Tag: Paus Fransiskus

  • Misa Requem Wafatnya Paus Fransiskus, Keuskupan Manado Sampaikan Sejumlah Ketentuan

    Misa Requem Wafatnya Paus Fransiskus, Keuskupan Manado Sampaikan Sejumlah Ketentuan

    Liputan6.com, Manado – Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC akan memimpin Misa Requem wafatnya Paus Fransiskus. Misa Requem ini bakal digelar di Gereja Katedral Manado pada, Jumat (25/4/2025), pukul 18.00 Wita.

    “Masing-masing Paroki dapat menentukan satu hari untuk mengadakan Misa Requem. Sedangkan sebagai umat Katolik se Keuskupan Manado akan dirayakan Misa Requem yang dipimpin oleh Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC,” papar Sekretaris Keuskupan Manado Pastor Laurentius Paulus Pitoy MSC pada, Selasa (22/4/2025).

    Pastor Laurentius Paulus Pitoy MSC memaparkan, sesuai tradisi gereja, bersama seluruh umat Katolik se dunia, umat Katolik di Keuskupan Manado selama sembilan hari berkabung atas wafatnya Paus Fransiskus. Selama masa berkabung, ada beberapa hal yang dilakukan.

    “Foto atau gambar Paus dalam bingkai diletakkan di depan altar, dan di luar gereja dapat dibuat baliho foto atau gambar Paus serta ucapan duka cita. Selanjutnya memasang bendera Vatikan setengah tiang di depan gereja,” ujarnya.

    Pastor Laurentius Paulus Pitoy MSC mengatakan, berhubung dengan doa-doa dan kegiatan liturgis seperti misa, perlu memperhatikan beberapa hal. Untuk penyebutan nama Paus Fransiskus dalam Doa Syukur Agung ditiadakan.

    “Pada bagian Doa Syukur Agung di mana didoakan orang-orang yang sudah meninggal, dapat disebutkan nama Paus Fransiskus,” ujarnya.

    Selanjutnya untuk bacaan misa, karena dalam oktaf Paskah, diambil dari bacaan harian untuk oktaf Paskah. Sedangkan rumusan doa-doa diambil dari buku Misale Romanum, Buku Misa Orang Mati untuk Paus.

    “Warna liturgi dapat dipilih warna ungu, putih atau hitam. Tapi karena kita dalam oktaf Paskah, maka kiranya lebih tepat adalah warga putih,” tuturnya.

    Diberitakan sebelumnya, pemimpin umat Katolik se dunia, Paus Fransiskus meninggal dunia pada, Senin (21/4/2025) di Vatikan, Italia. Duka cita yang mendalam dirasakan umat Katolik Keuskupan Manado bersama umat Katolik dari berbagai belahan dunia.

    “Kita dikejutkan dengan berita meninggalnya Bapak Suci Paus Fransiskus di Vatikan pada pukul 7:35 pagi,” ujar Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC. 

    Uskup Manado memaparkan, sebagaimana diketahui dari berita bahwa akhir-akhir ini Paus menjalani pemeriksaan dalam kesehatan, dirawat di rumah sakit, dan kemudian sudah kembali di tempatnya. Umat juga menyaksikan Paus tampil di depan umum di Plaza Vatikan untuk menyapa umat dan memberikan berkatnya.

    “Namun hari ini kita mendengarkan berita yang mengejutkan Paus Fransiskus meninggal dunia,” ujar Uskup Manado yang merupakan pemimpin umat Katolik di Provinsi Sulut, Gorontalo, dan Sulteng.

  • Kata Kata Terakhir Paus Fransiskus, Ucapkan Terima Kasih kepada Perawat

    Kata Kata Terakhir Paus Fransiskus, Ucapkan Terima Kasih kepada Perawat

    GELORA.CO – DI antara kata-kata terakhir Paus Fransiskus, ada ucapan terima kasih kepada perawatnya. Orang yang mengawasi kesehatan Paus Fransiskus itu telah membantunya memberikan kejutan kepada umat di Lapangan Santo Petrus pada Hari Paskah dengan tur singkat menggunakan popemobile. Penampilan di atas popemobile itu menjadi yang pertama sejak ia selamat dari pneumonia ganda selama lima minggu.

    “Terima kasih telah membawaku ke lapangan,” kata Fransiskus kepada Massimiliano Strappetti, perawat yang memberikan perawatan 24 jam untuk paus, seperti dilaporkan media resmi Vatikan, Selasa (22/4).

    Sekitar 35 ribu umat Katolik memadati lorong-lorong di dalam Lapangan Santo Petrus pada Minggu (20/4), saat paus melakukan tur, duduk di kursi khusus di bagian belakang popemobile. Terdengar sorakan ‘viva il papa’ (hidup Paus) dan kendaraan itu sesekali berhenti agar Paus Fransiskus bisa memberkati bayi-bayi yang dibawa para ajudan.

    Sisa hari Minggu terakhirnya dijalani dengan normal. Ia makan malam dengan tenang. Tanda-tanda pertama dari ‘penyakit mendadak’ muncul pada pukul 05.30 waktu setempat pada Senin (21/4).

    “Sedikit lebih daripada satu jam kemudian, sambil melambaikan tangan sebagai isyarat perpisahan kepada Strappetti, Paus jatuh koma. Ia tidak menderita, dan semuanya terjadi sangat cepat,” kata pihak Vatikan dalam laporan itu.

    Paus Fransiskus, yang berusia 88 tahun, wafat pada Senin setelah mengalami stroke dan henti jantung. Sebelumnya, ia sempat menjalani perawatan di rumah sakit selama 38 hari karena pneumonia. Namun, ia telah kembali ke Vatikan hampir sebulan lalu dan tampak membaik.

    Paus Fransiskus, yang dikenal sering memaksakan diri hingga kelelahan, menghabiskan hari terakhirnya dengan bekerja. Ia bahkan mengabaikan nasihat dokter yang menyarankan dua bulan istirahat agar tubuh tuanya bisa pulih.

