Tag: Pangeran Abdulaziz

  • OPEC+ Percepat Penambahan Pasokan Minyak, Prioritaskan Pangsa Pasar

    OPEC+ Percepat Penambahan Pasokan Minyak, Prioritaskan Pangsa Pasar

    Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau disebut OPEC+ sepakat mempercepat penambahan pasokan minyak yang selama ini ditahan dari pasar. Langkah tersebut sejalan dengan strategi OPEC+ yang kini lebih mengutamakan pangsa pasar ketimbang harga.

    Melansir Bloomberg pada Senin (8/9/2025), dalam pertemuan virtual bulanan yang hanya berlangsung 11 menit, anggota kunci OPEC+ menyetujui pengembalian produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai Oktober. 

    Volume ini merupakan bagian awal dari total 1,65 juta barel per hari yang semula dijadwalkan kembali ke pasar pada akhir tahun depan, mencerminkan optimisme hati-hati terhadap prospek pasar.

    Langkah ini mengikuti keputusan mengejutkan OPEC+ beberapa bulan terakhir yang mengembalikan 2,2 juta barel per hari setahun lebih cepat dari jadwal, demi merebut kembali pangsa pasar meski ada kekhawatiran kelebihan pasokan. Pemulihan itu telah selesai tanpa menyebabkan harga jatuh ataupun lonjakan stok minyak di pasar Barat, pusat patokan harga global.

    Dalam pernyataannya, OPEC+ menegaskan bahwa pengembalian pasokan 1,65 juta barel akan dilakukan bertahap sesuai kondisi pasar, bahkan bisa dihentikan atau dibalik jika diperlukan. Sejumlah delegasi menyebut tambahan pasokan akan berlangsung bulanan hingga September 2026. 

    Adapun, pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada 5 Oktober mendatang.

    Harga minyak mentah telah turun 12% sepanjang tahun ini akibat peningkatan produksi dari negara-negara OPEC+ dan lainnya, serta dampak perang dagang Presiden AS Donald Trump yang menekan permintaan. 

    Namun, pasar relatif tahan dengan perubahan strategi ini, memberi keyakinan tambahan bagi Arab Saudi dan sekutunya untuk menambah pasokan.

    Menurut seorang delegasi, kelompok ini berharap peningkatan volume penjualan dapat mengimbangi penurunan harga, menandai pergeseran dari strategi menjaga harga yang dianut sejak OPEC+ terbentuk hampir satu dekade lalu.

    Tambahan produksi ini diperkirakan akan disambut baik Trump, yang berulang kali menekan agar harga minyak lebih rendah guna meredam inflasi, sekaligus sebagai tekanan terhadap Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina. 

    Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dijadwalkan mengunjungi Washington pada November untuk bertemu Presiden AS.

    Meski demikian, realisasi volume tambahan kemungkinan lebih rendah dari yang diumumkan. Sejumlah anggota OPEC+ harus mengompensasi kelebihan pasokan sebelumnya atau tidak memiliki kapasitas cadangan yang cukup. 

    Hal tersebut berpotensi menyoroti kesenjangan kapasitas produksi antarnegara anggota, di mana sebagian tidak mampu meningkatkan produksi meski kuota ditambah, sekaligus menghadapi tekanan harga lebih rendah.

    Keputusan OPEC+ ini muncul di tengah peringatan meningkatnya risiko kelebihan pasokan global setelah berakhirnya musim berkendara musim panas di belahan bumi utara

    Badan Energi Internasional (IEA) di Paris memperkirakan surplus pasokan mencapai rekor tahun depan seiring konsumsi China yang melemah serta lonjakan produksi di Amerika Serikat, Kanada, Brasil, dan Guyana. Goldman Sachs bahkan memproyeksikan harga Brent bisa anjlok ke level US$50-an pada 2026.

    Sebelumnya, OPEC+ telah menyetujui pemulihan 2,2 juta barel per hari antara April–September, setahun lebih cepat dari jadwal awal

    Para pejabat memberi berbagai alasan untuk membuka keran produksi, mulai dari menindak anggota yang kelebihan pasokan seperti Kazakhstan, hingga memenuhi permintaan Trump agar harga lebih rendah dan merebut kembali volume penjualan dari pesaing seperti produsen shale oil AS.

    Bagi pasar global, langkah terbaru OPEC+ sekaligus mengikis jaring pengaman pasokan cadangan yang selama ini berfungsi meredam guncangan tak terduga

    Keputusan hari Minggu juga menjadi kejutan lain dari Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, yang dikenal kerap membuat langkah tak terduga untuk mengecoh spekulan.

