Tag: Narendra Modi

  • Menteri Pakistan Memperingatkan Kemungkinan Serangan Militer India dalam 24 Hingga 36 Jam ke Depan – Halaman all

    Menteri Pakistan Memperingatkan Kemungkinan Serangan Militer India dalam 24 Hingga 36 Jam ke Depan – Halaman all

    Menteri Pakistan Memperingatkan Kemungkinan Serangan Militer India dalam 36 Jam

    TRIBUNNEWS.COM- Pakistan mengatakan akan ‘menanggapi dengan tegas’ setiap tindakan militer karena ketegangan dengan India meningkat setelah serangan Kashmir.

    Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan mengatakan Islamabad memiliki “informasi intelijen yang kredibel” bahwa India bermaksud melancarkan serangan militer dalam 24 hingga 36 jam ke depan, karena ketegangan antara kedua negara meningkat menyusul serangan mematikan di Kashmir yang dikelola India.

    Dalam sebuah unggahan di media sosial pada Rabu pagi, Attaullah Tarar menuduh India menggunakan serangan minggu lalu di Pahalgam , yang menewaskan 26 wisatawan, “sebagai dalih palsu” untuk berpotensi menyerang Pakistan.

    Menteri tersebut tidak memberikan informasi konkret untuk mendukung klaimnya, dan pemerintah India tidak segera mengomentari tuduhan tersebut secara terbuka.

    “Setiap tindakan agresi akan ditanggapi dengan respons yang tegas. India akan bertanggung jawab penuh atas segala konsekuensi serius di kawasan tersebut,” kata Tarar dalam unggahannya di X.

    Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif juga mengatakan kepada kantor berita Reuters pada hari Senin bahwa serangan militer oleh India “akan segera terjadi”.

    Islamabad berada dalam kondisi siaga tinggi tetapi hanya akan menggunakan senjata nuklirnya jika “ada ancaman langsung terhadap keberadaan kami”, kata Asif.

    Kementerian Luar Negeri India tidak segera menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Reuters mengenai pernyataan terbaru Tarar.

    Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah India mengatakan ada elemen Pakistan yang terkait dengan serangan pada 22 April di resor pegunungan Pahalgam.

    Itu adalah serangan paling mematikan terhadap turis di Kashmir yang dikelola India dalam lebih dari dua dekade, dan Perdana Menteri India Narendra Modi telah berjanji untuk mengejar para penyerang.

    Sebuah pernyataan yang dikeluarkan atas nama Front Perlawanan (TRF), yang diyakini sebagai cabang Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Namun Islamabad membantah terlibat dalam apa yang terjadi dan menyerukan penyelidikan yang netral.

    Setelah serangan itu, kedua negara tetangga itu melancarkan serangkaian tindakan diplomatik terhadap satu sama lain, termasuk pencabutan visa dan penutupan wilayah udara Pakistan untuk maskapai penerbangan India.

    India juga menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian Perairan Indus , yang mengatur pembagian air dari Sungai Indus dan anak-anak sungainya antara kedua negara.

    Tindakan tersebut memicu protes di Pakistan, dan pemerintah Pakistan mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan tindakan hukum atas keputusan New Delhi.

    Baku tembak juga terjadi di sepanjang Garis Kontrol (LoC), perbatasan de facto sepanjang 740 km (460 mil) yang memisahkan wilayah Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan, sehingga memicu seruan internasional untuk meredakan ketegangan.

    Pada hari Selasa, Amerika Serikat mendesak kedua negara untuk bekerja sama menuju “solusi yang bertanggung jawab”.

    “Kami menghubungi kedua belah pihak, dan memberi tahu … mereka untuk tidak memperburuk situasi,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri kepada wartawan, mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.

    Juru bicara itu menambahkan bahwa Rubio akan berbicara kepada menteri luar negeri India dan Pakistan pada hari Selasa atau Rabu dan mendorong menteri luar negeri lainnya untuk melakukan hal yang sama.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengatakan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres berbicara dengan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dan “menekankan perlunya menghindari konfrontasi yang dapat mengakibatkan konsekuensi tragis”.

     

    Berikut Isi Pesan dari Menteri Informasi Pakistan Attaullah Tarar:
     
    “Pakistan mempunyai informasi intelijen yang kredibel bahwa India bermaksud melakukan tindakan militer terhadap Pakistan dalam 24-36 jam ke depan dengan dalih tuduhan tidak berdasar dan dibuat-buat tentang keterlibatan dalam insiden Pahalgam.

    Peran sombong yang diambil India sebagai Hakim, Juri, dan Algojo di wilayah tersebut adalah tindakan yang gegabah dan ditolak dengan keras.

    Pakistan sendiri telah menjadi korban terorisme dan benar-benar memahami rasa sakit dari momok ini.

    Kami selalu mengutuknya dalam segala bentuk dan manifestasinya di mana pun di dunia.

    Sebagai negara yang bertanggung jawab, Pakistan dengan terbuka menawarkan penyelidikan yang kredibel, transparan, dan independen oleh komisi ahli yang netral untuk memastikan kebenaran.

    Sayangnya, alih-alih menempuh jalan yang masuk akal, India tampaknya telah memutuskan untuk menapaki jalan yang berbahaya, yaitu irasionalitas dan konfrontasi, yang akan menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk bagi seluruh wilayah dan sekitarnya.

    Penghindaran penyelidikan yang kredibel itu sendiri merupakan bukti yang cukup untuk mengungkap motif sebenarnya India.

    Secara sadar membuat keputusan strategis yang disandera oleh sentimen publik, yang sengaja dibuat-buat untuk mengamankan tujuan politik, merupakan hal yang sangat disayangkan dan menyedihkan.

