Tag: Paus Benediktus

  • Profil Luis Antonio Tagle, Kandidat Kuat Pengganti Faus Fransiskus dari Asia

    Profil Luis Antonio Tagle, Kandidat Kuat Pengganti Faus Fransiskus dari Asia

    PIKIRAN RAKYAT – Kardinal Luis Antonio Gokim Tagle digadang-gadang sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus Jorge Mario Bergoglio, yang meninggal pada Senin Paskah, 21 April 2025.

    “Ia merupakan okoh penting dalam Gereja Katolik dunia, dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, rendah hati, dan dekat dengan umat,” demikian dikutip dari laman resmi Press Vatikan.

    Ia kini menjabat sebagai Pro-Prefek Bagian Evangelisasi Pertama dan Gereja-Gereja Khusus Baru dari Dikasteri untuk Evangelisasi, serta Rektor Agung Universitas Kepausan Urbaniana.

    Sebelumnya, ia merupakan Uskup Agung Metropolitan Manila. Simak profil selengkapnya!

    Profil, Pendidikan, hingga Karier Keagamaan Luis Antonio Tagle

    Tagle lahir pada 21 Juni 1957 di Manila, Filipina. Pendidikan agamanya dimulai di Sekolah Santo Andreas, Parañaque, yang kala itu dikelola oleh para Misionaris Scheut.

    Ia kemudian masuk Seminari Santo Yosef di Manila, dikelola oleh Serikat Yesus (Jesuit), di mana ia mempelajari filsafat dan teologi.

    Ia ditahbiskan sebagai diakon (pelayan) pada 18 Juli 1981 dan menjadi imam pada 27 Februari 1982.

    Selama tiga tahun pertama, ia melayani di paroki dan menjadi pembimbing rohani di Seminari Keuskupan Imus, bahkan kemudian menjabat sebagai rektor. Ia juga mengajar filsafat dan teologi di berbagai seminari di Filipina.

    Tahun 1985, ia melanjutkan studi di Catholic University of America, Washington D.C., dan meraih lisensi dan doktor teologi sistematik dengan predikat summa cum laude.

    Sekembalinya ke Filipina pada 1992, ia kembali memimpin seminari dan aktif dalam berbagai kegiatan keuskupan dan Konferensi Waligereja Asia. Ia juga dikenal sebagai pembicara ulung dan sering memberi retret dan seminar, baik di dalam maupun luar negeri.

    Pada 22 Oktober 2001, ia diangkat menjadi Uskup Imus dan ditahbiskan pada 12 Desember. Ia aktif melibatkan kaum muda, bahkan menyapa mereka lewat siaran video mingguan. Sepuluh tahun kemudian, pada 13 Oktober 2011, ia diangkat menjadi Uskup Agung Manila.

    Kardinal Tagle juga berperan penting dalam Sinode Para Uskup, menjadi Presiden Delegasi dalam dua sidang besar pada 2014 dan 2015 yang membahas tantangan pastoral keluarga. Pada Mei 2015, ia menjadi Presiden Caritas Internationalis, lembaga kemanusiaan Katolik global.

    Tagle Pilih Paus Fransiskus Tahun 2013 Silam

    Ia turut ambil bagian dalam konklaf Maret 2013 yang memilih Paus Fransiskus. Pada 8 Desember 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Ia telah menjadi Kardinal sejak diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada 24 November 2012.

    Pada 1 Mei 2020, Paus Fransiskus mengangkatnya ke jajaran Kardinal Uskup, peringkat tertinggi dalam hierarki Kardinal, sejajar dengan para pemegang gelar gereja suburbikar.

    Kardinal Tagle juga menjadi anggota berbagai lembaga penting di Vatikan, termasuk Dikasteri untuk Pendidikan dan Budaya, Hidup Bakti, Gereja-Gereja Timur, Liturgi dan Sakramen, hingga Dialog Antaragama. Ia juga duduk di Dewan Pengawas Bank Vatikan dan menjabat dalam hubungan internasional Sekretariat Negara.

    Dengan rekam jejak dan keterlibatannya yang luas, Kardinal Tagle tidak hanya menjadi figur penting di Asia, tapi juga berpengaruh dalam arah Gereja Katolik dunia.

    Rangkuman perjalanan Kardinal Luis Antonio Tagle:

    1957 – Lahir pada 21 Juni di Manila, Filipina. 1970-an – Menempuh pendidikan di Sekolah Santo Andreas dan Seminari Santo Yosef, Manila. 1981 – Ditahbiskan sebagai diakon pada 18 Juli. 1982 – Ditahbiskan menjadi imam pada 27 Februari; mulai melayani di paroki dan menjadi rektor seminari. 1985 – Melanjutkan studi teologi sistematik di Catholic University of America, Washington D.C. 1987–1991 – Meraih lisensi dan doktor teologi sistematik dengan predikat summa cum laude. 1992 – Kembali ke Filipina, memimpin seminari dan aktif dalam kegiatan keuskupan dan Konferensi Waligereja Asia. 2001 – Diangkat sebagai Uskup Imus pada 22 Oktober dan ditahbiskan pada 12 Desember; aktif menyapa kaum muda. 2011 – Diangkat sebagai Uskup Agung Manila pada 13 Oktober. 2012 – Diangkat sebagai Kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 24 November. 2013 – Mengikuti konklaf yang memilih Paus Fransiskus. 2014–2015 – Menjadi Presiden Delegasi dalam dua Sinode Para Uskup tentang keluarga. 2015 – Diangkat sebagai Presiden Caritas Internationalis pada Mei. 2019 – Diangkat sebagai Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa oleh Paus Fransiskus pada 8 Desember. 2020 – Diangkat sebagai Kardinal Uskup oleh Paus Fransiskus pada 1 Mei. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Paus Fransiskus Tutup Usia, Simak Daftar Paus dari Masa ke Masa

    Paus Fransiskus Tutup Usia, Simak Daftar Paus dari Masa ke Masa

    Jakarta: Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025. Paus meninggal di usia 88 tahun.

    “Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan yang mendalam saya harus mengumumkan kematian Bapa Suci kita Fransiskus,” kata Kardinal Kevin Farrell mengumumkan di saluran TV Vatikan.

    “Pukul 7:35 pagi ini Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya,” lanjutnya.

    Paus Fransiskus memiliki nama Jorge Mario Bergoglio. Ia menjadi Paus Gereja Katolik ke-266 yang terpilih pada hari kedua Konklaf Kepausan 2013 pada 13 Maret 2013. 
     

    Paus Fransiskus adalah imam Yesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih sebagai Paus. Ia juga menjadi Paus non-Eropa pertama dan orang dari Belahan Bumi Selatan pertama sejak Paus Gregorius III dari Suriah wafat pada 741.

    Selain menjabat sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, Paus juga merupakan kepala negara dari Negara Kota Vatikan. 
    Daftar Paus dari masa ke masa:

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-1:

    Santo Petrus (30-64)
    Santo Linus (64-76)
    Santo Anakletus (76-88)
    Santo Klemens I (88-99)
    Santo Evaristus (99-105)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-2:

    Santo Aleksander I (105-115)
    Santo Sixtus I (115-125)
    Santo Telesphorus (125-136)
    Santo Higinus (136-140)
    Santo Pius I (140-142)
    Santo Aniketus (155-166)
    Santo Soterius (166-174)
    Santo Eleuterus (174-189)
    Santo Viktor I (189-198)
    Santo Zefirinus (199-217)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-3:

    Santo Kallistus I (217-222)
    Santo Urbanus I (222-230)
    Santo Pontianus (230-235)
    Santo Anterus (235-236)
    Santo Fabianus (236-250)
    Santo Kornelius (251-253)
    Santo Lusius I (253-254)
    Santo Stefanus I (254-257)
    Santo Sixtus II (257-258)
    Santo Dionisius (259-268)
    Santo Feliks I (269-274)
    Santo Eutikianus (275-283)
    Santo Caius (283-296)
    Santo Marselinus (296-308)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-4:

    Santo Marsellus I (308-309)
    Santo Eusebius (309-311)
    Santo Meltiades (311-314)
    Santo Silvester I (314-336)
    Santo Markus (336-337)
    Santo Julius I (337-352)
    Paus Liberius (352-366)
    Santo Damasus I (366-384)
    Santo Sirikus (384-399)
    Santo Anastasius I (399-401)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-5:

    Santo Innosensius I (401-417)
    Santo Zosimus (417-418)
    Santo Binifasius I (418-422)
    Santo Selestinus I (422-432)
    Santo Sixtus III (432-440)
    Santo Leo I (440-461)
    Santo Hilarius (461-468)
    Santo Simplisius (468-483)
    Santo Feliks III (483-492)
    Santo Gelasius I (492-496)
    Paus Anatasius II (496-498)
    Santo Symnakus (498-514)

    Daftar Paus Katolik Abad ke-6:

