Tag: Mulyadi

  • Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Minta Maaf, Bantah Bikin Acara Makan Gratis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        19 Juli 2025

    Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Minta Maaf, Bantah Bikin Acara Makan Gratis Regional 19 Juli 2025

    Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut Minta Maaf, Bantah Bikin Acara Makan Gratis
    Tim Redaksi
    GARUT, KOMPAS.com

    Maula Akbar
    , putra sulung Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    dan istrinya,
    Putri Karlina
    yang juga Wakil Bupati
    Garut
    menyampaikan permohonan atas insiden yang menewaskan 3 orang dalam pesta rakyat acara pernikahan mereka di Pendopo Garut pada Jumat (18/07/2025).
    Permintaan maaf itu disampaikan Maula dan Putri pada Sabtu (19/07/2025) di hadapan wartawan di rumah dinas Wakil Bupati Garut di Jalan Patriot, Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul.
    Keduanya menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan keluarga korban.
    “Berat rasanya memang melihat sesuatu yang terjadi. Kami merasa terpukul dengan apa yang terjadi,” kata Maula.
    Putri pun menyampaikan permohonan maafnya atas musibah yang terjadi dua hari setelah hari paling bahagia dalam hidupnya.
    “Dari lubuk hati yang paling dalam, saya menghaturkan permohonan maaf atas musibah yang terjadi tepat dua hari setelah hari yang saya tandai sebagai hari paling bahagia dalam hidup saya,” ucap Putri.
    Maula menyampaikan, sebenarnya tidak ada acara makan gratis pada Jumat (18/07/2025) yang menjadi rangkaian acara pernikahannya.
    Hal yang ada, makanan disajikan di halaman Pendopo kepada warga yang akan menyaksikan acara panggung hiburan pada Jumat (18/07/2025) malam masih banyak. 
    “Kami masih memiliki banyak makanan, daripada tidak termakan, silakan dibagikan saja,” katanya.
    Senada dengan Maula, Putri pun membenarkan tidak ada acara makan gratis dalam rangkaian acara pernikahannya pada Jumat (18/07/2025).
    Menurut Putri, pada Jumat itu, hanya ada satu acara, yaitu malam hiburan.
    “Kebetulan istri saya memang fokus UMKM, mereka minta ada lapak Car Free Night, maka ditulislah Balakecrakan, artinya bukan makan gratis,” katanya.
    Maula dan Putri mengaku bingung dari mana narasi makan gratis dan pesta rakyat muncul hingga ribuan orang mendatangi Pendopo Garut.
    “Memang kami membagikan makanan kepada pengunjung, tapi tidak sebagai acara yang resmi, makanya saya tidak pernah mengumumkan ada acara makan gratis,” katanya.
    Putri menduga, kabar adanya makan gratis berasal dari bocornya notulensi rapat yang dilakukan di Pemkab Garut.
    “Staf saya melaporkan masyarakat tahu karena ada notulensi rapat yang bocor. Saya baru tahu ada notulensi itu,” katanya.
    Putri mengaku sejak awal sudah berhati-hati menyebarkan informasi kegiatan, termasuk memberi makanan yang masih ada kepada warga yang akan menyaksikan acara malam hiburan.
    Sebab, rapat pertama pernikahannya bersama aparat Pemkab Garut yang melaporkan rencana kedatangan Presiden RI Prabowo Subianto pun sempat bocor meski isi notulensi rapat tersebut akhirnya tidak terbukti.
    Maula dan Putri pun mengaku tidak memerintahkan menutup dua pintu gerbang utama Pendopo Garut saat menyediakan makanan di halaman Pendopo agar warga bebas keluar masuk.
    “Kalau gerbang dalam, yang masuk ke gedung Pendopo memang ditutup karena ada persiapan resepsi kedua,” katanya.
    Maula dan Putri menegaskan, mereka akan bertanggung jawab atas insiden yang terjadi dan siap mengikuti proses serta tahapan upaya penyelidikan oleh aparat kepolisian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • karena Ada Korban Tewas dalam Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi, Harus Ada Tersangka

    karena Ada Korban Tewas dalam Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi, Harus Ada Tersangka

    GELORA.CO – Praktisi hukum sekaligus Direktur Law Firm Pedang Keadilan & Partners, Zuhri Saifudin mengatakan, ada potensi pidana dalam tragedi tewasnya tiga orang di acara pernikahan anak Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

    Acara pembagian makanan gratis di Alun-alun Garut, Jumat (13/7/2025) itu merupakan rangkaian gelaran pesta pernikahan Maula Akbar dan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina.

    Zuhri menjelaskan, dalam tragedi itu ada potensi pengenaan Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan kematian orang lain.

    Adapun bunyi Pasal 359 KUHP: “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun.”

    Oleh karena itu, Zuhri menilai polisi harus segera melakukan penyelidikan, utamanya memeriksa pihak penyelenggara, dalam hal ini Event Organizer (EO).

    EO merupakan pihak penyedia jasa profesional yang mengatur keberlangsungan suatu acara.

    “Peristiwa ini patut diduga ada unsur kekhilafan sampai ada yang meninggal, polisi memiliki kewenangan penyelidikan apakah ada unsur pidana atau tidak,” katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat.

    Dilaporkan tiga orang tewas dalam insiden tersebut, mereka adalah Vania Aprilia (8), warga Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota; Dewi Jubaedah (61), warga Jakarta Utara; dan anggota polisi Polres Garut, Bripka Cecep Saeful Bahri (39).

    “Menurut saya harus ditingkatkan ke penyidikan karena ada yang terbunuh. EO bisa terkena, kalau ada unsur lain juga perlu diselidiki,” bebernya.

    Zuhri menuturkan, penyelidikan perlu dilakukan polisi untuk mencari siapa yang bertanggung jawab.

    “Kalau peristiwa umum ya patut diduga penanggung jawab utama adalah panitia. Harus ada tersangka yang ditetapkan,” jelasnya.

    Sementara itu, Rizal, EO acara pernikahan Maula dan Putri menyampaikan permintaan maaf atas tragedi yang terjadi.

    “Hanya peristiwa ini sudah terjadi. Kami sebagai keluarga memohon maaf dan ini tentu akan menjadi pelajaran bagi kami,” kata Rizal setelah mendatangi keluarga satu di antara korban meninggal di Kelurahan Sukamentri, Jumat malam, dikutip dari Kompas.com.

    Rizal mengaku, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi sempat melarang digelarnya makan gratis saat acara bertajuk Pesta Rakyat tersebut.

    “Pak Gubernur memang sudah sempat melarang kegiatan untuk mengundang massa. Ada makanan gratis yang sejak awal sudah dilarang Pak Gubernur,” ungkapnya.

    Adapun Dedi juga mengaku sempat melarang acara makan gratis tersebut digelar.

    Dikatakannya, ia hanya menyetujui beberapa kegiatan, yakni resepsi dan pagelaran seni yang digelar Jumat malam.

    “Waktu itu saya menyetujui ada tiga kegiatan, yang pertama ada kegiatan pelaksanaan akad dan resepsi.”

    “Kedua malam Jumat tidak ada kegiatan. Hari Jumat ada kegiatan pertama undangan para kepala desa sore, kemudian malamnya kegiatan pagelaran seni,” ucapnya, dilansir TribunJabar.id.

    Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Rudi Setiawan memastikan, pihaknya akan melakukan pendalaman dan investigasi untuk mengetahui kronologi dan penyebab terjadinya kericuhan yang menyebabkan korban jiwa tersebut.

    Hasil evaluasi internal menunjukkan, pengamanan kegiatan telah dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

    “Dalam hal ini, Polres Garut mendapatkan permintaan dari Pemerintah Kabupaten Garut untuk mengamkan rangkaian kegiatan.”

    “Prosedur perizinan, perkiraan potensi gangguan, serta rencana penanggulangan sudah disusun,” ujarnya.

    Disebutkan, pengamanan melibatkan 404 personel gabungan yang telah di-briefing dan ditempatkan di titik-titik strategis sejak pagi hari.

    “Karena ada korban jiwa dan peristiwa ini menimbulkan gangguan polisi tentu akan melakukan penyelidikan. Kami akan ungkap apakah ada unsur kelalaian atau tidak, dan siapa yang paling bertanggung jawab,” tandasnya.

  • Makna Tersembunyi di Balik Kursi Kosong saat Pernikahan Putra Dedi Mulyadi

    Makna Tersembunyi di Balik Kursi Kosong saat Pernikahan Putra Dedi Mulyadi

    JAKARTA – Pernikahan putra sulung Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Maula Akbar dengan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina berhasil menyita perhatian publik.

    Bukan hanya megahnya acara, tetapi ada satu pemandangan unik yang membuat warganet terharu, yakni sebuah kursi kosong dengan hiasan melati yang diletakkan persis di samping Dedi Mulyadi.

    Pemandangan ini terekam dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @kdm_jawabarat. Dalam video tersebut, Dedi Mulyadi yang mengenakan pakaian adat hijau tua, terlihat duduk bersebelahan dengan kursi kosong berhias bunga melati itu.

    “Merinding banget melihat disebelah KDM kursi kosong berisi bunga melati,” bunyi tulisan dalam video tersebut.

    Unggahan itu mendapatkan beragam reaksi dari warganet. Mereka menafsirkan makna di balik kursi kosong tersebut.

    Sebagian besar menduga bahwa ini adalah bentuk penghormatan dan penghargaan yang diberikan Dedi Mulyadi kepada mendiang istri pertamanya, Sri Setyawati. Sebab, Maula Akbar adalah putra dari istri pertama Dedi Mulyadi yang meninggal dunia saat Maula masih berusia 3 bulan.

    “Itu kursi khusus buat Almarhumah istrinya Alfatihah,” tulis warganet.

    “Sangat menyayangi dan menghormati istri pertamanya yang sudah meninggal dunia sampai disediakan tempatnya, walau hanya sebagai simbol. Seolah-olah beliau masih ada, so sweet,” komentar warganet lainnya.

    “Ibu istri pertama Kang Dedi sudah meninggal, mungkin sebagai bentuk simbolis mendiang almarhumah,” kata warganet lainnya.

    Pemandangan ini juga memicu simpati warganet terhadap perjalanan hidup Dedi Mulyadi. Mereka menilai, di balik sosoknya yang tegas dan humoris, ternyata tersimpan kesedihan mendalam.

    Hingga saat ini, Dedi Mulyadi belum memberikan penjelasan resmi terkait makna di balik kursi kosong berhias melati tersebut. Namun, pemandangan ini sukses menyentuh hati banyak orang dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.

  • Acara Nikah Putra KDM Renggut 3 Nyawa, Made Supriatma: Kenapa Demi Makan Gratis Harus Ada yang Meninggal?

    Acara Nikah Putra KDM Renggut 3 Nyawa, Made Supriatma: Kenapa Demi Makan Gratis Harus Ada yang Meninggal?

    Fajar.co.id, Garut — Peristiwa tewasnya tiga orang dalam acara pernikahan putra Dedi Mulyadi (KDM) memantik reaksi sejumlah pihak. Banyak yang menyesalkan peristiwa tragis itu. Sekaligus miris dengan kondisi masyarakat saat ini.

    Salah satu yang menyoroti peristiwa itu adalah peneliti IDEAS, Made Supriatma. Melalui tulisan di akun Facebook pribadinya, Made menyampaikan sejumlah pertanyaan yang menyesakkan.

    “Mengapa? Seharusnya ini adalah pesta pernikahan akbar yang menyenangkan. Yang menikah adalah anak-anak elit negeri ini. Pengantin laki bernama Maula Akbar Mulyadi Putra. Ia tidak lain daripada anak sulung gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi,” tulis Made, mengawali ulasannya, dikutip Sabtu (19/7/2025)

    Pengantin perempuan adalah Luthfianisa Putri Karlina. Dia adalah wakil bupati Kabupaten Garut. Putri, demikian panggilannya, adalah politisi Gerindra. Ia juga seorang dokter gigi. Selain itu, ia adalah putri sulung Kapolda Metro Jaya Irjen. Pol. H. Karyoto.

    “Tidak diragukan, ini adalah pernikahan anak dari dua keluarga ‘heavy weights’ dalam jajaran elite Indonesia,” bebernya.

    Pernikahan ini hendak dirayakan dengan pesta rakyat. Hari Jumat siang kemarin, rencananya akan dibagikan makanan gratis di Pendopo Kabupaten Garut. Malamnya akan ada panggung hiburan.

    Hanya saja, siang harinya acara makan gratis berujung tragis. Ribuan orang datang dan berdesak-desakan untuk mendapatkan makanan. Akibatnya, tiga orang meninggal akibat terhimpit: dua orang sipil dan satu polisi. Puluhan lainnya luka-luka.

  • Pemkot Bandung Ingatkan Jam Malam Bagi Siswa Masih Berlaku

    Pemkot Bandung Ingatkan Jam Malam Bagi Siswa Masih Berlaku

    Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengaku tengah menyiapkan kebijakan jam malam bagi anak sekolah. Dia ingin anak-anak di Jawa Barat tak keluyuran pada malam saat hari sekolah.

    Dedi mengatakan, pelajar sepatutnya sudah diam di rumah maksimal jam 9 malam. Hal tersebut disampaikanya usai penutupan pendidikan berkarakter di Resimen Armed 1 Purwakarta, Minggu (18/5/2025), disiarkan ulang melalui saluran YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.

    “Ke depan itu nanti saya ingin membuat jam (malam), kemarin jam 8 tapi bisa aja jam 9, pelajar itu setelah jam 9 mereka tidak boleh keluyuran, harus ada di dalam rumah, ini kan penting,” katanya.

    Dedi mengatakan, agar efektif maka mesti diadakan patroli ketika kebijakan itu kelak diterapkan.

    Menurut Dedi, kenakalan anak atau remaja di Jawa Barat turut terjadi lantaran pembiaran orang dewasa.

    “Kalau malam Minggu gak masalah, namanya juga anak muda, ini kan penting. Nah ini perlu siaga, nanti patroli harus jalan. Ini semua terjadi karena pembiaran. Kita membiarkan secara lama,” jelasnya.

    Sebelumnya, Dedi Mulyadi juga sempat membicarakan rencana ini usai acara penandatanganan MoU peningkatan sinergi pengamanan wilayah untuk ketentraman dan ketertiban umum antara Pemprov Jabar, para kepala daerah se-Jabar, serta jajaran Polda Jabar dan Polda Metro Jaya, di Lapangan Tenis Bale Pakuan, Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung, Jumat 16 Mei 2025.

    Saat itu, Dedi Mulyadi menyebut, batas jam malam itu pukul 20.00. Adapun, aku Dedi, rencana ini disiapkan antara lain demi menjauhkan anak sekolah dari potensi bahaya di luar rumah.

     “Saya akan berlakukan kebijakan, misalnya anak sekolah tidak boleh nongkrong di luar rumah setelah pukul 20.00 pada hari belajar. Ini penting untuk menjauhkan mereka dari potensi bahaya di luar rumah,” ungkap dia di Bandung, Jumat 16 Mei 2025, dikutip dari keterangan tertulis.

     

  • Pesta Pernikahan Anaknya Telan Korban Jiwa, Dedi Mulyadi Siap Tanggung Jawab

    Pesta Pernikahan Anaknya Telan Korban Jiwa, Dedi Mulyadi Siap Tanggung Jawab

    Liputan6.com, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengaku siap bertanggung jawab menanggung biaya hidup keluarga korban yang meninggal dunia saat syukuran pernikahan putra sulungnya, Maula Akbar Mulyadi dan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina.

    Diketahui, kegiatan panggung hiburan rakyat tersebut merupakan bagian dari rangkaian resepsi pernikahan Maula dan Putri yang digelar di kawasan pendopo Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Jumat, 18 Juli 2025.

    “Saya mendengar kabar kegiatan syukuran pernikahan Maula dan Putri bersama warga itu dikunjungi oleh jumlah orang yang sangat banyak, yang pada akhirnya menimbulkan korban jiwa,” kata Dedi dalam unggahan di akun Instagram @dedimulyadi71 pada Jumat, 18 Juli 2025.

    Dedi menyampaikan permohonan maaf dan duka yang mendalam atas terjadinya insiden tersebut. Dia berharap, pihak keluarga diberikan ketabahan.

    “Saya menyampaikan ucapan duka yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga diterima iman Islam-nya, diampuni segala dosanya, dan ditempatkan di sisi Allah SWT. Untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberikan ketabahan,” ujarnya.

    Dedi pun mengaku siap menanggung biaya hidup dari keluarga yang ditinggalkan, termasuk memastikan pendidikan dari anak-anak korban hingga perguruan tinggi.

    “Terhadap nasib dari keluarga yang ditinggalkan, baik itu suami, anak, maupun istri, saya bertanggung jawa terhadap kehidupan keluarganya, pendidikan anak-anaknya sampai perguruan tinggi,” ucap dia.

    Selain itu, Dedi juga memberikan uang duka sebesar Rp150 juta bagi keluarga korban. Menurut dia, santunan tersebut merupakan bentuk empati dari keluarganya.

    “Tanpa mengurangi rasa hormat, kami pun menyampaikan uang duka terhadap setiap keluarga masing-masing Rp150 juta rupiah. Hal ini sebagai bentuk empati dari kami, atas nama kedua mempelai. Untuk itu, mohon maaf yang sebesar-besarnya atas peristiwa tersebut,” tuturnya.

     

  • Pesta Rakyat Pernikahan Anaknya Berujung Petaka, Dedi Mulyadi: Saya Sudah Dua Kali Melarang

    Pesta Rakyat Pernikahan Anaknya Berujung Petaka, Dedi Mulyadi: Saya Sudah Dua Kali Melarang

    Liputan6.com, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengaku telah melarang anak sulungnya, Maula Akbar Mulyadi dan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina untuk menggelar acara makan gratis yang melibatkan warga.

    Diketahui, kegiatan pesta rakyat yang digelar di kawasan pendopo Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Jumat, 18 Juli 2025 itu berakhir ricuh dan menyebabkan tiga orang meninggal dunia.

    Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian pesta pernikahan Maula dan Putri. Terkait itu, Dedi mengaku telah melarang diadakannya acara yang melibatkan warga. 

    “Sebenarnya kegiatan ini sudah disampaikan ke saya, dan saya melarang,” ucapnya kepada wartawan pada Jumat malam, 18 Juli 2025.

    Dedi mengatakan, dirinya hanya menyetujui beberapa kegiatan. Di antaranya resepsi dan pagelaran seni yang rencananya akan digelar pada malam harinya.

    “Saya hanya menyetujui dua kegiatan, yang pertama adalah kegiatan resepsi kemarin karena memang itu direncanakan. Yang kedua karena saya punya tradisi berkeliling ketemu warga dan acara pribadi saya bertemu warga Garut yaitu malam ini yang saya setujui. Dan sore hari, ada undangan internal kepala desa,” ujarnya.

    “Dan kemudian yang acara makan bersama warga ini, saya termasuk dua kali melarang. Saya bilang tidak boleh membuat kegiatan yang melibatkan warga karena nanti tidak akan bisa diprediksi jumlah yang hadir,” sambung Dedi.

    Meski kegiatan pesta rakyat tetap digelar tanpa persetujuan darinya, sebagai orangtua, Dedi mengaku akan tetap bertanggung jawab.

    Dia telah mendatangi keluarga korban dan memberi santunan sebesar Rp150 juta. Sementara atas nama mempelai, santunan yang diberikan sebesar Rp100 juta.

    “Ya sudahlah walau pun itu dilarang dan tanpa sepengtahuan orangtuanya tetap dilaksanakan, sebagai orangtua, harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh anaknya,” tandasnya.

    Penulis: Arby Salim

     

    3 Jamaah Sholat Idul Fitri di Alun-Alun Pemalang Meninggal Tertimpa Pohon Tumbang

  • Dedi Mulyadi Mengaku Tak Tahu Soal Acara Pesta Rakyat di Pernikahan Anaknya

    Dedi Mulyadi Mengaku Tak Tahu Soal Acara Pesta Rakyat di Pernikahan Anaknya

    Liputan6.com, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengaku tidak mengetahui adanya pesta rakyat dalam rangkaian acara pernikahan putra sulungnya, Maula Akbar Mulyadi dan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina.

    “Saya tidak tahu ada acara itu. Saya tahu nanti malam ada acara,” kata Dedi Mulyadi saat menghadiri Sunda Karsa Fest di Trans Studio Mall, Kota Bandung pada Jumat, 18 Juli 2025.

    Diketahui, acara syukuran pernikahan yang digelar di kawasan pendopo Kabupaten Garut pada Jumat, 18 Juli 2025 ini berakhir ricuh hingga menelan korban jiwa.

    “Masyarakat yang berdesak-desakan makan di tempat pengantin. Jumlahnya sangat banyak, saya tidak tahu,” ucap Dedi.

    Dedi pun mengucapkan permohonan maaf dan duka yang mendalam atas terjadinya insiden tersebut. “Mudah-mudahan (korban) diterima iman Islam-nya, diampuni segala dosanya, dan diterima di sisi Allah SWT,” tutur dia.

    Saat ini, Dedi mengaku telah memerintahkan stafnya untuk mendatangi keluarga korban dan memberikan sejumlah uang santunan.

    “Dan barusan saya sudah meminta staf saya untuk memberikan santunan Rp150 juta per keluarga karena ini bagian dari empati saya kepada keluarga,” ujarnya.

     

    Kecelakaan Maut Truk Rem Blong Tabrak Angkot Rombongan Guru, 11 Orang Meninggal

  • Duduk Perkara Tragedi Pesta Rakyat Pernikahan Anak Dedi Mulyadi: 3 Tewas, Unsur Kelalaian Ditelusuri
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        19 Juli 2025

    Duduk Perkara Tragedi Pesta Rakyat Pernikahan Anak Dedi Mulyadi: 3 Tewas, Unsur Kelalaian Ditelusuri Bandung 19 Juli 2025

    Duduk Perkara Tragedi Pesta Rakyat Pernikahan Anak Dedi Mulyadi: 3 Tewas, Unsur Kelalaian Ditelusuri
    Editor

    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Suasana riuh
    Pesta Rakyat
    pernikahan Anak Gubernur Jabar
    Dedi Mulyadi
    , Maula Akbar dengan
    Putri Karlina
    di Alun-alun
    Garut
    berujung duka. Sebanyak 3 orang tewas, Jumat (18/7/2025).
    Ketiga korban terdiri dari Vania Aprilia (8), warga Kelurahan Sukamentri, Garut. Kedua, Dewi Jubaedah (61), warga Jakarta Utara. Ketiga Bripka Cecep Saeful Bahri (39), anggota Polres Garut.
    Dua warga sipil tersebut meninggal akibat berdesakan saat mengantre makan gratis.

    “Ia itu anak saya yang meninggal,” tutur Mela Putri, ibunda Vania, lirih di RSUD dr Slamet Garut.
    Menurut pantauan, warga mulai memadati area sejak usai salat Jumat, mengantre di dua gerbang pendopo untuk mendapat makanan gratis.
    Situasi tak terkendali saat kerumunan berdesakan, hingga menyebabkan korban terinjak-injak.
    Bripka Cecep yang bertugas mengamankan acara bahkan ikut membantu evakuasi warga pingsan. Setelah situasi kondusif, ia duduk beristirahat namun mendadak pingsan dan dinyatakan meninggal.
    “Anggota kami itu telah gugur atas nama Cecep, anggota Bhabinkamtibmas Polsek di Polres Garut,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan.
    Gubernur Dedi Mulyadi menyampaikan permohonan maaf atas insiden yang menewaskan tiga orang.
    “Saya menyampaikan turut berduka cita, semoga almarhum dan almarhumah diterima iman Islamnya, diampuni segala dosanya, dan ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah SWT,” ujarnya di Bandung, Jumat.
    Dedi mengaku tidak mengetahui detail acara siang itu berbentuk syukuran makan bersama warga.
    “Saya tidak tahu bahwa ada acara syukuran bersama warga, kemudian warga diundang makan bersama. Tetapi karena peristiwanya sudah terjadi, maka saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” katanya.
    Dedi juga mengutus staf untuk menemui keluarga korban dan menyerahkan uang duka masing-masing Rp150 juta.
    “Hari ini staf saya sudah berangkat semuanya untuk menemui seluruh keluarga korban dan menyampaikan uang duka dari saya sebagai Gubernur
    Jawa Barat
    ,” ujarnya.
    Ia mengingatkan agar penyelenggara acara ke depan memperhatikan kapasitas tempat dan pengamanan.
    “Ke depan ini menjadi pembelajaran penting bagi siapapun, termasuk keluarga saya sendiri. Kalau buat acara itu harus diperhitungkan berbagai kemungkinan,” tegasnya.
    Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat menyelidiki penyebab tragedi
    pesta rakyat
    yang merupakan rangkaian pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina.
    “Karena ada orang yang meninggal, ada peristiwa yang menimbulkan gangguan, secara teknis polisi akan melakukan penyelidikan untuk mengungkap apakah ada unsur kelalaian atau tidak dan nanti siapa yang paling bertanggung jawab,” kata Kapolda Jabar Irjen Pol Rudi Setiawan di Mapolres Garut.
    Rudi menyebut lebih dari 400 personel TNI-Polri sudah dikerahkan dengan prosedur pengamanan yang sesuai.
    “Prosedur (pengamanan) yang saya dalami, semuanya sudah dilakukan,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tragis, Bripka Cecep Saeful Bahri jadi Korban Pesta Maut Anak Dedi Mulyadi, Sempat Angkat Warga Pingsan

    Tragis, Bripka Cecep Saeful Bahri jadi Korban Pesta Maut Anak Dedi Mulyadi, Sempat Angkat Warga Pingsan

    GELORA.CO – Bripka Cecep Saeful Bahri bisa dikatakan sosok polisi berdedikasi tinggi. Bintara polisi ini meninggal dunia usai kelelahan membantu warga yang terhimpit dan berdesakan di alun-alun Garut.

    Pesta rakyat anak Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (KDM) di alun-alun Garut berujung maut, tiga orang tewas, dua warga sipil dan satu aparat polisi.

    Dua warga sipil yang meninggal diduga karena terinjak dan kehabisan oksigen akibat terhimpit. Sementara anggota Polres Garut Bripka Cecep diduga kelelahan usai menolong para korban.

    Bripka Cecep sehari-hari bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Polsek Garut Kota.

    Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan mengungkapkan bahwa Bripka Cecep sempat terlihat sibuk membantu warga yang terhimpit dalam kerumunan besar. Ia bahkan ikut mengangkat warga yang pingsan karena kehabisan oksigen saat terhimpit.

    “Yang bersangkutan terlihat membantu mengatur jalur masuk tamu undangan, termasuk mengangkat orang yang pingsan karena dorong-dorongan di pintu masuk ke pendopo,” ujar Kombes Hendra.

    Setelah situasi relatif terkendali dan arus tamu mulai tertib, Bripka Cecep mengambil waktu sejenak untuk duduk beristirahat di sekitar alun-alun.

    Namun secara mendadak dia pingsan dan tak sadarkan diri. Belum diketahui apa penyebab pasti Bripka Cecep meninggal apakah serangan jantung atau karena kelelahan.

    “Ketika sedang duduk istirahat, Bripka Cecep tiba-tiba pingsan. Beliau dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian sebelum sempat dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.

    Berikut identitas tiga orang yang meninggal di pesta rakyat Garut anak KDM.

    1. Vania Aprilia (8) warga Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Garut.

    2. Dewi Jubaeda (61) nenek lansia warga Garut.

    3. Bripka Cecep Saeful Bahri (39) anggota Polres Garut.

    Pernikahan anggota DPRD Jawa Barat Maula Akbar akan KDM dengan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, salah satu rangkaiannya adalah acara makan gratis dan hiburan di Alun-alun Kabupaten Garut, Jumat, 18 Juli 2025.

    Maula Akbar merupakan putra tertua Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM). Sedangkan Putri Karlina adalah putri dari Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Karyoto.***