Tag: Najib Mikati

  • 1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela – Halaman all

    1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela – Halaman all

    1000 Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Lebanon, Makin Tak Terkendali dan Kian Merajalela

    TRIBUNNEWS.COM- Di bawah pengawasan utusan khusus AS dan mantan tentara Israel Amos Hochstein, Beirut dan Tel Aviv mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 27 November setelah hampir 14 bulan konflik sengit dengan latar belakang perang di Gaza. 

    Militer Israel berjanji akan menarik diri dari wilayah Lebanon dalam waktu 60 hari sejak perjanjian tersebut diberlakukan. 

    Untuk memastikan kepatuhan, sebuah komite pemantauan yang dipimpin oleh Jenderal AS Jasper Jeffers dibentuk, dengan fokus pada penegakan penghentian permusuhan dan implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 .

    Pelanggaran Israel yang merajalela

    Namun Israel segera merusak gencatan senjata, melakukan hampir 1.000 pelanggaran dalam bulan pertama saja – salah satu dari banyak kasus pengabaian perjanjian internasional oleh negara pendudukan. 

    Selama pertemuan komite gencatan senjata baru-baru ini, pejabat Israel membantah adanya pelanggaran dan menyatakan tidak ada batas waktu 60 hari untuk menarik pasukan mereka. 

    Pejabat AS yang hadir tidak melakukan apa pun – tetapi mereka mungkin harus segera bertindak: Hizbullah bersumpah untuk ‘melawan’ pelanggaran setelah gencatan senjata berakhir.

    Selain itu, pasukan pendudukan terus-menerus menghalangi pengerahan tentara Lebanon di titik-titik penting di Lebanon selatan, dan telah membocorkan rencana bahwa Tel Aviv bermaksud untuk mempertahankan kendali atas wilayah-wilayah strategis di negara tersebut. 

    Laporan-laporan menunjukkan bahwa ada upaya Israel yang sedang berlangsung untuk membangun zona penyangga keamanan yang membentang dari Abbad hingga desa-desa Odaisseh dan Kfar Kila.

    Sementara itu, sejak awal gencatan senjata, Hizbullah meyakinkan pemerintah Lebanon bahwa mereka tidak akan melakukan pembalasan selama masa gencatan senjata 60 hari, mematuhi secara ketat ketentuan perjanjian dan mengizinkan pemerintah dan tentara untuk mengatasi provokasi harian Israel. 

    Gencatan senjata tersebut menyusul tekanan internal dan internasional yang kuat terhadap gerakan perlawanan untuk menghentikan pertempurannya dengan Israel, terutama saat Israel mulai memperluas target pembomannya di seluruh negeri. 

    Pada saat yang sama, Israel – setelah gagal mencapai tujuan perang yang dinyatakan dan mengalami kerugian pasukan setiap hari dalam invasi darat mereka – mendesak keras gencatan senjata, dengan alasan perlunya mencegah eskalasi yang dapat meluas ke Beirut, yang berisiko menimbulkan korban sipil massal.

    Perjanjian ini mungkin tidak ideal bagi kedua belah pihak, tetapi dapat dilaksanakan. Israel mencapai keberhasilan nyata tetapi gagal menghancurkan Hizbullah atau melenyapkannya sebagai sebuah organisasi. Bagi Hizbullah, prioritasnya adalah mengakhiri perang untuk menghentikan kehancuran, terlepas dari kerusakan yang dideritanya.

    Akibatnya, kedua belah pihak mencapai kesepakatan yang digambarkan Hizbullah sebagai pengulangan Resolusi 1701. Kesepakatan ini bukanlah kesepakatan penghinaan atau kekalahan, bertentangan dengan cara musuh kelompok tersebut menggambarkannya.

    Penting untuk dicatat bahwa Hizbullah memilih jalan tengah antara seruan Hamas untuk memicu konflik yang lebih luas di bawah panji “Banjir Al-Aqsa” dan kebijakan non-intervensi, mengingat bahwa pimpinan gerakan Palestina tidak melibatkan Hizbullah dalam keputusannya untuk berperang.

    Secara etis, Hizbullah memilih untuk membuka front dukungan terbatas, dengan jelas mendefinisikan tujuannya: untuk menguras habis militer Israel dan menekannya agar menghentikan serangan terhadap Gaza. Namun, perhitungan ini kemudian terbukti keliru.

    Ketika front pendukung meningkat menjadi perang besar-besaran, Hizbullah menyatakan bahwa tujuannya adalah menghentikan konflik. Ketika Israel meminta penghentian permusuhan, Hizbullah setuju dengan syarat-syarat yang dapat diterima.

    Akhirnya, setelah lebih dari setahun konflik yang dipicu oleh Operasi Banjir Al-Aqsa yang dipimpin Hamas, Hizbullah dan Israel mencapai kesepakatan 13 poin yang dimediasi oleh AS dan Prancis. 

    Sementara Tel Aviv setuju untuk menarik diri dari wilayah Lebanon dalam waktu 60 hari, tindakannya selama gencatan senjata menggambarkan dorongan tanpa henti untuk mencapai secara militer apa yang tidak dapat dicapainya selama perang. 

    Kerusakan yang dialami rumah-rumah dan kota-kota Lebanon selama bulan pertama gencatan senjata sudah jauh melebihi kerusakan yang terjadi selama konflik, dengan desa-desa seperti Bani Hayyan, Markaba, Shama, Al-Bayada, dan Wadi al-Hujayr mengalami kerusakan yang sangat parah.

    Pelanggaran Israel yang terang-terangan tidak hanya terbatas pada kota-kota perbatasan. Pelanggaran gencatan senjatanya meliputi operasi pesawat tanpa awak yang dilarang di atas Beirut dan pinggiran selatannya, serta serangan militer besar-besaran di desa-desa di Lembah Bekaa bagian timur.

    AS menutup mata

    Komite pemantau gencatan senjata, yang dipimpin oleh sekutu paling setia Tel Aviv, telah menghadapi tantangan yang signifikan, sebagian besar disebabkan oleh keengganan Israel untuk mematuhi ketentuan gencatan senjata. 