    Pakistan menegaskan kembali bahwa setiap tindakan militer yang dilakukan India akan ditanggapi dengan pasti dan tegas.

    Masyarakat internasional harus tetap menyadari kenyataan bahwa beban eskalasi dan konsekuensi selanjutnya sepenuhnya berada di tangan India.

    Bangsa itu menegaskan kembali tekadnya untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah Pakistan dengan segala cara”.

     

    Menteri Informasi Pakistan: Info dari intelijen yang kredibel

    Mengutip “informasi intelijen yang kredibel”, Pakistan mengatakan India berencana melakukan aksi militer terhadap Islamabad dalam 24-36 jam ke depan. 

    Pakistan juga memperingatkan New Delhi tentang konsekuensi “bencana” di seluruh wilayah dan sekitarnya jika tindakan tersebut benar-benar dilakukan.

    Menteri Informasi Pakistan Attaullah Tarar mengatakan pasukan India tengah mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan atas dasar “tuduhan tak berdasar dan dibuat-buat” mengenai keterlibatan negara itu dalam serangan teror Pahalgam, yang menewaskan 26 orang.

    Tarar mengatakan India berperan sebagai “hakim, juri, dan algojo”, sebuah peran yang ditolaknya. “Sebagai negara yang bertanggung jawab, Pakistan dengan tulus menawarkan penyelidikan yang kredibel, transparan, dan independen oleh komisi ahli yang netral untuk memastikan kebenaran,” katanya, seraya menambahkan bahwa Islamabad sendiri telah menjadi korban terorisme.

    Menegaskan tekad Pakistan untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya, mendesak masyarakat internasional untuk “tetap menyadari kenyataan bahwa beban eskalasi dan konsekuensi berikutnya sepenuhnya berada di tangan India”.

    Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan kepada petinggi pertahanan bahwa angkatan bersenjata memiliki “kebebasan operasional penuh” untuk memutuskan cara, target, dan waktu respons India terhadap serangan teror Pahalgam, sumber pemerintah mengatakan kepada PTI . 

    Sebelumnya, ia mengatakan bahwa India akan “mengidentifikasi, melacak, dan menghukum” para teroris di balik serangan mematikan di padang rumput Baisaran yang indah di Jammu dan Kashmir dan mengejar para pembunuhnya hingga “ujung bumi”.

    Ketegangan di perbatasan meningkat setelah serangkaian tindakan yang diambil oleh India sebagai tanggapan atas serangan teror Pahalgam. India mengusir atase militer Pakistan, menangguhkan Perjanjian Air Indus tahun 1960, mencabut semua visa yang dikeluarkan untuk warga negara Pakistan mulai 27 April dan segera menutup pos transit darat Attari.

    Pelanggaran gencatan senjata di sepanjang Garis Kontrol berlanjut untuk hari keenam berturut-turut pada hari Selasa.

    SUMBER: AL JAZEERA, NDTV

  • Pakistan Tembak Jatuh Drone Mata-mata India di Kashmir

    Pakistan Tembak Jatuh Drone Mata-mata India di Kashmir

    Islamabad

    Militer Pakistan mengatakan pasukannya telah menembak jatuh sebuah drone mata-mata India di sepanjang perbatasan yang menjadi sengketa di wilayah Kashmir. Aktivitas ini dilakukan saat ketegangan meningkat menyusul serangan militan yang menewaskan sedikitnya 26 orang di Kashmir pekan lalu.

    Laporan televisi milik pemerintah Pakistan, yang mengutip personel keamanan yang tidak disebut namanya, seperti dilansir Bloomberg dan Al Arabiya, Selasa (29/4/2025), menyebut sebuah drone asing melanggar apa yang disebut sebagai Garis Kontrol di area Kashmir, wilayah utara yang diklaim oleh Pakistan dan India.

    Kedua negara telah saling menembak jatuh beberapa drone berukuran kecil di masa lalu karena drone semacam itu seringkali digunakan untuk pengintaian di sekitar wilayah perbatasan.

    Laporan itu muncul saat hubungan antara kedua negara bersenjata nuklir itu memburuk dengan cepat.

    Beberapa jam sebelumnya, seorang pejabat tinggi pertahanan Pakistan memperingatkan kemungkinan perang dengan India, namun juga mengatakan hal semacam itu dapat dihindari, dengan beberapa hari ke depan menjadi momen yang krusial.

    “Jika sesuatu harus terjadi, hal itu akan terjadi dalam dua hari atau tiga hari,” ucap Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, saat berbicara kepada media lokal Geo News. “Ada ancaman langsung,” sebutnya.

    Asif juga mengatakan bahwa China, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk lainnya sedang berupaya mencegah konflik perang terjadi.

    Sebelumnya pada hari yang sama, Selasa (29/4), militer India menuduh pasukan Pakistan telah melepaskan tembakan melintasi Garis Kontrol di Kashmir selama lima hari berturut-turut. Disebutkan bahwa pasukan New Delhi merespons dengan cara yang “terukur” tapi “efektif” terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai “tembakan senjata ringan yang tidak beralasan”.

    Perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani oleh kedua negara tahun 2003 lalu telah sering dilanggar hingga tahun 2021, ketika Pakistan dan India memperbarui komitmen mereka untuk menegakkan gencatan senjata. Tembakan lintas perbatasan sebagian besar telah dihentikan selama tiga tahun terakhir.

    Situasi panas di perbatasan ini semakin menambah ketegangan setelah New Delhi menuduh Islamabad terlibat dalam serangan bersenjata di Kashmir yang merenggut 26 nyawa, yang sebagian besar wisatawan. Otoritas India mengambil sejumlah tindakan hukuman, termasuk menurunkan hubungan diplomatik dan menangguhkan perjanjian berbagi air yang penting.

    Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menegaskan negaranya akan menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pembantaian di Kashmir.

    Pakistan telah membantah terlibat dalam serangan bersenjata di Kashmir itu, dan membalas New Delhi dengan mengusir para diplomat India dari wilayahnya, menutup wilayah udara untuk maskapai penerbangan India, dan menangguhkan perbatasan antara kedua negara.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perbandingan Kekuatan Militer India dan Pakistan, 2 Negara Nuklir yang Kini di Ambang Perang – Halaman all

    Perbandingan Kekuatan Militer India dan Pakistan, 2 Negara Nuklir yang Kini di Ambang Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – India dan Pakistan, dua negara pemilik senjata nuklir di Asia Selatan, kini berada di ambang perang.

    Hubungan keduanya memanas setelah kasus serangan oleh militan bersenjata di Kashmir yang menewaskan 25 warga India dan satu warga Nepal.

    Dikutip dari Le Monde, serangan itu merupakan serangan paling mematikan terhadap warga sipil India sejak kasus serangan di Kota Mumbai pada tahun 2008 yang menewaskan 175 orang.

    India segera menyalahkan Pakistan atas serangan di Kashmir. Negara Anak Benua itu lalu mengambil sejumlah tindakan, termasuk menangguhkan Perjanjian Perairan Indus yang ditandatangani tahun 1960.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif membantah negaranya terlibat dalam serangan itu.

    Dia memperingatkan bahwa upaya apa pun yang bertujuan untuk menghentikan aliran air milik Pakistan menurut Perjanjian Perairan Indus akan dianggap sebagai aksi perang. Upaya seperti itu akan dibalas Pakistan dengan kekuatan penuh.

    Adapun Menteri Kereta Api Pakistan Hanif Abbasi memperingatkan bahwa negaranya memiliki lebih dari 130 rudal nuklir. Menurut dia, rudal itu “diarahkan hanya untuk India”.

    Sementara itu, pada hari Minggu kemarin India memamerkan rudal jarak jauhnya. Perdana Menteri India Narendra Modi menjanjikan adanya balasan keras terhadap pelaku serangan di Kashmir.

    Lalu, seperti apa perbandingan kekuatan India dengan Pakistan?

    Menurut laman Global Fire Power, India berada pada peringkat ke-4 dalam daftar negara-negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia. Peringkat Pakistan agak jauh di belakang, yakni di posisi ke-12.

    Berikut perbandingan kekuatan militer kedua negara di Asia Selatan itu tanpa menyertakan senjata nuklir.

    PERSONEL

    – Jumlah penduduk

    India: 1.409.128.296

    Pakistan: 252.363.571

    – Sumber daya manusia yang tersedia

    India: 662.290.299

    Pakistan: 108.516.336

    – Personel cocok untuk bertugas

    India: 522.786.598

    Pakistan: 85.803.614

    – Warga yang memasuki umur dinas militer per tahun

    India: 23.955.181

    Pakistan: 4.794.908

    – Personel aktif

    India: 1.455.550

    Pakistan: 654.000

    – Personel cadangan

    India: 1.155.000

    Pakistan: 550.000

    – Pasukan paramiliter

    India: 2.527.000

    Pakistan: 500.000

    KEUANGAN

    – Anggaran pertahanan

    India: $75.000.000.000

    Pakistan: $7.640.000.000

    – Utang luar negeri

    India: $371.020.500.000

    Pakistan: $92.426.000.000

    Cadangan devisa

    India: $627.793.000.000

    Pakistan: $13.730.000.000

    – Daya beli

    India: $13.104.000.000.000

    Pakistan: $1.347.000.000.000

    ANGKATAN UDARA

    – Total pesawat

    India: 2.229

    Pakistan: 1.399

    – Pesawat tempur

    India: 513

    Pakistan: 328

    – Pesawat serang

    India: 130

    Pakistan: 90

    – Pesawat transport

    India: 270

    Pakistan: 64

    – Pesawat latih

    India: 351

    Pakistan: 565

    – Pesawat misi khusus

    India: 74

    Pakistan: 27

    – Pesawat pengisian bahan bakar

    India: 6

    Pakistan: 4

    – Helikopter

    India: 899

    Pakistan: 373

    – Helikopter serang

    India: 80

    Pakistan: 57

    ANGKATAN DARAT

    – Jumlah tank

    India: 4.201

    Pakistan: 2.627

    – Kendaraan lapis baja

    India: 148.594

    Pakistan: 17.516

    – Artileri swagerak

    India: 100

    Pakistan: 662

    – Artileri tarik

    India: 3.975

    Pakistan: 2.629

    – Mobile rocket projectors

    India: 264

    Pakistan: 600

    ANGKATAN LAUT

    – Jumlah kapal

    India: 293

    Pakistan: 121

    – Kapal induk

    India: 2

    Pakistan: 0

    – Kapal pengangkut helikopter

    India: 0

    Pakistan: 0

    – Kapal selam

    India: 18

    Pakistan: 8

    – Kapal perusak

    India: 13

    Pakistan: 0

    – Fregat

    India: 14

    Pakistan: 9

    – Korvet

    India: 18

    Pakistan: 9

    – Kapal patroli

    India: 135

    Pakistan: 69

    – Kapal penyapu ranjau

    India: 0

    Pakistan: 3

  • India dan Pakistan di Ambang Perang, Presiden Iran Telepon Dua Perdana Menteri  – Halaman all

    India dan Pakistan di Ambang Perang, Presiden Iran Telepon Dua Perdana Menteri  – Halaman all

    India dan Pakistan di Ambang Perang, Presiden Iran Telepon Dua Perdana Menteri 
     

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, Sabtu (26/4/2025) dilaporkan melakukan kontak telepon dengan dua Perdana Menteri (PM) negara bertetangga yang kini berada di ambang perang, India dan Pakistan.