    Media Vatikan menyebut Paus Fransiskus wafat selepas kembali memeluk umat setelah sekian lama. (*)

  • Berkaca dari Paus Fransiskus, Ini Cara Cegah Pneumonia Bilateral

    Berkaca dari Paus Fransiskus, Ini Cara Cegah Pneumonia Bilateral

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan. Paus wafat di usia 88 tahun setelah berjuang melawan komplikasi serius akibat pneumonia bilateral, sebuah kondisi infeksi yang menyerang kedua sisi paru-paru secara bersamaan.

    Kesehatan Paus sempat memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Setelah menjalani pemeriksaan medis lebih lanjut, dokter mendiagnosis Paus Fransiskus menderita pneumonia bilateral atau pneumonia ganda.

    Pneumonia jenis ini adalah bentuk pneumonia yang lebih berat karena memengaruhi kedua paru-paru dan berisiko tinggi menyebabkan kegagalan pernapasan.

    Apa Itu Pneumonia Bilateral?

    Pneumonia bilateral adalah infeksi yang menyerang kedua paru-paru sekaligus. Penyakit ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di kantung udara paru-paru. Akibatnya, pertukaran oksigen terganggu dan penderita mengalami kesulitan bernapas.

    Gejala Umum Pneumonia Bilateral

    Gejala yang muncul bisa berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan infeksinya. Namun secara umum, penderita akan merasakan:

    Sesak napas dan nyeri dada yang kian parah.Batuk parah disertai dahak kuning atau hijau.Demam tinggi disertai menggigil.Tekanan pada dada saat bernapas atau batuk.Mudah lelah meski melakukan aktivitas ringan.Napas cepat dan tidak teratur.Warna kulit dan bibir menjadi pucat atau kebiruan akibat kekurangan oksigen.

    Jika mengalami gejala-gejala di atas, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan medis. Pneumonia bilateral memerlukan penanganan yang cepat agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

    Penyebab Pneumonia Bilateral

    Berikut ini beberapa penyebab umum penyakit ini:

    Bakteri, seperti streptococcus pneumoniae atau haemophilus influenzae.Virus, seperti influenza, Covid-19, atau RSV (respiratory syncytial virus).Jamur, seperti histoplasma dan coccidioides, terutama pada orang dengan daya tahan tubuh rendah.Penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, atau gangguan paru-paru.Sistem kekebalan lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau pengguna obat imunosupresan.Penularan infeksi dari satu paru ke paru yang lain.Pencegahan Pneumonia Bilateral

    Untuk mencegah pneumonia bilateral, langkah-langkah berikut ini bisa diterapkan:

    Hindari area berisiko tinggi, seperti rumah sakit atau panti jompo.Cuci tangan dengan sabun secara rutin.Dapatkan vaksin pneumokokus, terutama bagi lansia.Lakukan vaksinasi flu secara berkala.Selain itu, menjaga pola hidup sehat sangat penting, seperti jauhi alkohol dan rokok, konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan berolahraga teratur.

    Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai pneumonia bilateral, Anda bisa lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan pernapasan, terutama bagi kelompok yang lebih rentan seperti lansia.

  • Prabowo Akan Evakuasi Ribuan Warga Palestina, Ini Kata Muhammadiyah

    Prabowo Akan Evakuasi Ribuan Warga Palestina, Ini Kata Muhammadiyah

    Liputan6.com, Yogyakarta – Rencana pemerintah Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengevakuasi warga Gaza, Palestina ke Indonesia mendapatkan dukungan PP Muhammadiyah. Langkah ini dinilai merupakan satu perwujudan cita-cita mendiang pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus XVI dalam membela bangsa Palestina.

    “Muhammadiyah benar-benar memahami apa yang diinginkan dan disampaikan Presiden Prabowo. Rencana evakuasi seribu warga Palestina ke Indonesia bersifat sementara untuk diberikan pelayanan kesehatan, keselamatan, bahkan pendidikan dengan disekolahkan. Kemudian nanti dikembalikan ke Tanah Air Palestina,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di Yogyakarta, Selasa (22/4/2025).

    Haedar meyakini setiap perjuangan membela rakyat Palestina, semua pihak bisa saling memahami, toleran terhadap keragaman caranya. Ada cara diplomasi, politik dan cara-cara kemanusian yang solutif serta realistis. Apa yang ingin dilakukan Presiden Prabowo terhadap Palestina ini menurut Haedar sudah sejalan dengan visi misi serta apa yang turut dilakukan Muhammadiyah.

    Muhammadiyah sudah lama memberikan pelayanan kesehatan langsung di Gaza. Membangun madrasah-madrasah untuk memenuhi pendidikan anak-anak pengungsi Palestina di Beirut. Bahkan di tanah air, Muhammadiyah membantu menyekolahkan pemuda-pemuda Palestina.

    “Muhammadiyah memberikan solusi. Tentunya Langkah-langkah seperti ini juga menjadi perhatian pemerintah, di tengah upaya membela bangsa Palestina secara bebas aktif dan upaya memecahkan masalah,” lanjutnya.

    Haedar menegaskan, meski sejalan dengan visi PP Muhammadiyah. Namun keinginan Presiden Prabowo mengevakuasi seribu warga Palestina ini harus dengan catatan. Pertama tidak menimbulkan kontroversi, kedua tidak bersifat permanen, dan tidak dalam konsep seperti yang ditawarkan Presiden Amerika Donald Trump. “Indonesia punya kebijakan tegas politik membela Palestina secara bebas aktif dan ini menjadi patokan utama untuk menunjukkan komitmennya,” paparnya.

    Sedangkan bagi negara, tokoh, kelompok yang memiliki komitmen yang sama pada kemerdekaan Palestina. Muhammadiyah ingin adanya pemahaman sehingga tidak muncul penghakiman, kontradiksi yang akhirnya tidak bisa memobilisasi energi positif Bersama membela Palestina.

    Terkait dukungan nyata pada keinginan Presiden Prabowo ini, Haedar menyatakan akan melihat dulu pelaksanaannya. Namun dipastikan Muhammadiyah siap bekerjasama dengan pemerintah dan semua golongan dalam hal penanganan warga Palestina dalam bentuk apapun yang bisa dilakukan.

    Secara keseluruhan Haedar melihat keinginan Presiden Prabowo ini sesuai dengan pesan terakhir mendiang Paus Fransiskus agar terwujudnya perdamaian di Palestina dijadikan jantung, hati dan harapan bagi semua pemimpin maupun tokoh-tokoh bangsa dunia.