    Santo Hormidas (514-523)
    Santo Yohanes I (523-526)
    Santo Feliks IV (526-530)
    Paus Bonifasius II (530-532)
    Paus Yohanes II (533-535)
    Santo Agapitus I (535-536)
    Santo Silverius (536-537)
    Paus Vigilius (537-555)
    Paus Pelagius I (556-561)
    Paus Yohanes III (561-574)
    Paus Benediktus I (575-579)
    Paus Pelagius II (579-590)
    Santo Gregorius I Agung (590-604)

    Paus Katolik Abad ke-7:

    Paus Sabianus (604-606)
    Paus Bonifasius III (607)
    Santo Bonifasius IV (608-615)
    Santo Adeodatus I (615-618)
    Paus Bonifasius V (619-625)
    Paus Honorius I (625-638)
    Paus Severinus (640)
    Paus Yohanes IV (640-642)
    Paus Theodorus I (642-649)
    Santo Martinus I (649-654)
    Santo Eugenius I (654-657)
    Santo Vitalianus (657-672)
    Paus Adeodatus II (672-676)
    Paus Donus (676-678)
    Santo Agathus (678-681)
    Santo Leo II (682-683)
    Santo Benediktus II (684-685)
    Paus Yohanes V (685-686)
    Paus Conon (686-687)
    Santo Sergius I (687-701)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-8:

    Paus Yohanes VI (701-705)
    Paus Yohanes VII (705-707)
    Paus Sininnius (708)
    Paus Konstantinus (708-715)
    Santo Gregorius II (715-731)
    Santo Gregorius III (731-741)
    Santo Zakarias (741-752)
    Paus Stefanus II (752-757)
    Santo Paulus I (757-767)
    Paus Stefanus III (767-772)
    Paus Adrianus I (772-795)
    Santo Leo III (795-816)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-9:

    Paus Stefanus IV (816-817)
    Santo Paskalis I (817-824)
    Paus Eugenius II (824-827)
    Paus Valentinus (827)
    Paus Gregorius IV (827-844)
    Paus Sergius II (844-847)
    Santo Leo IV (847-855)
    Paus Benediktus III (855-858)
    Santo Nikolas I Agung (858-867)
    Paus Adrianus II (867-872)
    Paus Yohanes VIII (872-882)
    Paus Marinus I (882-884)
    Santo Adrianus III (884-885)
    Paus Stevanus V (885-891)
    Paus Formosus (891-896)
    Paus Bonifasius VI (896)
    Paus Stevanus VI (896-897)
    Paus Romanus (897)
    Paus Theodorus II (897)
    Paus Yohanes IX (898-900)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-10:

    Paus Benediktus IV (900-903)
    Paus Leo V (903)
    Paus Sergius III (904-911)
    Paus Anastasius III (911-913)
    Paus Lando (913-914)
    Paus Yohanes X (914-928)
    Paus Leo VI (928-929)
    Paus Stefanus VII (929-931)
    Paus Yohanes XI (931-935)
    Paus Leo VII (936-939)
    Paus Stefanus VIII (939-942)
    Paus Marinus II (942-946)
    Paus Agapitus II (946-955)
    Paus Yohanes XII (955-963)
    Paus Leo VIII (963-964)
    Paus Benediktus V (964)
    Paus Yohanes XIII (965-972)
    Paus Benediktus VI (973-974)
    Paus Benediktus VII (974-983)
    Paus Yohanes XIV (983-984)
    Paus Yohanes XV (985-996)
    Paus Gregorius V (996-999)
    Paus Silvester II (999-1003)

    Daftar Paus Katolik pada abad ke-11:

    Paus Yohanes XVII (tahun 1003)
    Paus Yohanes XVIII (1003-1009)
    Paus Sergius IV (1009-1012)
    Paus Benediktus VIII (1012-1024)
    Paus Yohanes XIX (1024-1032)
    Paus Benediktus IX (1032-1044)
    Paus Silvester III (1045)
    Paus Benediktus IX (1045)
    Paus Gregorius VI (1045-1046) 
    Paus Klemens II (1046-1047)
    Paus Benediktus IX (1047-1048)
    Paus Damasus II (1048)
    Paus Santo Leo IX (1049-1054)
    Paus Viktor II (1055-1057)
    Paus Stefanus IX (1057-1058)
    Paus Nikolas II (1058-1061)
    Paus Aleksander II (1061-1073)
    Paus Santo Gregorius VII (1073-1085)
    Paus Viktor III (1086-1087)
    Paus Urbanus II (1088-1099)
    Paus Paskalis II (1099-1118)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-12:

    Paus Gelasius II (1118-1119)
    Paus Kallistus II (1119-1124)
    Paus Honorius II (1124-1130)
    Paus Innosensius II (1130-1143)
    Paus Selestinus II (1143-1144)
    Paus Lusius II (1144-1145)
    Paus Eugenius III (1145-1153)
    Paus Anastasius IV (1153-1154)
    Paus Adrianus IV (1154-1159)
    Paus Aleksander III (1159-1181)
    Paus Lusius III (1181-1185)
    Paus Urbanus III (1185-1187)
    Paus Gregorius VIII (1187)
    Paus Klemens III (1187-1191)
    Paus Selestinus III (1191-1198)
    Paus Innosensius III (1198-1216)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-13:

    Paus Honorius III (1216-1227)
    Paus Gregorius IX (1227-1241)
    Paus Selestinus IV (1241)
    Paus Innosensius IV (1243-1254)
    Paus Aleksander IV (1254-1261)
    Paus Urbanus IV (1261-1264)
    Paus Klemens IV (1265-1268)
    Paus Gregorius X (1271-1276)
    Paus Innosensius V (1276)
    Paus Adrianus V (1276)
    Paus Yohanes XXI (1276-1277)
    Paus Nikolas III (1277-1280)
    Paus Martinus IV (1281-1285)
    Paus Honorius IV (1285-1287)
    Paus Nikolas IV (1288-1292)
    Paus Santo Selestinus V (1294)
    Paus Bonifasius VIII (1294-1303)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-14:

    Paus Benediktus XI (1303-1304)
    Paus Klemens V (1305-1314)
    Paus Yohanes XXII (1316-1334)
    Paus Benediktus XII (1334-1342)
    Paus Klemens VI (1342-1352)
    Paus Innosensius VI (1352-1362)
    Paus Urbanus V (1362-1370)
    Paus Gregorius XI (1370-1378)
    Paus Urbanus VI (1378-1389)
    Paus Bonifasius IX (1389-1404)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-15:

    Paus Innosensius VII (1404-1406)
    Paus Gregorius XII (1406-1415)
    Paus Martinus V (1417-1431)
    Paus Eugenius IV (1431-1447)
    Paus Nikolas V (1447-1455)
    Paus Kallistus III (1455-1458)
    Paus Pius II (1458-1464)
    Paus Paulus II (1464-1471)
    Paus Siktus IV (1471-1484)
    Paus Innosensius VIII (1484-1492)
    Paus Aleksander VI (1492-1503)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-16:

    Paus Pius III (1503)
    Paus Julius II (1503-1513)
    Paus Leo X (1513-1521)
    Paus Adrianus VI (1522-1523)
    Paus Klemens VII (1523-1534)
    Paus Paulus III (1534-1549)
    Paus Julius III (1550-1555)
    Paus Marsellus II (1555)
    Paus Paulus IV (1555-1559)
    Paus Pius IV (1559-1565)
    Paus Santo Pius V (1566-1572)
    Paus Gregorius XIII (1572-1585)
    Paus Siktus V (1585-1590)
    Paus Urbanus VII (1590)
    Paus Gregorius XIV (1590-1591)
    Paus Innosensius IX (1591)
    Paus Klemens VIII (1592-1605) 

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-17:

    Paus Leo XI (1605)
    Paus Paulus V (1605-1621)
    Paus Gregorius XV (1621-1623)
    Paus Urbanus VIII (1623-1644)
    Paus Innosensius X (1644-1655)
    Paus Aleksander VII (1655-1667)
    Paus Klemens IX (1667-1669)
    Paus Klemens X (1670-1676)
    Paus Innosensius XI (1676-1689)
    Paus Aleksander VIII (1689-1691)
    Paus Innosensius XII (1691-1700)

    Daftar Paus Katolik pada Abad ke-18:

    Paus Klemens XI (1700-1721)
    Paus Innosensius XIII (1721-1724)
    Paus Benediktus XIII (1724-1730)
    Paus Klemens XII (1730-1740)
    Paus Benediktus XIV (1740-1758)
    Paus Klemens XIII (1758-1769)
    Paus Klemens XIV (1769-1774)
    Paus Pius VI (1775-1799)

    Paus Katolik pada Abad ke-19:

    Paus Pius VII (1800-1823)
    Paus Leo XII (1823-1829)
    Paus Pius VIII (1829-1830)
    Paus Gregorius XVI (1831-1846)
    Paus Pius IX (1846-1878)
    Paus Leo XIII (1878-1903)

    Paus Katolik pada Abad ke-20:

    Paus Santo Pius X (1903-1914)
    Paus Benediktus XV (1914-1922)
    Paus Pius XI (1922-1939)
    Paus Pius XII (1939-1958)
    Paus Santo Yohanes XXIII (1958-1963)
    Paus Paulus VI (1963-1978)
    Paus Yohanes Paulus I (1978)
    Paus Santo Yohanes Paulus II (1978-2005)

    Paus Katolik pada Abad ke-21:

    Paus Benediktus XVI (2005-2013)
    Paus Fransiskus (2013-2025)

  • Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Reformasi dan Kunjungan Bersejarah ke Indonesia

    Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Meninggalkan Warisan Reformasi dan Kunjungan Bersejarah ke Indonesia

    Vatikan (beritajatim.com) – Kabar duka datang dari Vatikan. Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus, telah wafat pada usia 88 tahun setelah sebelumnya sempat dirawat akibat pneumonia ganda.

