Tag: Olivier Zehnder

  • Terima Dubes Swiss, Menaker Sepakati Roadmap Kerja Sama Ketenagakerjaan

    Terima Dubes Swiss, Menaker Sepakati Roadmap Kerja Sama Ketenagakerjaan

    Jakarta

    Menteri Ketenagakerjaan RI Yassierli, menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Olivier Zehnder. Pertemuan ini untuk memperkuat hubungan bilateral, khususnya dalam bidang ketenagakerjaan yang inklusif dan berkelanjutan.

    Yassierli menambahkan kedua pihak telah menyepakati penyusunan roadmap kerja sama ketenagakerjaan sebagai acuan strategis jangka menengah dan panjang. Dokumen ini akan menjadi panduan untuk memperdalam kolaborasi yang melibatkan unsur pemerintah, pekerja, dan pengusaha.

    “Roadmap ini diharapkan mampu mengarahkan program-program kerja sama yang konkret, terukur, dan responsif terhadap perkembangan dunia kerja, termasuk tantangan digitalisasi, transisi energi, dan ketenagakerjaan berkelanjutan,” kata Yassierli dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/6/2025).

    Yassierli menegaskan Indonesia dan Swiss telah menjalin kemitraan erat melalui sejumlah perjanjian kerja sama, antara lain Memorandum of Understanding Regarding Cooperation on Labour and Employment Issues yang ditandatangani pada 18 Juni 2019, serta Agreement on the Exchange of Young Professional (AEYP) pada 30 November 2021.

    “Kolaborasi ini menjadi landasan penting untuk mendorong terciptanya pekerjaan layak dan sistem ketenagakerjaan yang inklusif di kedua negara,” ujar Yassierli.

    Sebagai tindak lanjut dari kerja sama tersebut, kedua negara secara rutin mengadakan pertemuan Joint Working Group (JWG) yang berperan sebagai forum dialog untuk membahas isu-isu ketenagakerjaan yang relevan. Hingga kini, empat pertemuan JWG telah dilaksanakan secara bergantian, dan pertemuan kelima dijadwalkan berlangsung di Swiss pada Oktober 2025.

    (anl/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • PLN Ajak Swiss Genjot Potensi PLTA di Indonesia

    PLN Ajak Swiss Genjot Potensi PLTA di Indonesia

    Jakarta

    PT PLN (Persero) menyatakan komitmennya dalam transisi energi dan penggunaan energi bersih, termasuk dalam pengembangan hydropower atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLN menyatakan terbuka dengan berbagai pihak untuk mengembangkan potensi yang tersedia, termasuk dengan Swiss.

    Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar menyatakan, saat ini potensi energi hydro yang berhasil dimanfaatkan baru mencapai 5,8 gigawatts (GW) dari total potensi yang ada sebesar 29 GW.

    “Kita sedang ada di persimpangan jalan, kita sedang mengarah ke renewable energy. Kita akan meningkatkan yang hydro, dari saat ini hanya 5,8 GW, termasuk large scale dan mini hydro power plant, kita akan meningkatkannya,” ujarnya dalam Konferensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Indonesia-Swiss 2025 di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).

    Suroso menambahkan, saat ini 66% dari total pembangkit listrik PLN masih berasal dari batu bara, sementara energi bersih baru 13%. Artinya masih ada peluang yang dapat terus dioptimalkan di sektor energi air.

    Menurutnya dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru pemerintah dan PLN sudah menyepakati adanya tambahan pembangkit listrik mencapai 71 GW dalam 10 tahun ke depan. Nantinya sekitar 59% kapasitas listrik dipasok dari sumber yang bersih.

    “Kapasitas baru tambahan sekitar 71,2 GW. 59% berasal dari renewable energy, yang mana 11,7 GW, 28% berasal dari large dan mini hydropower,” sebutnya.

    Pada kesempatan itu ia mengajak investor Swiss bekerja sama dalam pengembangan PLTA di Indonesia. Menurut Suroso Swiss punya reputasi baik di sektor PLTA yang teknologinya sudah diterapkan di Indonesia.