    “Mudah-mudahan pesan beliau didengar seluruh tokoh-tokoh maupun pemimpin Israel. Hentikan perang, genosida, agresi dan segala bentuknya. Sudah tidak saatnya lagi lahir pemimpin dunia yang ugal-ugalan, yang mengedepankan kekerasan, agresi apalagi genosida,” tutup Haedar.

  • Alasan Israel Hapus Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus, Begini Kata Jerusalem Post – Halaman all

    Alasan Israel Hapus Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus, Begini Kata Jerusalem Post – Halaman all

    Ini Alasan Israel Hapus Ucapan Belasungkawa Wafatnya Paus, Begini Kata Jerusalem Post

    TRIBUNNEWS.COM- Ada pemandangan yang mengherankan ketika akun resmi media sosial Pemerintah Israel menghapus ucapan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus.

    Pemerintah Israel sempat membagikan dan kemudian menghapus unggahan media sosial yang menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Paus Fransiskus, tanpa menyebutkan alasannya. 

    Sebuah surat kabar Israel mengaitkan keputusan tersebut dengan kritik mendiang Paus terhadap perang di Gaza.

    “Israel hapus cuitan belasungkawa Paus Fransiskus karena takut mendapat reaksi keras,” tulis Jerusalem Post di salah satu judul artikelnya.

    Mantan duta besar Israel untuk Vatikan mengatakan, menghapus cuitan tersebut adalah “sebuah kesalahan” dan “kita tidak seharusnya terus menerus menyimpan dendam seperti ini setelah kematian seseorang.”

    Di antara banyak pesan belasungkawa yang dikirim dari seluruh dunia menyusul wafatnya Paus Fransiskus.

    Namun keheningan hampir total dari pejabat-pejabat Israel tampak sangat menonjol.

    Selain pernyataan Presiden Isaac Herzog, yang menyampaikan belasungkawa kepada dunia Katolik dan menyuarakan harapan bahwa ” kenangannya akan mengilhami tindakan kebaikan dan harapan bagi kemanusiaan,” Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar khususnya tidak mengeluarkan komentar atau mencuit tentang meninggalnya Paus.

    Para pejabat Israel tidak menyembunyikan alasan di balik bungkamnya ini – hal ini terkait langsung dengan pernyataan terbaru Paus mengenai Israel dan perang di Gaza.

    Selama setahun terakhir, Paus Fransiskus mengatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza “bukanlah perang. Melainkan kekejaman,” dan menuduh Israel “membombardir anak-anak dan menembaki mereka dengan senapan mesin.” Ia juga mengklaim bahwa “apa yang terjadi di Gaza memiliki ciri-ciri genosida.”

    Meskipun demikian, sejumlah pejabat Israel mengkritik keputusan untuk tetap diam, dengan alasan bahwa Paus bukan sekadar pemimpin politik.

    Postingan yang Dihapus, Hal yang Mengherankan

    “Saya pikir keputusan itu adalah sebuah kesalahan. Kita seharusnya tidak terus-terusan menyimpan dendam seperti ini setelah kematian seseorang,” kata Raphael Schutz, yang menjabat hingga musim panas lalu sebagai duta besar Israel untuk Vatikan, kepada The Jerusalem Post .

    Ia menegaskan bahwa pernyataan Paus pantas mendapat kecaman keras dan Israel seharusnya menanggapi secara diplomatis saat itu.

    “Namun kini, kita tidak hanya berbicara tentang seorang kepala negara, tetapi juga seorang pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar orang – hampir 20 persen dari seluruh umat manusia. Saya rasa diam saja tidak akan menyampaikan pesan yang tepat.”

    Kementerian Luar Negeri sempat mengunggah pesan di akun media sosial – Instagram, Facebook, dan X – yang berbunyi, “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat.” Namun, unggahan tersebut segera dihapus, sehingga mengundang kontroversi dan perhatian.

    Upacara pemakaman Paus dijadwalkan pada Sabtu pagi. Mengingat kritiknya terhadap Israel di masa lalu dan fakta bahwa pemakaman akan dilaksanakan pada hari Sabat Yahudi, masih belum jelas apakah Israel akan mengirimkan perwakilan resmi.

    Mantan duta besar Schutz yakin Israel harus – dan dapat – mengirim delegasi, meskipun waktunya terbatas.

    “Ini akan menjadi pemakaman yang dihadiri oleh para pemimpin dunia. Jika kami tidak hadir, acara itu akan menjadi sorotan dan berdampak buruk pada kami. Acara itu dapat memperkuat rasa keterasingan, yang sudah meningkat akibat perang yang sedang berlangsung, dan menambah bahan bakar ke dalam api yang tidak perlu. Itu akan sangat disayangkan.”

    Para pejabat di Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada Post bahwa “tweet dan pesan tersebut diunggah karena kesalahan. Kami menanggapi pernyataan Paus yang menentang Israel dan perang selama masa hidupnya, dan kami tidak akan melakukannya setelah kematiannya. Kami menghormati perasaan para pengikutnya.”

    Benjamin Netanyahu Bungkam 

    Ketika seluruh dunia menyatakan turut berkabung atas wafatnya Paus Fransiskus, namun tidak demikian dengan Israel.

    Pemerintah Israel sempat membagikan dan kemudian menghapus unggahan media sosial yang menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Paus Fransiskus, tanpa menyebutkan alasannya. 

    Sebuah surat kabar Israel mengaitkan keputusan tersebut dengan kritik mendiang Paus terhadap perang di Gaza.

    Akun @Israel yang terverifikasi telah mengunggah pesan pada hari Senin di platform media sosial X yang berbunyi: 

    “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat”, disertai gambar Paus yang sedang mengunjungi Tembok Barat di Yerusalem.

    Jerusalem Post mengutip pernyataan pejabat Kementerian Luar Negeri yang mengatakan bahwa Paus telah membuat “pernyataan yang menentang Israel” dan bahwa unggahan di media sosial tersebut telah diterbitkan karena “kesalahan”.