    Sumber-sumber mengungkapkan kepada The Cradle bahwa sejauh ini, dua pertemuan telah diadakan di markas besar Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) di Naqoura, Lebanon selatan, dengan kehadiran para perwira Israel, diikuti oleh pertemuan ketiga yang dihadiri oleh Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati – tanpa kehadiran pihak Israel.

    Sumber tersebut menambahkan bahwa pertemuan pertama hanya berlangsung selama 40 menit, terbatas pada diskusi pendahuluan mengenai topik-topik inti. Namun, sesi kedua diwarnai oleh perselisihan, karena pihak Israel gagal menegakkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. 

    Selama pertemuan itu, menjadi jelas bagi semua pihak bahwa meskipun tentara Lebanon telah merampungkan dan menyetujui rencana penempatan pasukan di wilayah barat, tengah, dan timur, Israel menolak untuk menyampaikan strategi penarikan pasukan. 

    Sebaliknya, mereka menyalahkan tentara Lebanon atas apa yang mereka sebut sebagai “penempatan pasukan yang lambat”, yang selanjutnya menunjukkan bahwa batas waktu gencatan senjata 60 hari hanyalah simbolis, tidak mengikat bagi penarikan pasukan Israel, dan hanya ditujukan untuk penarikan pasukan Hizbullah dari selatan Sungai Litani.

    Perwakilan Israel melangkah lebih jauh, dengan mengklaim tanpa dasar bahwa tentara Lebanon tidak mempunyai niatan untuk melaksanakan ketentuan perjanjian untuk menarik Hizbullah dari selatan Litani . 

    Selama diskusi, Jenderal Lebanon Edgar Lowndes dikabarkan telah keluar dari pertemuan setelah terjadi perdebatan sengit dengan pihak Israel, yang menganggap remeh serangan berulang-ulang di Lebanon sebagai hal yang tidak penting dan menolak menggolongkannya sebagai pelanggaran perjanjian. 

    Delegasi Israel secara khusus menyatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak di wilayah udara Lebanon bukanlah pelanggaran gencatan senjata, yang menunjukkan bahwa pelanggaran udara akan terus berlanjut tanpa kendali.

    Pejabat utama AS – seorang jenderal – membawa Lowndes kembali ke pertemuan tersebut dan mencoba agar prosesnya lebih formal setelahnya. 

    Setelah sesi tersebut, kontak tingkat tinggi terjadi antara berbagai anggota komite, dengan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengumpulkan perwira Prancis dan Amerika serta Komandan UNIFIL untuk menekankan perlunya Israel menghormati perjanjian yang ditandatangani bahwa tentara Israel akan menarik diri dari wilayah Lebanon dalam batas waktu yang disepakati. 

    Dalam konteks ini, jenderal AS mengonfirmasi bahwa utusan Hochstein akan berpartisipasi dalam pertemuan komite berikutnya pada tanggal 6 Januari untuk mengonfirmasi isu-isu yang ambigu, dan setuju dengan mitranya dari Lebanon bahwa Israel melanggar gencatan senjata melalui tindakannya. 

    Kesabaran di tengah provokasi 

    Sementara Hizbullah telah menahan diri dan tidak memberikan respons signifikan apa pun selain pembalasan tunggal di ” lokasi Ruwaisat al-Alam milik tentara musuh Israel di Perbukitan Kfar Shuba Lebanon yang diduduki ,” provokasi Israel terus menguji batas gencatan senjata setiap hari. Seperti yang diinformasikan oleh sumber yang dekat dengan Hizbullah kepada The Cradle:

    “Kami akan bersabar hingga periode 60 hari berakhir dan peluang diplomatik habis, dan setelah itu tidak ada solusi selain perlawanan.”

    Mediator internasional kini menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menegakkan perjanjian tersebut, dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri menekankan pentingnya keterlibatan Prancis dalam proses pemantauan, mengingat keberpihakan AS terhadap Israel. 

    Kementerian Luar Negeri Lebanon mengajukan pengaduan resmi kepada Dewan Keamanan PBB, dengan menyebutkan 816 pelanggaran antara 27 November dan 22 Desember. Perdana Menteri Mikati telah menyerukan penerapan Resolusi 1701 secara cepat dan menyeluruh, dengan memperingatkan bahwa penundaan dapat semakin mengganggu stabilitas kawasan. 

    Beirut juga menyerukan “peningkatan dukungan bagi UNIFIL dan tentara Lebanon untuk menjamin perlindungan kedaulatannya dan menciptakan kondisi keamanan yang diperlukan guna memulihkan stabilitas dan keadaan normal di wilayah selatan negara tersebut.”

    Jelaslah bahwa Israel memanfaatkan posisi yang dianggap lebih unggul untuk memanipulasi perjanjian gencatan senjata, menafsirkan ketentuan-ketentuannya agar selaras dengan tujuan-tujuan strategisnya. 

    Dengan bertindak seolah-olah keseimbangan kekuatan telah bergeser secara permanen ke arah yang menguntungkannya, negara pendudukan tersebut tidak hanya menantang pihak Lebanon tetapi juga secara terbuka mengabaikan perjanjian tersebut dengan tindakan-tindakan seperti pelanggaran udara, yang dibenarkan dengan kedok pembelaan diri. 

    Provokasi ini, ditambah dengan ancaman untuk menyalakan kembali permusuhan dan mengusir secara paksa Hizbullah, mengungkap upaya terencana untuk menetapkan fakta baru di lapangan yang tidak pernah menjadi bagian dari kesepakatan awal.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Israel Tantang Hizbullah Lanjutkan Perang, Bombardir Bekaa Pertama Kalinya Sejak Gencatan Senjata – Halaman all

    Israel Tantang Hizbullah Lanjutkan Perang, Bombardir Bekaa Pertama Kalinya Sejak Gencatan Senjata – Halaman all

    Israel Tantang Hizbullah Lanjutkan Perang, Bombardir Bekaa Pertama Kalinya Sejak Gencatan Senjata

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel terindikasi hendak melanjutkan perang melawan gerakan Hizbullah Lebanon dan mengakhiri gencatan senjata yang mulai berlaku November lalu. 