    Vatikan mengumumkan kabar ini secara resmi melalui pernyataan video pada Senin pagi waktu setempat.

    “Dengan kesedihan yang mendalam, saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Paus Fransiskus,” ujar Kardinal Kevin Farrell dalam siaran resmi dari saluran televisi Vatikan. Ia menambahkan, “Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa.”

    Paus Fransiskus, yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio, terpilih menjadi Paus pada 13 Maret 2013. Ia menjadi pemimpin Gereja Katolik pertama yang berasal dari Amerika Latin, tepatnya dari Argentina. Terkenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin, ia langsung mencuri perhatian dunia sejak awal kepemimpinannya.

    Berbeda dari para pendahulunya, Paus Fransiskus memilih tidak menempati apartemen mewah di Istana Apostolik. Ia lebih memilih tinggal di rumah tamu Vatikan, Domus Sanctae Marthae.

    “Saya butuh hidup bersama orang lain demi kesehatan psikologis saya,” katanya saat itu.

    Selama masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus menghadapi banyak tantangan, termasuk skandal pelecehan seksual oleh oknum gereja dan konflik internal di dalam birokrasi Vatikan seperti dikuti Reuters.

    Meski demikian, ia dikenal sebagai sosok pembaru yang berani menentang arus, baik dari kalangan konservatif maupun progresif dalam tubuh Gereja.

    Tak hanya fokus pada reformasi internal, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai simbol perdamaian dunia dan advokat bagi kaum marginal, termasuk pengungsi dan migran.

    Dalam berbagai kunjungan luar negerinya, ia selalu menyuarakan dialog antaragama dan keadilan sosial. Salah satu momen yang dikenang oleh umat Katolik Indonesia adalah saat beliau melakukan kunjungan kenegaraan dan pastoral ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024—sebuah kunjungan bersejarah yang mempererat hubungan antaragama dan antarnegara.

    Uniknya, sepanjang masa kepemimpinannya, Vatikan sempat dihuni oleh dua tokoh berpakaian putih: dirinya dan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri pada 2013. Benediktus wafat pada Desember 2022, menyisakan Paus Fransiskus sebagai satu-satunya pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

    Hingga Februari 2025, tercatat hampir 80% dari para kardinal pemilih Paus adalah mereka yang diangkat oleh Paus Fransiskus. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa penerusnya akan melanjutkan kebijakan-kebijakan progresif yang telah ia mulai, meskipun masih ada perlawanan dari kalangan tradisionalis. (ted)

  • Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus menandai 12 tahun masa jabatannya sebagai pemimpin Gereja Katolik pada Kamis (13/3/2025).

    Pada 13 Maret 2013, setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina terpilih sebagai Paus baru.

    Selama 12 tahun masa jabatannya, Paus Fransiskus dikenal karena belas kasih dan seruan perdamaian, Al Jazeera melaporkan.

    Ia telah mereformasi pemerintahan Vatikan dan mengambil tindakan keras terhadap kasus pelecehan anak oleh pendeta.

    Terhitung sudah empat minggu setelah Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit akibat pneumonia ganda.

    Ia dirawat di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari

    “Paus telah menghabiskan malam yang tenang,” menurut pernyataan dari Vatikan.

    Hasil rontgen dada mengonfirmasi adanya perbaikan pada kondisinya.

    Dokter menyatakan kalau Paus Fransiskus tidak lagi di ambang kematian.

    Meski demikian, kondisinya masih dipantau dengan cermat.

    Lebih lanjut, masa jabatan Paus Fransiskus tidak lepas dari tantangan dan kritik, baik dari dalam Gereja maupun luar.

    Diplomasi dan Aksi Internasional

    Fransiskus melakukan 47 perjalanan ke luar negeri.

    Selama kunjungannya, Paus memprioritaskan negara-negara dengan komunitas Katolik yang kecil atau terpinggirkan.

    Ia terus menyerukan perdamaian di wilayah rawan konflik seperti Sudan, Gaza, dan Ukraina.

    Pada November 2023, ia menyerukan penyelidikan mengenai tuduhan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.

    Sebagai putra imigran Italia di Argentina, Paus Fransiskus juga membela hak-hak migran dan mengkritik kebijakan deportasi massal Presiden AS Donald Trump.

    Fransiskus juga seorang juru kampanye vokal untuk lingkungan hidup.

    Dalam ensikliknya yang terkenal, “Laudato Si” (Semoga Engkau Selalu Terpuji), yang diterbitkan pada 2015, ia mendesak dunia untuk bertindak cepat terhadap perubahan iklim, dengan menekankan tanggung jawab negara-negara kaya.

    Kasih Sayang, Keadilan Sosial, dan Reformasi Gereja

    Sebagai seorang liberal, Paus Fransiskus berupaya membangun Gereja Katolik yang lebih inklusif.

    Ia mendukung perubahan dalam aturan perceraian dan lebih terbuka terhadap anggota LGBTQ.

    Keputusannya pada 2023 untuk mengizinkan pemberkatan pasangan sesama jenis dalam beberapa kasus sempat memicu kontroversi, terutama di Afrika dan Amerika Serikat.

    Fransiskus juga telah melaksanakan reformasi mendasar di Kuria Roma, pemerintahan pusat Vatikan.

    Reformasi tersebut mencakup desentralisasi kekuasaan, meningkatkan transparansi, serta memberikan peran lebih besar kepada kaum awam dan perempuan.

    Pada 2022, ia mengesahkan konstitusi yang mengatur ulang departemen-departemen Vatikan.

    Salah satu langkah utamanya adalah membersihkan keuangan Vatikan yang ternoda oleh skandal dan korupsi.

    Fransiskus juga membentuk sekretariat khusus untuk ekonomi Vatikan pada tahun 2014, yang berupaya memberantas korupsi serta meningkatkan pengawasan terhadap investasi dan Bank Vatikan.

    Dalam reformasi kelembagaannya, Paus Fransiskus juga melibatkan lebih banyak anggota awam, termasuk perempuan, dalam Sinode, badan diskusi Katolik yang melihat masa depan Gereja.

    Beberapa keputusan penting, seperti perempuan diakon, akan diputuskan pada Juni 2025.

    Tantangan dan Pertentangan

    Meskipun banyak mendapat pujian atas reformasinya, Paus Fransiskus juga menghadapi kritik, terutama dari kalangan tradisionalis.

    Beberapa menganggapnya bertindak tirani, terutama terkait kebijakan dan perubahan yang ia lakukan dalam Gereja.

    Paus Fransiskus tetap melanjutkan misinya untuk mengubah Gereja Katolik menjadi lebih terbuka dan inklusif, meski tak lepas dari pertentangan keras dari beberapa pihak.

    Perjuangan Paus Fransiskus Melawan Pelecehan Seksual di Gereja Katolik

    Paus Fransiskus dihadapkan pada tantangan besar sejak awal masa jabatannya pada tahun 2013, yaitu pelecehan seksual oleh pendeta dan upaya penutupan kasus-kasus tersebut di seluruh dunia.

    Salah satu momen penting dalam perjuangannya terjadi pada 2018 saat ia mengunjungi Cile.

    Awalnya, Paus Fransiskus membela seorang uskup Cile yang dituduh menutupi kejahatan seorang pendeta.

    Paus Fransiskus bahkan menuntut agar para penuduh menunjukkan bukti yang jelas.

    Namun, setelah kritik yang keras, Paus Fransiskus mengakui telah membuat “kesalahan serius” dan meminta maaf atas tindakannya.

    Ini adalah pengakuan pertama dari seorang Paus yang mengakui kesalahan dalam penanganan kasus pelecehan.

    Sebagai langkah lanjutan, Paus memanggil semua uskup Cile ke Vatikan, dan mereka semua mengajukan pengunduran diri sebagai bentuk pertanggungjawaban.

    Pada tahun yang sama, Paus Fransiskus mencabut gelar kardinal dari Theodore McCarrick, seorang pendeta asal AS yang terbukti melakukan pelecehan.

