Tag: Narendra Modi

  • Imbas Serangan Kashmir, India dan Pakistan Saling Cabut Perjanjian Bilateral

    Imbas Serangan Kashmir, India dan Pakistan Saling Cabut Perjanjian Bilateral

    PIKIRAN RAKYAT – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali terasa setelah serangan mematikan di wilayah Pahalgam, Jammu, dan Kashmir. Insiden yang terjadi pada Selasa itu menelan korban jiwa sebanyak 25 wisatawan asal India dan satu warga lokal. Pelaku penyerangan hingga kini belum teridentifikasi, tetapi dampaknya telah memicu reaksi keras dari kedua negara bertetangga yang memiliki sejarah konflik panjang.

    Sebagai respons atas insiden tersebut, India mengambil serangkaian langkah drastis, termasuk menangguhkan Indus Waters Treaty (Perjanjian Air Indus), yang telah berlaku sejak tahun 1960. Perjanjian yang dimediasi oleh Bank Dunia tersebut mengatur pembagian air dari enam sungai utama di Cekungan Sungai Indus antara India dan Pakistan. Langkah ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah, di mana India secara sepihak menangguhkan perjanjian tersebut.

    Perdana Menteri India, Narendra Modi, memimpin rapat darurat Komite Keamanan Kabinet sebelum mengumumkan penangguhan perjanjian tersebut. Tak hanya itu, India juga mengusir penasihat militer Pakistan dari kedutaan Islamabad di New Delhi, mengurangi jumlah staf diplomatik Pakistan, dan menghentikan sementara layanan visa bagi warga negara Pakistan, termasuk visa dalam kerangka kerja Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC).

    Pemerintah India bahkan meminta seluruh warganya yang sedang berada di Pakistan untuk segera pulang dan menutup satu-satunya perlintasan darat legal di perbatasan Wagah-Attari.

    Di sisi lain, Pakistan merespons cepat dengan langkah serupa. Pemerintah di Islamabad menyatakan bahwa tidak ada klausul dalam Perjanjian Air Indus yang memungkinkan penangguhan sepihak, dan menyebut tindakan India sebagai “ceroboh” serta memperingatkan bahwa setiap upaya pengalihan atau pemblokiran aliran air ke Pakistan akan dianggap sebagai ‘tindakan perang’.

    Langkah yang tak kalah signifikan adalah keputusan Pakistan untuk menangguhkan Perjanjian Simla tahun 1972, yang selama ini menjadi dasar bagi penyelesaian sengketa secara bilateral dan menjaga penghormatan terhadap Garis Kontrol (Line of Control) di wilayah Kashmir yang disengketakan. Keputusan tersebut diambil dalam rapat Komite Keamanan Nasional Pakistan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shehbaz Sharif dan dihadiri oleh seluruh pimpinan militer.

    Selain mengusir atase pertahanan India dan mengurangi staf diplomatik di kedutaan India di Islamabad, Pakistan juga menutup perlintasan di sisi perbatasan Attari-Wagah, menangguhkan seluruh perdagangan bilateral dan bisnis pihak ketiga melalui wilayahnya.

    Islamabad juga menghentikan layanan visa bagi seluruh warga negara India di bawah Skema Pengecualian Visa SAARC, kecuali bagi peziarah Sikh, serta menutup wilayah udara Pakistan bagi semua pesawat milik atau dioperasikan oleh India.

    Ketegangan antara kedua negara nuklir ini semakin memperburuk situasi di kawasan Asia Selatan, yang selama bertahun-tahun telah diwarnai oleh konflik berkepanjangan terkait wilayah Kashmir. Sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947, India dan Pakistan telah berperang sebanyak tiga kali, dan dua diantaranya terkait Kashmir.

    Pengamat hubungan internasional menilai bahwa penangguhan perjanjian-perjanjian bilateral yang telah lama menjadi pilar kerja sama terbatas antara kedua negara dapat memperburuk instabilitas regional dan memicu reaksi dari komunitas internasional. Terutama, penangguhan Indus Waters Treaty dikhawatirkan akan berdampak langsung pada sektor pertanian dan ketersediaan air di Pakistan, yang sangat bergantung pada aliran sungai dari wilayah India.

    Sejauh ini, belum ada klaim tanggung jawab atas serangan di Pahalgam. Namun, India menuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan sebagai dalang di balik serangan tersebut—klaim yang kerap dilontarkan dalam insiden serupa sebelumnya. Sementara itu, Pakistan membantah tuduhan tersebut dan menyerukan penyelidikan independen.

    Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyerukan agar kedua negara menahan diri dan kembali ke meja perundingan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun dengan ditangguhkannya perjanjian-perjanjian penting dan saling pengusiran diplomat, jalan menuju deeskalasi tampaknya masih panjang.