    Indikasi itu tampak saat Israel, untuk kesekian ratus kalinya sejak gencatan senjata, melancarkan serangan udara di wilayah Bekaa di Lebanon timur pada Rabu (25/12/2024).

    Media Lebanon menginsyaratkan, pelanggaran gencatan senjata ini merupakan serangan terdalam pertama Israel ke teritorial Lebanon sejak perjanjian gencatan senjata bulan lalu.

    Serangan Israel menargetkan wilayah antara kota Talia dan Hizzine di distrik Baalbek, kantor berita Lebanon, NNA melaporkan.

    Belum ada informasi tersedia mengenai cedera atau kerusakan yang ditimbulkan dari serangan Israel ini.

    Pihak berwenang Lebanon telah melaporkan sekitar 300 pelanggaran Israel sejak perjanjian gencatan senjata berlaku pada 27 November untuk mengakhiri lebih dari 14 bulan pertempuran antara tentara Israel dan kelompok Hizbullah yang menyatakan mendukung perjuangan Palestina di Gaza.

    Belakangan, Israel memang menarik mundur sejumlah besar pasukannya dari desa-desa di Lebanon Selatan, namun tetap mempertahankan keberadaan mereka di sejumlah titik.

    Israel kemudian memanfaatkan pergolakan di Suriah untuk merebut Puncak Gunung Hermon, diduga untuk dijadikan sentral operasi militer demi menghadapi front utara, termasuk menghadapi Hizbullah.

    Perdana Menteri Libanon Najib Mikati meminta komite pemantau gencatan senjata pada hari Selasa untuk menekan Israel agar menghentikan pelanggarannya terhadap perjanjian tersebut.

    Data dari Kementerian Kesehatan Lebanon menunjukkan bahwa sejak serangan Israel ke Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, setidaknya 4.063 orang telah tewas, termasuk wanita, anak-anak, dan pekerja kesehatan, sementara 16.663 lainnya terluka.

    Belum Mau Pulangkan Pemukim Yahudi di Utara ke Rumah Mereka

    Tudingan kalau Israel cuma basa-basi menjalankan gencatan senjata di Lebanon dalam perang melawan Hizbullah, makin kencang seiring aksi semaunya tentara pendudukan negara Zionis tersebut (IDF).

    Belakangan, sejumlah indikasi menunjukkan kalau Israel memang berniat melanjutkan perang dengan Hizbullah, bahkan meski gencatan senjata baru berjalan beberapa hari dari 60 hari yang disepakati.

    Satu di antaranya indikasi itu adalah Israel belum mau memulangkan para pemukim Yahudi wilayah Utara mereka ke rumah masing-masing.

    “Tentara Israel mengatakan bahwa perintah untuk tidak memulangkan penduduk daerah terbuka di utara di Galilea Barat dan Galilea Atas masih berlaku,” kata laporan Khaberni, Sabtu (30/11/2024) lalu.

    Tentara Israel (IDF) juga mengumumkan larangan kembalinya pengungsi Lebanon ke rumah-rumah mereka sendiri di berbagai daerah di Lebanon Selatan.

    “Adapun pihak pemerintah Lebanon menyatakan kalau Israel beberapa kali melanggar gencatan senjata,” tulis laporan tersebut.

    Sebagai rincian, Tentara Israel mengumumkan larangan kembalinya pengungsi Lebanon ke 10 kota di Lebanon selatan, yaitu: Shebaa, Al-Habbariyeh, Marjayoun, Arnoun, Yahmar, Al-Qantara, Shaqra, Baraashit, Bater, dan Al-Mansouri, hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Larangan pemulangan warga, menurut pengumuman tentara Israel, juga meluas ke sejumlah desa di Lebanon selatan, termasuk Khiam, Al-Adisa, Naqoura, dan kota-kota lainnya.

    Tentara Israel mengatakan, “Telah memantau operasi mencurigakan yang merupakan ancaman bagi Israel oleh Hizbullah, yang dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata,”.

    IDF menambahkan – dalam sebuah pernyataan – kalau mereka melihat dua militan yang tiba di infrastruktur militer di Lebanon selatan tempat rudal diluncurkan, dan menargetkan mereka dari udara.

    Ini, klaim IDF, menjadi pembenaran kalau tentara-tentara Israel harus terus ditempatkan di Lebanon selatan untuk melindungi Israel dan pemukimnya, khususnya di Utara.

    Situs web Israel, Walla mengutip sumber keamanan Israel yang mengatakan kalau pengurangan pasukan IDF di Lebanon selatan akan mempengaruhi kemampuan untuk menerapkan gencatan senjata.

    Pasukan Israel (IDF) dari Divisi Lapis Baja melancarkan agresi militer di Lebanon Selatan. (khaberni/HO)

    Serangan Israel

    Dalam konteks yang sama, Kantor Berita Nasional Lebanon mengatakan pada Jumat (29/11/2024) kalau 4 tank Israel “menembus lingkungan barat kota perbatasan Khiam di Lebanon.”

    Tentara Lebanon mengatakan pada hari Rabu dan Kamis, Israel beberapa kali melanggar perjanjian gencatan senjata, melalui pelanggaran udara dan pemboman wilayah Lebanon dengan berbagai senjata.

    Pihak pemerintah Lebanon menambahkan kalau mereka menindaklanjuti pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata dengan berkoordinasi dengan otoritas terkait.

    Tentara Lebanon sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah mulai menjalankan misinya di selatan, Bekaa, dan pinggiran selatan, bersamaan dengan memperkuat penempatannya di selatan Sungai Litani setelah mulai menerapkan perjanjian gencatan senjata.