    Kementerian luar negeri, yang menurut platform media sosial X di situs webnya terkait dengan akun @Israel yang terverifikasi, tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    Fransiskus, yang meninggal hari Senin pada usia 88 tahun, mengusulkan November lalu agar masyarakat global mempelajari apakah kampanye militer Israel di Gaza merupakan genosida terhadap rakyat Palestina, dalam beberapa kritiknya yang paling gamblang terhadap perilaku Israel dalam perang dengan Hamas yang dimulai pada Oktober 2023.

    Pada bulan Januari, Paus juga menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai “memalukan” , yang memicu kritik dari kepala rabbi Yahudi di Roma yang menuduh Fransiskus memiliki “kemarahan selektif”.

    Israel mengatakan tuduhan genosida dalam operasinya di Gaza tidak berdasar dan bahwa mereka hanya memburu Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memimpin koalisi sayap kanan partai-partai keagamaan dan nasionalis, belum mengomentari kematian Paus.

    Namun, Presiden Israel Isaac Herzog pada hari Senin mengirimkan pesan belasungkawa kepada umat Kristen di Tanah Suci dan di seluruh dunia, dengan menggambarkan Fransiskus sebagai “seorang pria dengan iman yang dalam dan kasih sayang yang tak terbatas”.

    Hubungan antara Gereja Katolik dan Yudaisme telah membaik dalam beberapa dekade terakhir, setelah berabad-abad permusuhan.

    Paus Fransiskus biasanya berhati-hati selama 12 tahun kepausannya dalam mengambil sisi dalam konflik, dan ia mengutuk pertumbuhan kelompok antisemit, sementara juga berbicara melalui telepon dengan komunitas Kristen kecil di Gaza setiap malam selama perang.

    Fransiskus pada tahun 2014 mengunjungi Tembok Barat – tempat doa paling suci dalam agama Yahudi – dan juga berdoa di bagian tembok yang dibangun oleh Israel di Tepi Barat yang diduduki yang memisahkan Yerusalem dan Betlehem.

     

    SUMBER: JPOST, REUTERS

  • Uskup Surabaya Berharap Kepemimpinan Paus Baru Sesuai Tanda Zaman

    Uskup Surabaya Berharap Kepemimpinan Paus Baru Sesuai Tanda Zaman

    Surabaya (beritajatim.com) – Uskup Surabaya, Monsinyur (Mgr.) Agustinus Tri Budi Utomo, menyampaikan harapan agar setelah kepemimpinan Paus Fransiskus, Gereja Katolik dapat segera memilih seorang Paus yang sungguh tepat untuk memimpin sesuai dengan tanda-tanda zaman ke depan.

    Hal itu disampaikan Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo atau Uskup Didik setelah memimpin doa kedamaian bagi Sang Paus, di Pekan Oktaf Paskah, bertempat di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus (HKY) Katedral Surabaya, pada hari Selasa (22/4/2025) kemarin.

    “Kita semua memohon bahwa segera terpilih Paus baru. Dengan demikian akan segera mendapatkan kepemimpinan baru di dalam Gereja Katolik dan mendapatkan uskup yang sungguh-sungguh tepat bagi tanda-tanda zaman ke depan. Itu yang menjadi harapan dan doa kami pada sore hari ini,” kata Uskup Didik.

    Uskup Didik, juga menyampaikan ungkapan terimakasih kepada segenap umat dari berbagai komunitas dan masyarakat lintas agama. Atas perhatian dan juga belasungkawa, yang diberikan atas wafatnya Sri Paus.

    “Hampir semua lintas Agama, bukan sekedar ucapan bela sungkawa, ungkapan ucapan teman-teman dari berbagai lapisan masyarakat ini lebih menunjukkan pada sebuah apresiasi atas kepemimpinan Paus Fransiskus,” jelasnya.

    “Kepemimpinan sebagai agamawan atau rohaniwan itu yang di sungguh dihargai oleh teman-teman. Dia (Paus) sebagai teladan yang di satu sisi progresif mengarah ke depan membawa orang untuk berjuang, bagi yang lemah dan yang tersingkirkan,” imbuhnya. [ama/but]

     

  • Menyoal Stroke yang Memicu Gagal Jantung, Dialami Paus Fransiskus Sebelum Wafat

    Menyoal Stroke yang Memicu Gagal Jantung, Dialami Paus Fransiskus Sebelum Wafat

    Jakarta

    Paus Fransiskus meninggal dunia pada usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025), sebulan setelah keluar dari rumah sakit. Vatikan mengatakan pemimpin Gereja Katolik Roma itu meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.

    Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak tersumbat atau berkurang, sehingga jaringan otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi. Stroke juga dapat terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau pecah, yang menyebabkan perdarahan di otak.

    Paus Fransiskus mengalami stroke serebral yang fatal pada tanggal 21 April 2025, karena kombinasi usia lanjut (88) dan kondisi kesehatan serius yang mendasarinya. Ia mengidap tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, penyakit paru-paru (bronkiektasis), dan baru saja pulih dari pneumonia ganda dan gagal napas akut,” kata dr Praveen Gupta, Direktur Utama & Kepala Neurologi, Fortis Gurgaon, kepada TOI Digital.

    “Faktor-faktor ini, bersama dengan tuntutan fisik dan emosional dari perannya, membuatnya sangat rentan terhadap stroke,” lanjutnya lagi.

    Pernyataan kematian menyebutkan bahwa Pope mengidap diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko stroke. Sementara kondisi paru-paru kronis yang disebut bronkiektasis membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru dan pneumonia.

    dr Burton Dickey, seorang dokter spesialis paru dan perawatan kritis di MD Anderson Cancer Center, Houston, mengatakan kepada New York Times bahwa ketika infeksi terjadi pada pasien dengan bronkiektasis, kondisinya bisa memburuk dengan cepat.

    Dalam kasus seperti itu, infeksi saluran napas ringan dapat menyebar ke kantung udara kecil tempat paru-paru dan darah bertukar oksigen serta karbon dioksida, yang kemudian menyebabkan pneumonia. Kondisi ini dapat meningkatkan kecenderungan terbentuknya bekuan darah, sehingga risiko stroke pun meningkat.

    Stroke dapat menyebabkan koma, seperti yang terjadi dalam kasus Paus. Stroke yang dialami PausFransiskus menyebabkan “kolapskardiosirkulasi,” yaitu kondisi ketika jantung dan paru-paru tidak lagi mampu berfungsi.

    Ada beberapa cara stroke dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular. Stroke dapat memengaruhi bagian otak yang mengendalikan fungsi jantung atau dapat menyebabkan pembengkakan otak yang menciptakan tekanan dan menggerakkan jaringan otak, yang menyebabkan tubuh mati.

    Pada beberapa pasien, stroke dapat terjadi bersamaan atau memicu serangan jantung, yang dengan sendirinya dapat menyebabkan kolapsnya sistem kardiovaskular.

    Selain itu, tanda-tanda stroke secara umum meliputi:

    Mati rasa tiba-tiba: Tidak merasakan sensasi apa pun atau sensasi kesemutan di wajah, tangan, kaki, lengan, tungkai, atau ekstremitas lainnya dapat menjadi tanda peringatan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada satu sisi tubuh.Kebingungan: Orang yang mengidap stroke mungkin tidak dapat memahami situasi mereka atau kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih. Mereka mungkin memiliki ekspresi bingung di wajah mereka, mengalami kesulitan fokus, atau mengalami kesulitan dalam membuat keputusan.Sakit kepala parah: Banyak orang mungkin mengalami sakit kepala atau nyeri tiba-tiba atau parah di kulit kepala atau leher tanpa penyebab yang diketahui. Mereka mungkin memiliki kepekaan cahaya dan rasa tidak nyaman di kepala mereka.Kehilangan keseimbangan: Stroke juga dapat menyebabkan masalah dalam berdiri, berjalan, atau bergerak sama sekali. Orang yang terkena dampak mungkin mulai tersandung atau tiba-tiba menjadi sangat kikuk. Mereka mungkin juga kesulitan memegang barang dengan benar.Pusing: Merasa pusing atau sensasi berputar bisa menjadi tanda bahaya stroke.Penglihatan kabur: Orang mungkin mengalami masalah dengan penglihatan mereka dan mereka mungkin mulai menyipitkan mata atau menggosok mata mereka, tidak dapat membaca apa pun.Kesulitan berbicara: Tidak dapat berbicara, berbicara tidak jelas atau tidak jelas, atau menggunakan kata-kata dengan tidak benar. Kelemahan: Kurangnya kekuatan di wajah, lengan, atau kaki dapat mengindikasikan stroke.

    (suc/kna)

  • Absen Pemakaman Paus Fransiskus, Prabowo Berencana Kirim Utusan ke Vatikan

    Absen Pemakaman Paus Fransiskus, Prabowo Berencana Kirim Utusan ke Vatikan

    loading…

    Mensesneg Prasetyo Hadi menyebutkan, Presiden Prabowo Subianto tidak dapat menghadiri langsung prosesi pemakaman pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus. FOTO/SindoNews

    JAKARTA – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyebutkan, Presiden Prabowo Subianto tidak dapat menghadiri langsung prosesi pemakaman pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus . Prabowo berencana mengirim utusan untuk hadir langsung di pemakaman.

    “Oleh karena sesuatu dan lain hal, Bapak Presiden kemungkinan tidak bisa hadir langsung dalam acara pemakaman Paus,” kata Prasetyo kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).

    Prasetyo menyampaikan, Prabowo berencana mengirim utusan atau perwakilan untuk hadir dalam prosesi pemakaman Paus. Meski begitu, Prasetyo belum merinci terkait siapa utusan yang akan mewakili Prabowo dalam prosesi pemakaman tersebut.

    “Beliau (Presiden Prabowo) berencana untuk mengirim utusan. Nah ini sedang kita koordinasikan,” katanya.

    Paus Dimakamkan Pada Sabtu 26 AprilSebelumnya, Misa pemakaman Paus Fransiskus akan diadakan pada Sabtu, 26 April 2025 di Lapangan Santo Petrus, menurut Kantor Pers Takhta Suci. Vatikan menyatakan, ‘Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, akan memimpin upacara tersebut, yang akan diselenggarakan para patriark, kardinal, uskup agung, uskup, dan pendeta dari seluruh dunia.”

    Jenazah mendiang Paus kemudian akan dibawa ke Basilika Santo Petrus dan selanjutnya ke Basilika Santa Maria Maggiore untuk dimakamkan. Vatikan telah mengonfirmasi jenazah Paus akan disemayamkan di dalam Basilika Santo Petrus mulai Rabu pagi, di mana umat beriman akan diizinkan memberikan penghormatan terakhir.

    Upacara penghormatan terakhir akan dimulai pukul 9:00 pagi pada tanggal 23 April dan berlanjut hingga hari pemakaman. Fransiskus meninggal pada Senin Paskah pada usia 88 tahun, menurut Takhta Suci. Ia meninggal di kediamannya di Casa Santa Marta, Kota Vatikan.

    Penyebab resmi kematiannya adalah “stroke, diikuti koma dan kolaps kardiosirkulasi ireversibel,” menurut Dr. Andrea Arcangeli, Direktur Direktorat Kesehatan dan Kebersihan Negara Kota Vatikan.

    Paus juga menderita berbagai penyakit kronis, termasuk pneumonia, hipertensi, dan diabetes.

    (abd)

  • Ketika Dunia Berkabung Paus Fransiskus Wafat, Selebrasi dan Kritikan Muncul di Israel – Halaman all

    Ketika Dunia Berkabung Paus Fransiskus Wafat, Selebrasi dan Kritikan Muncul di Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pengumuman wafatnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4/2025) pagi membuat seluruh dunia berkabung.

    Namun, tidak dengan Israel yang merasa Paus Fransiskus telah mengecewakan negara Yahudi tersebut.

    Seperti mantan duta besar Israel untuk Vatikan, Rafi Schutz, yang menyebut Paus Fransiskus telah mengecewakan Israel.

    Schutz mengatakan, posisi Paus Fransiskus terhadap Israel setelah perang dimulai di Gaza pantas mendapatkan “kritikan keras”.

    Hal tersebut, kata Schutz, menandai pukulan signifikan terhadap hubungan Israel dengan Vatikan.

    Sementara itu, surat kabar Israel Hayom mengatakan, Paus Fransiskus akan dikenang di Israel, terutama karena pernyataan kerasnya terhadap perang di Gaza.