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Prabowo Kutuk Serangan Teroris Tewaskan 26 Orang di India: Kekejaman Ini Tak Bisa Dibenarkan – Halaman all

    Prabowo Kutuk Serangan Teroris Tewaskan 26 Orang di India: Kekejaman Ini Tak Bisa Dibenarkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengutuk keras aksi terorisme brutal yang menargetkan rombongan turis di Pahalgam, Kashmir, India, pada Selasa (22/4/2025). Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk dua warga negara asing dan dua warga lokal, serta melukai lebih dari 20 orang lainnya.

    Dalam pernyataan resminya melalui akun media sosial X @prabowo, Kamis (24/4/2025), Presiden Prabowo menyampaikan keprihatinan mendalam dan solidaritas penuh terhadap pemerintah serta rakyat India.

    “Saya sangat prihatin dengan serangan teroris yang kejam yang menargetkan warga sipil di Pahalgam, India. Indonesia mengutuk keras tindakan keji ini dan mendukung rakyat dan Pemerintah India dalam menolak segala bentuk terorisme,” tulis Prabowo.
     
    Prabowo menegaskan bahwa Indonesia berdiri bersama India dalam menolak segala bentuk kekerasan dan terorisme.

    Ditegaskannya, serangan terhadap warga sipil tak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun.

    “Kekejaman seperti ini tidak dapat dibenarkan, apa pun motifnya, waktunya, tempatnya, atau pelakunya,” lanjutnya.

    Presiden Prabowo juga menyampaikan belasungkawa dan doa bagi korban luka-luka, serta harapan agar para penyintas segera pulih dari tragedi tersebut.

    Serangan Brutal di Kashmir Tewaskan 26 Orang

    Serangan berdarah ini terjadi di distrik Anantnag, wilayah Kashmir, saat para turis sedang menikmati panorama padang rumput di Baisaran, sekitar 5 km dari kota Pahalgam. Aksi teror terjadi sekitar pukul 14.30 waktu setempat, saat suasana wisata tengah ramai.

    Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk dua warga negara asing dan dua warga lokal, serta melukai lebih dari 20 orang lainnya.

    Dalam daftar korban, terdapat wanita dan orang tua yang sedang menikmati liburan. Insiden ini menjadi serangan teror paling mematikan di wilayah Kashmir sejak tragedi Pulwama pada 2019, yang kala itu juga mengguncang dunia.

    Kelompok militan The Resistance Front (TRF)—yang diketahui merupakan afiliasi dari organisasi teror Lashkar-e-Taiba—mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini.

    Menanggapi serangan ini, pemerintah India menetapkan status siaga tinggi di ibu kota Delhi, terutama di titik-titik wisata dan fasilitas publik. Penjagaan keamanan diperketat dan patroli intensif dilakukan oleh kepolisian setempat.

    Perdana Menteri Narendra Modi turut mengutuk keras insiden ini.

    Ia bahkan mempersingkat waktu kunjungan luar negerinya di Arab Saudi demi memantau langsung situasi dalam negeri.

     

  • Lebih dari 20 Orang Wisatawan Tewas dalam Serangan Teroris di Kashmir, India Perketat Keamanan

    Lebih dari 20 Orang Wisatawan Tewas dalam Serangan Teroris di Kashmir, India Perketat Keamanan

    PIKIRAN RAKYAT – Sedikitnya 26 orang, termasuk wisatawan asing, tewas dalam serangan teroris di kawasan wisata Pahalgam, Jammu dan Kashmir, Selasa, 22 April 2025. Serangan ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di wilayah yang selama puluhan tahun menjadi pusat konflik geopolitik antara India, Pakistan, dan China.

    Menurut laporan surat kabar The Hindustan, sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan membabi buta ke arah rombongan wisatawan yang sedang menunggang kuda. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut menjelang musim ziarah Amarnath, salah satu ritual suci umat Hindu yang berlangsung selama 38 hari dan dijadwalkan dimulai pada 3 Juli.

    Kelompok The Resistance Front (TRF), yang berafiliasi dengan organisasi militan terlarang Lashkar-e-Taiba, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kelompok ini diketahui aktif dalam beberapa tahun terakhir dan sering dituding sebagai dalang di balik berbagai serangan di wilayah sengketa tersebut.

    Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, menyampaikan bahwa ia telah memberi laporan langsung kepada Perdana Menteri Narendra Modi dan segera mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat keamanan tinggi.

    “Kami tidak akan membiarkan tindakan teroris ini lolos. Mereka yang bertanggung jawab akan diadili,” ujarnya. Shah juga dijadwalkan mengunjungi wilayah tersebut dalam waktu dekat.

    Hanya sehari setelah insiden di Pahalgam, pasukan keamanan India kembali terlibat dalam baku tembak di distrik Baramulla, dekat Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan wilayah India dan Pakistan. Dua orang teroris dilaporkan tewas dalam upaya penyusupan ke wilayah India. Korps Chinar dari Angkatan Darat India menyatakan bahwa sejumlah besar senjata dan amunisi berhasil disita dalam operasi tersebut.