    Dalam sebuah pernyataan, Tentara Lebanon menjelaskan kalau tugasnya di wilayah ini termasuk memasang penghalang sementara, membuka jalan, dan meledakkan persenjataan yang tidak meledak.

    Pihak militer Lebanon menambahkan, apa yang dilakukannya bertujuan untuk mengimbangi pergerakan para pengungsi, membantu mereka kembali ke desa dan kota, serta menjaga keamanan dan keselamatan mereka.

    Layanan darurat Lebanon tiba saat kebakaran terjadi di lokasi serangan Israel yang menargetkan sebuah gedung di jalan Mar Elias, Beirut, pada 17 November 2024. (Photo by Ibrahim AMRO / AFP) (AFP/IBRAHIM AMRO)

    Israel Targetkan Warga Sipil Lebanon

    Di sisi lain, tentara Israel menembaki penduduk kota Khiam dekat perbatasan di Lebanon selatan saat pemakaman seorang penduduk kota tersebut, menurut laporan Kantor Berita Nasional Lebanon.

    Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada Agence France-Presse, sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang penembakan terhadap warga, bahwa “selama beberapa jam terakhir, pasukan militer Israel berupaya untuk mengusir orang-orang (terduga anggota Hizbullah) dari daerah Khiam di Lebanon selatan.”

    Pada hari Kamis, komandan Komando Utara di Israel, Uri Gordin, melakukan tur di Lebanon selatan dan menilai situasi, didampingi oleh sejumlah komandan pasukan.

    Menurut pernyataan militer, Gordin menekankan pentingnya kehadiran pasukan di lapangan dan menjaga kesiapan yang tinggi untuk mempertahankan pelaksanaan perjanjian gencatan senjata.

    Gordin sekali lagi menyebutkan kepada pasukannya pencapaian militer yang telah dicapai dalam kerangka operasi militer baru-baru ini di Lebanon, yang menurutnya menghasilkan serangan yang kuat terhadap berbagai sistem Hizbullah.

    Dalam konteks terkait, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan kalau beberapa pejabat di lembaga keamanan Israel memperkirakan kemungkinan kembalinya pertempuran di Lebanon sebesar 50 persen, situasi riskan untuk sebuah gencatan senjata.

    Surat kabar tersebut menambahkan bahwa kemungkinan ini adalah salah satu alasan mengapa pemerintah Israel tidak mengembalikan pemuim wilayah utara untuk kembali ke rumah mereka.

    Belakangan, Israel memang menarik mundur sejumlah besar pasukannya dari desa-desa di Lebanon Selatan, namun tetap mempertahankan keberadaan mereka di sejumlah titik.

    Israel kemudian memanfaatkan pergolakan di Suriah untuk merebut Puncak Gunung Hermon, diduga untuk dijadikan sentral operasi militer demi menghadapi front utara, termasuk menghadapi Hizbullah.

    Tangkap layar lokasi pemukiman Avivim, Galilea, wilayah pendudukan Israel yang dihajar rentetan rudal Hizbullah dari Lebanon Selatan. (tangkap layar twitter)

    Para Pemukim Israel Takut untuk Kembali ke Rumah

    Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth menggarisbawahi bahwa Hizbullah tidak hampir dikalahkan oleh Israel di utara karena para pemukim Israel berteriak-teriak tentang kekalahan.

    Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth menggambarkan perjanjian gencatan senjata baru-baru ini dengan Lebanon sebagai “implementasi luas Resolusi 1701 di bawah kepemimpinan AS,” sembari mengakui tantangan yang dihadapi oleh pendudukan Israel selama perang.

    Dalam sebuah laporan, surat kabar tersebut menyatakan bahwa para pengkritik perjanjian di Israel mengabaikan kenyataan mendasar, khususnya bahwa ” Hizbullah tidak dikalahkan , dan tidak juga hampir dikalahkan.” 

    Meskipun kelompok tersebut mengalami pukulan yang signifikan, mereka “terus bertempur” selama konflik tersebut, demikian yang dicatat dalam laporan tersebut.

    Artikel tersebut menyoroti sentimen umum di kalangan orang Israel yang mempertanyakan mengapa superioritas militer pendudukan Israel tidak berhasil menciptakan status quo baru yang bebas dari ancaman atau memaksa Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah dan membangun zona penyangga keamanan.

    “Siapa pun yang benar-benar memahami Lebanon tahu bahwa hasil tertentu tidak dapat dicapai melalui tank, roket, atau bahkan dengan menghancurkan infrastruktur,” tambah laporan itu.

    Mantan kepala intelijen militer Israel, Tamir Hayman, menyuarakan rasa frustrasi ini, dengan mengakui bahwa militer Israel “gagal mencapai satu pun tujuannya dalam agresi terhadap Lebanon.” 

    Hayman mengakui bahwa tujuan pasukan pendudukan Israel untuk memastikan pemulangan cepat dan aman para pemukim utara tidak terwujud.

    Hayman juga memuji para pejuang Hizbullah, dengan menyatakan bahwa “pertempuran berani mereka melawan militer Israel memperkuat prinsip bahwa persamaan ditentukan di medan perang saja.”

    Gencatan senjata tersebut telah membuat banyak pemukim Israel, khususnya di pemukiman utara, merasa kecewa. 

    Ketika penduduk desa Lebanon bersuka cita kembali ke rumah mereka , beberapa pemukim Israel berpendapat bahwa perjanjian tersebut tidak menghasilkan kemenangan yang menentukan melawan Hizbullah maupun mencapai tujuan perang. 

    Rasa frustrasi ini telah memicu seruan di dalam pendudukan Israel untuk menghentikan gencatan senjata dan melanjutkan permusuhan.

    ‘Para pemukim Israel takut dan frustrasi’

    Hal ini menggemakan sentimen serupa yang dibuat oleh media Israel, di mana mereka mengatakan penduduk di Lebanon selatan kembali ke rumah mereka setelah penerapan perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan pendudukan Israel.