    Pada 2019, McCarrick juga kehilangan statusnya sebagai pendeta.

    Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga mengadakan pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendengarkan keluhan dari para korban pelecehan, dan berjanji untuk melakukan “pertempuran habis-habisan” melawan pelecehan oleh pendeta.

    Sebagai langkah nyata, Vatikan membuka arsip gereja terkait pelecehan dan memperkenalkan pengadilan awam untuk kasus-kasus ini.

    Paus Fransiskus juga mewajibkan pelaporan segala dugaan pelecehan seksual kepada otoritas Gereja untuk mencegah upaya penutupan kasus tersebut.

    Meskipun sudah ada beberapa perubahan signifikan, aktivis seperti Anne Barrett Doyle mengkritik langkah-langkah Paus.

    Dia mengatakan bahwa secara struktural, Gereja Katolik masih memiliki banyak masalah terkait transparansi, pengawasan eksternal, dan kurangnya sanksi tegas bagi pelaku, AFP melaporkan.

    Anne menilai bahwa meskipun ada niat baik, gereja masih belum melakukan cukup banyak untuk memberantas masalah ini secara mendalam.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Bagaimana Tata Kelola Vatikan Saat Paus Fransiskus Sakit?

    Bagaimana Tata Kelola Vatikan Saat Paus Fransiskus Sakit?

    Jakarta

    Krisis kesehatan yang dihadapi Paus Fransiskus membuat jutaan umat Katolik di seluruh dunia cemas. Bagaimana Vatikan dan Gereja Katolik berjalan ketika pemimpin tertinggi mereka sakit?

    Sejak 14 Februari 2025, Paus Fransiskus yang kini berusia 88 tahun menjalani perawatan di Rumah Sakit Gemelli di Roma karena infeksi paru-paru serius di kedua paru-parunya alias pneumonia ganda.

    Dalam beberapa hari terakhir, Paus Fransiskus dilaporkan mengalami gagal napas akut yang memerlukan intervensi medis mendesak seperti ventilasi mekanis non-invasif untuk membantu pernapasannya.

    Menurut dokter, meskipun pemimpin tertinggi umat Katolik itu masih sadar, kondisinya tetap lemah karena menunjukkan gambaran yang ‘kompleks’.

    Di samping kekhawatiran tentang kesehatannya, kondisi Paus Fransiskus yang masih dirawat inap turut memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai peraturan Vatikan yang belum menemukan titik terang.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Salah satu di antaranya adalah apa yang terjadi jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan tugas kepemimpinannya, tetapi belum meninggal atau mengundurkan diri?

    Apa yang terjadi di Vatikan saat ini?

    Getty ImagesKambuhnya penyakit Paus Fransiskus mendorong ribuan umat beriman berkumpul di Roma untuk berdoa

    Paus merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan Vatikan, sehingga kepemimpinannya sangat penting baik dalam dimensi keagamaan, administratif, maupun diplomatik.

    Karena Paus Fransiskus baru dirawat di rumah sakit selama beberapa hari dan tetap sadar, saat ini belum terlihat gangguan besar dalam aktivitas Takhta Suci Vatikan.

    “Departemen-departemen Vatikan telah memiliki jadwal yang tersusun. Tahun ini Yubileum dirayakan dan seluruh programnya telah direncanakan,” kata Filipe Domingues, direktur Pusat Sekuler di Roma dan spesialis urusan Vatikan, kepada BBC Mundo.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Domingues menjelaskan bahwa para kepala setiap dikasteri (kumpulan lembaga administratif Vatikan yang membantu paus) dapat mengarahkan bidangnya masing-masing.

    “Kurang lebih seperti halnya menteri dalam suatu pemerintahan, sehingga Paus tidak perlu membuat setiap keputusan secara individual,” imbuhnya.

    Beberapa tugas khusus hanya bisa dilakukan Paus, seperti pengangkatan uskup, pengesahan kanonisasi santo-santa baru, dan pesan-pesan beliau kepada umat beriman pada hari Rabu atau Minggu.

    “Pesan-pesan ini tetap keluar, tetapi secara terbatas. Ketika beliau dapat menyetujuinya, pesan-pesan tersebut diterbitkan. Jika beliau tidak bisa, maka pesan-pesan tersebut memerlukan waktu lebih lama untuk diterbitkan,” tambah Domingues.

    Getty ImagesPietro Parolin adalah Sekretaris Negara Vatikan yang bertanggung jawab atas diplomasi dan urusan politik Takhta Suci.

    Ketika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara langsung, administrasi Gereja Katolik berada di tangan Kuria Roma, badan pemerintahan gerejawi.

    Tanggung jawab ini khususnya terletak di pundak Sekretaris Negara Vatikan yang saat ini dijabat Kardinal Pietro Parolin.

    “Semuanya akan tetap kurang lebih sama: setiap kardinal memiliki perannya sendiri di Vatikan dan sekretaris negara memainkan peran yang sangat penting dalam konteks ini,” ujar Domingues.

    Parolin mengawasi urusan diplomatik dan administratif dan bertindak seperti “perdana menteri” Vatikan.

    Namun, Domingues menekankan otoritas Sekretaris Negara Vatikan tidak menggantikan kewenangan Paus.

    “[Sekretaris Negara] tidak dapat membuat keputusan yang menjadi wewenang Paus, seperti pengangkatan uskup,” paparnya.

    “Saat Paus dalam kondisi tidak sadar, maka tidak akan ada pengangkatan baru. Kita harus menunggu karena tidak ada yang namanya ‘wakil paus’. Tetapi Sekretaris Negara Vatikan dapat terus menjalankan proyek-proyek yang telah dirancang dengan tetap mempertahankan prioritas Paus.”

    Baca juga:

    Adapun perayaan keagamaan dan acara gerejawi terus berlanjut.

    Misalnya, pada hari Minggu (02/03) lalu, Uskup Agung Rino Fisichella memimpin Misa Yubileum di Basilika Santo Petrus yang sedianya dipimpin Paus.

    Akan tetapi, sekalipun Takhta Suci memiliki mekanisme tertentu untuk tetap beroperasi jika pemimpinnya tidak hadir, terdapat kekurangan dalam sistem regulasinya.

    Jika kesehatan Paus memburuk dalam jangka waktu yang lebih lama, maka pada perjalanannya akan timbul kesulitan dalam tata kelola.

    Bagaimana regulasi Vatikan ketika Paus sakit?

    Ketika seorang Paus wafat atau mengundurkan diri, aturan suksesi Vatikan cukup jelas dan mapan.

    Di sisi lain, tidak ada protokol yang jelas untuk mendelegasikan kepemimpinan Gereja jika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh karena penyakit serius.

    Takhta Suci juga tidak memiliki mekanisme perwakilan sementara ketika Paus sakit atau tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya.

    Menurut Domingues, hal ini sebagian tidak lepas dari tradisi dan idiosinkrasi Gereja Katolik.

    “Ini bukan posisi sederhana. Ada pemahaman bahwa Paus adalah penerus Santo Petrus, seorang pemimpin Gereja. Ini bukanlah pekerjaan yang ditempati sementara kemudian ditinggalkan,” jelasnya.

    Getty ImagesMenurut doktrin Gereja Katolik, Paus adalah penerus Santo Petrus.

    Dia menambahkan bahwa “salah satu gelar Paus adalah ‘Vikaris Kristus’, yang berarti bahwa dia adalah perwakilan utama Kristus di Bumi; itulah mengapa pendekatan ‘jika sudah tidak baik, mari kita cari yang lain’ tidak sesuai dengan logika Gereja.”

    “Sikapnya lebih kepada: ‘Mari kita berdoa untuknya agar dia membaik atau melewati situasi ini dengan damai. Dan ketika waktunya tiba, kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan,’” jelas pakar tersebut.

    Para pakar berpendapat bahwa hukum kanon, yang menyediakan prosedur terperinci untuk suksesi kepausan dalam hal kematian atau pengunduran diri, meninggalkan kekosongan hukum ketika Paus masih hidup tetapi tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh.

    Kanon 335 menyebutkan kemungkinan bahwa Takhta Suci “kosong atau sepenuhnya terhalang,” tetapi tidak mendefinisikan apa arti “sepenuhnya terhalang” atau menetapkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam skenario tersebut.

    Dalam kasus uskup, misalnya, Gereja memiliki aturan. Menurut Kanon 412, sebuah keuskupan dapat dianggap “terhambat” jika uskupnya tidak dapat menjalankan otoritasnya karena alasan sakit, pengasingan, atau keadaan lain apa pun, dan komando beralih ke tangan uskup pembantu atau vikaris jenderal.

    Namun, karena tidak ada ketentuan yang setara untuk Paus, pertanyaan tentang siapa yang harus mengambil alih perannya dalam kasus ketidakmampuan tetap terbuka.