    Serangan terhadap wisatawan jarang terjadi di Kashmir, meskipun wilayah itu telah lama menjadi pusat pemberontakan anti-India sejak 1989. Umumnya, kekerasan terfokus pada bentrokan antara pasukan keamanan India dan kelompok militan. Namun, insiden ini menandai peningkatan eskalasi yang mengkhawatirkan, apalagi menjelang ziarah besar-besaran ke Gua Amarnath.

    Situasi keamanan di Jammu dan Kashmir telah mengalami perubahan signifikan sejak pemerintah India pada tahun 2019 mencabut status otonomi khusus wilayah tersebut dengan menghapus Pasal 370 Konstitusi India. Langkah ini membuat Jammu dan Kashmir kehilangan hak legislatifnya sendiri dan dibagi menjadi dua wilayah persatuan, Jammu dan Kashmir serta Ladakh, yang kini dikendalikan langsung oleh pemerintah pusat di New Delhi.

    Keputusan tersebut memicu kecaman dari Pakistan, yang mengklaim seluruh wilayah Kashmir, serta dari sebagian besar penduduk Muslim lokal yang menganggap pencabutan status khusus sebagai langkah penindasan. Selain itu, India juga menghadapi ketegangan perbatasan dengan China, terutama di wilayah Ladakh dan Arunachal Pradesh, karena belum adanya garis batas resmi yang diakui kedua negara. Ketegangan ini pernah memuncak dalam bentrokan militer pada tahun 2020 di Lembah Galwan.

    Para analis menilai bahwa serangan terbaru ini bisa memperburuk stabilitas keamanan di wilayah tersebut dan mengganggu agenda diplomatik serta pembangunan ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah India di kawasan yang sensitif ini.

    Pihak berwenang telah meningkatkan keamanan di seluruh wilayah dan memperketat pengawasan menjelang ziarah Amarnath. Namun, kekhawatiran tetap tinggi bahwa kelompok bersenjata mungkin kembali melancarkan serangan serupa dalam waktu dekat.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Lebih dari 20 Orang Wisatawan Tewas dalam Serangan Teroris di Kashmir, India Perketat Keamanan

    28 Wisatawan Tewas dalam Serangan Teroris di Kashmir, India Perketat Keamanan

    PIKIRAN RAKYAT – Sedikitnya 28 orang, termasuk wisatawan asing, tewas dalam serangan teroris di kawasan wisata Pahalgam, Jammu dan Kashmir, Selasa, 22 April 2025. Serangan ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di wilayah yang selama puluhan tahun menjadi pusat konflik geopolitik antara India, Pakistan, dan China.

    Menurut laporan surat kabar The Hindustan, sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan membabi buta ke arah rombongan wisatawan yang sedang menunggang kuda. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut menjelang musim ziarah Amarnath, salah satu ritual suci umat Hindu yang berlangsung selama 38 hari dan dijadwalkan dimulai pada 3 Juli.

    Kelompok The Resistance Front (TRF), yang berafiliasi dengan organisasi militan terlarang Lashkar-e-Taiba, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kelompok ini diketahui aktif dalam beberapa tahun terakhir dan sering dituding sebagai dalang di balik berbagai serangan di wilayah sengketa tersebut.

    Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, menyampaikan bahwa ia telah memberi laporan langsung kepada Perdana Menteri Narendra Modi dan segera mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat keamanan tinggi.

    “Kami tidak akan membiarkan tindakan teroris ini lolos. Mereka yang bertanggung jawab akan diadili,” ujarnya. Shah juga dijadwalkan mengunjungi wilayah tersebut dalam waktu dekat.

    Hanya sehari setelah insiden di Pahalgam, pasukan keamanan India kembali terlibat dalam baku tembak di distrik Baramulla, dekat Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan wilayah India dan Pakistan. Dua orang teroris dilaporkan tewas dalam upaya penyusupan ke wilayah India. Korps Chinar dari Angkatan Darat India menyatakan bahwa sejumlah besar senjata dan amunisi berhasil disita dalam operasi tersebut.

    Serangan terhadap wisatawan jarang terjadi di Kashmir, meskipun wilayah itu telah lama menjadi pusat pemberontakan anti-India sejak 1989. Umumnya, kekerasan terfokus pada bentrokan antara pasukan keamanan India dan kelompok militan. Namun, insiden ini menandai peningkatan eskalasi yang mengkhawatirkan, apalagi menjelang ziarah besar-besaran ke Gua Amarnath.

    Situasi keamanan di Jammu dan Kashmir telah mengalami perubahan signifikan sejak pemerintah India pada tahun 2019 mencabut status otonomi khusus wilayah tersebut dengan menghapus Pasal 370 Konstitusi India. Langkah ini membuat Jammu dan Kashmir kehilangan hak legislatifnya sendiri dan dibagi menjadi dua wilayah persatuan, Jammu dan Kashmir serta Ladakh, yang kini dikendalikan langsung oleh pemerintah pusat di New Delhi.

    Keputusan tersebut memicu kecaman dari Pakistan, yang mengklaim seluruh wilayah Kashmir, serta dari sebagian besar penduduk Muslim lokal yang menganggap pencabutan status khusus sebagai langkah penindasan. Selain itu, India juga menghadapi ketegangan perbatasan dengan China, terutama di wilayah Ladakh dan Arunachal Pradesh, karena belum adanya garis batas resmi yang diakui kedua negara. Ketegangan ini pernah memuncak dalam bentrokan militer pada tahun 2020 di Lembah Galwan.

    Para analis menilai bahwa serangan terbaru ini bisa memperburuk stabilitas keamanan di wilayah tersebut dan mengganggu agenda diplomatik serta pembangunan ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah India di kawasan yang sensitif ini.

    Pihak berwenang telah meningkatkan keamanan di seluruh wilayah dan memperketat pengawasan menjelang ziarah Amarnath. Namun, kekhawatiran tetap tinggi bahwa kelompok bersenjata mungkin kembali melancarkan serangan serupa dalam waktu dekat.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 5 Fakta Rombongan Turis Dibantai Bikin PM Modi Buru-buru Balik ke India

    5 Fakta Rombongan Turis Dibantai Bikin PM Modi Buru-buru Balik ke India

    Jakarta

    Kelompok bersenjata menyerang rombongan turis di Kashmir, India, menewaskan lebih dari 20 orang. Perdana Menteri India Narendra Modi yang sedang melakukan perjalanan ke Arab Saudi buru-buru pulang ke India buntut insiden maut itu.

    Dilansir AFP, Selasa (22/4/2025), kelompok bersenjata itu melepaskan tembakan yang menyasar wisatawan di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir, yang dikuasai India.

    Serangan itu menargetkan turis di Pahalgam, yang terletak sekitar 90 kilometer (55 mil) melalui jalan darat dari kota utama Srinagar.

    Seorang pemandu wisata mengatakan kepada AFP bahwa dirinya tiba di tempat kejadian setelah mendengar suara tembakan dan membawa beberapa yang terluka pergi dengan menunggang kuda.

    “Saya melihat beberapa pria tergeletak di tanah tampak seperti mereka sudah mati,” kata Waheed.

    Jumlah Korban Jiwa

    Belum ada jumlah korban resmi yang dirilis, tetapi sumber keamanan mengatakan kepada AFP, bahwa sedikitnya 26 orang tewas pada Selasa (22/4) sore waktu setempat, ketika orang-orang bersenjata keluar dari hutan di tempat wisata populer dan menyerang kerumunan pengunjung dengan tembakan otomatis.

    Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi pemberontak di wilayah mayoritas Muslim itu telah melancarkan pemberontakan sejak 1989.

    Mereka mengupayakan kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan-yang menguasai sebagian kecil wilayah Kashmir dan, seperti India, mengklaimnya secara penuh.

    Pembunuhan itu terjadi sehari setelah Modi bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance, yang sedang dalam lawatan empat hari ke India.

    PM Modi mengecam “tindakan keji” tersebut dan berjanji para penyerang “akan diadili”.

    Modi Buru-buru Balik dari Saudi

    Narendra Modi (Foto: Media Center KTT ASEAN 2023/M Agung Rajasa)

    PM India Modi berada di Arab Saudi saat penyerangan itu terjadi. Dia mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi pada hari Selasa (22/4).

    Dilansir The Star, Rabu (23/4/2025), dalam sebuah posting di media sosial X, Modi menyatakan “Mereka yang berada di balik tindakan keji ini akan diadili.”

    “Agenda jahat mereka tidak akan pernah berhasil. Tekad kami untuk memerangi terorisme tidak tergoyahkan dan akan semakin kuat,” tulisnya.

    Modi telah melakukan perjalanan ke kota Jeddah di Saudi pada hari Selasa untuk kunjungan selama dua hari.

    Pemimpin India tersebut mengadakan pembicaraan bilateral dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman sebelum pulang ke New Delhi, ibu kota India pada Selasa malam, menyusul serangan di Kashmir.

    Putra Mahkota Saudi mengutuk serangan itu dan menyampaikan belasungkawa atas hilangnya nyawa, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal.

    Para pemimpin oposisi India juga menyampaikan kesedihan dan kecaman atas serangan itu.

    Pemimpin senior partai Kongres, Sonia Gandhi mengatakan dia “sangat sedih dan hancur” saat mengetahui serangan teror itu dan menggambarkannya sebagai “tindakan pengecut”.

    “Seluruh negara bersatu melawan teror. Kita memiliki tekad yang kuat untuk mengalahkan kekuatan yang memecah belah dan kejam ini. Kita perlu bekerja untuk membangun konsensus sosial yang luas melawan teror yang ada di masa lalu,” kata Gandhi.

    Pelaku Pembantaian Diburu

    Pasukan keamanan India di Kashmir melakukan perburuan besar-besaran pada hari Rabu (23/4), sehari setelah orang-orang bersenjata menembaki rombongan turis, membantai sedikitnya 26 orang. Ini merupakan serangan paling mematikan di wilayah tersebut terhadap warga sipil sejak tahun 2000.

    Kepala Menteri Jammu dan Kashmir Omar Abdullah mengatakan serangan itu “jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah kami lihat yang ditujukan pada warga sipil dalam beberapa tahun terakhir”.

    Turis Ramai-ramai Kabur dari Kashmir

    Pasca Penembakan, Pahalgam Dijaga Ketat Pasukan Keamanan (Foto: AP/Dar Yasin)

    Para turis beramai-ramai meninggalkan wilayah Pahalgam, Kashmir, yang dijuluki sebagai “Little Switzerland” di India, sehari setelah serangan bersenjata itu. Lonjakan pembatalan dialami hotel-hotel di kawasan yang biasanya dipadati turis yang menghindari cuaca panas di dataran rendah India.

    Pada Rabu (23/4), atau sehari setelah sekelompok pria bersenjata menewaskan 26 orang dalam serangan di Pahalgam, Kepala Menteri Jammu dan Kashmir Omar Abdullah, seperti dilansir AFP, Rabu (23/4/2025), melaporkan adanya “eksodus tamu-tamu kami”.

    Bagi otoritas New Delhi, sebanyak 3,5 juta wisatawan — kebanyakan turis domestik — yang tercatat mengunjungi Kashmir sepanjang tahun 2024 menggambarkan apa yang disebut mereka sebagai “kenormalan dan kedamaian” yang kembali ke wilayah yang rawan pemberontakan itu setelah penindakan keras besar-besaran.

    Sehari usai serangan terjadi, para wisatawan terpantau bergegas meninggalkan kawasan itu, berdesakan di dalam bus dan taksi. Sementara para pemilik hotel melaporkan lonjakan pembatalan booking.

    Di Pahalgam, yang menjadi lokasi serangan, suasana yang biasanya tenang diwarnai suara gemuruh helikopter militer yang tengah memburu para pelaku. Sekitar 24 jam usai serangan, bercak-bercak darah masih terlihat di lokasi kejadian, yang kini dijaga oleh para personel militer yang mengenakan jaket antipeluru.

    Trump Kutuk Aksi Pembunuhan

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengutuk penyerangan oleh kelompok bersenjata di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir. Trump menjanjikan dukungannya kepada India setelah sedikitnya 24 orang terbunuh dalam peristiwa tersebut.

    “Berita yang sangat mengganggu dari Kashmir,” kata Trump dilansir AFP, Rabu (23/4).

    “Amerika Serikat berdiri teguh bersama India melawan Terorisme,” sambungnya

    Donald Trump menyampaikan “dukungan penuh” kepada India. Hal tersebut disampaikan dalam sebuah panggilan telepon dengan Perdana Menteri (PM), Narendra Modi.

    “Presiden Trump mengutuk keras serangan teror tersebut dan menyatakan dukungan penuh kepada India untuk mengadili para pelaku serangan keji ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal di X.

    Halaman 2 dari 3

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 26 Orang Tewas dan 17 Luka-luka dalam Serangan Terhadap Wisatawan di Jammu dan Kashmir

    26 Orang Tewas dan 17 Luka-luka dalam Serangan Terhadap Wisatawan di Jammu dan Kashmir

    JAKARTA – Sedikitnya 26 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka ketika tersangka militan melepaskan tembakan ke arah wisatawan di wilayah Jammu dan Kashmir, India, kata polisi pada Hari Rabu, serangan terburuk di negara itu dalam hampir dua dekade.

    Serangan itu terjadi pada Hari Selasa di tujuan wisata populer Pahalgam di wilayah federal Himalaya.

    Serangan itu terjadi di padang rumput yang tidak dilalui kendaraan. Korban tewas termasuk 25 warga negara India dan satu warga negara Nepal, kata polisi, melansir Reuters 23 April.

    Kelompok militan yang kurang dikenal, “Perlawanan Kashmir,” mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui pesan media sosial.

    Kelompok tersebut menyatakan ketidakpuasannya karena lebih dari 85.000 “orang luar” telah ditempatkan di wilayah tersebut, yang memicu “perubahan demografi”.

    Diketahui, serangan Hari Selasa menjadi yang terburuk terhadap warga sipil di India sejak penembakan Mumbai 2008 yang menewaskan lebih dari 160 orang.

    Perdana Menteri Narendra Modi mempersingkat kunjungan dua harinya ke Arab Saudi dan kembali ke New Delhi pada Rabu pagi.

    Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman juga mempersingkat kunjungannya ke Amerika Serikat dan Peru “untuk bersama rakyat kita di masa sulit dan tragis ini”, kata kementerian.

    Kekerasan militan telah melanda wilayah Himalaya, yang diklaim sepenuhnya, tetapi sebagian dikuasai oleh India dan Pakistan, sejak pemberontakan anti-India dimulai pada tahun 1989. Puluhan ribu orang telah tewas, meskipun kekerasan telah mereda dalam beberapa tahun terakhir.

    India mencabut status khusus Kashmir pada tahun 2019, membagi negara bagian itu menjadi dua wilayah yang dikelola federal – Jammu dan Kashmir, serta Ladakh.

    Langkah tersebut memungkinkan pemerintah daerah untuk mengeluarkan hak domisili kepada orang luar, yang memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan dan membeli tanah di wilayah tersebut.

    Hal itu menyebabkan memburuknya hubungan dengan Pakistan, yang juga mengklaim wilayah tersebut. Perselisihan tersebut telah memicu permusuhan sengit dan konflik militer antara kedua negara tetangga yang bersenjata nuklir itu.

    Pada Hari Rabu, lebih dari selusin organisasi lokal menyerukan penutupan wilayah federal untuk memprotes serangan terhadap wisatawan, yang jumlahnya terus meningkat dan telah membantu perekonomian lokal.

    Banyak sekolah juga menangguhkan kelas untuk hari itu sebagai bentuk protes.

    Maskapai penerbangan mengoperasikan penerbangan tambahan dari Srinagar, ibu kota musim panas wilayah tersebut, karena para pengunjung berbondong-bondong meninggalkan wilayah tersebut, kata para pejabat.

    Serangan yang menargetkan wisatawan di Kashmir jarang terjadi. Insiden mematikan terakhir terjadi pada Bulan Juni 2024, ketika sedikitnya sembilan orang tewas dan 33 orang terluka setelah serangan militan menyebabkan sebuah bus yang membawa peziarah Hindu terjun ke jurang yang dalam.

  • 5 Fakta Rombongan Turis Dibantai Bikin PM Modi Buru-buru Balik ke India

    India Buru Para Pelaku Pembantaian Rombongan Turis di Kashmir

    Jakarta

    Pasukan keamanan India di Kashmir melakukan perburuan besar-besaran pada hari Rabu (23/4), sehari setelah orang-orang bersenjata menembaki rombongan turis, membantai sedikitnya 26 orang. Ini merupakan serangan paling mematikan di wilayah tersebut terhadap warga sipil sejak tahun 2000.

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengutuk “tindakan keji” tersebut dan berjanji bahwa para penyerang “akan diadili”.

    Dilansir kantor berita AFP, Rabu (23/4/2025), pembantaian ini membuat Modi mempersingkat kunjungan kenegaraannya di Arab Saudi, dan kembali ke India pada hari Rabu pagi waktu setempat. Dia langsung bertemu dengan para pejabat keamanan tinggi setelah kedatangannya, kata seorang pejabat pemerintah India.

    Belum ada jumlah korban resmi yang dirilis, tetapi sumber keamanan mengatakan kepada AFP, bahwa sedikitnya 26 orang tewas pada Selasa (22/4) sore waktu setempat, ketika orang-orang bersenjata keluar dari hutan di tempat wisata populer dan menyerang kerumunan pengunjung dengan tembakan otomatis.

    Kepala Menteri Jammu dan Kashmir Omar Abdullah mengatakan serangan itu “jauh lebih besar daripada apa pun yang pernah kami lihat yang ditujukan pada warga sipil dalam beberapa tahun terakhir”.

    Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Namun, para pemberontak di wilayah mayoritas Muslim itu telah melancarkan pemberontakan sejak 1989.

    Mereka menginginkan kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan, yang menguasai sebagian kecil wilayah Kashmir dan, seperti India, mengklaimnya sepenuhnya.

    “Operasi pencarian saat ini sedang berlangsung, dengan semua upaya difokuskan untuk membawa para penyerang ke pengadilan,” kata militer India dalam sebuah pernyataan.

    Pembantaian itu terjadi sehari setelah Modi bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance di New Delhi, ibu kota India.

    “Agenda jahat mereka tidak akan pernah berhasil. Tekad kita untuk memerangi terorisme tidak tergoyahkan dan akan semakin kuat,” kata Modi dalam sebuah pernyataan tak lama setelah serangan itu.

