Tag: Nasaruddin Umar

  • Kemenag Akan Rayakan Natal Bersama, Pertama Sejak RI Merdeka

    Kemenag Akan Rayakan Natal Bersama, Pertama Sejak RI Merdeka

    Jakarta

    Kementerian Agama (Kemenag) RI akan menggelar perayaan Natal bersama tahun ini. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyebut bahwa perayaan Natal bersama ini perdana digelar Kemenag sejak Indonesia merdeka.

    Hal ini disampaikan Nasaruddin saat hadir dan memberikan sambutan dalam acara Natal Tiberias 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (6/12/2025) malam.

    “Kementerian Agama, Bapak Ibu sekalian, besok ini, insyaallah kita pun juga akan melaksanakan Natal bersama. Pertama semenjak Republik Indonesia merdeka, di Kementerian Agama Republik Indonesia ini, ada Kementerian Agama merayakan Natal bersama,” kata Nasaruddin dalam sambutannya.

    Gereja Tiberias Indonesia menggelar perayaan Natal di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, malam ini. Foto: Kurniawan Fadilah/detikcom

    Nasaruddin mengatakan perayaan Natal bersama oleh Kemenag RI ini menekankan bahwa tidak boleh ada sekat di antara sesama anak bangsa. Dia menilai keberagaman yang menjadikan Indonesia sebagai lukisan Tuhan yang indah tidak boleh dirusak dengan ketidakharmonisan.

    “Kita tidak boleh ada sekat-sekat, teman-teman. Jangan karena perbedaan agama atau aliran membuat kita itu berbeda. Sebuah lukisan yang indah, tidak ada artinya bingkainya emas kalau lukisannya tidak indah. Apa arti sebuah bingkai? yang penting lukisannya sangat indah,” ucapnya.

    Pantauan detikcom di lokasi, Sabtu (6/12/2025), perayaan Natal Tiberias 2025 dimulai pukul 17.58 WIB. Jemaat tampak membludak memenuhi lapangan utama SUGBK hingga bagian tribun.

    Bahkan beberapa jemaat ada yang menyaksikan dari luar SUGBK. Para jemaat yang di luar stadion menyaksikan perayaan Natal ini melalui tayangan layar besar yang telah disediakan.

    (fas/fas)

  • Kemenag Data Kerusakan Rumah Ibadah dan Madrasah di Sumatera

    Kemenag Data Kerusakan Rumah Ibadah dan Madrasah di Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Agama (Kemenag) memberikan perhatian khusus kepada wilayah terdampak bencana di Pulau Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Selain doa, perhatian tersebut diwujudkan melalui penyaluran bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak.

    Menteri Agama Nasaruddin Umar menjelaskan, berbagai komponen di bawah Kemenag, termasuk Baznas dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), telah menyalurkan bantuan secara bertahap. Koordinasi dengan sejumlah lembaga terus dilakukan agar distribusi bantuan berlangsung cepat dan tepat sasaran.

    “Insyaallah secara bertahap, teman-teman dari Baznas, BWI, serta bantuan dari luar negeri yang disalurkan melalui Kementerian Agama sudah dan akan terus kami distribusikan ke tiga provinsi terdampak, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Besok atau lusa kami akan kembali ke sana,” ujar Menag Nasaruddin Umar di kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12/2025).

    Kemenag juga melakukan pendataan terkait madrasah dan rumah ibadah yang rusak atau hancur akibat bencana tersebut.

    “Kami telah mendata jumlah madrasah, masjid, dan rumah ibadah lain yang mengalami kerusakan. Semuanya menjadi perhatian kami,” tegas Nasaruddin.

  • Dialog Bersama Menag dan Ustaz Das’ad tentang Empati, Toleransi, dan Diplomasi Umat

    Dialog Bersama Menag dan Ustaz Das’ad tentang Empati, Toleransi, dan Diplomasi Umat

    Jakarta: Metro TV menghadirkan acara ‘Harmoni Jiwa’ dalam rangka peringatan HUT ke-25 Metro TV pada Sabtu, 29 November 2025. Acara ini menjadi ruang refleksi tentang empati, toleransi, persatuan, dan kehidupan umat Islam di berbagai negara.
     
    Bertema Menembus Dunia Tanpa Batas di Masjid Istiqlal, acara ‘Harmoni Jiwa’ digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta. Hadir dua pembicara utama, yakni Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar dan pendakwah Ustaz Das’ad Latif dalam acara ini, serta empat imam Indonesia yang kini menetap di Australia, Jepang, Mesir, dan Amerika Serikat.
     
    Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar mengawali sesi dengan berbicara terkait cara menumbuhkan empati dan menjaga persatuan. Ia memastikan penyatuan manusia bukan hal yang sulit.
     
    “Saya kira tidak sulit untuk mempertemukan dan menyatukan anak manusia satu sama lain, meskipun geografisnya jauh. Hal ini karena manusia berasal dari satu sumber yang sama, memiliki substansi yang sama, dan tidak dapat dibedakan,” ujar Nasaruddin.
     
    Ia menilai persoalan muncul ketika perbedaan dijadikan masalah. Padahal hakikatnya manusia ditakdirkan berbeda untuk tujuan universal kemanusiaan.
     
    Mengutip ayat walillahil masriq wal maghrib, Prof Nasaruddin menjelaskan makna Timur dan Barat tidak sekadar geografis. Tetapi, mencerminkan dua metodologi: rasionalitas Barat dan rasa khas Timur.
     
    Pada kesempatan itu, ia juga memaparkan dengan satu pertanyaan filosofis: siapa yang menjadi sumber dari semua kesatuan? Jawabannya ia sampaikan dengan firman Allah: ‘Qul Huwallahu Ahad.’
     

     

    Menekankan Persamaan untuk Merawat Harmoni
    Prof Nasaruddin kembali menegaskan pentingnya fokus pada persamaan dalam kehidupan beragama.
     
    “Toleransi bukan berarti harus menyamakan yang berbeda atau membedakan sesuatu yang sama. Biarkanlah yang berbeda itu berbeda dan yang sama itu sama,” kata Nasaruddin.
     
    Ia juga mengingatkan bahwa Al-Qur’an menegaskan Innamal mukminuna ikhwah, yang menekankan persaudaraan atas dasar keimanan, bukan identitas formal.
     
    Ustaz Das’ad Latif: Empati Melahirkan Harmoni
    Sementara itu, Ustaz Das’ad Latif angkat bicara mengenai empati pada acara ‘Harmoni Jiwa’ ini. Ia menjelaskan bahwa empati adalah kemampuan menempatkan diri pada kondisi orang lain.
     
    “Empati adalah bagaimana kita menempatkan diri seolah-olah kita pada posisi orang lain, jika kita tidak senang dihina atau direndahkan, orang lain juga pasti merasakan hal yang sama,” katanya.
     
    Ustaz Das’ad menekankan perbedaan adalah keniscayaan yang justru menegaskan kekayaan ciptaan Allah. Ia juga memberi contoh perbedaan sebagai sesuatu yang fungsional, seperti variasi gigi serta keberadaan dua jenis kelamin sebagai dasar keberlangsungan kehidupan.
     
    Menyimak paparan tentang Australia dan Jepang, Ustaz Das’ad mengajak masyarakat untuk lebih bersyukur tinggal di Indonesia.
     
    “Alhamdulillah tadi saya bersyukur bicara soal toleransi enggak usah belajar ke luar negeri, ndak ada sudah paling toleransi di Indonesia,” kata dia.
     
    Ia pun menyoroti kekayaan bahasa dan budaya yang tetap bisa akur dalam satu persaudaraan, sembari mengingatkan ancaman pihak luar yang mencoba memecah belah bangsa.
     
    Dengan contoh humoris, ia menggambarkan pentingnya kesatuan, termasuk dalam ibadah seperti takbir yang hanya memiliki satu bahasa.

     

     
    Wajah Islam di Berbagai Negara 
    Pada acara ini, hadir pula empat imam Indonesia yang kini menetap di Australia, Jepang, Mesir, dan Amerika Serikat. Mereka kemudian menggambarkan kehidupan keberagamaan di negara masing-masing, mulai dari multikulturalisme di Australia, pertumbuhan Islam di Jepang, peran Mesir dalam krisis Palestina, hingga dinamisnya komunitas muslim di Amerika Serikat.
     
    Mereka memotret bagaimana Islam tetap tumbuh dalam lingkungan minoritas, berinteraksi dengan hukum lokal, dan mendorong kolaborasi lintas komunitas.
     
    Salah satunya, Imam Masjid Bankstown Sydney, Ustaz Emil Idad. Ia menggambarkan kondisi keberagamaan di Australia yang multikultural. Ia menjelaskan bahwa agama kerap hadir dalam bentuk quiet religion, tidak selalu tampak di ruang publik kecuali pada situasi krisis, seperti meningkatnya Islamofobia sejak 2023.
     
    “Fakta di lapangan, 70 persen korban adalah perempuan dan berjilbab,” kata Ustaz Emil.
     