    Senada dengan surat kabar tersebut, Channel 14 yang berhaluan ekstrem juga menyebut Paus sebagai kritikus paling keras Israel.

    Dikutip dari Middle East Eye, seorang pemimpin redaksi Jerusalem Post menggambarkan kritik Paus Fransiskus terhadap Israel dan dukungannya terhadap Palestina yang diserangnya sebagai “dukungan tanpa syarat untuk Hamas”.

    “Ada optimisme tertentu di dunia Yahudi ketika ia diangkat,” kata Zvika Klein, pemimpin redaksi Jerusalem Post.

    “Ada kekecewaan yang sangat besar di sini dari pihak Israel dan Yahudi (akibat) pernyataan-pernyataan keras terutama dalam beberapa bulan terakhir,” lanjutnya.

    Paus secara vokal dan berulang kali mengkritik perang Israel di Jalur Gaza, khususnya pembunuhan anak-anak Palestina, sehingga memicu kemarahan politisi Israel.

    Dia melakukan panggilan telepon hampir setiap malam dengan komunitas Kristen Gaza selama perang, yang mereka katakan merupakan sumber penghiburan dan kenyamanan.

    Pada Desember, kementerian luar negeri Israel memanggil diplomat tinggi Vatikan setelah komentar Paus Fransiskus yang menuduh Israel melakukan “kekejaman” di Gaza.

    Tak hanya kritikan, selebrasi atas kematian Paus Fransiskus juga menggaung di media sosial Israel.

    Banyak warga Israel biasa menggunakan media sosial untuk mengekspresikan kepuasan mereka atas kematian Paus karena pendiriannya terhadap perang Israel.

    Di Facebook, pengguna media sosial mengkategorikan Paus Fransiskus sebagai “pembenci Yudaisme”.

    Di bawah  postingan Kan 11 tentang kematian Paus, seorang pengguna menulis: “Saya tidak peduli dengan orang tua psikotik ini, yang membenci Israel”.

    Dalam laporan Ynet, yang lain menulis: “Paus Fransiskus akan dikenang sebagai orang yang secara konsisten mendukung antisemitisme modern,” dan menambahkan bahwa dunia “lebih baik tanpanya”.

    Di akun berita Walla, seorang pengguna menyebutnya “seorang bid’ah yang mendukung Nazi Hamas”.

    Dan yang lain bertanya: “Mengapa Anda mengumumkan di media Yahudi tentang seorang pembenci Israel yang meninggal?”

    Meski banyak yang mengutarakan kebencian terhadap Paus, namun banyak juga orang Israel yang merasa kehilangan atas kematiannya.

    Presiden Israel, Isaac Herzog, menulis di X, ia menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada dunia Kristen dan khususnya komunitas Kristen di Israel.

    “Saya sungguh berharap doanya untuk perdamaian di Timur Tengah dan untuk pemulangan para sandera dengan selamat akan segera terkabul.”

    “Semoga kenangannya terus menginspirasi tindakan kebaikan, persatuan, dan harapan,” kata Herzog.

    Paus Fransiskus Disemayamkan

    JENAZAH PAUS FRANSISKUS – Tangkapan layar YouTube Vatican News yang diambil pada Selasa (22/4/2025) menunjukkan Kardinal Camerlengo Kevin Farrell memimpin upacara penetapan kematian dan penempatan jenazah mendiang Paus Fransiskus dalam peti jenazah, yang berlangsung pada Senin malam di kapel Casa Santa Marta. Dalam gambar tersebut, Paus tampak mengenakan jubah kepausan berwarna merah dan sebuah rosario yang diletakkan di tangannya, simbol iman dan pengabdian yang ia pegang teguh sepanjang masa kepemimpinannya. (Tangkapan layar YouTube Vatican News)

    Sebelum upacara pemakaman Paus Fransiskus yang diadakan pada Sabtu (26/4/2025) di Lapangan Santo Petrus, para kardinal Katolik Roma menyiapkan panggung untuk upacara khidmat.

    Saat ini, jenazah Paus Fransiskus disemayamkan di kapel kediaman Santa Marta, tempat ia tinggal selama 12 tahun masa kepausannya.

    Jenazahnya akan dibawa ke Basilika Santo Petrus yang berdekatan pada Rabu pagi pukul 09.00 waktu setempat, dalam sebuah prosesi yang akan dipimpin oleh para kardinal.

    Dikutip dari Reuters, ia akan disemayamkan di sana hingga Jumat malam pukul 19.00 waktu setempat.

    Upacara pemakamannya akan diadakan pada pukul 10.00 pagi hari berikutnya di Lapangan Santo Petrus, di depan basilika abad ke-16.

    Upacara tersebut akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, dekan berusia 91 tahun dari Dewan Kardinal.

    Berbeda dengan sebelumnya, Paus Fransiskus mengonfirmasi dalam surat wasiat terakhirnya bahwa ia ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma dan bukan di Basilika Santo Petrus, tempat banyak pendahulunya dimakamkan.

    Meninggalnya Fransiskus telah memicu berbagai ritual kuno, karena Gereja yang beranggotakan 1,4 miliar jiwa ini memulai transisi dari satu Paus ke Paus lainnya.

    Termasuk pemecahan “Cincin Nelayan” dan segel timah milik Paus, yang digunakan semasa hidupnya untuk menyegel dokumen, sehingga dokumen tersebut tidak dapat digunakan oleh orang lain.

    Saat umat Katolik di seluruh dunia berduka atas meninggalnya Paus Fransiskus, semua kardinal di Roma dipanggil ke sebuah pertemuan pada hari Selasa untuk memutuskan urutan acara dalam beberapa hari ke depan dan meninjau jalannya Gereja sehari-hari pada periode sebelum paus baru terpilih.

    Konklaf untuk memilih paus baru biasanya berlangsung 15 hingga 20 hari setelah kematian seorang paus, yang berarti konklaf tidak boleh dimulai sebelum tanggal 6 Mei.

    Tanggal pastinya akan diputuskan oleh para kardinal setelah pemakaman Fransiskus.

