. Foto momen Jokowi bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Syarif Muhammad Fitriansyah/Ajudan Jokowi)

     

    Jokowi Bawa Surat Prabowo ke Vatikan, Sempat Selfie Sebelum Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Momen Jokowi bawa surat Prabowo ke Vatikan, sempat selfie sebelum hadiri pemakaman Paus Fransiskus, terjadi saat Presiden ke-7 RI itu berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (24/4/2025) malam. 

    Jokowi menjadi utusan resmi dari Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto untuk menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu, 26 April 2025.

    Sebelum bertolak ke Roma, Jokowi tampak melayani permintaan swafoto dari sejumlah penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. 

    Mengenakan jas hitam dan dikawal pengamanan, Jokowi tetap ramah menyapa warga yang antusias.

    “Bapak, mau foto bapak,” kata salah satu wanita, yang disambut senyum Jokowi. 

    Tak lama, terdengar juga suara, “Pak Jokowi,” dari penumpang lain yang ikut meminta berfoto bersama.

    JOKOWI SELFIE DENGAN WARGA SEBELUM BERANGKAT KE PEMAKAMAN PAUS – Joko Widodo membawa surat pribadi Presiden Prabowo ke Vatikan dan sempat melayani permintaan selfie di Bandara Soekarno-Hatta sebelum berangkat menghadiri pemakaman Paus Fransiskus (INSTAGRAM JOKOWI)

    Kehadiran Jokowi di Vatikan tak hanya sebagai bentuk penghormatan negara, tetapi juga membawa surat pribadi dari Presiden Prabowo Subianto kepada pemerintah Vatikan. 

    Surat tersebut berisi ucapan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus dan harapan agar pesan-pesan kemanusiaan sang Paus tetap hidup.

    “Surat ini membawa pesan bahwa pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia merasa sangat kehilangan. Harapan kami, nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan Paus Fransiskus bisa diteruskan,” ujar Mensesneg Prasetyo Hadi.

     

    Paus Fransiskus Wafat

    Seperti diketahui Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan, Roma, Senin (21/4) dalam usia 88 tahun. 

    Berita duka tersebut disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, pada Senin pukul 09.45.

    Vatikan mengumumkan bahwa Paus meninggal karena serangan stroke dan gagal jantung. 

    Beberapa jam sebelum wafat, Paus Fransiskus sempat tampil di hadapan publik pada Minggu Paskah untuk memberikan berkat.

    Ini pun menjadi sebuah momen yang mengejutkan sekaligus menguatkan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    PEMAKAMAN PAUS FRANSISKUS – Ribuan orang menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma, Italia, pada Sabtu (26/4/2025). Presiden Prabowo Subianto mengutus empat orang untuk mewakili pemerintah menghadiri pemakaman Paus Fransiskus yaitu Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, Wakil Menkeu Thomas Aquinas Djiwandono, dan Ketua Panitia Penyambutan Paus Fransiskus di Indonesia 2024, Ignasius Jonan. TRIBUNNEWS/KEDUBES RI di VATIKAN/TRIAS KUNCAHYONO (HO/TRIAS KUNCAHYONO)

    Pemakaman Paus Fransiskus telah digelar pada Sabtu pukul 10.00 waktu setempat. 

    Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, sesuai dengan permintaannya.

    Hal ini menjadikannya sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan. 

    Sejumlah pemimpin dunia hadir dalam acara pemakaman Paus Fransiskus.

    (tribun network/thf/TribunSolo.com/Tribunnews.com)