    Surat Paus Fransiskus

    Secara teori, jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan jabatannya karena alasan kesehatan, satu-satunya solusi adalah mengundurkan diri.

    Hal ini terjadi pada tahun 2013. Saat itu, Paus Benediktus XVI mengundurkan diri karena kondisi fisiknya tidak lagi memungkinkan dia untuk menjalankan tugasnya.

    Paus Fransiskus sadar betul akan kondisi kesehatannya. Pada tahun 2022, dia telah menulis surat pengunduran diri untuk digunakan dalam kasus ketidakmampuan medis.

    Namun, ada ketidakpastian mengenai bagaimana pengunduran diri ini akan dilakukan ketika, katakanlah, Paus Fransiskus berada dalam kondisi tidak sadar dan tidak menyatakan secara gamblang.

    Berdasarkan hukum kanon, pengunduran diri Paus harus “bebas dan nyata.”

    Getty ImagesPengunduran diri Paus Benediktus XVI merupakan yang pertama dalam kurun waktu hampir 600 tahun

    Paus Benediktus XVI, yang memimpin Vatikan dari tahun 2005, mengumumkan pengunduran dirinya kepada publik pada 2013.

    Namun, apabila Paus Fransiskus mengalami koma atau menderita demensia lanjut, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan memutuskan validitas surat pengunduran dirinya.

    “Jika Paus menderita Alzheimer dan tidak lagi dapat membuat keputusan sendiri, seseorang dari Sekretariat Negara harus mempublikasikan surat tersebut dan menyajikan laporan medis,” kata Domingues.

    “Kita tidak mengetahui detail surat [Paus Fransiskus] tersebut. Tetapi semacam ketidakmampuan disebutkan. Saya kira pernyataan medis akan diperlukan untuk mengonfirmasi bahwa situasi tersebut akan berkepanjangan dan bahwa ia mungkin tidak akan dapat pulih,” tambahnya.

    Lalu apa yang terjadi apabila diputuskan bahwa surat pengunduran ini tidak valid?

    “Gereja akan terus berjalan hingga akhir masa kepausan saat Paus meninggal. Ini tidak ideal, tetapi pernah terjadi sebelumnya,” kata pakar tersebut.

    Baca juga:

    Sejarah mencatat Paulus VI sempat menulis surat dan menyiapkan dokumen agar pengunduran dirinya diterima jika ia sakit parah.

    Namun, surat ini tidak pernah digunakan. Paulus VI tetap menjabat dari tahun 1963 hingga wafatnya pada tahun 1978.

    Akankah ada reformasi aturan?

    Getty ImagesBerbagai kondisi kesehatan sudah dihadapi Paus Fransiskus sepanjang hidupnya, termasuk pengangkatan sebagian paru-parunya pada usia 21 tahun.

    Dengan tidak adanya regulasi yang jelas mengenai hal ini, beberapa spesialis hukum kanon telah mengusulkan reformasi aturan.

    Pada tahun 2021, sekelompok ahli menyarankan bahwa, ketika seorang Paus benar-benar tidak mampu menjalankan tugasnya, Kolegium Kardinal harus mengambil alih pengelolaan Gereja dan menunjuk komisi untuk secara berkala menilai keadaan kesehatan Paus.

    Usulan ini menyiratkan bahwa komite medis akan meninjau kesehatannya setiap enam bulan dan, jika ditentukan bahwa ia tidak dapat tetap menjabat, Kolegium Kardinal dapat mengaktifkan proses pemilihan penerus jabatan.

    Namun, sejauh ini Vatikan belum menerapkan ide-ide tersebut.

    Dengan kata lain, Gereja saat ini tidak memiliki mekanisme formal untuk mengatur kepemimpinan Vatikan ketika kondisi kesehatan Paus terus memburuk dalam jangka panjang.

    Ketika ditanya apakah ada perdebatan di dalam Vatikan untuk mereformasi hukum kanon ini, Filipe Domingues mengatakan “belum mendengar apa pun tentang itu.”

    “Saya rasa tidak ada rencana dalam hal itu, karena selalu ada kemungkinan pengunduran diri, dan itu masih menjadi pilihan,” katanya.

    “Untuk saat ini, beliau sadar. Setiap hari mereka melaporkan bahwa beliau sadar dan mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan Gereja. Kita belum mencapai skenario lainnya.”

    Lihat juga Video ‘Rabu Abu, Umat Katolik di Filipina Doakan Paus Fransiskus’:

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Masih Dirawat di RS, Paus Fransiskus Peringati 12 Tahun Jabatannya sebagai Kepala Gereja Katolik – Halaman all

    Muncul Spekulasi Pengganti Paus Fransiskus bila Beliau Wafat, Ada 8 Nama Kardinal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus, yang saat ini berusia 88 tahun, sedang dalam kondisi kritis akibat pneumonia yang menyerang kedua paru-parunya.

    Vatikan mengatakan kondisi Paus Fransiskus menunjukkan sedikit peningkatan saat dia berjuang melawan pneumonia bilateral yang diidapnya.

    “Gagal ginjal ringan yang diamati dalam beberapa hari terakhir telah mereda,” ungkap Vatikan dalam pembaruan terakhirnya.

    “Pemindaian CT dada yang dilakukan tadi malam menunjukkan perkembangan normal dari peradangan paru-paru,” lanjut keterangan Vatikan.

    Vatikan menambahkan, tes darah yang dilakukan Paus Fransiskus kali terakhir mengonfirmasi peningkatan (kondisinya membaik).

    “Kondisi klinis Bapa Suci dalam 24 jam terakhir telah menunjukkan sedikit peningkatan lebih lanjut,” kata pernyataan itu tanpa menyebutkan apakah kondisinya masih kritis.

    Jika Paus Fransiskus wafat, secara teknis, setiap pria Katolik Roma dapat dipilih sebagai pewaris Santo Petrus.

    Namun, biasanya salah satu dari 253 kardinal dari seluruh dunia akan terpilih untuk memimpin umat Katolik.

    Berikut adalah daftar kandidat terdepan untuk menggantikan Paus Fransiskus.

    Sekretaris negara Vatikan, Pietro Parolin bertugas di Vatikan selama 11 tahun.

    Ia yang paling dinominasikan menggantikan Paus Fransiskus. 

    Parolin dianggap moderat secara politik. Ia menghabiskan kariernya dengan berpartisipasi dalam sayap diplomatik Vatikan.

    Ia menghabiskan sebagian kariernya di Nunsiatur Nigeria dan Meksiko lalu diangkat menjadi kardinal pada 2014 oleh Paus Fransiskus.

    Parolin akan dianggap sebagai perpanjangan dari warisan Fransiskus.

    2. Kardinal Fridolin Ambongo Besungu

    Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, Fridolin Ambongo Besungu, menjadi berita utama ketika ia menolak deklarasi kontroversial Paus Fransiskus.

    Kapusin yang konservatif itu menyatakan doktrin Fiducia supplicans, yang mengizinkan para pendeta memberkati pasangan yang belum menikah dan pasangan sejenis, batal demi hukum di benua Afrika.

    Besungu mendapat berkat dari Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuan darurat pada 2023 tak lama setelah ajaran itu dirilis, demikian dilaporkan Catholic Herald.

    Kepausan Besungu akan dipandang sebagai teguran keras terhadap prinsip-prinsip Paus Fransiskus yang condong ke kiri.

    Paus saat ini mengangkat Besungu sebagai kardinal pada 2019.

    3. Kardinal Wim Eijk 

    Willem Jacobus Eijk adalah seorang mantan dokter medis.

    Ia dianggap sebagai salah satu kandidat terdepan yang paling konservatif.

    Pada 2015, Eijk membantu menulis “Sebelas Kardinal Berbicara tentang Pernikahan dan Keluarga: Esai dari Sudut Pandang Pastoral”.

    Artikel itu dengan tegas menentang dukungan Paus Fransiskus terhadap pernikahan sipil ulang jika tidak menerima pembatalan pernikahan pertama.

    Eijk menulis bahwa hal itu adalah suatu bentuk perzinahan yang terstruktur dan dilembagakan.

    Eijk juga mengkritik ketidakmampuan Paus saat ini untuk melawan usulan Konferensi Uskup Jerman yang mengizinkan kaum Protestan menerima Ekaristi di gereja-gereja Katolik.

    Dalam sebuah tajuk rencana, Eijk menyebut keputusan Paus tentang masalah tersebut tidak bisa dipahami.

    Eijk diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2012.

    4. Kardinal Peter Erdo

    Peter Erdo dari Hungaria telah lama menjadi tokoh penting dalam politik gereja kontemporer.

    Sebagai seorang konservatif, Erdo sebelumnya menentang praktik umat Katolik yang bercerai atau menikah lagi untuk menerima Komuni Kudus.

    Erdo juga vokal menentang negara-negara Eropa yang menerima pengungsi, dengan menyatakan bahwa hal itu sama saja dengan perdagangan manusia.

    Erdo diangkat menjadi kardinal pada 2003 oleh Paus Yohanes Paulus II.

    5. Kardinal Luis Antonio Tagle

    Luis Antonio Tagle berasal dari Filipina. Ia menjabat sebagai wakil prefek untuk Bagian Evangelisasi Pertama di Departemen Evangelisasi dan sebagai presiden Komisi Antar Departemen untuk Religius yang Ditahbiskan.

    Tagle dijuluki Paus Fransiskus Asia. Ia dianggap condong ke kiri dan kritis terhadap perlakuan gereja terhadap kaum LGBT dan umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi. 

    Dalam sebuah wawancara pada 2015, ia mengatakan sikap keras gereja terhadap kaum gay, janda yang cerai, dan ibu tunggal telah merusak tujuannya untuk menyebarkan Injil.

    Tagle adalah orang Filipina ketujuh yang diangkat menjadi kardinal dan akan menjadi paus pertama yang berasal dari benua Asia jika terpilih. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

    6. Kardinal Raymond Burke

    Raymond Burke dianggap sebagai tokoh konservatif terkemuka di gereja tersebut.

    Ia adalah pendukung misa Latin dan kerap mengkritik Paus Fransiskus yang dianggap liberal.

    Warga asli Wisconsin dan mantan uskup agung St. Louis itu menentang kesediaan Paus Fransiskus untuk mengizinkan pasangan yang bercerai dan menikah lagi menerima Ekaristi.

    Burke juga menentang bahasa baru Gereja seputar kontrasepsi buatan, kaum gay, dan pernikahan sipil. Ia menyatakan hal itu sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima.

    Burke diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada 2010.

    7. Kardinal Mario Grech

    Sekretaris jenderal Sinode Uskup saat ini, Mario Grech dianggap sebagai calon penerus Paus Fransiskus yang moderat.

    Sebelumnya, ia pernah berbicara tentang perlunya menjangkau mereka yang dikucilkan dari Gereja karena seksualitas atau status perkawinan.

    Dalam pidatonya pada 2014 di Sidang Umum Luar Biasa Sinode Para Uskup, Grech menyoroti perlunya gereja untuk menjaga kesinambungan pengajaran sambil memberi ruang bagi kreativitas dalam metodologi berbicara kepada umat.

    Grech diangkat menjadi kardinal pada 2020 oleh Paus Fransiskus.

    8. Kardinal Matteo Zuppi

    Presiden Konferensi Episkopal Italia, Matteo Zuppi lahir di Roma dan menjabat posisi penting sebagai uskup agung Bologna, Italia. Ini menjadikannya orang dalam di Vatikan pimpinan Fransiskus.

    Sebagai orang kepercayaan Fransiskus, Zuppi diminta pada 2023 untuk melaksanakan misi perdamaian penting di Ukraina. Iabertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

    Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2019.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Roma Dipenuhi Doa, Harapan Bagi Kesembuhan Paus Fransiskus

    Roma Dipenuhi Doa, Harapan Bagi Kesembuhan Paus Fransiskus

    Jakarta

    Joaquín Mbana Nchama berjalan dengan penuh hormat menuju patung marmer putih Paus Yohanes Paulus II, yang menjulang di sebuah alun-alun kecil di luar Rumah Sakit Gemelli, Roma. Sebagai duta besar Guinea Khatulistiwa untuk Vatikan, ia duduk di sebuah blok dekat monumen, mengeluarkan sebuah buku doa merah kecil dan rosario, lalu mulai membisikkan doa untuk Paus Fransiskus.

    “Saya di sini bukan untuk menarik perhatian,” ujar Mbana Nchama kepada DW setelah doanya. “Saya hanya ingin berdoa untuk paus ini, karena dia benar-benar menginginkan keselamatan bagi seluruh ciptaan Tuhan.”

    Tidak lama setelahnya, sepasang suami istri muda asal Italia datang dengan bayi mereka. Sang ibu berdoa sambil menatap patung, lalu membungkuk untuk mencium anaknya yang berbaring di kereta bayi, dengan air mata mengalir di wajahnya.

    “Setelah lima tahun mencoba untuk hamil, saya berdoa untuk pertama kalinya saat misa kepausan di Vatikan, 18 bulan yang lalu,” ujar wanita berusia 42 tahun dari Roma yang meminta agar namanya tidak dipublikasikan. “Dua minggu kemudian, saya mengandung. Saya berterima kasih kepada Tuhan dan paus untuk keajaiban ini, itulah sebabnya saya datang untuk mendoakannya sekarang.”

    Sebelum pergi, sang suami meletakkan seikat bunga di dekat lilin, balon, surat tulisan tangan, dan foto-foto yang ditinggalkan para peziarah di sekitar patung Paus Fransiskus. Setiap hari, banyak orang datang untuk memanjatkan doa bagi kesembuhan paus.

    Alun-alun di sekitar patung kini dipenuhi tenda-tenda putih yang menaungi kamera para reporter yang melaporkan kondisi Paus secara langsung di televisi. Media dari seluruh dunia berkumpul di Roma, menantikan perkembangan terbaru mengenai kesehatannya.

    Liputan media di tengah kondisi kritis Paus

    Alun-alun yang mengelilingi patung kini dipenuhi tenda-tenda putih yang menaungi kamera para reporter yang sedang melaporkan kondisi paus secara langsung di televisi. Media dari seluruh dunia telah berkumpul di Roma, menunggu perkembangan terbaru mengenai kesehatannya.

    Hingga kini, rincian tentang kondisi paus masih minim. Setiap pagi, kantor pers Vatikan hanya mengeluarkan pernyataan singkat: “Paus tidur nyenyak sepanjang malam,” demikian pernyataan terbaru pada Selasa.

    Namun, laporan Senin (24/02) malam mengonfirmasi bahwa Paus Fransiskus, yang berusia 88 tahun, masih dalam kondisi kritis di rumah sakit sejak dirawat pada 14 Februari.

    “Kondisi kritis bisa berarti banyak hal,” ujar seorang dokter spesialis perawatan intensif kepada DW News, berbicara secara anonim karena tidak memiliki akses langsung ke kasus paus.

    “Laporan menunjukkan bahwa paus masih dalam kondisi sadar dan bisa berbicara, jadi saya ragu dia memerlukan ventilator. Namun, dengan pneumonia ganda serta laporan infeksi virus, bakteri, dan jamur, situasi ini bisa berubah kapan saja.”

    Persiapan Vatikan untuk Yubileum 2025

    Kesehatan paus menjadi perhatian besar, terutama karena Vatikan tengah bersiap menyambut lebih dari 30 juta peziarah dalam rangka Yubileum 2025. Yubileum adalah momen istimewa bagi umat Katolik untuk mendapatkan pengampunan dosa dan mengukuhkan kembali iman mereka.

    “Yubileum mengingatkan kita bahwa pusat agama Katolik ada di Roma,” kata Pastor Roberto Regoli, direktur Departemen Sejarah Gereja di Universitas Kepausan Gregoriana. “Itulah mengapa ziarah ini sangat penting, dan akan terus berlangsung, apa pun kondisi paus.”

    Para peziarah yang datang diterima di pusat pendaftaran sebelum memulai perjalanan spiritual sejauh 800 meter menuju Pintu Suci Vatikan. Salah satu di antara mereka adalah Guido San Marco, pria 67 tahun dari Surabaya, Indonesia.

    “Saya di sini untuk memperkuat iman saya,” katanya.

    Doa dan harapan peziarah

    Di antara para peziarah lainnya, Sarah O’Neill, wanita 62 tahun dari Irlandia Utara, merasa sedih karena tidak bisa menghadiri misa kepausan yang biasanya diadakan pada Rabu (26/02).

    “Kami berdoa untuk kesehatan Paus,” ujarnya. “Namun, sangat menyedihkan bahwa kami tidak bisa melihat langsung misa kepausan yang kami nantikan.”

    Sementara itu, Bartosz Wawrzyczak, pria 42 tahun dari Gdansk, Polandia, mengungkapkan bahwa banyak peziarah Polandia masih merasa dekat dengan mendiang Paus Yohanes Paulus II.

    “Ketika saya berdoa, saya selalu membayangkan Yohanes Paulus II,” katanya. “Saya pribadi sedikit bingung dengan pendekatan Paus Fransiskus yang lebih progresif, namun kami mencoba memahami kata-kata dan ajarannya.”

    Paus Yohanes Paulus II, yang wafat pada 2005, digantikan oleh Paus Benediktus XVI, yang kemudian mengundurkan diri pada 2013 dan meninggal dunia pada 2022.