    Meski demikian, hukum di Australia menyediakan perlindungan kuat melalui berbagai regulasi antidisriminasi, sementara pendidikan toleransi diperkuat di seluruh sekolah umum.
     
    Sementara itu, Imam Masjid NU di Taqwa Koga Ibaraki, Ustaz Pamuji Mahasim juga menjelaskan perkembangan signifikan Muslim Indonesia di Jepang.
     
    “Kalau kita flashback 10 tahun yang lalu itu belum ada satupun masjid Indonesia. Tapi dalam 10 tahun ini, mungkin mencapai angka 50 persen untuk Indonesia sendiri,” kata Ustaz Pamuji.
     
    Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan Muslim Jepang kini didominasi anak muda dan kalangan terpelajar, bukan lagi hanya mereka yang masuk Islam karena pernikahan. Fasilitas keagamaan seperti masjid, pesantren, dan restoran halal terus bertambah, terutama untuk melayani komunitas TKI yang mencapai 200 ribu orang.
     
    Pengalaman menarik juga diungkapkan Ketua Masjid Indonesia Cairo, Ustaz Rahmat Aming Lasim bagaimana kehidupan toleransi umat Islam warga Mesir. Ia menggambarkan peran besar Mesir dalam membantu, terutama bagi warga Gaza.
     
    “Menurut saya adalah bagaimana bentuk kepedulian masyarakat Mesir dan lembaga-lembaga filantropi di Mesir untuk membantu warga Palestina. Mereka dirawat di lebih dari 40 rumah sakit di Mesir,” kata Rahmat.
     
    Ia menjelaskan lebih dari 110 ribu warga Gaza tinggal di Mesir tanpa disebut pengungsi. Mereka selalu dipandang sebagai saudara.
     
    Kehidupan umat Islam yang menarik juga diungkapkan Imam Masjid Imaam Center Washington DC, Ustaz Saharuddin Mangngasa. Ia menggambarkan Amerika sebagai miniatur dunia dengan perkembangan Islam yang sangat kuat.
     
    “Sekarang ini Masjid itu sudah hampir mencapai 4.000. Kalau Jumatan tetap saja di mana-mana juga enggak ada masjid di Amerika itu yang kosong, bahkan meluap,” kata Ustaz Saharuddin.
     
    Ia menilai kematangan masyarakat Amerika dalam memandang perbedaan membuat masa depan Islam di negara itu sangat cerah. Terpilihnya tokoh Muslim seperti Zohran Mamdani menjadi contoh penerimaan publik terhadap pemimpin berdasarkan kapasitas, bukan agama.

    Dipersembahkan oleh:

    Jakarta: Metro TV menghadirkan acara ‘Harmoni Jiwa’ dalam rangka peringatan HUT ke-25 Metro TV pada Sabtu, 29 November 2025. Acara ini menjadi ruang refleksi tentang empati, toleransi, persatuan, dan kehidupan umat Islam di berbagai negara.
     
    Bertema Menembus Dunia Tanpa Batas di Masjid Istiqlal, acara ‘Harmoni Jiwa’ digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta. Hadir dua pembicara utama, yakni Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar dan pendakwah Ustaz Das’ad Latif dalam acara ini, serta empat imam Indonesia yang kini menetap di Australia, Jepang, Mesir, dan Amerika Serikat.
     
    Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar mengawali sesi dengan berbicara terkait cara menumbuhkan empati dan menjaga persatuan. Ia memastikan penyatuan manusia bukan hal yang sulit.
     
    “Saya kira tidak sulit untuk mempertemukan dan menyatukan anak manusia satu sama lain, meskipun geografisnya jauh. Hal ini karena manusia berasal dari satu sumber yang sama, memiliki substansi yang sama, dan tidak dapat dibedakan,” ujar Nasaruddin.
     
    Ia menilai persoalan muncul ketika perbedaan dijadikan masalah. Padahal hakikatnya manusia ditakdirkan berbeda untuk tujuan universal kemanusiaan.
     
    Mengutip ayat walillahil masriq wal maghrib, Prof Nasaruddin menjelaskan makna Timur dan Barat tidak sekadar geografis. Tetapi, mencerminkan dua metodologi: rasionalitas Barat dan rasa khas Timur.
     
    Pada kesempatan itu, ia juga memaparkan dengan satu pertanyaan filosofis: siapa yang menjadi sumber dari semua kesatuan? Jawabannya ia sampaikan dengan firman Allah: ‘Qul Huwallahu Ahad.’
     

     

    Menekankan Persamaan untuk Merawat Harmoni

    Prof Nasaruddin kembali menegaskan pentingnya fokus pada persamaan dalam kehidupan beragama.
     