    Sementara ketakutan dan frustrasi tersebar luas di kalangan pemukim Israel di pemukiman perbatasan utara.  

    Saluran 12 Israel melaporkan adanya “rasa tidak percaya yang mendalam” antara para pemukim utara dan pasukan pendudukan Israel, dengan menyatakan bahwa “tidak seorang pun yang membahas kenyataan di utara selama lebih dari setahun.” 

    Jaringan tersebut mengutip seorang penduduk Metula, sebuah pemukiman perbatasan utara, yang mengatakan, “Sebagai tetangga Lebanon , militer Israel harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan rasa aman kami.”   

    Meskipun pemerintah menyerukan agar para pemukim kembali, banyak yang menyatakan keraguan, dengan Channel 12 menambahkan bahwa “tidak ada tempat untuk kembali.” 

    Penggusuran tersebut juga mengganggu kehidupan sehari-hari, termasuk pendidikan, karena keluarga berjuang untuk kembali menjalani rutinitas normal.  

    Penasihat strategis Eyalet Frisch mengkritik evakuasi massal sekitar 100.000 pemukim utara selama perang, menggambarkannya sebagai “kesalahan strategis” yang didorong oleh “histeria atas Hizbullah.” 

    Mantan juru bicara militer Israel Avi Benayahu menyuarakan pandangan ini, dengan menyatakan bahwa militer berada dalam keadaan panik setelah evakuasi dari utara. 

     

    ‘1-0 untuk kemenangan Hizbullah’

    Channel 14  memperingatkan bahwa jika pemerintah meneruskan pendekatannya saat ini, wilayah utara berisiko menjadi “batas perbatasan Lebanon” mirip dengan situasi genting yang dihadapi masyarakat di dekat Gaza.

    Moshe Davidovich, kepala “Forum Pemukiman Garis Depan,” menyebut hari kesepakatan itu sebagai “hari yang menyedihkan bagi para pemukim utara dengan mengklaim bahwa kesepakatan itu gagal memberikan kepulangan yang aman. 

    Ia menolak kesepakatan itu sebagai “bukan kemenangan,” dan menggambarkannya sebagai “1-0 untuk Hizbullah.”

    Mantan juru bicara militer Israel, Ronen Manelis, semakin membantah klaim pemerintah bahwa Hizbullah telah didorong mundur 15 kilometer dari perbatasan, dan menyebut pernyataan tersebut sebagai “omong kosong belaka.”

     

     

  • 30 Perwira Rezim Assad Ditangkap di Lebanon, Interpol Incar Jenderal Suriah Jamil al-Hassan – Halaman all

    30 Perwira Rezim Assad Ditangkap di Lebanon, Interpol Incar Jenderal Suriah Jamil al-Hassan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Otoritas Lebanon baru-baru ini menangkap 30 perwira rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad yang digulingkan pada 8 Desember 2024.

    Menyusul kabar tersebut, Layanan Polisi Internasional (Interpol) mendesak pihak berwenang Lebanon untuk menangkap direktur Intelijen Angkatan Udara Suriah, Jamil al-Hassan, dan menyerahkannya ke Amerika Serikat (AS).

    “Beirut menerima telegram resmi pekan lalu dari Interpol yang mendesak pihak berwenang untuk menangkap Jamil al-Hassan jika dia berada di wilayah Lebanon atau jika dia memasukinya dan menyerahkannya ke Amerika Serikat. Namun keberadaan Al-Hassan masih belum diketahui,” kata tiga sumber peradilan Lebanon, Senin (23/12/2024).

    Sementara itu, Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, mengatakan negaranya akan bekerja sama dengan permintaan Interpol untuk menangkap direktur Intelijen Angkatan Udara Suriah, Mayor Jenderal Jamil al-Hassan jika pergi ke negaranya.

    “Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan surat Interpol terkait penangkapan direktur Intelijen Angkatan Udara Suriah,” kata Najib Mikati, Senin (23/12/2024), seperti diberitakan Al Jazeera.

    Jamil al-Hassan Jadi Buron Internasional

    Pada 9 Desember 2024, surat dakwaan AS mengungkapkan tuduhan terhadap Jamil al-Hassan (72) melakukan kejahatan perang, termasuk menyiksa tahanan, beberapa di antaranya adalah orang Amerika, selama konflik bersenjata di Suriah.

    Jamil al-Hassan juga merupakan salah satu dari tiga pejabat senior Suriah yang dihukum oleh pengadilan Prancis pada Mei lalu karena melakukan kejahatan perang atas keterlibatan mereka dalam penghilangan dan kematian ayah dan putranya yang berkewarganegaraan Prancis-Suriah.

    Menurut sumber peradilan Lebanon, surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Interpol menuduh Jamil al-Hassan terlibat dalam kejahatan perang, penyiksaan dan genosida.

    “Jamil al-Hassan juga bertanggung jawab mengawasi jatuhnya ribuan ton barel bahan peledak ke penduduk Suriah, dan hal ini menyebabkan kematian banyak warga sipil,” kata sumber itu.

    Permintaan Interpol diedarkan ke otoritas Keamanan Umum dan kontrol perbatasan Lebanon.

    “Pihak berwenang Lebanon menangkap hingga 30 mantan perwira intelijen dan perwira Divisi Keempat tentara selama era rezim Assad, dan mereka sekarang berada dalam tahanan polisi,” kata dua sumber keamanan Lebanon kepada Reuters.

    Sebelumnya, rezim Assad dari Partai Ba’ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan ke berbagai kota di Suriah yang dimulai pada 27 November 2024.

    Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia, sementara para pejabat yang menjadi kaki tangannya dulu di Suriah kini menjadi incaran pengadilan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Turki dan Lebanon Akan Kerja Sama usai Penggulingan Assad, Erdogan: Era Baru Telah Dimulai di Suriah – Halaman all

    Turki dan Lebanon Akan Kerja Sama usai Penggulingan Assad, Erdogan: Era Baru Telah Dimulai di Suriah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya dan Lebanon akan bekerja sama mengenai Suriah.