    Pezeshkian menelepon PM Pakistan, Shehbaz Sharif dan PM India, Narendra Modi, dalam upaya menurunkan ketegangan, dan menghilangkan kesalahpahaman di antara Pakistan dan India.

    Pakistan Usir Warga Negara India

    Sebagai konteks konflik yang sedang terjadi, Pemerintah Pakistan, seiring dengan eskalasi ketegangan dengan India, pasca-serangan teror Pahalgam, di Kashmir, mengusir sedikitnya 335 warga India, dari negara itu.

    Sementara itu pemerintah India, juga mengumumkan kalau Pakistan, telah memulangkan 335 warga India, yang tinggal sementara di negara itu secara resmi.
     
    Pengusiran itu terjadi setelah penyerangan oleh sekelompok orang bersenjata, Selasa (22/4/2025) yang menyasar rombongan wisatawan di tempat wisata Pahalgam, yang berjarak sekitar 90 kilometer dari kota Srinagar, di Kashmir yang diduduki India. 

    Akibat serangan itu, sedikitnya 26 orang terbunuh.
     
    Pemerintah India, menyebut insiden tersebut sebagai serangan teror, dan menuduh Pakistan, terlibat dalam serangan itu, tapi Islamabad, membantahnya.
     
    Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, merespons serangan tersebut dengan memerintahkan pembentukan sebuah komite independen untuk menyelidiki detail kasus tersebut.
     
    Pemerintah India, pasca-serangan itu, melakukan serangkaian langkah diplomatik keras, dan keamanan termasuk menangguhkan Perjanjian Air Indus, menutup pintu penyeberangan, dan beberapa langkah lain terhadap Pakistan.
     
    Di sisi lain, Pakistan, juga menunjukkan respons keras terhadap India, dengan menerbitkan pernyataan tegas, dan melakukan langkah-langkah diplomatik, perdagangan, dan keamanan terhadap India.
     
    Para pengamat politik meyakini bahwa ketegangan luar biasa yang belum terjadi sebelumnya antara India dan Pakistan, ini dapat memicu putaran baru konflik regional.
     
    Pasukan India dan Pakistan, dalam tiga hari berturut-turut terlibat kontak senjata di zona konflik Kashmir, sehingga menyebabkan hubungan kedua negara tetangga itu anjlok ke level terendah setelah serangan teror Pahalgam.
     
    Beberapa laporan menyebutkan bahwa sedikitnya 75 warga Pakistan, sehari yang lalu, Sabtu (26/4/2025) kembali ke negaranya dari India.

    Pemandangan Pegunungan Kashmir yang terlihat jelas sejak 30 tahun terakhir ini dilihat dari Kota Sialkot di Punjab, India. (TWITTER)

    Kata PM India dan Pakistan

    Adapun dalam pembicaraan telepon ke dua perdana menteri negara yang berseteru, Presiden Iran, menekankan urgensi perang bersama melawan terorisme. 

    Ia menuturkan, peristiwa terbaru telah melipatgandakan urgensi kerja sama lebih besar regional dalam melawan fenomena buruk terorisme, dan dalam menghancurkan infrastruktur finansial serta persenjataan kelompok-kelompok teroris.
     
    Masoud Pezeshkian, juga menegaskan kalau semua pihak harus bekerja keras untuk mengukuhkan perdamaian, keamanan, dan ketenangan di kawasan.
     
    PM Pakistan, Shehbaz Sharif, dalam kontak telepon itu mengecam tegas segala bentuk aksi teror dan mengatakan:

     “Pakistan, adalah korban terorisme, dan memahami dengan baik pentingnya perang tegas melawan fenomena buruk ini. Kami berusaha memulihkan kondisi ekonomi negara, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan seperti Republik Islam Iran, menekankan perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan yang stabil.”
     
    Presiden Iran, Sabtu, juga melakukan kontak telapon dengan PM India, Narendra Modi, dan mengecam keras aksi teror di Pahalgam, India, dan menyampaikan belasungkawa kepada pemerintah serta rakyat negara itu.

    Pezeshkian menegaskan pentingnya kerja sama negara-negara kawasan untuk melawan terorisme, dan solidaritas dalam menghadapi ancaman bersama.
     
    Dalam kontak telepon itu, PM India, menyoroti detail aksi teror Pahalgam, dan mengingatkan pengalaman pahit bangsa Iran, terkait masalah teror.
     
    Ia menuturkan, “Iran, karena pengalaman-pengalaman mengerikannya, dapat merasakan penderitaan rakyat India, lebih baik dari negara lain. Kami sepenuhnya setuju dengan pandangan Anda bahwa perang melawan terorisme membutuhkan persatuan, dan kerja sama di segala bidang di antara negara-negara kawasan.”

     

    (oln/PT/*)

  • India dan Arab Keluarkan Pernyataan Bersama Mengutuk Aksi Teror di Jammu dan Kashmir, Begini Isinya – Halaman all

    India dan Arab Keluarkan Pernyataan Bersama Mengutuk Aksi Teror di Jammu dan Kashmir, Begini Isinya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – India dan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan bersama terkait aksi teror di kota Pahalgam, Jammu dan Kashmir. 

    Pernyataan tersebut mengutuk terorisme yang menargetkan wisatawan dan menewaskan setidaknya 28 orang.

