Tag: Muzdalifah

  • Skema Murur dan Tanazul Dimatangkan untuk Urai Kepadatan Jemaah Haji di Muzdalifah dan Mina

    Skema Murur dan Tanazul Dimatangkan untuk Urai Kepadatan Jemaah Haji di Muzdalifah dan Mina

    Bisnis.com, MAKKAH – Kementerian Agama (Kemenag) mematangkan persiapan pelaksanaan skema murur dan tanazul untuk mengurai kepadatan jemaah haji saat puncak ibadah di Muzdalifah dan Mina. Di Arafah, pemerintah juga telah menyiapkan skema safari wukuf untuk sekitar 500 jemaah lansia, penyandang disabilitas, dan penderita komorbid.

    Dirjen Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah (PHU) Kementeriaan Agama Hilman Latief mengatakan murur dan tanazul merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kepadatan di Muzdalifah dan Mina. Kedua skema ini diterapkan setelah pemerintah melakukan kajian dan didapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut tidak menyalahi syariat ibadah haji.

    Meski demikian, sebagian besar jemaah haji akan mengkuti skema reguler. Dalam skema pergerakan reguler, jemaah haji diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf. Selepas magrib, jemaah diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (menginap). Setelah melewati tengah malam, jemaah bergerak ke Mina untuk bermalam hingga 12 atau 13 Zulhijjah.

    Dikethui sebelumnya, puncak haji akan berlangsung dalam dua hari ke depan. Jemaah haji Indonesia akan diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijjah atau 4 Juni 2025.

    “Kami menyusun berbagai skema mitigasi pergerakan jemaah, untuk memastikan seluruh jemaah terangkut ke Arafah. Jangan sampai ada yang tertinggal, tercecer, bahkan terabaikan,” kata Hilman di Makkah, Senin (2/6/2025).

    Pergerakan reguler, lanjut Hilman, akan diikuti 67% atau sekitar 136.000 jemaah haji Indonesia. Sementara itu dengan skema murur, jemaah akan bergerak dari Arafah setelah melaksnakan wukuf, melintasi Muzdalifah dengan tidak turun dari bus. Skema ini akan diikuti sekitar 33% atau sekitar 60.000 jemaah haji Indonesia.

    “Jemaah haji yang melakukan Tanazul adalah mereka yang akan melempar jumrah pada 10 Zulhijjah, setelah Wukuf dan Mabit di Muzdalifah, lalu kembali ke hotel, tidak kembali lagi ke tenda Mina. Mereka adalah jemaah yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah,” jelasnya.

    Jemaah tanazul akan kembali ke jamarat untuk melempar jumrah ula, wustha, dan aqabah pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Skema ini ditargetkan akan diikuti 37.000 jemaah haji.

    Safari wukuf

    Sementara itu, bagi jemaah lansia, disabilitas, dan memiliki komorbid, diberlakukan Safari Wukuf Khusus. Mereka akan mendapatkan pengawalan tenaga medis, pendamping ibadah, dan hotel transit untuk memastikan tetap bisa menjalankan rukun dengan aman dan layak.

    Selain itu, Hilman juga menjelaskan skenario pergerakan jemaah haji Indonesia selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

    “Pertama, dari Makkah ke Arafah. Pergerakan ini akan dilakukan dalam tiga trip,” ungkapnya.

    Pada 9 Dzulhijjah atau 5 Juni 2025 seluruh jemaah haji sudah berada di Arafah untuk melaksanakan ibadah Wukuf. Setelah itu, jemaah haji akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah. Pergerakan dimulai pukul 19:00 WAS. Jemaah haji dengan skema reguler akan mabit di Muzdalifah.

    “Dari Muzdalifah ke Mina, jemaah haji akan dilayani bus dengan sistem taraddudi atau bolak balik Muzdalifah-Mina, hingga menjelang Subuh,” kata Hilman.

    Usai mabit di Mina, jemaah haji yang mengambil nafar awal dan nafar tsani akan diberangkatkan kembali ke Makkah secara bertahap. “Semua pergerakan ini kami sesuaikan dengan kapasitas layanan syarikah dan realitas di lapangan,” ujar Hilman.

  • 3 Skema Jemaah Haji RI Bergerak ke Arafah-Mina Mulai 4 Juni 2025

    3 Skema Jemaah Haji RI Bergerak ke Arafah-Mina Mulai 4 Juni 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Jemaah haji Indonesia akan diberangkatkan ke Arafah, Makkah pada 8 Zulhijah 1446 Hijriah atau 4 Juni 2025 untuk menjalani wukuf yang merupakan puncak ibadah haji. Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat konsolidasi data serta menyusun skema untuk memastikan seluruh jemaah diberangkatkan ke Arafah.

    “Kami menyusun berbagai skema mitigasi pergerakan jemaah untuk memastikan seluruh jemaah terangkut ke Arafah. Jangan sampai ada yang tertinggal, tercecer, bahkan terabaikan,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief dalam keterangannya, Senin (2/6/2025).

    Dalam konferensi pers di Makkah Arab Saudi, Hilman Latief menjelaskan tiga skema mobilisasi jemaah haji menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang telah disiapkan.

    3 Skema Mobilisasi Jemaah Haji ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina 

    Pertama, skema pergerakan reguler. Dalam skema pergerakan reguler, jemaah haji diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf. Selepas magrib, jemaah diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (menginap). Setelah melewati tengah malam, jemaah bergerak ke Mina untuk bermalam mabit hingga 12 atau 13 Zulhijah.

    “Ini (pergerakan reguler) akan diikuti sekitar 67% atau sekitar 136.000 jemaah haji Indonesia,” kata Hilman.

    Skema kedua, adalah Murur. Jemaah haji murur, setelah menunaikan Wukuf di Arafah, usai masuk waktu Magrib, bergerak melintasi Muzdalifah (tidak turun dari bus), lalu menuju Mina. Skema ini akan diikuti sekitar 33 persen atau sekitar 60 ribuan jemaah haji Indonesia.

    “Ketiga, Tanazul. Jemaah haji yang melakukan Tanazul adalah mereka yang akan melempar jumrah pada 10 Zulhijjah (setelah Wukuf dan Mabit di Muzdalifah), lalu kembali ke hotel, tidak kembali lagi ke tenda Mina. Mereka adalah jemaah yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah,” jelasnya. 

    Jemaah Tanazul akan kembali ke Jamarat untuk melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada 11, 12, dan 13 Zulhijah. Skema ini ditargetkan akan diikuti 37.000 jemaah haji.

    Dua skema terakhir, yakni Murur dan Tanazul, merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kepadatan di Muzdalifah dan Mina. Kedua skema ini diterapkan, setelah pemerintah melakukan kajian dan didapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut tidak menyalahi syariat ibadah haji.

    Bagi jemaah lansia, disabilitas, dan memiliki komorbid, diberlakukan safari wukuf khusus. Mereka akan mendapatkan pengawalan tenaga medis, pendamping ibadah, dan hotel transit untuk memastikan tetap bisa menjalankan rukun dengan aman dan layak.

    Selain itu, Hilman juga menjelaskan skenario pergerakan jemaah haji Indonesia selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

    “Pertama, dari Makkah ke Arafah. Pergerakan ini akan dilakukan dalam tiga trip,” ungkapnya.

    Pada 9 Zulhijah atau 5 Juni 2025 seluruh jemaah haji sudah berada di Arafah untuk melaksanakan ibadah Wukuf. Setelah itu, jemaah haji akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah. Pergerakan dimulai pukul 19.00 waktu Arab Saudi.

    Jemaah haji dengan skema reguler akan mabit di Muzdalifah. “Dari Muzdalifah ke Mina, jemaah haji akan dilayani bus dengan sistem taraddudi (bolak balik) Muzdalifah – Mina, hingga menjelang Subuh,” kata Hilman.

    Usai mabit di Mina, jemaah haji yang mengambil nafar awal dan nafar tsani akan diberangkatkan kembali ke Makkah secara bertahap. “Semua pergerakan ini kami sesuaikan dengan kapasitas layanan syarikah dan realitas di lapangan,” ujar Hilman.

    Hilman memohon kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mendoakan jemaah haji Indonesia. “Agar jemaah haji Indonesia diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menuntaskan ibadahnya, dan pulang ke Tanah Air sebagai haji yang mabrur, yang manfaatnya terasa sepanjang umur, untuk diri, keluarga, dan bangsa,” tandasnya.

  • PPIH Arab Saudi Siapkan Safari Wukuf untuk 500 Jemaah Haji

    PPIH Arab Saudi Siapkan Safari Wukuf untuk 500 Jemaah Haji

    Bisnis.com, MAKKAH — Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan safari wukuf untuk 500 jemaah calon haji Indonesia, yang tersebar di 10 sektor hotel jemaah di Makkah. Jemaah haji Indonesia akan diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijjah atau 4 Juni 2025.

    Jemaah prioritas safari wukuf adalah mereka yang lanjut usia (lansia), penyandang disabilitas, dan memiliki komorbid. Mereka akan mendapatkan pengawalan tenaga medis, pendamping ibadah, dan hotel transit untuk memastikan tetap bisa menjalankan rukun haji dengan aman dan layak.

    Dengan safari wukuf, jemaah akan diperjalankan dengan kendaraan melintasi Arafah dan tetap berada di dalam kendaraan selama waktu wukuf berlangsung. Jemaah tidak perlu menempati tenda di Arafah, tetapi tetap dapat memenuhi kewajiban wukuf.

    Liliek Widodo, Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan RI mengatakan peserta safari wukuf adalah jemaah yang sedang dalam pemantauan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan/atau mereka yang sudah dipulangkan dari rumah sakit di Arab Saudi. KKHI Makkah, lanjutnya, akan menyediakaan dua jenis bus.

    “Diperkirakan nanti [kami akan menyiapkan] sekitar 4 bus. Kami sediakan dua bus dalam kondisi berbaring, dua bus dalam kondisi duduk,” kata Liliek.

    Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, KKHI akan membuka pos-pos kesehatan di sepanjang jalur pergerakan jemaah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sebagai titik evakuasi jemaah yang membutuhkan penanganan segera.

    Liliek melanjutkan, jika ada jemaah yang masih dirawat di rumah sakit di Makkah, maka itu menjadi tugas pihak rumah sakit untuk melakukan safari wukuf terhadap jemaah tersebut. Adapun, jika sampai penyelenggaraan wukuf, ada jemaah yang dinyatakan belum layak untuk melakukan safari, maka jemaah tersebut akan dibadalkan wukufnya.

    “Kalau tidak bisa keluar, dibadalkan, kami koordinasi dengan pembimbing ibadah, siapa saja yg tidak bisa keluar dari rumah sakit dan dibadalkan,” katanya.

    Selain safari wukuf, PPIH Arab Saudi juga menyediakan skema murur dan tanazul. Skema murur memungkinkan jemaah langsung bergerak dari Arafah ke Mina, melewati Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan.

    Skema tanazul memungkinkan jemaah yang tinggal di hotel dekat area Jamarat atau lokasi lontar jumrah, untuk kembali ke hotel setelah melempar Jumrah Aqabah.

    Dengan demikian, jemaah tidak perlu menempati tenda di Mina, tetapi tetap menjalankan kewajiban bermalam sesuai ketentuan. Jemaah tanazul tinggal di hotel wilayah Syisyah dan Raudhah.

    Jemaah haji murur, setelah menunaikan wukuf di Arafah, usai masuk waktu magrib, bergerak melintasi muzdalifah dengan tidak turun dari bus, lalu menuju Mina. Skema ini akan diikuti sekitar 33% atau sekitar 60.000 jemaah haji Indonesia.

    Sementara itu, jemaah haji yang melakukan tanazul adalah mereka yang akan melempar jumrah pada 10 Zulhijjah, setelah wukuf dan mabit di Muzdalifah, lalu kembali ke hotel, dan tidak kembali lagi ke tenda Mina.

    Mereka adalah jemaah yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah. Dua skema terakhir, yakni Murur dan Tanazul, merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kepadatan di Muzdalifah dan Mina.

  • H-3 Puncak Ibadah Haji, Ini Skema Pergerakan Jemaah Haji di Armuzna

    H-3 Puncak Ibadah Haji, Ini Skema Pergerakan Jemaah Haji di Armuzna

    Bisnis.com, MAKKAH – Memasuki hari ketiga sebelum pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), skema pergerakan jemaah haji Indonesia kian dimatangkan.

    Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan pergerakan jamaah ke Armuzna melibatkan pengelompokan berdasar syarikah dan markaz. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi juga membentuk kafilah adhoc untuk efisiensi pergerakan.

    Wukuf di Arafah diketahui akan berlangsung pada Kamis, 5 Juni 2025 yang bertepatan dengaan 9 Dzulhijjah 1446 Hijriah. Jemaah akan mulai digerakkan ke Arafah pada Rabu, 4 Juni 2025 atau 8 Dzulhijjah 1446 H.

    “Pengelompokan jemaah dilakukan berdasarkan data syarikah dan lokasi markaznya,” kata Hilman saat memberi keterangan pers di Kantor Daerah Kerja Makkah, Senin (2/5/2025).

    Selain itu, juga ada ruang bersama yang dibentuk PPIH Arab Saudi dan Syarikah untuk sinkronisasi data.

    Sementara itu, pergerakan jemaah di Armuzna akan mengikuti tiga skema yang telah direncanakan. Pertama, skema reguler yang diikuti mayoritas jemaah.

    “Skema reguler mencakup 67% jemaah atau sekitar 136.000 orang,” ujarnya.

    Kedua, skema murur yang diikuti sekitar 67.000 jemaah. Skema murur memungkinkan jemaah langsung bergerak dari Arafah ke Mina, melewati Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan.

    “Ini kami siapkan untuk efisiensi dan kenyamanan jemaah,” tambahnya.

    Skema ketiga yakni tanazul dengan target 37.000 jemaah. Skema tanazul memungkinkan jemaah yang tinggal di hotel dekat area Jamarat atau lokasi lontar jumrah, untuk kembali ke hotel setelah melempar Jumrah Aqabah.

    Dengan demikian, jemaah tidak perlu menempati tenda di Mina, tetapi tetap menjalankan kewajiban bermalam sesuai ketentuan. Jemaah tanazul tinggal di hotel wilayah Syisyah dan Raudhah.

    Adapun, pergerakan dari Arafah dibagi tiga gelombang. Pergerakan terakhir berangkat 8 Zulhijjah atau Rabu tengah malam pukul 00:00 WAS.

    Jemaah murur bergerak dari Arafah pada 9 Zulhijjah atau Kamis pukul 19:00 waktu Arab Saudi (WAS).

    Sedangkan jemaah reguler bergerak ke Muzdalifah mulai pukul 22:00 WAS. Jemaah kemudian bergerak ke Mina menggunakan angkutan transportasi sistem taradudi hingga menjelang subuh.

    Sistem taradudi adalah jalur khusus semacam busway di Jakarta, yang melayani jemaah dari Arafah ke Muzdhalifah dan Muzdhalifah ke Mina.

    Setelah itu, jemaah akan kembali ke Makkah secara bertahap. Proses ini disesuaikan dengan kapasitas dan kondisi lapangan.

    “Kami terus konsolidasikan data agar tidak ada jemaah tercecer,” kata Hilman.

    Per Senin (2/6/2025) pukul 11:50 WAS, seluruh jemaah haji reguler Indonesia telah berada di Makkah. Menurut Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, jumlah yang berada di Makkah kini sebanyak 203.106 jemaah dari 525 kelompok terbang (kloter).

  • Jemaah Haji Indonesia Diminta Waspada Serangan Heat Stroke, Efeknya Bisa Fatal

    Jemaah Haji Indonesia Diminta Waspada Serangan Heat Stroke, Efeknya Bisa Fatal

    Jakarta – Puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) jadi momen paling ditunggu sekaligus paling berat bagi jemaah. Di tengah suhu ekstrem yang bisa tembus 40 derajat celcius lebih, risiko heat stroke atau serangan panas bisa menjadi ancaman serius.

    “Heat stroke itu kondisi gawat darurat yang bisa fatal jika tidak ditangani cepat. Ini terjadi saat tubuh gagal mengatur suhu, dan suhu inti tubuh bisa melonjak di atas 40 derajat celcius,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, dalam keterangan resminya, Senin (2/6/2025).

    Gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain suhu tubuh yang sangat tinggi, kulit panas dan memerah (kadang kering atau tetap lembap), sakit kepala berdenyut, pusing, kebingungan, mual, muntah, denyut nadi yang cepat dan kuat, bahkan sampai hilang kesadaran atau kejang.

    Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Agama terus mengimbau jemaah untuk menjaga kesehatan secara maksimal selama pelaksanaan ibadah haji. Salah satu kunci utama pencegahan adalah menjaga hidrasi tubuh.

    Hindari Minuman Ini

    Jemaah diminta untuk minum air secara teratur, tidak menunggu haus, serta rutin mengonsumsi oralit untuk mengganti cairan dan elektrolit tubuh. Air zamzam yang tersedia melimpah diharapkan dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain, minuman manis atau berkafein seperti teh, kopi, dan soda justru sebaiknya dihindari karena bisa mempercepat dehidrasi.

    Tips dari Kemenkes Biar Nggak Tumbang Saat Haji:
    1. Hidrasi Maksimal

    Minum air putih rutin, jangan tunggu hausMinum air zamzamRutin konsumsi oralitMenghindari kopi, teh manis, dan sodaBawa botol minum pribadi isi ulang

    2. Lindungi Diri dari Matahari

    Menggunakan topi lebar, payung, atau handuk basah di kepalaCari tempat berteduh, menghindari panas terik pukul 10.00-16.00 waktu setempat

    3. Jangan Lupa Istirahat

    Tidur cukup dan jangan memaksakan diriKalau mulai lelah, pusing, atau mual, disarankan untuk langsung istirahat

    4. Jaga Pola Makan

    Makan teratur dan tepat waktuJangan konsumsi makanan lewat batas waktuPilih makanan bergizi seimbang

    5. Gunakan Teknologi Sederhana

    Semprotan air dingin/zamzam untuk mendinginkan tubuhGunakan kipas tangan atau kipas mini portabel

    6. Segera Cari Pertolongan!

    Jika merasa tidak enak badan atau alami gejala heat stroke, segera lapor ke petugas kesehatanSelalu bawa obat pribadiInformasikan kondisi medis ke ketua rombongan atau TKHK

    “Kesehatan itu modal utama dalam ibadah. Semoga jemaah bisa menjalani rangkaian haji dengan aman dan lancar. Jaga diri, jangan sampai tumbang,” tutup Liliek.

    (naf/kna)

  • Terungkap! Alasan Visa Haji Furoda Indonesia Tidak Terbit Tahun Ini

    Terungkap! Alasan Visa Haji Furoda Indonesia Tidak Terbit Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Arab Saudi mengumumkan tidak menerbitkan visa untuk Haji Furoda pada musim haji tahun 1446 Hijriah.

    Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) mengatakan hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan satupun visa Haji Furoda yang terbit di Indonesia.

    Pasalnya, jalur Haji Furoda tidak memiliki alokasi kuota yang pasti, sebagaimana haji reguler dan khusus. Di lain sisi, pembagian kuota haji tanpa antre itu sepenuhnya merupakan kewenangan otoritas Arab Saudi.

    “Jumlah dan pembagian kuota Haji Furoda sepenuhnya di bawah kewenangan Kerajaan Arab Saudi,” ujar Himpuh dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (2/6/2025).

    Himpuh menambahkan kebijakan itu telah menyebabkan banyak jemaah di Indonesia terancam gagal berangkat haji melalui jalur tersebut. Dengan begitu, Himpuh mengimbau agar anggotanya bisa mengambil sikap realistis terkait kebijakan pemerintah Arab tersebut.

    “Himpuh tidak menghalangi langkah positif dan optimis yang sedang ditempuh, namun meminta anggota Himpuh tetap harus memiliki limitasi waktu sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya kerugian di kemudian hari,” tutur Himpuh.

    Di samping itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid mengatakan bahwa persoalan ini sudah sempat dibahas dengan Kemenag pada Mei 2024 lalu.

    Kala itu, pihaknya sudah mendapatkan sinyal pengetatan haji dari pemerintah Arab terhadap visa non-haji, termasuk visa furoda.

    Abdul menjelaskan pengetatan itu terjadi lantaran adanya penumpukan jamaah di tiga wilayah mulai dari Arafah, Muzdalifah hingga Mina.

    “Ini karena adanya penumpukan jamaah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, padahal visa yang dikeluarkan seharusnya sudah sesuai kuota lokasi,” ujar Abdul Wachid dalam keterangan tertulis.

    Dia menambahkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Arab Saudi ini tidak hanya diterapkan di Indonesia, namun berlaku juga untuk negara di seluruh dunia.

    “Ini jelas menjadi beban berat bagi teman-teman travel. Semua biaya sudah dibayar, sekarang visanya tidak keluar sama sekali. Saya menerima banyak keluhan dari mereka,” pungkasnya.

  • Jelang Armuzna, Amirul Hajj Bagikan 4 Cara Bersyukur agar Bisa Jadi Haji Mabrur – Page 3

    Jelang Armuzna, Amirul Hajj Bagikan 4 Cara Bersyukur agar Bisa Jadi Haji Mabrur – Page 3

    Cara bersyukur ketiga adalah dengan menghindari pertentangan dan bergosip tentang orang lain. Sebagai jemaah haji, hal utama yang harus diperhatikan adalah mengevaluasi diri sendiri.

    “Haji ini adalah puncak dari rukun Islam. Ini penting,” katanya lagi.

    Cara keempat bersyukur yang tepat adalah segera menolong orang yang membutuhkan. Itu, kata Kiai Said, adalah kunci membuka pertolongan dari Allah.

    “Insya allah nanti akan muncul, ada turun pertolongan Allah, sehingga haji kita semua adalah haji yang Rasulullah janjian, al-hajjul mabrur laisalahu jaza’un ilal jannah,” imbuhnya.

    Saat ini, seluruh jemaah haji Indonesia sudah tiba di Tanah Suci dan bersiap untuk menjalankan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jemaah haji dijadwalkan berangkat ke Arafah pada Rabu, 4 Juni 2025, bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1446 H.

     

  • Wamenag Ajak Jemaah Haji RI Jaga Semangat Jelang Puncak Armuzna

    Wamenag Ajak Jemaah Haji RI Jaga Semangat Jelang Puncak Armuzna

    Makkah, Beritasatu.com – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafii menyapa jemaah haji Indonesia di Hotel 312, Makkah. Dalam kesempatan tersebut, wamenag mengajak mereka menjaga kesehatan dan semangat menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). 

    Didampingi anggota Amirulhaj seperti Menko PMK Muhadjir Effendy dan Amirsyah Tambunan, Syafii menyatakan layanan haji tahun ini berjalan lebih baik dari sebelumnya.

     “Alhamdulillah sejauh ini tidak ada keluhan penerbangan. Bahkan lebih tepat waktu dibandingkan tahun lalu,” ujarnya dalam siaran pers, Minggu (1/6/2025).

    Dalam suasana santai, Syafii mengenang pengalaman hajinya dahulu yang jauh lebih sederhana, mulai dari kamar tanpa AC, lift, hingga koper yang harus diurus sendiri. Cerita itu ia sampaikan untuk menunjukkan peningkatan layanan haji saat ini. 

    “Dahulu satu kamar 14 orang, sekarang 3 hingga 5 orang dengan AC dan toilet. Kita harus bersyukur,” ucapnya. 

    Syafii mengingatkan haji mabrur bukan dilihat dari status sosial, melainkan dari ketakwaan yang meningkat setelah berhaji. “Orang kaya yang tidak bangga dengan hartanya, tetapi menggunakannya untuk kemaslahatan, itulah ciri haji mabrur,” tegasnya.

    Ia juga berdialog dengan jamaah mengenai layanan kesehatan. Salah satu jemaah menyebutkan sudah ada pos kesehatan yang aktif melayani, termasuk rujukan ke rumah sakit jika diperlukan. Syafii pun menegaskan agar petugas medis tetap siap membantu, selama tidak melanggar aturan pemerintah Arab Saudi. 

    “Kalau tak tertangani, yakinkan jemaah dan antar ke rumah sakit,” katanya. 

    Sementara itu, anggota Amirulhaj, Amirsyah Tambuhan, mengajak jemaah haji bersabar. Dia mengatakan sabar merupakan hal penting yang harus diterapkan umat Islam. “Kalau koper tercecer, sabar nggak? Kalau pisah tempat suami istri sabar nggak?” tanya Amirsyah.

    “Sabar,” jawab jemaah.

    Dia mengatakan jemaah haji harus saling mengingatkan untuk bersabar. Dia mengatakan jemaah telah diberi waktu untuk melaksanakan haji sehingga harus bersabar dan memanfaatkan waktu dengan baik. “Gampang ucapin sabar, tetpi mari sekarang kita praktikkan bersama-sama,” ujar Amirsyah.

  • Menag Sebut Pemerintah Saudi Sepakat Izinkan Nakes RI Tangani Jemaah

    Menag Sebut Pemerintah Saudi Sepakat Izinkan Nakes RI Tangani Jemaah

    Bisnis.com, MAKKAH — Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akhirnya mendapatkan lampu hijau dari Pemerintah Arab Saudi agar tenaga kesehatan dari Tanah Air diizinkan menangani jemaah yang membutuhkan perawatan.

    Sebelumnya, tenaga kesehatan Indonesia hanya dibolehkan mendampingi jemaah dan melakukan pertolongan pertama, dan tak diizinkan mengambil tindakan medis. Jemaah yang sakit dan butuh penanganan medis akan langsung dirujuk ke rumah sakit di Saudi.

    “Setelah dijelaskan bahwa ada masalah kalau mereka [jemaah] dibawa ke rumah sakit. Jangankan Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia pun mereka sebagian tidak paham, harus menggunakan bahasa lokal, jadi mereka menahan penyakitnya, tidak pergi ke rumah sakit, itu menyebabkan persoalan,” kata Menag Nasaruddin usai Grand Hajj Symposium di Jeddah, Arab Saudi, Minggu (1/6/2025).

    Kondisi itu mendorong Nasaruddin meminta kepada Kementerian Kesehatan Arab Saudi agar dokter-dokter yang didatangkan dari Indonesia, bisa menangani jemaah di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

    “Alhamdulillah terjadi kesepakatan, Menteri Kesehatan [Arab Saudi] akan memberikan kewenangan tertentu terhadap jemaah haji Indoensia untuk melibatkan dokter-dokternya untuk melakukan pengobatan di kliniknya. Tetapi kalau ada yang gawat, itu memang tidak ada cara lain harus segera dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

    Nasaruddin mengatakan kesepakatan itu juga dilatarbelakangi keprihatinan Saudi akan banyaknya jemaah Indonesia yang wafat hingga operasional penyelenggaraan haji hari ke-32.

    Sementara itu, menurut data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga Minggu (1/6/2025) pukul 14:05 Waktu Arab Saudi (WAS) sebanyak 115 jemaah haji Indonesia wafat di Tanah Suci.

    Jumlah itu terdiri atas 71 laki-laki dan 41 perempuan. Adapun, sebanyak 64 di antaranya tergolong lanjut usia (lansia) berumur di atas 64 tahun. Sedangkan 51 diantaranya berusia antara 41 hinbgga 64 tahun.

    Jelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Pemerintah Indonesia terus mengimbau jemaah calon haji untuk menjaga kondisi kesehatan, melakukan tindakan preventif di tengah cuaca panas ekstrem, serta mengurangi ibadah sunnah dan mengutamakan yang wajib.

    Imbauan utama yang selalu ditekankan yakni larangan untuk keluar tenda di Arafah dan Mina antara pukul 10:00 hingga 16:00 WAS, karena suhu udara diperkirakan mendekati 50 derajat Celcius.

    “Diharapkan seluruhnya itu jangan ada yang keluar kemah dan jangan ada yang pergi ke Jabal Rahmah, karena itu sangat berbahaya, karena panasnya sangat tinggi dan itu juga nanti polisi akan mencegah untuk berkeliaran di luar kemah, terutama pada siang hari,” kata Menag.

  • Kemenkes Beri Tips Sehat Cegah Heat Stroke untuk Jemaah Haji saat Armuzna

    Kemenkes Beri Tips Sehat Cegah Heat Stroke untuk Jemaah Haji saat Armuzna

    JAKARTA – Kementerian Kesehatan memberikan sejumlah tips pencegahan “heat stroke” atau serangan panas saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang muncul akibat besarnya massa berkumpul di suatu tempat serta temperatur tinggi.

    Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo dalam keterangan diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan kedua masalah itu menjadikan haji sebagai ibadah yang memerlukan energi besar.

    Serangan panas, ujarnya, kondisi darurat yang dapat merusak otak, jantung, ginjal, dan otot, serta mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.

    “’Heat stroke’ terjadi ketika suhu udara tinggi dan tubuh tidak lagi mampu mengontrol suhunya sendiri sehingga menyebabkan suhu inti tubuh meningkat drastis mencapai di atas 40 derajat Celsius atau 104 derajat Fahrenheit,” kata dia.

    Gejala umumnya, kata dia, suhu tubuh sangat tinggi, kulit panas, merah, dan kering (atau terkadang lembab jika masih ada keringat), sakit kepala berdenyut, pusing, dan kebingungan.

    “Mual dan muntah, denyut nadi cepat dan kuat, hilang kesadaran atau kejang,” katanya.

    Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Agama terus-menerus mengingatkan jamaah untuk menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya.

    “Kami tak bosan-bosan mengimbau agar para jamaah menjaga kesehatannya, diatur minum air putih/zamzamnya hingga mencapai 2 liter dan cegah dehidrasi dengan rutin minum oralit. Bagi jamaah yang mempunyai riwayat penyakit komorbid harap selalu menyediakan obat-obatannya di tas kecil yang selalu dibawa,” kata dia.

    Dia mengatakan jamaah dapat melakukan berbagai upaya pencegahan serangan panas dengan memaksimalkan hidrasi, melalui sesering mungkin minum air putih, sedikit demi sedikit, dan tidak menunggu haus.

    Dia mengingatkan jamaah menghindari minuman manis dan berkafein, seperti minuman bersoda, kopi, atau teh manis, karena justru mempercepat dehidrasi.

    “Bawa botol minum pribadi dengan selalu menyediakan botol minum yang dapat diisi ulang,” ujarnya.

    Jamaah, katanya, perlu melindungi diri dari paparan sinar matahari langsung dengan menggunakan pelindung kepala, seperti topi lebar, payung, atau kanebo/handuk basah.

    “Cari tempat berteduh, sebisa mungkin, hindari beraktivitas di bawah terik matahari langsung, terutama antara pukul 10.00 hingga 16.00. Manfaatkan tenda atau area yang teduh,” ujarnya.

    Liliek mengingatkan jamaah untuk istirahat cukup guna memulihkan stamina, jangan memaksakan diri, memperhatikan nutrisi seimbang dan konsumsi makanan tepat waktu untuk menjaga energi dan daya tahan tubuh.

    “Manfaatkan teknologi sederhana. Semprotan air yang berisi air dingin atau air zamzam sehingga dapat memberikan efek sejuk dan membantu menurunkan suhu tubuh. Kipas angin genggam/portabel atau kipas manual dapat membantu sirkulasi udara di sekitar tubuh,” katanya.

    Dia mengimbau jamaah segera mencari pertolongan kesehatan jika menunjukkan gejala serangan panas.

    “Semoga dengan tips-tips mencegah ‘heat stroke’ ini, para jamaah dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji di Armuzna dengan aman, nyaman, dan khusyuk, sehingga memperoleh haji yang mabrur. Ingat, kesehatan adalah modal utama dalam beribadah,” katanya.