    Sekitar 135 kardinal memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara rahasia, yang dapat berlangsung selama berhari-hari sebelum asap putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina memberi tahu dunia bahwa seorang paus baru telah dipilih.

    (*)

  • Menanti Penerus Paus Fransiskus

    Menanti Penerus Paus Fransiskus

    Mekanisme Pemilihan Paus

    Foto: AFP/FILIPPO MONTEFORTE

    Dirangkum dari katolisitas.org, The Guardian, dan BBC, para kardinal di seluruh dunia di bawah 80 tahun akan berkumpul di Vatikan untuk mengadakan konklaf. Para kardinal pemilih akan berkumpul di salah satu kapel di Vatikan. Pada konklaf terakhir 2013, berkumpul 115 kardinal pemilih dari seluruh dunia.

    Para kardinal pemilih mengenakan jubah merah dengan perlengkapannya untuk sebuah peristiwa penting. Garda Swiss penjaga Vatikan mengawal dan memastikan tidak ada pihak luar yang berkontak dengan para kardinal pemilih atau sebaliknya pada saat proses konklaf.

    Salah satu kapel telah disiapkan untuk prosesi konklaf, termasuk cerobong asap, pembakar kertas suara pemilihan, pencabutan segala jaringan telepon, internet, pembersihan surat-surat kabar dan merusak sintal handphone untuk menghindari kontak dengan dunia luar.

    Tidak tertutup kemungkinan bagi para kardinal untuk bersalaman satu dengan yang lain. Namun, mereka harus menghindari pembicaraan yang berkaitan dengan calon kandidat pilihan mereka atau segala diskusi lainnya.

    Setelah kardinal pemilih berkumpul, pintu kapel ditutup sebagai tanda penarikan diri mereka dari dunia luar dan konklaf secara resmi dapat dimulai. Para kardinal pemilih mengurus segala sesuatu secara sendiri, akan dipilih 3 kardinal termuda sebagai tenaga pelancar prosesi konklaf.

    Sebelum pemilihan dimulai, masing-masing kardinal dibagikan sebuah kertas pemilih, di atas kertas tertera sebuah kalimat Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum, artinya: Saya memilih Pemimpin Tertinggiku, di bagian ada ruang untuk menulis nama orang yang ingin dipilih.

    Setelah seluruh kardinal memilih, sudah disediakan sebuah piala tempat mereka memasukkan kertas suara mereka. Singkat penjelasan, tahap selanjutnya menghitung kertas suara dan mengumpulkan suara, lalu mengumumkan hasil pemilihan.

    Seandainya seorang calon terpilih dengan suara mayoritas, artinya dua pertiga dari jumlah seluruh pemilih, maka dengan itu seorang Paus sudah terpilih. Jika belum ada minimal mayoritas dua pertiga, pemilihan dilanjutkan ke putaran berikutnya.

    Jika lebih dari putaran ke-30 dan belum juga terpilih seorang Paus, 2 kandidat dengan perolehan suara terbanyak akan dipilih oleh para kardinal, kedua yang terpilih ini otomatis kehilangan hak memilih.

    Pada bagian akhir, kertas-kertas suara dilubangkan dan disatukan pada seutas benang, kemudian dimasukkan ke pembakar untuk dibakar. Jika putaran tersebut belum menghasilkan Paus baru, kertas-kertas itu dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna hitam keluar dari cerobong. Asap warna hitam memberikan tanda kepada umat Katolik seluruh dunia bahwa Paus belum terpilih.

    Bila dalam sebuah putaran telah menghasilkan suara mayoritas, artinya seorang Paus sudah terpilih, kardinal dekan menanyakan apakah dia menerima pemilihan tersebut. Jika dia menjawab ‘Iya’ sebagai tanda kesediaanya, pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus.

    Kertas-kertas suara kemudian dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki seorang Paus. Asap putih dari cerobong di atas atap kapel akan diiringi dengan bunyi lonceng gereja.

    Kardinal diakon kemudian tampil di Balkon Santo Santo Paulus, lalu mengumumkan nama Paus baru dengan menyebut: Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus Papam, artinya: Saya mengumumkan kepada Anda kalian sebuah kegembiraan besar. Kita mempunyai seorang Paus.

    Akhirnya, lalu Paus baru tampil di balkon menyapa umat yang hadir di lapangan Basilika Santo Petrus dan seluruh dunia. Setelah itu, Paus baru membawakan sebuah wejangan singkat untuk seluruh umat.

    Kandidat Pengganti Paus Fransiskus

    Foto: (AP Photo/Andrew Medichini)

    Kandidat potensial pengganti Paus Fransiskus berasal dari berbagai belahan dunia dari Asia, Afrika, Amerika Utara, dan Eropa.
    Paus dipilih melalui proses rahasia yang penuh ritual dikenal sebagai konklaf, yang digelar di Kapel Sistina, Vatikan.

    Dalam ritual itu hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang berhak memilih, dan biasanya sekitar 120 kardinal berpartisipasi dalam konklaf. Berikut adalah beberapa kandidat potensial:

    Kardinal Luis Antonio Tagle (67, Filipina, Kepala Evangelisasi Vatikan)

    Dijuluki “Fransiskus dari Asia” karena dikenal fokus pada isu keadilan sosial. Tagle dianggap kandidat favorit dan bisa menjadi paus Asia pertama, seperti Fransiskus yang menjadi paus pertama dari benua Amerika. Di atas kertas, Tagle tampaknya memenuhi semua syarat untuk menjadi paus. Namun, prospeknya mungkin meredup akibat tuduhan perundungan institusional di Caritas Internationalis, sebuah asosiasi amal Katolik global yang ia pimpin selama beberapa tahun. Takhta Suci memberhentikan Tagle dari jabatan tersebut pada 2022.

    Kardinal Pietro Parolin (70, Italia, Sekretaris Negara Vatikan)

    Parolin berpotensi menjadi jembatan antar-faksi Gereja. Parolin telah menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013 dan termasuk di antara kandidat terkuat untuk menjadi paus. Posisinya merupakan yang tertinggi kedua dalam hierarki, setelah paus. Sebagai diplomat karier, ia mendapat kritik dari kalangan konservatif atas perannya dalam perjanjian dengan Beijing terkait pengangkatan uskup di Cina yang dikuasai Partai Komunis. Jika terpilih, Parolin akan membawa kembali kepausan ke tangan bangsa Italia setelah tiga paus non-Italia.