    “Kedua belah pihak mengutuk keras serangan teror yang mengerikan di Pahalgam, Jammu dan Kashmir pada tanggal 22 April 2025, yang merenggut nyawa warga sipil yang tidak bersalah. Dalam konteks ini, kedua belah pihak mengutuk terorisme dan ekstremisme kekerasan dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan menekankan bahwa ini tetap menjadi salah satu ancaman paling serius bagi kemanusiaan,” demikian bunyi pernyataan bersama, dikutip dari India Blooms, Sabtu (26/4/2025).

    “India dan Arab sepakat bahwa tidak ada pembenaran untuk tindakan teror apa pun dengan alasan apa pun. India dan Arab menolak segala upaya untuk menghubungkan terorisme dengan ras, agama, atau budaya tertentu,” kata pernyataan tersebut.

    Pernyataan itu dikeluarkan sehari setelah PM India Narendra Modi mengunjungi Arab Saudi pada Selasa (22/4/2025). 

    Modi mempersingkat lawatannya menyusul serangan di Pahalgam, teror yang menuai kecaman dari seluruh dunia.

    “Mereka mengutuk terorisme lintas batas, dan menyerukan kepada semua Negara untuk menolak penggunaan terorisme terhadap negara lain, membongkar infrastruktur terorisme di mana pun itu berada, dan membawa pelaku terorisme ke pengadilan dengan segera.

    Kedua belah pihak menekankan perlunya mencegah akses ke senjata termasuk rudal dan pesawat nirawak untuk melakukan tindakan teroris terhadap negara lain,” kata pernyataan itu.

    Pembantaian Pahalgam

    Sebanyak 28 wisatawan tewas setelah teroris mengidentifikasi mereka sebagai nonmuslim. Teroris itu menembaki mereka di padang rumput Baisaran, destinasi populer di Pahalgam.

    Teroris, yang tampaknya mengenakan kamuflase, dilaporkan meminta para korban untuk melantunkan ayat-ayat Islam. Kemudian, menurunkan celana mereka untuk memeriksa sunat dalam upaya untuk memastikan identitas Hindu mereka sebelum menembaki mereka. Dua di antara yang tewas adalah warga negara asing nonmuslim.

    Amit Shah Mengunjungi Kashmir

    Menteri Dalam Negeri Amit Shah pada hari Rabu mengunjungi padang rumput Baisaran dan juga memberi penghormatan kepada para korban insiden tersebut.

    Ia juga bertemu dengan keluarga dari orang-orang yang tewas dalam serangan yang telah memicu kesedihan dan kemarahan di seluruh negeri.

    Sketsa Tersangka Dirilis

    Badan keamanan India telah merilis sketsa tiga tersangka teroris di balik serangan tersebut. Ketiga teroris tersebut telah diidentifikasi sebagai Asif Fuji, Suleman Shah dan Abu Talha, dikutip dari India Today.

    Mereka diyakini sebagai anggota Front Perlawanan, cabang dari kelompok teroris terlarang Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berpusat di Pakistan. Kelompok tersebut mencakup teroris Pakistan yang menyusup ke Lembah beberapa hari sebelum serangan, menurut sumber intelijen kepada India Today. (IndiaBlooms)

     

     

  • Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Lanskap kekayaan yang dinamis di Asia secara konsisten telah menarik perhatian global. Dari daftar orang terkaya di Asia tersebut menorehkan prestasi dalam daftar miliarder versi Forbes secara real time.

    Mengutip Forbes India, Sabtu (26/4/2025), pada April 2025, jika melihat data Forbes, 10 orang terkaya di Asia didominasi asal India dan China. Mukesh Ambani memimpin dengan total kekayaan USD 97,3 miliar atau sekitar Rp 1.636 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.824 pada 21 April 2025).

    Mukesh Ambani sebagai Chairman Reliance Industries yang memiliki bisnis beragam antara lain di petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel,  media dan layanan keuangan. Reliance didirikan oleh mendiang ayah Mukesh Ambani yakni Dhirubhai Ambani, seorang pedagang bebang pada 1966 sebagai produsen tekstik kecil. Setelah ayahnya meninggal pada 2022, Ambani dan adiknya Anil membagi kerajaan bisnis.

    Posisi kedua dipegang orang terkaya asal China yakni salah satu pendiri TikTok  Zhang Yiming. Kekayaan Zhang Yiming mencapai USD 65,5 miliar atau sekitar Rp 1.101 triliun.

    Zhang Yiming merupakan salah satu pendirik perusahaan teknologi ByteDance yang terkenal dengan TikTok. TikTok salah satu media sosial yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna di dunia. Perusahaan ini juga memiliki minat dalam e-commerce, pendidikan, permainan dan berita.

    Zhang Yimin mengundurkan diri sebagai Chairman ByteDance pada 2021 setelah mengundurkan diri sebagai CEO awal tahun itu.

    Selanjutnya di posisi ketiga orang terkaya di Asia ditempat Gautam Adani. Orang terkaya asal India ini mencatat kekayaan USD 63,5 miliar atau sekitar Rp 1.068 triliun.

    Ia adalah chairman grup Adani yang bergerak di bisnis pelabuhan, bandara, pembangkit listrik dan transmisi, energi hijau dan lainnya. Grup Adani dimulai pada 1988 sebagai perusahaan perdagangan komoditas yang berkembang melalui akuisisi dan dukungan Perdana Menteri India Narendra Modi.

    Adapun Adani adalah operator bandara terbesar di India dan juga mengendalikan Pelabuhan Mundra, terbesar di India.

     

  • Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir – Halaman all

    Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir – Halaman all

    Pakistan Tutup Wilayah Udaranya bagi India karena Ketegangan Meningkat Akibat Serangan Kashmir

    TRIBUNNEWS.COM- Pada tanggal 24 April, Pakistan memerintahkan penutupan wilayah udaranya untuk semua maskapai penerbangan milik atau yang dioperasikan India dan penangguhan perdagangan segera menyusul penurunan hubungan diplomatik New Delhi dengan Islamabad dan penangguhan perjanjian mengenai penggunaan perairan sistem Sungai Indus.