    “Toleransi bukan berarti harus menyamakan yang berbeda atau membedakan sesuatu yang sama. Biarkanlah yang berbeda itu berbeda dan yang sama itu sama,” kata Nasaruddin.
     
    Ia juga mengingatkan bahwa Al-Qur’an menegaskan Innamal mukminuna ikhwah, yang menekankan persaudaraan atas dasar keimanan, bukan identitas formal.
     

    Ustaz Das’ad Latif: Empati Melahirkan Harmoni

    Sementara itu, Ustaz Das’ad Latif angkat bicara mengenai empati pada acara ‘Harmoni Jiwa’ ini. Ia menjelaskan bahwa empati adalah kemampuan menempatkan diri pada kondisi orang lain.
     
    “Empati adalah bagaimana kita menempatkan diri seolah-olah kita pada posisi orang lain, jika kita tidak senang dihina atau direndahkan, orang lain juga pasti merasakan hal yang sama,” katanya.
     
    Ustaz Das’ad menekankan perbedaan adalah keniscayaan yang justru menegaskan kekayaan ciptaan Allah. Ia juga memberi contoh perbedaan sebagai sesuatu yang fungsional, seperti variasi gigi serta keberadaan dua jenis kelamin sebagai dasar keberlangsungan kehidupan.
     
    Menyimak paparan tentang Australia dan Jepang, Ustaz Das’ad mengajak masyarakat untuk lebih bersyukur tinggal di Indonesia.
     
    “Alhamdulillah tadi saya bersyukur bicara soal toleransi enggak usah belajar ke luar negeri, ndak ada sudah paling toleransi di Indonesia,” kata dia.
     
    Ia pun menyoroti kekayaan bahasa dan budaya yang tetap bisa akur dalam satu persaudaraan, sembari mengingatkan ancaman pihak luar yang mencoba memecah belah bangsa.
     
    Dengan contoh humoris, ia menggambarkan pentingnya kesatuan, termasuk dalam ibadah seperti takbir yang hanya memiliki satu bahasa.
     
     

     

    Wajah Islam di Berbagai Negara 

    Pada acara ini, hadir pula empat imam Indonesia yang kini menetap di Australia, Jepang, Mesir, dan Amerika Serikat. Mereka kemudian menggambarkan kehidupan keberagamaan di negara masing-masing, mulai dari multikulturalisme di Australia, pertumbuhan Islam di Jepang, peran Mesir dalam krisis Palestina, hingga dinamisnya komunitas muslim di Amerika Serikat.
     
    Mereka memotret bagaimana Islam tetap tumbuh dalam lingkungan minoritas, berinteraksi dengan hukum lokal, dan mendorong kolaborasi lintas komunitas.
     
    Salah satunya, Imam Masjid Bankstown Sydney, Ustaz Emil Idad. Ia menggambarkan kondisi keberagamaan di Australia yang multikultural. Ia menjelaskan bahwa agama kerap hadir dalam bentuk quiet religion, tidak selalu tampak di ruang publik kecuali pada situasi krisis, seperti meningkatnya Islamofobia sejak 2023.
     
    “Fakta di lapangan, 70 persen korban adalah perempuan dan berjilbab,” kata Ustaz Emil.
     
    Meski demikian, hukum di Australia menyediakan perlindungan kuat melalui berbagai regulasi antidisriminasi, sementara pendidikan toleransi diperkuat di seluruh sekolah umum.
     
    Sementara itu, Imam Masjid NU di Taqwa Koga Ibaraki, Ustaz Pamuji Mahasim juga menjelaskan perkembangan signifikan Muslim Indonesia di Jepang.
     
    “Kalau kita flashback 10 tahun yang lalu itu belum ada satupun masjid Indonesia. Tapi dalam 10 tahun ini, mungkin mencapai angka 50 persen untuk Indonesia sendiri,” kata Ustaz Pamuji.
     
    Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan Muslim Jepang kini didominasi anak muda dan kalangan terpelajar, bukan lagi hanya mereka yang masuk Islam karena pernikahan. Fasilitas keagamaan seperti masjid, pesantren, dan restoran halal terus bertambah, terutama untuk melayani komunitas TKI yang mencapai 200 ribu orang.
     
    Pengalaman menarik juga diungkapkan Ketua Masjid Indonesia Cairo, Ustaz Rahmat Aming Lasim bagaimana kehidupan toleransi umat Islam warga Mesir. Ia menggambarkan peran besar Mesir dalam membantu, terutama bagi warga Gaza.
     