    Di tengah harapan dan doa yang terus mengalir dari seluruh dunia, umat Katolik menantikan kabar terbaru tentang pemimpin spiritual mereka, Paus Fransiskus, yang masih dalam perawatan intensif di Roma.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Paus Fransiskus Siap Mengundurkan Diri Jika Kesehatannya Menurun, Sudah Tulis Surat Sejak 2013

    Paus Fransiskus Siap Mengundurkan Diri Jika Kesehatannya Menurun, Sudah Tulis Surat Sejak 2013

    PIKIRAN RAKYAT – Paus Fransiskus sudah mempersiapkan surat pengunduran diri sejak 2013 tahun pertamanya menjabat, yang akan digunakan jika terpaksa mengundurkan diri karena kesehatannya yang buruk, menurut sebuah laporan pada Minggu, 23 Februari 2025.

    Hal tersebut disampaikan Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara berdasarkan laporan New York Post yang dilakukan tahun 2022.

    “Saya telah menandatangani surat pengunduran diri, saat Tarcisio Bertone menjadi Menteri Luar Negeri. Saya menandatanganinya dan mengatakan kepadanya: Jika ada halangan karena alasan medis atau apa pun, ini pengunduran diri saya,” ucap Paus seperti dikutip dari Antara.

    Ucapan Terima Kasih Paus Fransiskus

    Kardinal Tarcisio Bertone merupakan orang yang tersisa dari Paus Benediktus XVI, sekitar 6 bulan usai Fransiskus terpilih sebagai paus bulan Maret 2013.

    “Anda memilikinya. Saya tidak tahu kepada siapa Kardinal Bertone mungkin memberikannya, tetapi saya memberikannya kepadanya ketika ia menjadi menteri luar negeri,” lanjutnya.

    Paus Fransiskus mengucapkan terima kasih pada mereka yang sudah mendoakannya selama berjuang untuk kesehatannya di tengah perawatan di rumah sakit di Roma pada Minggu, 23 Februari 2025.

    “Saya baru-baru ini menerima banyak pesan kasih sayang, dan saya terutama tersentuh oleh surat-surat dan gambar-gambar dari anak-anak,” tulisnya di X.

    Kondisi Terkini Paus Fransiskus

    Menurut Vatikan, kondisi Paus masih kritis meski menambahkan bahwa Ia tak mengalami masalah pernapasan lebih lanjut pada Minggu, 23 Februari 2025.

    “Terima kasih atas kedekatan Anda, dan atas doa-doa penghiburan yang saya terima dari seluruh dunia!,” lanjutnya.

    Vatikan menjelaskan, Fransiskus menerima 2 unit sel darah terkonsentrasi yang mempunyai efek menguntungkan dan peningkatan kadar hemoglobin.

    Sejumlah tanda awal gagal ginjal sudah muncul, meskipun trombositopenia nya tetap stabil. Namun, tengah ditangani secara aktif.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Siapa Kandidat Pengganti Paus Fransiskus? Ada yang Berasal dari Negara Tetangga

    Siapa Kandidat Pengganti Paus Fransiskus? Ada yang Berasal dari Negara Tetangga

    PIKIRAN RAKYAT – Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Pransiskus, dikabarkan meninggal. Akan tetapi, hal itu dikonfirmasi merupakan hoaks. Saat ini Paus Fransiskus yang merupakan paus tertua dalam lebih dari satu abad memang tengah mengalami penurunan kesehatan. Spekulasi pun beredar tentang siapa yang selanjutnya akan terpilih sebagai pemimpin umat Katolik dunia.

    Paus berusia 88 tahun itu menderita pneumonia di kedua paru-parunya selama akhir pekan dan akan tetap dirawat di rumah sakit saat ia berjuang melawan infeksi.

    Secara teknis, setiap pria Katolik Roma dapat dipilih sebagai pewaris Santo Petrus, meskipun selalu salah satu dari 253 kardinal dari seluruh dunia akan mengenakan tiara kepausan.

    Setelah kematian atau pengunduran diri seorang paus, sebuah konklaf diadakan di Kapel Sistina Vatikan, tempat para kardinal mengambil bagian dalam putaran pemungutan suara untuk menentukan kepala Gereja berikutnya. Hanya 138 dari 253 kardinal yang dapat bertindak sebagai elektor dalam konklaf berikutnya dan tidak ada kardinal yang berusia di atas 80 tahun yang dapat berpartisipasi dalam pemungutan suara.

    Jumlah tersebut dinaikkan pada bulan Desember tahun lalu oleh Paus Fransiskus dari 120, yang menurut peraturan Paulus VI adalah jumlah maksimum kardinal yang boleh mengambil bagian sebagai pemilih dalam sebuah konklaf.

    Berikut adalah para calon terdepan untuk menjadi paus berikutnya, dilansir dari New York Post.

    Kandidat Pengganti Paus Fransiskus

    Kardinal Pietro Parolin, 70, Italia

    Sekretaris negara Vatikan, Pietro Parolin bertugas di Vatikan milik Paus Fransiskus selama 11 tahun dan telah menjadi favorit sebagai paus berikutnya.

    Parolin dianggap sebagai seorang yang moderat secara politik. Ia menghabiskan kariernya dengan berpartisipasi dalam sayap diplomatik Takhta Suci, menghabiskan sebagian kariernya di Nunsiatur Nigeria dan Meksiko. Ia diangkat menjadi kardinal pada tahun 2014 oleh Paus Fransiskus. Parolin akan dianggap sebagai perpanjangan dari warisan Fransiskus.

    Kardinal Fridolin Ambongo Besungu, 65 

    Presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, Fridolin Ambongo Besungu menjadi berita utama ketika ia menolak deklarasi kontroversial Paus Fransiskus.

    Kapusin yang konservatif itu menyatakan doktrin Fiducia supplicans yang memungkinkan para pendeta memberkati pasangan yang tidak menikah dan pasangan sesama jenis batal demi hukum di benua Afrika. Besungu berhasil memperoleh restu eksplisit dari Paus Fransiskus dalam pertemuan darurat pada tahun 2023 tak lama setelah ajaran tersebut dirilis.

    Kepausan Besungu akan dipandang sebagai teguran keras terhadap prinsip-prinsip Paus Fransiskus yang condong ke kiri. Paus saat ini mengangkat Besungu sebagai kardinal pada tahun 2019.

    Kardinal Wim Eijk, 71, Belanda

    Willem Jacobus Eijk, mantan dokter medis, secara luas dipandang sebagai salah satu kandidat terdepan yang paling konservatif.

    Pada tahun 2015, Eijk membantu menulis “Sebelas Kardinal Berbicara tentang Pernikahan dan Keluarga: Esai dari Sudut Pandang Pastoral,” yang dengan tegas menentang dukungan Fransiskus terhadap pernikahan sipil ulang jika tidak menerima pembatalan pernikahan pertama. Eijk menulis bahwa hal itu adalah suatu bentuk perzinahan yang terstruktur dan dilembagakan.

    Eijk juga mengkritik ketidakmampuan paus saat ini untuk melawan usulan Konferensi Uskup Jerman yang mengizinkan kaum Protestan menerima Ekaristi di gereja-gereja Katolik. Dalam sebuah tajuk rencana, Eijk menyebut keputusan paus tentang masalah tersebut sama sekali tidak dapat dipahami. Eijk diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

    Kardinal Luis Antonio Tagle, 67, Filipina

    Luis Antonio Tagle menjabat sebagai wakil prefek untuk Bagian Evangelisasi Pertama dari Departemen Evangelisasi dan sebagai presiden Komisi Antardepartemen untuk Para Religius yang Ditahbiskan.

    Tagle dianggap condong ke kiri secara politik dan telah mengkritik perlakuan Gereja terhadap kaum LGBT dan umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi. Dalam sebuah wawancara tahun 2015, ia mengatakan sikap keras Gereja terhadap kaum gay, orang yang bercerai, dan ibu tunggal telah merusak tujuannya untuk menyebarkan Injil.

    Tagle adalah orang Filipina ketujuh yang diangkat menjadi kardinal dan akan menjadi paus pertama yang berasal dari benua Asia jika terpilih. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

    Kardinal Raymond Burke, 76, Amerika Serikat

    Raymond Burke dianggap sebagai tokoh konservatif terkemuka di gereja tersebut, pendukung Misa Latin dan kritikus publik terhadap kecenderungan liberal Paus Fransiskus.

    Warga asli Wisconsin dan mantan uskup agung St. Louis itu menentang kesediaan Fransiskus untuk mengizinkan pasangan yang bercerai dan menikah lagi untuk menerima Ekaristi. Burke juga menentang bahasa baru Gereja seputar kontrasepsi buatan, kaum gay, dan pernikahan sipil sebagai hal yang tidak dapat diterima.

    Burke diangkat menjadi kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2010.

    Kardinal Matteo Zuppi, 69, Italia

    Presiden Konferensi Episkopal Italia, Matteo Zuppi lahir di Roma dan menjabat posisi penting sebagai Uskup Agung Bologna, Italia menjadikannya orang dalam di Vatikan di bawah Fransiskus.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kondisi Terbaru Paus Fransiskus: Masih Kritis, Alami Gagal Ginjal Ringan – Halaman all

    Kondisi Terbaru Paus Fransiskus: Masih Kritis, Alami Gagal Ginjal Ringan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus masih dalam keadaan kritis sejak 14 Februari 2025 lalu.