    “Generator PLTA tertua (di Indonesia), tahun 1901 atau 1908 mesinnya dibuat oleh Swiss. Bendungan Citarum, Saguling, Cirata, PLTA Saguling 884 MW, PLTA yang cukup besar di Indonesia, dan di sekitarnya ada PLTA Bengkok di Dago, semuanya menunjukkan testimoni bagaimana teknologi Swiss berkontribusi dalam pengembangan PLTA di Indonesia,” bebernya.

    Sementara itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN, Olivier Zehnder menyebut Swiss punya reputasi baik dalam pengembangan PLTA. Saat ini, kata dia, 60% listrik di Swiss disuplai dari PLTA.

    “Swiss dikenal dengan keahliannya di hydropower dengan lebih dari 700 PLTA yang mencakup 60% dari total kapasitas,” ujar Olivier.

    Menurutnya Konferensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Indonesia-Swiss diharapkan bisa mempererat kerja sama kedua negara dan pertukaran pengetahuan di bidang energi air. Terlebih, kata dia, banyak perusahaan Swiss unggul dalam teknologi PLTA canggih seperti pumped storage, turbin, hingga infrastruktur grid.

    (ily/ara)

  • RI-Swiss kerja sama vokasi dual system, pacu kualitas SDM industri

    RI-Swiss kerja sama vokasi dual system, pacu kualitas SDM industri

    Kami terus berupaya memastikan kesesuaian link and match dengan dunia usaha industri, tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga pengembangan industri di masa depan.

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Swiss menerapkan pendidikan vokasi sistem ganda (dual system) yang menggabungkan pembelajaran di sekolah dan pengalaman bekerja di industri, sehingga memacu kualitas sumber daya manusia (SDM).

    Kerja sama itu dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian bersama State Secretariat for Economic Affairs (SECO) Swiss.

    Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta, Kamis, mengatakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi dipersiapkan dengan sungguh-sungguh oleh pihaknya untuk memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan industri seiring dengan perkembangan zaman.

    “Oleh karena itu, kami terus berupaya memastikan kesesuaian link and match dengan dunia usaha industri, tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga pengembangan industri di masa depan,” ujarnya.

    Adapun program kerja sama Kemenperin dengan Swiss ini terdiri dari dua fase, dengan fase pertama telah selesai pada tahun 2022 yang diperpanjang hingga tahun 2024, karena adanya pandemi COVID-19, dan pada fase kedua ini dimulai tahun 2024 hingga 2027.

    Lebih lanjut, Kepala BPSDMI Kemenperin Masrokhan mengatakan kerja sama pada fase kedua ini dapat ditingkatkan dan diperluas ke seluruh unit pendidikan Kemenperin lainnya, sehingga dapat diadaptasi secara luas dalam pengembangan pendidikan secara nasional.

    Ia menjelaskan, saat ini Kemenperin memiliki 13 Pendidikan Tinggi Vokasi, yakni 11 politeknik dan dua Akademi Komunitas, sembilan sekolah menengah kejuruan (SMK), serta tujuh Balai Diklat Industri (BDI) yang seluruhnya berperan aktif dalam penyediaan dan pengembangan SDM industri yang kompeten dan berkualitas.

    “Satuan pendidikan vokasi Kemenperin juga telah menyelenggarakan pendidikan vokasi secara dual system, dan telah terbukti menjadi sekolah dan kampus vokasi yang menarik minat masyarakat serta unggul dalam menghasilkan SDM industri yang siap kerja,” kata Masrokhan.

    Duta Besar Swiss untuk Indonesia Olivier Zehnder menyampaikan, fase kedua kerja sama antara Indonesia dan Swiss fokus untuk mengatasi tantangan yang ada saat ini, terutama upaya untuk lebih meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia dan memperkuat daya saing sektor swasta.

    Hasil dari pelaksanaan kerja sama ini, antara lain telah melakukan pengembangan sekolah dan penguatan sistem di empat unit pendidikan milik Kemenperin, yaitu Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Kayu dan Pengolahan Kayu Kendal, Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng, dan Politeknik Industri Petrokimia Banten.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025