    “Menurut saya adalah bagaimana bentuk kepedulian masyarakat Mesir dan lembaga-lembaga filantropi di Mesir untuk membantu warga Palestina. Mereka dirawat di lebih dari 40 rumah sakit di Mesir,” kata Rahmat.
     
    Ia menjelaskan lebih dari 110 ribu warga Gaza tinggal di Mesir tanpa disebut pengungsi. Mereka selalu dipandang sebagai saudara.
     
    Kehidupan umat Islam yang menarik juga diungkapkan Imam Masjid Imaam Center Washington DC, Ustaz Saharuddin Mangngasa. Ia menggambarkan Amerika sebagai miniatur dunia dengan perkembangan Islam yang sangat kuat.
     
    “Sekarang ini Masjid itu sudah hampir mencapai 4.000. Kalau Jumatan tetap saja di mana-mana juga enggak ada masjid di Amerika itu yang kosong, bahkan meluap,” kata Ustaz Saharuddin.
     
    Ia menilai kematangan masyarakat Amerika dalam memandang perbedaan membuat masa depan Islam di negara itu sangat cerah. Terpilihnya tokoh Muslim seperti Zohran Mamdani menjadi contoh penerimaan publik terhadap pemimpin berdasarkan kapasitas, bukan agama.
     

    Dipersembahkan oleh:

    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Menag Nasaruddin Umar Ajak Rawat Kebersamaan Lewat Harmony Award 2025

    Menag Nasaruddin Umar Ajak Rawat Kebersamaan Lewat Harmony Award 2025

    Menag Nasaruddin memberikan contoh relasi manusia dengan tumbuhan dan hewan.

    “Wahai Kembang, wahai Kucing, engkau adalah aku, aku adalah engkau. Engkau layu, pertanda kamu tidak makan, tidak minum. Aku harus menyiram engkau, Aku harus memberi makan engkau, karena engkau lapar. Aku rasakan bagaimana pedihnya kalau aku lapar,” ucap dia.

    Hal ini, menurutnya sesuai dengan konsep Ukhuwah Maklukiyah, yakni persaudaraan sesama ciptaan.

    “Wahai sungai, engkau adalah aku. Aku tidak suka yang kotor. Maka aku tidak boleh menjadikan engkau sebagai WC umum atau tong sampah umum,” kata Nasaruddin.

    Ia menyebut pandangan ini sebagai ekoteologi landasan moral menjaga lingkungan dan sesama makhluk.

    Kemenag berharap Harmony Award 2025 menjadi ruang konsolidasi seluruh pemangku kepentingan, tokoh agama, pemerintah daerah, FKUB, dan masyarakat, untuk memperkuat moderasi beragama dan mempertahankan kerukunan nasional.

    Nasaruddin menegaskan bahwa Indonesia adalah contoh unik keragaman dunia yang mampu menghadirkan harmoni.

    “Di kolom langit ini, negara yang paling plural tidak ada 2 nya, di Indonesia ini. Tetapi kita bisa mempersembahkan contoh keharmonisan,” kata dia.

    Kemenag menilai tugas ke depan adalah memastikan harmoni tetap terjaga di tengah meningkatnya tantangan sosial dan dinamika keberagaman.

    “Kenapa kita harus berkonflik kalau bisa damai? Mari kita menjadi malaikat dalam citranya yang selalu menginginkan adanya keharmonisasi,” pungkas Nasaruddin.

  • Info Puncak Natal Kemenag 2025, Catat Tanggalnya!

    Info Puncak Natal Kemenag 2025, Catat Tanggalnya!

    Jakarta

    Umat Kristiani akan merayakan Natal 2025 pada bulan Desember mendatang. Kementerian Agama (Kemenag) menginformasikan puncak perayaan Natal 2025 akan digelar di bulan Desember 2025 di Jakarta.

    Melansir situs resmi Kemenag, puncak Natal Kementerian Agama 2025 dijadwalkan berlangsung pada Senin, 29 Desember 2025 di Jakarta. Perayaan ini merupakan puncak rangkaian safari Natal yang telah dimulai sejak November dan dihadiri umat Kristiani, pejabat Kemenag, serta tokoh lintas agama.

    Kegiatan yang akan digelar secara luring dan daring ini juga akan melibatkan para pejabat Kemenag Kristiani, Pembimas, Penyuluh, guru agama, maupun pegawai Kristiani seluruh Indonesia. Puncak perayaan Natal juga menghadirkan paduan suara gereja, refleksi Natal, sambutan tokoh agama, serta pesan kerukunan dari Menteri Agama.