  • Pemerintah Arab Saudi siapkan pengamanan untuk menjaga kemanan dan kenyamanan jamaah haji 2025

    Pemerintah Arab Saudi siapkan pengamanan untuk menjaga kemanan dan kenyamanan jamaah haji 2025

    Minggu, 1 Juni 2025 16:15 WIB

    Petugas keamanan pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengikuti apel pasukan pengamanan haji 2025 di Arafah, Provinsi Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025). Apel yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz tersebut untuk memastikan kesiapsiagaan dalam pengamanan prosesi haji 2025. ANTARA FOTO/Ahmad Faisal/YU

    Petugas keamanan pemerintah Kerajaan Arab Saudi melakukan aksi ketangkasan di atas kendaraan bemotor saat apel pasukan pengamanan haji 2025 di Arafah, Provinsi Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025). Apel yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz tersebut untuk memastikan kesiapsiagaan dalam pengamanan prosesi haji 2025. ANTARA FOTO/Ahmad Faisal/YU

    Petugas keamanan pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengikuti apel pasukan pengamanan haji 2025 di Arafah, Provinsi Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025). Apel yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz tersebut untuk memastikan kesiapsiagaan dalam pengamanan prosesi haji 2025. ANTARA FOTO/Ahmad Faisal/YU

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menteri Energi AS Pede Harga Minyak Lebih Rendah pada Masa Pemerintahan Trump

    Menteri Energi AS Pede Harga Minyak Lebih Rendah pada Masa Pemerintahan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi Amerika Serikat (AS), Chris Wright, optimistis harga minyak pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump akan lebih rendah dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.

    “Di bawah kepemimpinan Presiden Trump dalam empat tahun ke depan, kita hampir pasti akan melihat harga energi rata-rata yang lebih rendah daripada yang kita lihat dalam empat tahun terakhir pemerintahan sebelumnya,” kata Wright dalam sebuah pengarahan dengan wartawan di Riyadh dikutip dari Bloomberg, Senin (14/4/2025).

    Meski demikian, Wright menolak berkomentar mengenai target harga tertentu.

    AS di bawah Biden sering berselisih dengan Arab Saudi mengenai kebijakan energi setelah AS merasa permohonannya untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga untuk mengatasi inflasi diabaikan. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah rata-rata sekitar US$83 per barel antara 2017 dan 2021.

    “Saya tidak dapat berkomentar mengenai harga minyak saat ini atau ke mana arahnya, tetapi jika Anda mengurangi hambatan investasi, mengurangi hambatan untuk membangun infrastruktur, Anda dapat menurunkan biaya pasokan energi,” kata Wright.

    Harga minyak telah menurun baru-baru ini setelah Arab Saudi dan negara-negara penghasil minyak lainnya berjanji untuk meningkatkan produksi dan Trump mengguncang pasar dengan tarif yang luas. 

    Minyak mentah turun menjadi kurang dari US$65 per barel, level terendah sejak pandemi virus corona dan jauh di bawah level di mana Arab Saudi menyeimbangkan anggarannya. Itu dapat mengancam kemampuan kerajaan untuk terus mendanai rencana transformasi ekonominya yang besar, menurut Goldman Sachs.

    Namun, Wright menyebut, AS dan Arab Saudi saling berhadapan di pasar energi.

    “Presiden Trump — dan saya pikir Arab Saudi — ingin melihat peningkatan permintaan energi di seluruh dunia dan kami ingin melihat peningkatan pasokan,” ujarnya.

    AS dan Arab Saudi juga sedang mengerjakan perjanjian awal untuk bekerja sama dalam produksi tenaga nuklir sipil dan berharap untuk membuat kemajuan pada tahun ini, kata Wright. Kedua negara berada di ‘jalur’ menuju kesepakatan yang akan melibatkan non-proliferasi dan pengendalian teknologi nuklir, katanya.

    Arab Saudi perlu menandatangani Perjanjian 123 atau 123 agreement, yang mencakup berbagai bidang termasuk masalah proliferasi nuklir dan transfer teknologi, kata Wright. AS juga memandang penting untuk Arab Saudi tidak berusaha bermitra dengan China dalam pengembangan program nuklirnya. 

    “Pandangan itu dianut kedua negara dan fakta bahwa hal itu mungkin diragukan mungkin menunjukkan hubungan yang tidak produktif antara Amerika Serikat dan Arab Saudi selama beberapa tahun terakhir,” katanya. 

    Arab Saudi sebelumnya telah mencari tawaran dari pengembang asing termasuk perusahaan Rusia dan China, bersama dengan perusahaan Prancis dan Korea Selatan, untuk membangun reaktor tenaga nuklir.

    Di bawah pemerintahan Biden, kerja sama AS dalam program tenaga nuklir Arab Saudi telah dibicarakan sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang juga akan membuat kedua negara menandatangani pakta pertahanan dan memperdalam hubungan perdagangan. Itu juga akan melibatkan Arab Saudi yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. 

    Namun, rencana tersebut tak terealisasi setelah serangan 7 Oktober di Israel oleh Hamas dan tanggapan militer Israel.

    Wright berada di Riyadh sebagai bagian dari tur ke beberapa negara Timur Tengah dan yang mencakup pertemuan dengan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz Bin Salman.