    Kerja sama itu dilakukan setelah penggulingan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad awal bulan ini.

    “Era baru kini telah dimulai di Suriah. Kami sepakat bahwa kami harus bertindak bersama sebagai dua tetangga penting Suriah,” ungkap Erdogan dalam konferensi pers, bersama Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati, Rabu (18/12/2024), dilansir The Guardian.

    “Stabilitas Suriah berarti stabilitas kawasan,” jelas Erdogan.

    Ia menambahkan, pembangunan kembali Suriah di perbatasan akan menjadi prioritas mereka, karena kepemimpinan sementara Suriah berupaya membangun kembali infrastruktur setelah 14 tahun konflik dan sanksi yang melumpuhkan.

    Erdogan berharap Uni Eropa akan mendukung pemulangan warga Suriah yang meninggalkan negara itu selama perang saudara.

    Diketahui, jutaan warga Suriah melarikan diri ke Turki untuk mencari perlindungan, dengan mayoritas tinggal di Istanbul, Gaziantep atau Sanliurfa.

    Lebanon juga merupakan rumah bagi sejumlah besar pengungsi Suriah.

    “Ini adalah periode kritis di mana kita perlu bertindak dengan persatuan, solidaritas, dan rekonsiliasi bersama,” tambah Erdogan.

    Pemerintahan yang ‘Inklusif’ Diperlukan di Suriah

    Pada Selasa (17/12/2024), Erdogan mengatakan bahwa pemerintahan yang inklusif diperlukan di Suriah.

    Erdogan juga meminta Uni Eropa untuk mendukung pemulangan warga Suriah yang melarikan diri selama perang saudara selama 13 tahun di negara itu.

    “Kami telah melihat bahwa kami sepakat tentang pembentukan pemerintahan yang inklusif di Suriah,” kata Erdogan pada konferensi pers bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Ankara, dikutip dari Arab News.

    Negara-negara Barat secara bertahap membuka saluran bagi otoritas baru di Damaskus yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), meskipun mereka terus menunjuknya sebagai kelompok teroris.

    Erdogan mengatakan tidak ada tempat bagi organisasi teroris di wilayah tersebut, merujuk secara khusus pada kelompok militan Daesh dan Kurdi.

    Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan sebelumnya telah menyoroti pentingnya proses transisi yang inklusif di Suriah.

    PBB: Satu Juta Warga Suriah Mungkin Kembali

    Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa mereka memperkirakan sekitar satu juta orang akan kembali ke Suriah pada paruh pertama tahun 2025, setelah runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

    Assad melarikan diri dari Suriah, saat pasukannya meninggalkan tank dan peralatan lainnya dalam menghadapi serangan kilat yang dipelopori oleh Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), yang mengakhiri lima dekade pemerintahan represif oleh keluarga Assad.

    Pemerintahan tersebut ditandai dengan pemenjaraan dan pembunuhan massal terhadap para tersangka pembangkang, dan hampir 14 tahun perang saudara yang menyebabkan lebih dari 500.000 orang meninggal dan memaksa setengah dari populasi tersebut meninggalkan rumah mereka.

    Penggulingan Assad memicu perayaan di seluruh Suriah dan sekitarnya, dan telah mendorong banyak orang untuk mulai kembali ke negara mereka yang dilanda perang.

    “Kami telah meramalkan bahwa kami berharap dapat melihat sekitar satu juta warga Suriah kembali antara Januari dan Juni tahun depan,” kata Rema Jamous Imseis, direktur Timur Tengah dan Afrika Utara untuk badan pengungsi PBB UNHCR, seperti diberitakan Arab News.

    Ia mengatakan perkembangan terkini telah membawa “sejumlah besar harapan bahwa krisis pengungsian terbesar yang kita alami di planet Bumi akhirnya akan terselesaikan.”

    Namun, ia menekankan bahwa “kita juga harus mengakui bahwa perubahan rezim tidak berarti bahwa krisis kemanusiaan yang sudah ada di sana telah berakhir.”

    Menunjuk pada “tantangan besar,” ia meminta negara-negara yang telah menampung jutaan pengungsi Suriah untuk menahan diri dari memulangkan mereka dengan tergesa-gesa.

    “Tidak seorang pun boleh dipulangkan secara paksa ke Suriah dan hak warga Suriah untuk mempertahankan akses ke suaka harus dipertahankan,” papar Imseis.

    Pejuang pemberontak Suriah merayakan di Menara Jam di jantung kota Homs pada 8 Desember 2024, setelah pasukan pemberontak memasuki kota ketiga Suriah. (AFP/AAREF WATAD)

    Hampir segera setelah jatuhnya Assad, sejumlah negara Eropa mengatakan mereka akan membekukan permintaan suaka yang tertunda dari warga Suriah.

    Sementara, partai-partai sayap kanan telah mendesak deportasi pengungsi kembali ke Suriah.

    “Apa yang kami katakan kepada pemerintah yang telah menangguhkan proses suaka adalah harap terus hormati hak untuk mengakses wilayah, untuk mengajukan klaim suaka,” kata Jamous Imseis.

    “Orang-orang tidak bisa begitu saja, setelah 14 tahun mengungsi, mengemasi tas dalam semalam dan kembali ke negara yang telah hancur karena konflik.”

    “Beri kami dan para pengungsi Suriah waktu untuk menilai apakah aman untuk kembali. Masih terlalu dini untuk melihat seberapa aman nantinya,” terang Jamous Imseis.

    Pada saat yang sama ketika banyak orang kembali ke Suriah, Jamous Imseis menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang telah menjadi pengungsi baru di Suriah dalam tiga minggu terakhir.

    “Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak,” ungkapnya.

    Ia pun menyoroti bahwa ada juga kebutuhan untuk mengevaluasi ulang siapa yang berisiko di Suriah yang telah berubah secara radikal.