    Susunan Acaranya

    Perayaan puncak Natal Kemenag 2025 akan diawali dengan ibadah oikoumene (ibadah inter denominasi) yang mempertemukan umat Kristen dan Katolik dalam satu ruang yang sama, dipandu liturgi yang dirancang secara inklusif dan menghormati tradisi kedua komunitas. Setelah rangkaian ibadah usai, Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama para tokoh agama lain bergabung untuk mengikuti sesi perayaan bersama.

    Puncak Natal akan turut dihadiri pimpinan aras gereja nasional, antara lain

    Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI)Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI)Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII)Gereja Bala KeselamatanGereja AdventPersekutuan Baptis IndonesiaGereja Ortodoks IndonesiaPersekutuan Gereja Tionghoa IndonesiaTujuan Natal Kemenag 2025

    “Selama ini saya melihat umat Katolik dan Kristen menyelenggarakan perayaan secara sendiri-sendiri. Kenapa enggak disatukan menjadi satu kesatuan supaya nanti kaumnya bisa terasa lebih kebersamaan,” ujar Menag di Surabaya, Rabu (26/11/2025).

    Ia menekankan bahwa kebersamaan tersebut tidak berarti umat beragama lain ikut serta dalam prosesi ibadah.

    (kny/imk)

  • Menag Sebut RI Bakal jadi Pusat Studi Islam Modern: Orang Arab Harus Belajar ke Indonesia

    Menag Sebut RI Bakal jadi Pusat Studi Islam Modern: Orang Arab Harus Belajar ke Indonesia

    Bisnis.com, SURABAYA — Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi, sudah sepatutnya belajar lebih dalam mengenai studi keislaman ke Indonesia.

    Nasaruddin menjelaskan, pihaknya memproyeksikan Indonesia titik utama memperkenalkan untuk memperkenalkan lebih lanjut mengenai studi Islam kepada seluruh dunia. 

    “Jangan sampai nanti kita menjadi konsumen terhadap pemikiran-pemikiran mereka, justru kita harus menjadi produsen. Kita akan ekspos bahwa Islam di Indonesia itu seperti yang diuraikan di dalam seminar ini karena dunia Islam sekarang ini sangat tajuk,” tegas Nasaruddin di Surabaya, dikutip Kamis (27/11/2025).

    Menurutnya, memang banyak anak bangsa memperdalam ilmu agama ke Timur Tengah. Bahkan banyak literatur berbahasa Arab yang juga banyak diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai media pembelajaran.

    Namun, seiring berkembangnya studi agama Islam di Nusantara, Imam Besar Masjid Istiqlal ini menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia menempatkan diri sebagai pusat studi keilmuan Islam di dunia.

    “Buku-buku Arab diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kata Pak Sekjennya itu, ‘Sekarang harus dibalik’. Justru buku-buku yang berbahasa Indonesia tentang Islam itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,” tegasnya.

    Nasaruddin juga menuturkan, terdapat berbagai cabang keilmuan Islam yang saat ini telah berkembang di tanah air. Misalnya, ilmu ekonomi modern, demokrasi hingga politik yang berkesinambungan dengan ajaran Islam.

    “Orang-orang Timur Tengah, orang Arab itu harus belajar Islam di Indonesia. Apakah itu ekonomi Islam, apakah itu demokrasi, apakah itu politik, apa itu ekonomi modern dan seterusnya, mereka itu minta supaya ke Indonesia,” ungkapnya.

    Bahkan, sebut Nasaruddin, saat ini negara-negara Timur Tengah sudah menganggap Indonesia sebagai “rising star” dalam upaya pengembangan episentrum studi Islam modern di dunia.

    “Jadi mereka itu menganggap Indonesia ini adalah betul-betul the rising star untuk pengembangan episentrum Islam modern,” jelasnya.

    Nasaruddin menjelaskan, usaha pengembangan Islam Indonesia tersebut lebih lanjut bakal digaungkan dalam rangkaian konferensi internasional ini. Yang dalam waktu dekat akan digelar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 

    “Nah, seminar di UIN Jakarta akan menjadi coverage-nya. Jadi, ini akan memberikan semacam frame, bingkainya seperti apa, supaya nanti editingnya bagus. Nah, ini nanti kita expose ke dunia luar ya, termasuk dunia Timur Tengah,” pungkasnya.

  • Menag Nasaruddin Ungkap 80 Ponpes Rawan Ambruk

    Menag Nasaruddin Ungkap 80 Ponpes Rawan Ambruk

    Surabaya (beritajatim.com) – Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar blak-blakan soal kerawanan bangunan di sejumlah pondok pesantren (ponpes) di Indonesia. Ini menyusul tragedi ambruknya Ponpes Al-Khoziny, Sidoarjo.