    Kardinal Peter Turkson (76, Ghana, pejabat dan diplomat Vatikan)

    Sebagai calon paus pertama dari Afrika sub-Sahara, Turkson memadukan pengalaman pastoral di Ghana dengan keterampilan diplomatik dan pengalaman kepemimpinan di Vatikan. Paus Fransiskus pernah mengutus Turkson sebagai utusan khususnya untuk misi perdamaian di Sudan Selatan. Kemampuan komunikasinya yang kuat serta asal-usulnya dari salah satu wilayah Gereja yang paling dinamis di tengah tantangan sekularisme di Eropa menjadi nilai tambah yang memperkuat kredibilitasnya.

    Kardinal Marc Ouellet (79, Kanada, mantan Kepala Kantor Uskup Vatikan)

    Seorang veteran dalam lingkaran dalam Vatikan dengan pengalaman global, Ouellet telah lama disebut-sebut dalam diskusi suksesi kepausan. Secara teologis Ia merupakan seorang konservatif dan memiliki kemampuan dalam berbagai bahasa, hal ini membuat sosoknya menarik simpati kalangan tradisionalis. Ia pernah menghadapi tuduhan pelanggaran dalam beberapa tahun terakhir, namun hal tersebut telah dibantah.

    Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (65, Kongo, Uskup Agung Kinshasa)

    Disebut sebagai bintang yang tengah naik daun dari Afrika, Ambongo menggabungkan pandangan tradisional yang tegas dengan advokasi keadilan sosial. Ia menjadi suara penting bagi Gereja di benua yang pertumbuhannya sangat pesat itu. Di saat yang sama, Ia juga dikenal vokal menolak terhadap pemberkatan pasangan sesama jenis. Hal itu telah mengangkat profilnya secara internasional, sekaligus memperkuat posisinya di mata kalangan konservatif.

    Kardinal Matteo Zuppi (69, Italia, Uskup Agung Bologna)

    Sering dijuluki “Bergoglio dari Italia” karena keselarasan pandangannya dengan Paus Fransiskus, Zuppi dikenal sebagai “pastor jalanan” karena fokus pada kaum miskin dan migran, serta menghindari hidup dalam kemewahan, bahkan Ia kadang memilih naik sepeda daripada menggunakan mobil dinas. Namun, faksi-faksi Gereja yang lebih konservatif mungkin bersikap waspada terhadap kecenderungan pandangan progresifnya.

    Kardinal Jean-Marc Aveline (66, Prancis, Uskup Agung Marseille)

    Aveline dikenal karena selera humornya dan hubungan baiknya dengan Paus Fransiskus, terutama dalam isu imigrasi dan hubungan dengan umat Muslim. Jika terpilih, Aveline akan menjadi paus pertama asal Prancis sejak abad ke-14 dan yang termuda sejak Paus Yohanes Paulus II. Ia memahami bahasa Italia, meski belum fasih berbicara dalam bahasa itu, hal ini disebut bisa menjadi kelemahan dalam peran sebagai seorang Paus yang sekaligus menjadi Uskup Roma.

    Kardinal Peter Erdo (72, Hungaria, Uskup Agung Esztergom-Budapest)

    Meski dikenal sebagai seorang pembela ajaran dan doktrin Katolik tradisional, Erdo tetap mampu membangun hubungan dengan dunia progresif dari Paus Fransiskus. Ia pernah menjadi kandidat paus pada tahun 2013. Fasih dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Italia, Erdo mungkin tidak dianggap karismatik, tetapi tetap menarik bagi mereka yang menginginkan kepausan yang lebih stabil.

    Kardinal Mario Grech (68, Malta, Sekretaris Jenderal Sinode Uskup)

    Awalnya dianggap konservatif, Grech kini menjadi sosok terdepan dalam mendorong reformasi yang diinisiasi Paus Fransiskus. Pada tahun 2014, ia menyerukan sikap yang lebih terbuka terhadap umat Katolik LGBTQ+, pidatonya itu juga dipuji oleh Fransiskus. Perannya yang menonjol di Vatikan dan hubungan baik dengan lintas faksi membuatnya berada dalam posisi yang kuat untuk menduduki takhta tertinggi.

    Kardinal Juan Jose Omella (79, Spanyol, Uskup Agung Barcelona)

    Dikenal dekat dengan Paus Fransiskus, Omella menjalani hidup sederhana meskipun menduduki posisi senior. Diangkat menjadi kardinal pada 2016, ia bergabung dalam dewan penasihat beranggotakan sembilan orang yang dipilih paus pada 2023. Kedekatannya dengan Fransiskus bisa menjadi kelemahan jika konklaf menginginkan perubahan nada atau arah kepemimpinan.

    Kardinal Joseph Tobin (72, AS, Uskup Agung Newark)

    Meskipun seorang paus asal AS dianggap mustahil, Tobin adalah kandidat yang paling mungkin menjadi kandidat Paus. Lahir di Detroit dan fasih berbahasa Italia, Spanyol, Prancis, dan Portugis, ia dipuji karena berhasil mengelola skandal pelecehan seksual besar di posisinya saat ini. Ia juga dikenal karena keterbukaannya terhadap komunitas LGBTQ+.

    Kardinal Angelo Scola (83, Italia, mantan Uskup Agung Milan)

    Pernah jadi kandidat kuat pada 2013. Pendukung Scola memuji kecerdasannya dalam teologi dan posisinya yang baik di antara mereka yang mendukung Gereja yang lebih terpusat dan hierarkis. Namun, ia telah melewati batas usia 80 tahun untuk memberikan suara dalam konklaf kepausan. Meskipun secara teknis seorang paus dapat dipilih dari luar pemilih, hal ini jarang terjadi di zaman modern.

    Namun, seperti yang dikatakan dalam pepatah lama, “Kardinal muda memilih paus tua.” Pepatah ini menjadi mencerminkan pola tradisional dalam ritual konklaf kepausan, yang menunjukkan bahwa kardinal muda lebih memilih paus yang lebih tua atau mungkin seseorang yang tidak akan menjabat terlalu lama.