    “Profil risiko yang ada sebelum 8 Desember mungkin tidak lagi memerlukan tingkat perlindungan yang sama, atau tidak memiliki ancaman atau ketakutan yang sama terhadap pelanggaran hak-hak mereka, sedangkan sekarang dengan perubahan rezim ini, kita memiliki kelompok rentan lain yang muncul dalam proses tersebut,” imbuh dia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Suriah

  • Ini Periode Kritis Bagi Suriah, Kita Perlu Persatuan

    Ini Periode Kritis Bagi Suriah, Kita Perlu Persatuan

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memastikan negaranya dan Lebanon telah sepakat untuk bertindak bersama dalam menangani Suriah usai penggulingan Bashar al-Assad. Erdogan mengakui adanya era baru di Suriah.

    “Era baru kini telah dimulai di Suriah. Kami sepakat bahwa kita harus bertindak bersama sebagai dua tetangga penting Suriah,” kata Erdogan dalam konferensi pers, didampingi Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati, dilansir AFP, Kamis (19/12/2024).

    Erdogan memastikan pihaknya akan menjaga stabilitas di Suriah. Menurutnya, stabilitas Suriah berarti stabilitas kawasan.

    “Stabilitas Suriah berarti stabilitas kawasan, rekonstruksi negara yang dilanda perang di perbatasan mereka akan menjadi prioritas mereka” katanya.

    Lebih lanjut, Erdogan menilai saat ini yang terpenting untuk membangun Suriah yakni persatuan dan rekonsiliasi.

    “Ini adalah periode kritis di mana kita perlu bertindak dengan persatuan, solidaritas, dan rekonsiliasi bersama,” ujar dia.

    Penggulingan Assad memicu perayaan di seluruh Suriah dan sekitarnya, dan mendorong banyak pengungsi untuk mulai kembali ke rumah mereka.

    (maa/maa)

  • Israel Kembali Serang Lebanon Saat Gencatan Senjata, 1 Orang Tewas

    Israel Kembali Serang Lebanon Saat Gencatan Senjata, 1 Orang Tewas

    Jakarta

    Israel kembali melancarkan serangan ke Lebanon hingga menewaskan satu orang di kota perbatasan. Serangan diluncurkan beberapa jam setelah Amerika mengumumkan penarikan diri pasukan Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah.

    Dilansir AFP, Jumat (13/12/2024), Israel meningkatkan operasinya di Lebanon selatan pada akhir September, setelah hampir setahun pertukaran lintas batas dimulai oleh kelompok pendukung Hamas itu.

    Gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 27 November. Namun, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran berulang kali.

    “Serangan musuh Israel di kota Khiam menewaskan satu orang dan melukai yang lain,” kata Kementerian kesehatan Lebanon dalam sebuah pernyataan.

    Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengecam keras serangan itu dalam sebuah pernyataan.

    “Kurang dari 24 jam telah berlalu sejak tentara mulai dikerahkan di wilayah Khiam dan Marjayoun sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, ketika musuh Israel kembali menyerang kota Khiam,” katanya.

    Militer Israel mengatakan telah menyerang operasi Hizbullah “yang beroperasi di Lebanon selatan”, tanpa menyebutkan di mana mereka diserang.

    Mereka menuduh militan tersebut “menimbulkan ancaman bagi warga sipil Israel, yang melanggar perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon”.

    Amerika Serikat dan Prancis merupakan bagian dari komite lima pihak yang juga melibatkan Lebanon, Israel, dan pasukan penjaga perdamaian PBB, untuk menjaga komunikasi antara para pihak dan memastikan pelanggaran gencatan senjata diidentifikasi dan ditangani.

    Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa akan dikerahkan di Lebanon selatan saat tentara Israel menarik diri selama periode 60 hari.

    (taa/taa)

  • PM Lebanon Desak Israel Segera Terapkan Gencatan Senjata

    PM Lebanon Desak Israel Segera Terapkan Gencatan Senjata

    Jakarta

    Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mendesak agar gencatan senjata Israel dengan Hizbullah segera diterapkan. Ia mendesak agar masyarakat internasional bertindak cepat menghentikan agresi militer Israel.

    Dilansir AFP, Rabu (22/11/2024), pernyataan itu muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pidato bahwa kabinet keamanannya “malam ini” akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dalam perangnya melawan kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

    Mikati mengatakan gelombang serangan udara Israel yang hebat di Beirut pada hari Selasa “menegaskan kembali bahwa musuh Israel tidak menghormati hukum atau pertimbangan apa pun”.

    “Masyarakat internasional diminta untuk bertindak cepat guna menghentikan agresi ini dan menerapkan gencatan senjata segera,” katanya dalam pernyataannya, yang dikeluarkan sebelum serangan menghantam distrik komersial Hamra di pusat kota.

    Pernyataan Netanyahu

    Netanyahu mengatakan bahwa ia akan membawa proposal yang ditengahi AS untuk gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon ke kabinet keamanannya untuk pemungutan suara secepatnya pada Selasa malam.

    “Warga Israel, malam ini saya akan membawa garis besar gencatan senjata untuk disetujui kabinet (keamanan),” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi.

    Ia menambahkan: “Jika Hizbullah melanggar perjanjian dan mencoba mempersenjatai kembali, kami akan menyerang. Jika mereka mencoba memperbarui aktivitas teror di dekat perbatasan, kami akan menyerang. Jika mereka meluncurkan roket, menggali terowongan, atau membawa truk berisi rudal, kami akan menyerang.”

    Perang tersebut telah menewaskan sedikitnya 3.799 orang di Lebanon sejak Oktober 2023, menurut kementerian kesehatan, sebagian besar dari mereka telah tewas sejak September.

    Netanyahu mencantumkan alasan Israel untuk gencatan senjata termasuk “berfokus pada ancaman Iran” dan “mengisolasi Hamas”.

    Netanyahu mengatakan Israel akan meningkatkan perlawanannya terhadap Hamas di Gaza.