    “Pakistan dengan tegas menolak pengumuman India untuk menangguhkan Perjanjian Perairan Indus … Setiap upaya untuk menghentikan atau mengalihkan aliran air milik Pakistan sesuai dengan Perjanjian Perairan Indus … akan dianggap sebagai Tindakan Perang dan akan ditanggapi dengan kekuatan penuh,” kata kantor Perdana Menteri Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif dalam sebuah pernyataan.

    Islamabad juga menangguhkan perjanjian bilateral utama dan hubungan lintas batas. 

    Pihak berwenang menambahkan bahwa semua visa yang dikeluarkan untuk warga negara India berdasarkan Skema Pengecualian Visa SAARC (SVES) telah ditangguhkan dan memerintahkan semua warga negara India yang saat ini berada di Pakistan berdasarkan SVES, kecuali peziarah Sikh, untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam.

    Tindakan tersebut dilaksanakan sebagai tanggapan atas perintah New Delhi pada Rabu malam yang mengharuskan semua warga Pakistan yang tinggal di negara itu meninggalkan negara itu paling lambat tanggal 29 April.

    Pengumuman ini menyusul penangguhan perjanjian pembagian air dengan Pakistan, penutupan perbatasan darat utama, dan penurunan hubungan diplomatik, hanya lebih dari 24 jam setelah orang-orang bersenjata menewaskan 26 orang di Kashmir yang dikelola India.

    Serangan pada Selasa sore dilaporkan diklaim oleh Front Perlawanan, kelompok militan yang diyakini terkait dengan Lashkar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan.

    Kashmir, wilayah yang tegang di perbatasan India-Pakistan, telah lama menjadi titik api, dengan kedua negara mengklaimnya. 

    New Delhi menuduh Islamabad mendukung terorisme lintas batas, sementara Islamabad menuduh India melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk mayoritas Muslim.

    New Delhi mengatakan tindakannya akan tetap berlaku “hingga Pakistan secara kredibel dan tidak dapat ditarik kembali mencabut dukungannya terhadap terorisme lintas batas.” 

    Perdana Menteri India Narendra Modi juga berjanji pada hari Kamis untuk menghukum semua yang bertanggung jawab “sampai ke ujung bumi.”

    Pakistan dengan keras membantah klaim tetangganya dan mengadakan pertemuan keamanan nasional yang langka pada hari Kamis.

    “Dengan tidak adanya investigasi yang kredibel dan bukti yang dapat diverifikasi, upaya untuk menghubungkan serangan Pahalgam dengan Pakistan adalah hal yang sembrono, tidak rasional, dan mengalahkan logika,” kata kantor perdana menteri. 

    Ditambahkannya bahwa India “harus menahan godaan untuk mengeksploitasi insiden tragis tersebut demi keuntungannya sendiri dan bertanggung jawab penuh atas kegagalannya dalam memberikan keamanan kepada rakyat.”

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Kian Panas! Pasukan Pakistan-India Saling Tembak di Kashmir

    Kian Panas! Pasukan Pakistan-India Saling Tembak di Kashmir

    Jakarta

    Kian panas! Pasukan dari Pakistan dan India terlibat saling tembak di sepanjang Garis Kontrol di Kashmir yang disengketakan. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu untuk menahan diri menyusul penembakan mematikan di wilayah tersebut.

    Hubungan kedua negara kini berada di level terendah dalam beberapa tahun, dengan India menuduh Pakistan mendukung “terorisme lintas batas,” setelah penembakan yang menewaskan 26 turis di Kashmir.

    Syed Ashfaq Gilani, seorang pejabat pemerintah di bagian wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan, mengatakan kepada AFP, bahwa pasukan saling tembak di sepanjang Garis Kontrol (LOC) yang memisahkan kedua negara.

    “Tidak ada penembakan terhadap penduduk sipil,” tambahnya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (25/4/2025).

    Militer India mengonfirmasi telah terjadi penembakan senjata ringan dalam jumlah terbatas, yang dikatakannya “dimulai oleh Pakistan”, seraya menambahkan bahwa penembakan itu telah “direspons secara efektif”.

    Sebelumnya pada hari Kamis (24/4), juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan di New York, bahwa masalah antara kedua negara “dapat dan harus diselesaikan secara damai melalui keterlibatan bersama yang bermakna”.

    “Kami sangat mengimbau kedua pemerintah… untuk menahan diri secara maksimal, dan memastikan bahwa situasi dan perkembangan yang telah kita lihat tidak memburuk lebih jauh,” katanya.

    Perdana Menteri India Narendra Modi telah berjanji untuk memburu orang-orang bersenjata yang bertanggung jawab atas pembunuhan 26 warga sipil di lokasi wisata populer Pahalgam di Kashmir. Kepolisian India mengidentifikasi dua dari tiga orang bersenjata yang melarikan diri sebagai warga Pakistan.

    “Saya katakan kepada seluruh dunia: India akan mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris dan pendukungnya,” kata Modi, dalam pidato pertamanya sejak serangan hari Selasa lalu di wilayah Himalaya tersebut.

    “Kami akan mengejar mereka sampai ke ujung Bumi,” tandasnya.

    Menanggapi itu, pemerintah Pakistan menyangkal keterlibatan apa pun. Islamabad menyebut upaya untuk mengaitkan Pakistan dengan serangan Pahalgam adalah “sepele”, dan berjanji untuk merespons setiap tindakan India.