    Nasaruddin mengungkap, sebanyak 80 ponpes teridentifikasi memiliki tingkat kerawanan sangat tinggi dan berisiko ambruk. Fakta ini ditemukan setelah pemerintah melakukan pendataan menyeluruh.

    “Ada sekitar 80 pondok pesantren yang punya tingkat kerawanan yang sangat tinggi,” ungkap Nasaruddin saat di UINSA Surabaya dikutip Kamis (27/11/2025).

    Nasaruddin mengatakan, begitu insiden Al-Khoziny terjadi, pihaknya langsung bergerak cepat ke lokasi. Kehadiran di lokasi, kata dia, penting untuk memetakan situasi riil sebagai langkah menghindari laporan subjektif.

    “Jangan mendengarkan dari orang lain. Nanti ada kepentingan subjektif, memberikan laporan. Jadi begitu kejadian kami terbang langsung,” ujarnya.

    Kementerian Agama (Kemenag) juga langsung memberikan bantuan darurat. Baginya, kebutuhan dasar para santri harus dipenuhi segera.

    “Kebutuhan dasarnya dulu kita penuhi. Karena mereka kan tidak punya mungkin persiapan-persiapan macam-macam. Jadi itu saya kira kita yang paling pertama, turun,” tambahnya.

    Tragedi Al-Khoziny jadi pelajaran pahit. Nasaruddin menekankan, kejadian serupa tidak boleh terulang lagi. “Kami berkolaborasi dengan instansi yang terkait bahwa ini yang terakhir, jangan lagi ada pesantren seperti ini,” ujarnya.

    Ia menyebut jika langkah cepat dan kolaborasi ini merupakan arahan langsung dari Presiden.
    “Kementerian PU dan Kementerian Agama diminta untuk mendata pesantren yang rawan,” lanjutnya.

    Presiden bahkan langsung memberi instruksi tegas terkait 80 ponpes rawan tersebut untuk segera dilakukan perbaikan. “Inilah kita bersyukur Presiden kita itu sangat proaktif untuk memberikan perhatian khusus pada pondok pesantren,” tandasnya. [ipl/kun]

  • Puluhan Pesantren Berkondisi Rawan, Harus Segera Direhabilitasi

    Puluhan Pesantren Berkondisi Rawan, Harus Segera Direhabilitasi

    Liputan6.com, Jakarta Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, sedikitnya 80 pesantren telah teridentifikasi punya tingkat kerawanan bangunan yang tinggi, dan harus segera direhabilitasi.

    “Banyak pesantren tidak memiliki persiapan memadai untuk menghadapi kondisi darurat, sehingga Kementerian Agama menjadi pihak pertama yang turun tangan memberikan bantuan awal,” kata dia dalam acara International Conference on Indonesian Islam: Why Indonesia as a New Center of Muslim Civilization? di Sport Center UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Rabu (26/11/2025).

    Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Nasaruddin menegaskan, tak bisa bekerja sendiri, demi mencegah kejadian seperti yang terjadi di Sidoarjo beberapa waktu lalu.

    “Kami berkolaborasi dengan instansi terkait. Ini yang terakhir, jangan lagi ada,” ungkap dia.

    “Atas arahan Bapak Presiden, kami diminta mendata pesantren yang rawan. Kementerian PUPR dan Kementerian Agama diminta memastikan jangan sampai terjadi lagi,” sambungnya.

    Menurut Nasaruddin, Presiden Prabowo Subianto menaruh perhatian penuh terhadap hadirnya pesantren yang aman dan nyaman untuk para santri.

    Karenanya, Kemenag memastikan program rehabilitasi ini akan menjadi prioritas, mengingat peran pesantren sebagai pusat pendidikan, pembinaan moral, dan penguatan nilai-nilai bangsa bagi jutaan santri di seluruh Indonesia.

    “Presiden kita sangat proaktif untuk memberikan perhatian khusus pada pondok pesantren. Kita bersyukur karena instruksi beliau jelas, itu harus diperbaiki sebelum terjadi informasi yang lebih buruk,” jelas Nasaruddin.

  • Menag Sebut Ada 80 Bangunan Pondok Pesantren Rawan Ambruk di Seluruh Indonesia

    Menag Sebut Ada 80 Bangunan Pondok Pesantren Rawan Ambruk di Seluruh Indonesia

    Bisnis.com, SURABAYA — Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa terdapat sebanyak 80 pondok pesantren di tanah air yang memiliki kondisi fisik dengan tingkat kerawanan yang sangat tinggi. Artinya, bangunannya berisiko sewaktu-waktu ambruk.

