Tag: Parag Agrawal

  • Elon Musk Bayar Rp2 Triliun kepada Ex Petinggi Twitter Imbas Pesangon Kurang

    Elon Musk Bayar Rp2 Triliun kepada Ex Petinggi Twitter Imbas Pesangon Kurang

    Bisnis.com, JAKARTA— Elon Musk berenaca menyelesaikan gugatan senilai US$128 juta atau sekitar Rp2,05 triliun, yang diajukan oleh empat mantan eksekutif Twitter. Elon memecat mereka setelah mengambil alih perusahaan itu pada 2022.

    Melansir laman TechCrunch pada Kamis (9/10/2025) empat mantan eksekutif tersebut adalah mantan CEO Parag Agrawal, mantan CFO Ned Segal, serta dua pejabat hukum senior Sean Edgett dan Vijaya Gadde. 

    Mereka dipecat segera setelah Musk resmi membeli Twitter yang kini bernama X dengan nilai akuisisi US$44 miliar atau sekitar Rp704 triliun.

    Keempatnya mengajukan gugatan karena tidak menerima pembayaran pesangon yang menjadi hak mereka. 

    Dalam gugatan tersebut, para mantan eksekutif menuduh Musk sengaja menahan pembayaran tersebut lantaran mereka berupaya menegakkan komitmen Musk untuk menyelesaikan kesepakatan akuisisi Twitter, saat miliarder itu sempat berusaha membatalkannya.

    Menariknya, gugatan itu juga mengutip biografi Elon Musk karya Walter Isaacson yang menyebut Musk pernah berkata akan memburu setiap orang di jajaran eksekutif Twitter hingga akhir hayat mereka.

    Dokumen pengadilan terbaru mengonfirmasi kedua pihak telah mencapai kesepakatan damai, meski rincian penyelesaian tersebut belum diungkapkan ke publik.

    Kasus ini bukan yang pertama terkait pesangon setelah akuisisi Twitter. Sebelumnya, Musk juga telah menyelesaikan gugatan class action yang diajukan oleh sekitar 6.000 mantan karyawan Twitter, yang mengklaim hanya menerima sebagian pesangon atau bahkan tidak menerima sama sekali.

    Orang Terkaya

    Elon Musk baru saja mencetak sejarah jadi orang terkaya dunia dan orang pertama dengan kekayaan mencapai US$500 miliar.

    Kekayaannya bahkan melebihi PDB di mayoritas negara di dunia.

    Visioner Tesla Inc. dan SpaceX ini resmi menjadi orang pertama yang kekayaan bersihnya melampaui US$500 miliar, angka yang begitu besar hingga melampaui PDB sekitar 83% negara di dunia. 

    Hanya sekitar 28-32 negara yang memiliki perekonomian lebih besar dari kekayaan Musk, jauh melampaui negara-negara raksasa dunia seperti Jepang, Jerman, dan India.

    Adapun saat ini kekayaan Musk meroket terutama ditopang oleh Tesla. Dengan kepemilikan sekitar 15,3% saham perusahaan, saham Tesla miliknya telah melonjak sebesar US$63,9 miliar hanya dalam waktu sebulan, berkat lonjakan saham sebesar 37,6% dari US$333,87 pada bulan Agustus menjadi US$459,46 hari ini. 

    Lonjakan tersebut saja telah menambah 12,8% total kekayaan bersihnya, sementara kepemilikan saham Tesla miliknya kini mewakili hampir 47% dari kekayaan Musk.

    Bandingkan kekayaan Musk dengan kekayaan negara-negara, dan skalanya sungguh mencengangkan. Menurut data IMF pada 2025, negara-negara seperti Bangladesh dengan PDB US$467 miliar, Denmark US$450 miliar, dan Malaysia US$445 miliar, semuanya memiliki perekonomian yang lebih kecil daripada kekayaan pribadi Musk.

    Bahkan beberapa negara maju, punya PDB yang hanya selisih sedikit dengan kekayaan Musk, dengan Norwegia US$504 miliar dan Singapura di US$565 miliar, hanya sedikit melampaui kekayaan bersihnya, yang menunjukkan konsentrasi kekayaan pada satu individu.

    Tonggak sejarah Musk senilai US$500 miliar bukan sekadar kemenangan pribadi, tapi merupakan ilustrasi yang mencolok tentang kekuatan disrupsi teknologi dan kendaraan listrik dalam menciptakan nilai yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Tesla tetap menjadi tulang punggung kekayaan tersebut, membuktikan bahwa bahkan di dunia dengan ekonomi triliunan dolar, seorang visioner yang didukung oleh perusahaan bermargin tinggi dapat melampaui seluruh negara.

    Bagi investor, ini adalah pengingat bahwa pergerakan saham Tesla bukan sekadar berita perusahaan, melainkan peristiwa ekonomi makro dalam skala kecil, yang membentuk peruntungan dalam skala besar yang bahkan tak terbayangkan oleh banyak orang.

  • Lawan Twitter di Pengadilan, Elon Musk Sudah Punya Kartu As?

    Lawan Twitter di Pengadilan, Elon Musk Sudah Punya Kartu As?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Bos Tesl, Elon Musk membawa mantan petinggi Twitter Peiter ‘Mudge’ Zatko untuk bersaksi dalam kasus pembatalan pembelian Twitter senilai US$44 miliar atau Rp652 triliun. Kehadiran Zatko pun disinyalir menjadi kartu as Elon lantaran posisi Zatko yang sangat penting di Twitter.

    Zatko merupakan mantan Kepala divisi keamanan Twitter, sehingga ia berkoordinasi langsung dengan CEO Twitter dalam pekerjaannya.

    Dikutip dari Washington Post, Zatko juga merupakan pelopor keamanan yang dikenal di industri ini karena sejarahnya mengungkap kelemahan perangkat lunak.

    Baru-baru ini Zatko dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN mengungkap bagaimana sistem keamanan Twitter sangat rapuh karena membiarkan terlalu banyak karyawannya mengakses pusat kontrol serta sebagian besar informasi sensitif tanpa pengawasan yang memadai.

    Zatko juga menuduh beberapa eksekutif senior perusahaan telah berusaha untuk menutupi kerentanan serius Twitter. Selain itu, ia juga menuduh satu atau lebih karyawan Twitter saat ini mungkin bekerja untuk dinas intelijen asing.

    Zatko juga menuduh Twitter menyesatkan regulator dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) tentang masalah keamanan.

    Pemanggilan untuk bersaksi yang dilakukan Musk membuat Zatko menjadi pusat dari pertikaiannya dengan Twitter. Sebagai salah satu pejabat tinggi di Twitter, kesaksian Zatko mungkin dapat menguatkan alasan Musk mundur dari pembelian Twitter.

    Tim hukum Musk mengambil tindakan tak lama setelah klaim Zatko tentang kerentanan Twitter mencuat ke publik. Dilansir dari The Verge, Zatko dijadwalkan untuk memberikan kesaksian pada Jumat (9/9) mendatang.

    Lebih lanjut, Zatko juga menuduh Twitter dengan sengaja mengecilkan angka aktivitas bot di platformnya.

    Hal tersebut merupakan salah satu alasan Musk mundur dari kesepakatannya dengan Twitter.

    Di sisi lain, CEO Twitter Parag Agrawal membantah klaim Zatko dan menyebutnya sebagai “narasi palsu” dalam email yang dikirim ke staf dan pernyataan yang dikirim ke media.

    Twitter dan Elon Musk akan berhadapan di pengadilan pada 17 Oktober di Delaware soal akuisisi yang juga tak kunjung rampung. Musk bersikukuh membatalkannya karena faktor akun bot, sementara Twitter ingin proses akuisisi segera rampung.

    (lom/lth)

    [Gambas:Video CNN]