    Kantor Pers Tahta Suci melaporkan bahwa kondisi Paus Fransiskus di hari kesepuluh perawatan di rumah sakit masih kritis.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis, tetapi sejak kemarin malam, ia tidak mengalami krisis pernapasan lebih lanjut,” tulis Vatikan, dikutip dari Vatican News.

    Paus yang berusia 88 tahun itu saat ini telah menerima dua unit sel darah merah dengan efek menguntungkan dan kadar hemoglobinnya meningkat.

    Namun, lanjut kantor tersebut, beberapa tes darah menunjukkan Paus Fransiskus mengalami gagal ginjal ringan dan dini.

    “Bapa Suci tetap waspada dan berorientasi dengan baik.”

    “Kompleksitas situasi klinis dan waktu yang dibutuhkan agar perawatan farmakologis menunjukkan hasil mengharuskan prognosis tetap dijaga,” terang Vatikan.

    Meski dalam keadaan kritis, Paus Fransiskus masih mengikuti Misa Kudus bersama dengan para perawat.

    “Pagi ini, di apartemen lantai sepuluh, ia mengikuti Misa Kudus bersama dengan mereka yang telah merawatnya selama hari-hari dirawat di rumah sakit,” ungkap pernyataan itu.

    Sebelumnya pada hari Minggu, Vatikan mengatakan Fransiskus telah menerima aliran oksigen yang tinggi setelah mengalami krisis pernapasan tetapi menjalani malam yang tenang di rumah sakit.

    Vatikan mengatakan Paus Fransiskus akan tetap berada di rumah sakit setelah didiagnosis menderita pneumonia di kedua paru-parunya dan tidak menyampaikan doa Angelus mingguan pada hari Minggu – untuk ketiga kalinya dalam hampir 12 tahun masa kepausannya.

    Paus mengatakan perawatannya terus berlanjut dan berterima kasih kepada staf medis atas dedikasi mereka dalam teks khotbah hari Minggu, yang dikirimkan kepada pers sebelumnya.

    Kondisi Paus Fransiskus tampak membaik pada awal minggu ini, dan Vatikan menggambarkannya sebagai respons “positif” terhadap perawatan medis untuk pneumonia pada hari Kamis.

    Dr. Jamin Brahmbhatt dari Orlando Health Medical Group Urology, yang mengkhususkan diri dalam bedah ginjal, mengatakan kepada CNN bahwa orang tidak perlu khawatir dengan pembaruan terkini Vatikan tentang kesehatan ginjal Paus.

    “Saya tidak menganggapnya sesuatu yang signifikan, tetapi kami dapat melihat kondisinya masih cukup kritis,” kata Brahmbhatt.

    “Ginjal itu sendiri adalah organ yang sangat rapuh tetapi juga sangat tangguh,” lanjutnya.

    Ia mengatakan bahwa pada orang dewasa yang lebih tua, “infeksi dapat memburuk dengan cepat jika respons imun tubuh meningkat secara berlebihan—yang kita sebut sepsis”.

    Ketika pneumonia menyebabkan sepsis, peradangan yang meluas dapat merusak banyak organ, termasuk ginjal, imbuh Brahmbhatt.

    “Dalam kasus Paus Fransiskus, hal itu terlihat sebagai gagal ginjal ringan. Kerusakan ginjal bisa bersifat sementara dan membaik dengan pengobatan, atau bisa juga permanen,” katanya.

    Paus Sakit, Siapa yang Memimpin Vatikan?

    Meskipun Vatikan memiliki hukum dan ritual terperinci untuk memastikan pengalihan kekuasaan saat seorang paus meninggal atau mengundurkan diri, hukum dan ritual tersebut tidak berlaku jika paus sakit atau bahkan tidak sadarkan diri.

    Dan tidak ada norma khusus yang menguraikan apa yang terjadi pada kepemimpinan Gereja Katolik jika seorang paus benar-benar tidak mampu menjalankan tugasnya.

    Hasilnya, meskipun Paus Fransiskus masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis karena infeksi paru-paru yang kompleks, ia masih seorang Paus dan memegang kendali penuh.

    Namun, perawatan Paus Fransiskus di rumah sakit menimbulkan pertanyaan yang jelas tentang apa yang terjadi jika ia kehilangan kesadaran untuk waktu yang lama, atau apakah ia akan mengikuti jejak Paus Benediktus XVI dan mengundurkan diri jika ia tidak mampu memimpin.

    Usia dan penyakitnya yang berkepanjangan telah membangkitkan kembali minat tentang bagaimana kekuasaan kepausan dijalankan di Tahta Suci, bagaimana kekuasaan itu dialihkan dan dalam keadaan apa.

    Dan hal itu menunjukkan celah legislatif yang saat ini ada dalam apa yang harus dilakukan jika seorang paus sakit parah sehingga ia tidak dapat memerintah.

    Dikutip dari Time, Paus Fransiskus mungkin yang bertanggung jawab, tetapi ia sudah mendelegasikan pengelolaan Vatikan dan gereja sehari-hari kepada sebuah tim pejabat yang beroperasi baik ia berada di Istana Apostolik atau tidak, dan baik ia sadar atau tidak.

    Hukum kanon memang memiliki ketentuan mengenai kapan seorang uskup jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan keuskupannya, tetapi tidak ada ketentuan untuk seorang paus.

    Kanon 412 menyatakan bahwa keuskupan dapat dinyatakan “terhambat” jika uskupnya — karena “ditawan, dibuang, diasingkan, atau tidak mampu” — tidak dapat memenuhi fungsi pastoralnya.

    Dalam kasus seperti itu, pengelolaan keuskupan sehari-hari dialihkan ke uskup pembantu, vikaris jenderal, atau orang lain.

    Meskipun Fransiskus adalah uskup Roma, tidak ada ketentuan eksplisit yang berlaku bagi Paus jika ia juga menjadi “terhalang”.

    Kanon 335 menyatakan secara sederhana bahwa ketika Tahta Suci “kosong atau sepenuhnya terhalang”, tidak ada yang dapat diubah dalam tata kelola gereja.

    Namun, tidak disebutkan apa artinya bagi Tahta Suci untuk “sepenuhnya terhalang” atau ketentuan apa yang mungkin berlaku jika memang demikian.

    Pada tahun 2021, sekelompok ahli hukum kanon mulai mengusulkan norma-norma untuk mengisi kesenjangan legislatif tersebut.

    Mereka membuat inisiatif pengumpulan dana kanonik untuk menyusun hukum gereja baru yang mengatur jabatan paus yang sudah pensiun serta norma-norma yang akan diterapkan ketika paus tidak dapat memerintah, baik untuk sementara maupun selamanya.

    Norma yang diusulkan menjelaskan bahwa, dengan kemajuan medis, sangat mungkin suatu saat nanti seorang paus akan hidup tetapi tidak dapat memerintah.

    Norma ini menyatakan bahwa gereja harus menyediakan deklarasi “tahta yang sepenuhnya terhalang” dan pengalihan kekuasaan demi kesatuannya sendiri.

    Berdasarkan norma yang diusulkan, tata kelola gereja universal akan diserahkan kepada Dewan Kardinal.

    Jika terjadi hambatan sementara, mereka akan menunjuk sebuah komisi untuk mengatur, dengan pemeriksaan medis berkala setiap enam bulan untuk menentukan status paus.

    “Pada awalnya, kelompok promotor dituduh secara tidak bijaksana memilih topik yang terlalu sensitif dan kontroversial,” kata salah satu koordinator, pengacara kanon Geraldina Boni.

    Namun kemudian, “terbentuklah konsensus yang luas,” katanya kepada The Associated Press.

    Bahkan pengacara kanon Fransiskus sendiri, Kardinal Gianfranco Ghirlanda, mengakui beberapa jenis norma diperlukan jika Paus “tidak dapat disembuhkan, dan tidak dapat dipulihkan lagi, kehilangan kesadaran atau kemampuan untuk melakukan tindakan manusia”.

    “Masalahnya adalah, siapa yang menyatakan bahwa Paus berada dalam situasi di mana ia tidak dapat memerintah?” ungkapnya kepada harian Italia Il Giornale pada tahun 2022.

    Ghirlanda sebagian besar mendukung gagasan inisiatif penggalangan dana tersebut, dengan mengusulkan pembentukan komite yang terdiri dari para ahli medis untuk menentukan apakah kondisi Paus tidak dapat disembuhkan.

    Jika mereka mengonfirmasi hal itu, para kardinal yang bermarkas di Roma akan dipanggil untuk menyatakan bahwa Paus tidak dapat memerintah, yang akan memicu konklaf. (*)