    Hal tersebut dituturkan Nasaruddin di sela-sela menghadiri International Conference of Indonesian Islam, yang berlangsung di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/11/2025).

    “Kita inventarisir ada sekitar 80 pondok pesantren yang punya tingkat kerawanan yang sangat tinggi,” beber Nasaruddin.

    Dirinya menyebut, hal itu terungkap setelah Presiden Prabowo Subianto memerintahkan jajarannya untuk melakukan audit terhadap seluruh bangunan pondok pesantren di Indonesia, setelah tragedi ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, akhir September silam.

    “Maka itu kami kerjasama atas arahan Bapak Presiden. Sama, jangan terjadi seperti ini lagi. Maka Kementerian PU dan Kementerian Agama diminta untuk mendata pesantren yang rawan,” tegasnya.

    Nasaruddin juga menerangkan, Presiden Prabowo memberi instruksi agar pondok pesantren yang memiliki kerawanan tinggi untuk segera diperbaiki. Hal tersebut untu mengantisipasi peristiwa naas Al Khoziny yang menewaskan setidaknya 63 santri, tidak terulang di masa depan.

    “Presiden langsung memberikan instruksi itu harus diperbaiki sebelum terjadinya korban. Ya, dan inilah kita bersyukur presiden kita itu sangat proaktif untuk memberikan perhatian khusus pada pondok pesantren,” katanya

    Sementara soal Tragedi Al Khoziny sendiri, Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga mengaku langsung meninjau ke lokasi kejadian. Pihaknya juga telah memberikan berbagai macam bantuan darurat, hingga berkolaborasi dengan instansi lain untuk melakukan penanganan sesegera mungkin.

    “Maka itu kami kerjasama atas arahan bapak presiden. Sama, jangan terjadi seperti ini lagi. Maka Kementerian PU dan Kementerian Agama diminta untuk mendata pesantren yang rawan,” pungkasnya.

  • Banom PKB Gelar Retret Lintas Agama, Ingin Anak Muda Berani Speak Up Isu Intoleran 

    Banom PKB Gelar Retret Lintas Agama, Ingin Anak Muda Berani Speak Up Isu Intoleran 

    JAKARTA – Badan Persaudaraan Antariman (Berani), badan otonom Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), akan menggelar Kemah Lintas Iman pada 28–30 November 2025 di Buperta Cibubur.

    Retret dirancang sebagai ruang pertemuan bagi anak muda dari berbagai latar agama untuk mendorong keberanian melawan isu intoleransi.

    Ketua Steering Committee Kemah Lintas Iman, Carolus L. Tindra, menjelaskan kegiatan ini berangkat dari kekhawatiran meningkatnya perspektif negatif terhadap keberagaman yang dinilai dapat menghambat visi Indonesia Emas 2045.

    “Salah satu dari studi di lapangan, satu hal yang ternyata bisa menjadi penghambat adalah banyaknya perspektif negatif tentang keberagaman. Padahal sebetulnya keberagaman ini harusnya menjadi kekuatan,” kata Carolus di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Selasa, 25 November.

    Ia menyebut Kemah Lintas Iman digelar sebagai ruang dialog yang mempertemukan anak muda dari berbagai agama, budaya, dan latar belakang keluarga maupun pendidikan. Menurut Carolus, target utama kegiatan ini adalah menghasilkan generasi muda yang tidak pasif ketika berhadapan dengan isu intoleransi.

    “Outputnya adalah kita ingin mencetak orang-orang muda yang berani speak up ketika ada isu-isu intoleran yang ada di Indonesia,” ujar dia.

    Peserta kegiatan retret ini dibatasi untuk usia 18–35 tahun sebagai kelompok yang dianggap strategis dalam upaya mendorong keberanian menyuarakan toleransi.

    “Jadi memang kita khususkan untuk pemuda-pemuda yang memang ini bisa menjadi tempat untuk kita bisa speak up ke depannya ketika melawan isu-isu intoleran,” tutur Carolus.

    Sementara itu, Ketua Umum Berani, Lorens Manuputty, menyampaikan sejumlah tokoh direncanakan hadir, ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai inisiator acara. Panitia juga mengundang Presiden Prabowo Subianto untuk hadir.

    “Pak Prabowo pun juga demikian, kami sudah bersurat bahkan sudah berkomunikasi dengan Pak Presiden. Kami berharap beliau juga bisa hadir,” ucap Lorens.

    Sejumlah pejabat lainnya juga diundang dalam acara tersebut, di antaranya adalah Menteri Agama Nasaruddin Umar dan beberapa pimpinan komisi di DPR RI yang terkait dengan isu keagamaan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.