    “Sejak hari kedua perang, Hamas mengandalkan Hizbullah untuk bertempur di pihaknya. Dengan tidak adanya Hizbullah, Hamas dibiarkan sendiri,” katanya. “Kami akan meningkatkan tekanan pada Hamas dan itu akan membantu kami dalam misi suci kami untuk membebaskan sandera.”

    (taa/taa)

  • 4 Pasukan Perdamaian PBB dari Ghana Terluka Akibat Serangan Roket di Lebanon

    4 Pasukan Perdamaian PBB dari Ghana Terluka Akibat Serangan Roket di Lebanon

    Beirut

    Serangan roket menghantam markas United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL) atau Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. UNIFIL melaporkan 4 pasukan penjaga perdamaian terluka.

    “Empat pasukan penjaga perdamaian Ghana yang bertugas mengalami cedera,” kata kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Rabu (20/11/2024).

    UNIFIL mengatakan serangan itu menghantam markas di desa Ramia, Lebanon. Serangan itu diduga ditembakkan oleh aktor non-negara.

    “Sebuah roket — yang kemungkinan besar ditembakkan oleh aktor non-negara di Lebanon — menghantam pangkalan mereka,” katanya.

    Serangan Israel di Lebanon

    Diketahui situasi Isael dan Lebanon saat ini masih panas. Israel terus melakukan serangan ke Beirut, Lebanon, dengan dalih menghancurkan fasilitas Hizbullah. Serangan terbaru Israel mengenai gedung di kawasan padat dekat kantor Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati.

    Dilansir Al-Jazeera, Selasa (19/11), petugas tanggap darurat tampak mengevakuasi jenazah dari reruntuhan yang dipicu serangan terbaru Israel di pusat kota Beirut. Lingkungan Zuqaq al-Blat merupakan daerah yang terkenal dan padat penduduk.

    Beberapa serangan juga terjadi sehari sebelumnya, salah satunya di dekat kedutaan Prancis yang menewaskan kepala media Hizbullah, Mohammad Afif. Ada juga serangan lain di jalan pasar Mar Elias yang menewaskan lebih banyak orang.

    (lir/lir)

  • Serangan Israel Hantam Bangunan Dekat Kantor Perdana Menteri Lebanon

    Serangan Israel Hantam Bangunan Dekat Kantor Perdana Menteri Lebanon

    Beirut

    Israel terus melakukan serangan ke Beirut, Lebanon, dengan dalih menghancurkan fasilitas Hizbullah. Serangan terbaru Israel mengenai gedung di kawasan padat dekat kantor Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati.

    Dilansir Al-Jazeera, Selasa (19/11/2024), petugas tanggap darurat tampak mengevakuasi jenazah dari reruntuhan yang dipicu serangan terbaru Israel di pusat kota Beirut. Lingkungan Zuqaq al-Blat merupakan daerah yang terkenal dan padat penduduk.

    Ada masjid, beberapa kedai kopi, dan bangunan tempat tinggal yang terdampak serangan. Serangan ini merupakan yang ketiga dalam kurun waktu 24 jam di wilayah administratif Beirut.

    Beberapa serangan juga terjadi sehari sebelumnya, salah satunya di dekat kedutaan Prancis yang menewaskan kepala media Hizbullah, Mohammad Afif. Ada juga serangan lain di jalan pasar Mar Elias yang menewaskan lebih banyak orang.

    Serangan udara terbaru Israel ini hanya terjadi beberapa meter dari kantor Perdana Menteri Najib Mikati atau Grand Serail yang di sebelahnya juga terdapat markas besar badan PBB di Beirut, United Nations Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA).

    Serangan ini juga terjadi saat negosiasi gencatan senjata berlangsung. Serangan udara serta serangan darat Israel di Lebanon selatan dan tembakan roket terus-menerus dari Hizbullah ke Israel menambah skeptisisme terhadap prospek gencatan senjata yang sesungguhnya.

    Israel melakukan serangan ke Lebanon dengan dalih menghancurkan Hizbullah agar warga mereka aman untuk kembali ke Israel utara. Serangan Israel itu telah menyebabkan lebih dari 3.000 orang tewas di Lebanon.

    (haf/imk)

  • Israel Tangkap Agen Senior Hizbullah, Lebanon Lakukan Penyelidikan

    Israel Tangkap Agen Senior Hizbullah, Lebanon Lakukan Penyelidikan

    Jakarta

    Angkatan laut Israel melancarkan ‘operasi khusus’ di kota pesisir Lebanon utara, Batroun pada Jumat pagi dan menangkap satu orang. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menyerukan penyelidikan atas dugaan penculikan warganya.

    Dilansir Reuters, Minggu (3/11/2024), seorang sumber kepada Reuters menyebut 1 orang ditangkap dalam ‘operasi khusus’ itu. Sumber lainnya juga mengonfirmasi insiden tersebut, tetapi tidak mengungkap siapa yang bertanggungjawab.

    “Seorang agen senior Hizbullah, yang bertugas sebagai ahli di bidangnya, telah ditangkap,” kata seorang pejabat militer Israel.

    Pejabat militer itu mengatakan agen tersebut telah dibawa ke wilayah Israel dan sedang diselidiki.

    Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati meminta penyelidikan atas penculikan seorang warga negara Lebanon dari kota pesisir utara Batroun. Hal itu disampaikan pernyataan dari kantor Mikati pada Sabtu (2/11). Adapun identitas orang yang ditangkap sebagai Imad Amhaz.

    Mikati berkonsultasi dengan militer Lebanon dan pejabat UNIFIL atas informasi itu. Mikati juga meminta Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib untuk mengajukan pengaduan mendesak kepada Dewan Keamanan PBB.

    Lebih lanjut, dalam postingan di media sosial X, jurnalis pro-Hizbullah, Hassan Illaik, mengatakan sekelompok besar pasukan Israel mendarat di kota resor tersebut dan menangkap pria tersebut. Kemudian berangkat dengan speedboat.

    Menteri transportasi Lebanon Ali Hamiye, yang mewakili Hezbollah dalam pemerintahan Lebanon, mengatakan video tersebut akurat tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    (yld/yld)