    “Setiap ancaman terhadap kedaulatan Pakistan dan keamanan rakyatnya akan ditanggapi dengan tindakan balasan yang tegas di semua bidang,” kata pemerintah Pakistan dalam sebuah pernyataan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Situasi Memanas! Pasukan India dan Pakistan Baku Tembak di Perbatasan Kashmir

    Situasi Memanas! Pasukan India dan Pakistan Baku Tembak di Perbatasan Kashmir

    GELORA.CO – Ketegangan antara India dan Pakistan semakin memanas setelah serangan penembakan di Pahalgam, negara bagian Jammu dan Kashmir, disusul terjadinya balasan tembakan antara pasukan kedua negara.

    Pada Kamis (24/4) malam, terjadi penembakan di beberapa pos India oleh pasukan Pakistan di sepanjang Garis Kontrol (LoC) di Jammu dan Kashmir. Insiden ini terjadi hanya beberapa hari setelah serangan teroris mematikan di Pahalgam yang menewaskan 26 orang, termasuk seorang warga negara Nepal.

    Angkatan Darat India membalas tembakan tersebut, dengan sumber militer menyatakan bahwa pasukan keamanan India merespon secara efektif dan tidak ada korban jiwa di pihak India, seperti dikutip dari NDTV, Jumat (25/4).

    “Ada insiden kecil penembakan di beberapa tempat di sepanjang LoC yang dilakukan Pakistan tadi malam. Penembakan itu telah ditanggapi secara efektif,” jelas sumber militer India kepada NDTV.

    Serangan teroris di Pahalgam, yang diduga terkait dengan kelompok teroris di Pakistan, telah mendorong India untuk mengambil sejumlah tindakan tegas. India mengusir atase militer Pakistan, menangguhkan Perjanjian Air Indus yang telah berlangsung selama lebih dari enam dekade, dan menutup pos transit darat Attari. Langkah-langkah ini menunjukkan tekad India untuk meminta pertanggungjawaban Pakistan atas serangan tersebut dan mencegah tindakan serupa di masa depan. Perdana Menteri Narendra Modi, dalam sebuah pernyataan, berjanji untuk mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris dan pendukung mereka yang berada di balik serangan Pahalgam.

    Penangguhan Perjanjian Air Indus, khususnya, merupakan langkah yang signifikan mengingat pentingnya perjanjian tersebut bagi pengelolaan sumber daya air di wilayah tersebut. Keputusan ini diambil setelah pertemuan Komite Keamanan Kabinet yang dipimpin PM Modi.

    Kementerian Sumber Daya Air India melayangkan surat kepada Syed Ali Murtuza, Sekretaris di Kementerian Sumber Daya Air Pakistan, mengatakan, “Kewajiban untuk menghormati perjanjian dengan itikad baik merupakan hal mendasar bagi sebuah perjanjian. Namun, yang telah kita lihat adalah terorisme lintas batas yang berkelanjutan oleh Pakistan yang menargetkan Wilayah Persatuan India di Jammu dan Kashmir”.

    Disebutkan juga bahwa Pakistan secara konsisten mengabaikan upaya India untuk menyelesaikan masalah-masalah tertentu yang muncul dengan “perubahan mendasar dalam keadaan yang telah terjadi sejak Perjanjian tersebut ditandatangani”.

    Sementara itu, Pakistan mengancam akan menangguhkan semua perjanjian antara kedua negara, termasuk pakta Simla tahun 1972, yang mengesahkan Garis Kontrol di Jammu dan Kashmir serta Ladakh.

  • Hubungan Pakistan-India Memanas Imbas Serangan di Kashmir

    Hubungan Pakistan-India Memanas Imbas Serangan di Kashmir

    Jakarta

    Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir setelah serangan mematikan terhadap para turis di Kashmir yang dikuasai India pada Selasa lalu (22/04). New Delhi menyalahkan kelompok militan yang disebutnya mendapat dukungan Pakistan.

    Sejak Rabu (23/04) India telah menurunkan hubungan diplomatik dengan Pakistan, menutup salah satu perbatasan utama kedua negara, dan menyatakan akan menangguhkan perjanjian pembagian air hingga “Pakistan secara kredibel dan permanen menghentikan dukungannya terhadap terorisme lintas batas.”

    Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, pada Kamis (24/04) menantang India untuk membuktikan keterlibatan Pakistan dalam serangan yang menewaskan 26 orang di dekat kota Pahalgam.

    “India terus-menerus aksi permainan saling menyalahkan. Jika ada bukti keterlibatan Pakistan dalam insiden Pahalgam, kami mendesak mereka untuk memberikannya kepada kami dan komunitas internasional,” ungkap Dar.

    Sementara, Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidatonya pada Kamis mengatakan bahwa India akan “mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris serta para pendukungnya.”

    Serangan ini mengejutkan India karena menyasar wisatawan sipil, dan menjadi sebuah eskalasi dari serangan-serangan sebelumnya di Kashmir yang dikuasai India yang sebagian besar menargetkan pasukan keamanan.

    Menurut laporan media lokal India, terdapat lima hingga enam penyerang yang menembakkan senjata selama sekitar 10 menit di tiga titik di padang rumput Baisaran, Pahalgam. Mereka muncul dari hutan pinus terdekat dengan membawa senapan.

    India dan Pakistan sama-sama mengklaim seluruh wilayah Kashmir di utara yang mayoritas penduduknya Muslim. Tapi kenyataannya, masing-masing negara hanya menguasai sebagian wilayah itu. Inilah yang membuat Kashmir jadi daerah yang rawan konflik. Selama puluhan tahun, kelompok pemberontak terus melakukan perlawanan di wilayah Kashmir yang dikuasai India. India menuduh kelompok-kelompok ini didukung oleh Pakistan, tapi Pakistan membantah tuduhan itu.