    Serangan paling mematikan baru-baru ini terhadap warga sipil terjadi pada Maret 2000, ketika 36 warga India tewas. Serangan itu terjadi pada malam kunjungan mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Petaka Tarif Trump, Negara Asia Siap-siap Dijajah AS

    Petaka Tarif Trump, Negara Asia Siap-siap Dijajah AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Trump dilaporkan akan menekan India untuk membuka penuh akses pasar e-commerce mereka yang bernilai US$125 miliar (Rp2.109 triliun) kepada raksasa online seperti Amazon dan Walmart.

    Menurut laporan Financial Times yang dikutip Reuters, Rabu (23/4/2025), tekanan ini akan menjadi bagian dari pembahasan luas dalam perundingan perjanjian dagang antara AS dan India.

    Selain e-commerce, sektor lain seperti makanan hingga otomotif juga akan masuk dalam agenda diskusi. Hal ini akan membuat India berada dalam posisi dilema dalam memprioritaskan pertumbuhan industri lokal dan melindungi UMKM dari gempuran e-commerce asing dari AS.

    Saat ini, Amazon dan Walmart beroperasi di India melalui unit lokal, tetapi menghadapi berbagai pembatasan pemerintah setempat. Kedua perusahaan dilarang memegang inventaris secara langsung dan menjual produk ke konsumen, berbeda dengan perusahaan domestik seperti Reliance yang bebas membuka toko fisik dan mengoptimalkan jaringan ritelnya untuk menjangkau pasar nasional.

    Baik Amazon maupun Walmart belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut.

    Di tengah tekanan ini, India dan AS sedang merundingkan kesepakatan dagang yang diharapkan bisa tercapai sebelum berakhirnya masa tenggang 90 hari atas kenaikan tarif baru AS.

    Penangguhan tarif ini diumumkan Trump pada 9 April lalu bagi negara-negara mitra dagang utama.

    Wakil Presiden AS JD Vance juga telah bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin, mempertegas keinginan Washington untuk segera menuntaskan kesepakatan.

    Permintaan dan kebijakan tarif dari pemerintah Trump ini, bukan tidak mungkin Negeri Bollywood itu harus menghadapi “penjajahan ekonomi” dengan perusahaan-perusahaan besar Amerika mendominasi pasar domestik mereka.

    (fab/fab)

  • Horor Serangan di Kashmir, PM India Buru-buru Balik dari Arab Saudi

    Horor Serangan di Kashmir, PM India Buru-buru Balik dari Arab Saudi

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi pada hari Selasa (22/4), menyusul serangan teror di wilayah Jammu dan Kashmir. Sebanyak 26 orang tewas dalam serangan hari Selasa di padang rumput Baisaran di wilayah Pahalgam, yang populer di kalangan wisatawan tersebut.

    Serangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata tak dikenal itu, dikecam keras oleh tokoh-tokoh India dan asing.

    Dilansir The Star, Rabu (23/4/2025), dalam sebuah posting di media sosial X, Modi menyatakan “Mereka yang berada di balik tindakan keji ini akan diadili.”

    “Agenda jahat mereka tidak akan pernah berhasil. Tekad kami untuk memerangi terorisme tidak tergoyahkan dan akan semakin kuat,” tulisnya.

    Modi telah melakukan perjalanan ke kota Jeddah di Saudi pada hari Selasa untuk kunjungan selama dua hari.

    Pemimpin India tersebut mengadakan pembicaraan bilateral dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman sebelum pulang ke New Delhi, ibu kota India pada Selasa malam, menyusul serangan di Kashmir.

    Putra Mahkota Saudi mengutuk serangan itu dan menyampaikan belasungkawa atas hilangnya nyawa, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal.

    Pemimpin senior partai Kongres, Sonia Gandhi mengatakan dia “sangat sedih dan hancur” saat mengetahui serangan teror itu dan menggambarkannya sebagai “tindakan pengecut”.

    “Seluruh negara bersatu melawan teror. Kita memiliki tekad yang kuat untuk mengalahkan kekuatan yang memecah belah dan kejam ini. Kita perlu bekerja untuk membangun konsensus sosial yang luas melawan teror yang ada di masa lalu,” kata Gandhi.

    Serangan itu bertepatan dengan kunjungan selama empat hari Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance ke India. Vance pun menyampaikan belasungkawa kepada para korban.

    “Selama beberapa hari terakhir, kami terkagum-kagum dengan keindahan negara ini dan rakyatnya. Pikiran dan doa kami menyertai mereka saat mereka berduka atas serangan yang mengerikan ini,” tulisnya di X.

    Presiden AS Donald Trump telah menelepon Modi untuk menyampaikan belasungkawa.

    Trump pun menyatakan dukungan penuhnya kepada India “untuk mengadili para pelaku serangan keji ini.”

    Lihat Video ‘Militan di India Tembaki Rombongan Turis, Puluhan Orang Tewas’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Teror Mematikan Guncang India, 28 Wisatawan Tewas di Jammu dan Kashmir, New Delhi Berlakukan Siaga 1 – Halaman all

    Teror Mematikan Guncang India, 28 Wisatawan Tewas di Jammu dan Kashmir, New Delhi Berlakukan Siaga 1 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Ibu kota nasional India, Delhi, dalam keadaan siaga penuh setelah kelompok yang merupakan cabang dari Lashkar-e-Taiba bernama The Resistance Front (TRF) membunuh 28 wisatawan pada Selasa, 22 April 2025.

    Insiden ini terjadi di wilayah Pahalgam, Jammu dan Kashmir, seperti dilaporkan oleh kantor berita ANI.

    Menurut laporan, polisi Delhi telah diperintahkan untuk memantau tempat-tempat wisata dan situs-situs penting lainnya di sekitar kota dengan ketat, menurut pejabat polisi Delhi yang mengetahui perkembangan tersebut, seperti dikutip dari laporan agen berita.

    Menurut beberapa laporan media lokal, serangan itu terjadi sekitar pukul 14:30 pada Selasa, di mana tembakan dilepaskan di padang rumput atas lembah Baisaran, dekat resor wisata Pahalgam di distrik Anantnag, Jammu dan Kashmir.

     

    Wanita dan orang tua termasuk di antara mereka yang menjadi korban serangan teroris, yang menewaskan 26 orang, termasuk wisatawan, dua warga negara asing, dan dua warga lokal, dan melukai lebih dari 20 orang di Pahalgam.

    Serangan teroris di Pahalgam pada 22 April disebut sebagai serangan teroris terburuk sejak serangan Pulwama pada 2019. Ini terjadi saat Wakil Presiden AS J D Vance mengunjungi India, dan menjelang musim wisata dan ziarah puncak yang akan datang.

    Perdana Menteri India Narendra Modi mengutuk serangan teroris dan menyampaikan belasungkawa bagi orang-orang yang kehilangan nyawa dan berdoa bagi mereka yang terluka.

    “Saya sangat mengutuk serangan teroris di Pahalgam, Jammu dan Kashmir. Belasungkawa bagi mereka yang telah kehilangan orang yang dicintai. Saya berdoa agar yang terluka pulih secepatnya. Semua bantuan yang mungkin diberikan kepada mereka yang terkena dampak,” kata Perdana Menteri Narendra Modi dalam posting media sosial di X.

    Presiden Rusia Vladimir Putin termasuk di antara banyak orang lain yang menyampaikan belasungkawa bagi orang-orang yang terkena dampak serangan teroris pada 22 April.

    Putin menyampaikan belasungkawa yang tulus bagi para korban.

    “Kejahatan brutal ini tidak memiliki pembenaran apa pun. Kami berharap bahwa para dalang dan pelakunya akan menghadapi hukuman yang pantas,” kata Putin.

    Menurut laporan, pejabat mengatakan bahwa kemungkinan teroris dapat menyeberang dari Kishtwar di Jammu dan mencapai wilayah Baisaran melalui Kokernag di Kashmir Selatan.

    Kedatangan Wapres AS

    Sebagai informasi, setidaknya 28 wisatawan tewas dan banyak lainnya terluka pada Selasa ketika teroris melepaskan di Baisaran dekat kota Pahalgam.

    Baisaran berjarak sekitar enam kilometer dari kota resor Pahalgam.

    Tempat ini dianggap sebagai Swiss di India, dengan padang rumput yang luas dikelilingi hutan pinus yang lebat dan gunung di mana orang-orang datang untuk berkunjung dari seluruh negeri dan dunia.

    The Resistance Front, sebuah proksi dari LeT yang didukung ISI (intelijen Pakistan), mengklaim tanggung jawab atas serangan tersebut.

    Serangan itu bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden AS J D Vance selama empat hari ke India dan kedatangan PM Narendra Modi di Arab Saudi untuk memperkuat hubungan bilateral dengan negara Islam yang berpengaruh tersebut. 

    Sama pentingnya, serangan itu terjadi setelah pidato provokatif Asim Munir, kepala tentara Pakistan, yang merupakan pendukung utama teroris.

    Di sisi lain, ini adalah serangan paling mematikan terhadap wisatawan sejak militansi dimulai di Kashmir pada 1990-an. 

    Serangan itu membangkitkan kembali kenangan akan pembantaian Chittisinghpora di distrik Anantnag pada Maret 2000, di mana 36 anggota komunitas Sikh dibunuh beberapa hari sebelum kunjungan Presiden AS Bill Clinton ke India. 

    Sinkronisasi serangan itu sesuai dengan upaya Pakistan untuk mendapatkan intervensi internasional di J&K dengan menggambarkannya sebagai pemicu potensi konflik nuklir antara tetangga yang berseteru.