    Pakistan: Pemblokiran air adalah ‘tindakan perang’

    Setelah pertemuan keamanan tingkat tinggi pada Kamis (24/04), Pakistan mengumumkan serangkaian tindakan balasan terhadap India. Kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyatakan bahwa setiap upaya India untuk mengalihkan aliran Sungai Indus, maka hal itu akan dianggap sebagai “tindakan perang.”

    Perjanjian Air Indus ditengahi oleh Bank Dunia dan ditandatangani oleh India dan Pakistan pada 1960. Sejak itu, perjanjian ini tidak pernah ditangguhkan meskipun terjadi beberapa kali perang dan bentrokan antara kedua negara.

    Dalam perjanjian tersebut mengatur pembagian air dari Sungai Indus dan anak sungainya. Pakistan sangat bergantung pada aliran air dari Kashmir yang dikuasai India. Selama bertahun-tahun, Pakistan juga khawatir bendungan yang dibangun India bisa mengurangi aliran air ke wilayahnya.

    Menurut kantor berita Reuters, penangguhan perjanjian ini tidak akan berdampak langsung terhadap aliran air ke Pakistan karena India tidak memiliki kapasitas penyimpanan air yang cukup untuk menahan aliran sungai. Namun, penangguhan ini bisa mempengaruhi pertukaran informasi terkait kondisi air.

    “Perjanjian Air Indus mungkin memang merupakan warisan masa lalu yang perlu dimodifikasi secara signifikan, terutama karena perubahan iklim,” kata Osama Malik, pakar hukum internasional yang berbasis di Pakistan kepada DW.

    “Namun, dalam bentuknya saat ini, perjanjian ini tetap efektif bahkan di saat perang. Pasal 12 dalam perjanjian hanya mengizinkan penarikan secara bilateral dari perjanjian, tidak ada ketentuan untuk penangguhan sepihak.” Ungkapnya.

    “Tahun ini curah hujan dan salju di Pakistan sangat rendah, dan jika India, secara sepihak dan ilegal menangguhkan perjanjian ini dan memutuskan untuk mengurangi aliran air, maka akan terjadi situasi kekeringan yang dahsyat dan krisis pangan,” tambah Malik.

    Selain itu, pejabat India yang juga menyebut kemungkinan serangan militer yang menyebabkan kekhawatiran di Pakistan semakin meningkat. Siaran televisi di sana banyak diisi oleh pengamat militer yang mengingatkan soal dampak tak terduga jika ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir ini makin memanas.

    Setelah serangan pada 2019 terhadap pasukan keamanan di Kashmir yang dikuasai India—yang diklaim dilakukan oleh kelompok militan Islamis berbasis di Pakistan—India melakukan serangan udara ke wilayah Pakistan, yang nyaris memicu perang terbuka antara kedua negara.

    Maria Sultan, analis pertahanan yang berbasis di Islamabad, mengatakan kepada DW bahwa penangguhan perjanjian air oleh India adalah bentuk “Strategi yang berbahaya.”

    “Air adalah hal yang krusial, dan pelanggaran terhadap Perjanjian Air Indus atau upaya apa pun untuk mengurangi pasokan air ke Pakistan akan dianggap sebagai tindakan perang,” ujarnya.

    Mungkinkah ketegangan India-Pakistan mereda?

    Warga dari kedua negara yang berbicara kepada DW menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan konflik bersenjata.

    Rahul Sharma, warga India di Delhi, mengatakan bahwa perang antara India dan Pakistan bisa membuat kedua negara mundur secara ekonomi selama puluhan tahun.

    “Apa yang sudah dilakukan pemerintah India saat ini sudah cukup tegas, tak perlu melangkah lebih jauh,” kata Sharma.

    Saad Ali, warga Pakistan dari Islamabad, mengatakan bahwa “kami tidak mampu menghadapi perang dan mempertaruhkan nyawa masyarakat. Kedua pihak seharusnya menahan diri dan membiarkan masyarakat hidup damai serta menyelesaikan masalah melalui dialog.”

    Soulat Pasha, warga Pakistan dari Provinsi Sindh, sedang mengunjungi Negara Bagian Uttar Pradesh di India bersama istrinya untuk menemui kerabat setelah 20 tahun tidak bertemu. Ia mengatakan khawatir dengan situasi yang semakin memanas antara kedua negara. Mereka berharap bisa segera kembali ke Pakistan.

    Maleeha Lodhi, analis hubungan internasional dan mantan duta besar Pakistan untuk AS, PBB, dan Inggris, mengatakan kepada DW bahwa per Kamis (24/04) bahwa kedua pihak sudah menyampaikan sikap masing-masing.

    “Yang dibutuhkan sekarang adalah menghindari eskalasi lebih lanjut dan segera membentuk jalur komunikasi belakang untuk menurunkan ketegangan. Namun, jika India mengambil tindakan militer, maka semua akan berubah dan hal itu berisiko memicu krisis besar karena Pakistan pasti akan membalas,” ujarnya.

    Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan bahwa India sedang “melakukan perang intensitas rendah terhadap kami, dan jika mereka meningkatkan intensitasnya, maka kami siap. Untuk melindungi tanah kami, kami tidak akan tunduk pada tekanan internasional mana pun.”

    Madiha Afzal, peneliti dari Brookings Institution di Washington, mengatakan kepada DW bahwa situasi saat ini “berpotensi menjadi sangat berbahaya.”

    “Tindakan-tindakan punitif yang diambil India, terutama penangguhan Perjanjian Air Indus, sangat signifikan. Ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan antara kedua negara selama bertahun-tahun. Sehingga, hanya satu serangan saja bisa memicu eskalasi besar,” ungkap Afzal.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Tezar Aditya Rahman

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini