Tag: Mulyadi

  • Presiden Prabowo Apresiasi Kinerja Bulog Saat Panen Raya

    Presiden Prabowo Apresiasi Kinerja Bulog Saat Panen Raya

    Majalengka, Beritasatu.com – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto memberikan apresiasi kepada Perum Bulog yang berhasil menyerap dan membeli gabah petani sebesar Rp 6.500 per kilogram. Tidak hanya menjalankan kebijakan pemerintahan untuk membeli gabah kering panen (GKP) sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogram, tetapi Perum Bulog juga menyerap dan membeli gabah basah petani langsung di lokasi-lokasi panen dengan harga yang sama.

    Tak hanya itu, Presiden Prabowo juga memberikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam meningkatkan produksi padi nasional, terutama kepada petani, serta penyuluh pertanian di seluruh Indonesia. 

    “Saya ucapkan terima kasih kepada Bulog, terima kasih kepada para petani, penyuluh penyuluh pertanian, dan semua unsur yang telah bekerja keras,” ucap Presiden Prabowo saat melakukan panen raya padi di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang merupakan bagian dari kegiatan panen serentak yang berlangsung di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, pada Senin (7/4/2025).

    Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turut menyampaikan rasa terima kasih dari para petani Jawa Barat kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah menetapkan HPP gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kg yang membuat para petani menjadi tersenyum karena bisa meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Kebijakan ini bukan hanya memberikan keuntungan langsung bagi petani, tetapi juga akan berdampak positif pada perekonomian pedesaan dan sektor pertanian secara keseluruhan. Bahkan, kebijakan tersebut sekaligus mendorong semangat para petani untuk terus memproduksi beras berkualitas tinggi.

    Dedi juga menyampaikan apresiasinya kepada Perum Bulog yang melakukan penyerapan gabah basah di wilayah Subang dan Karawang dengan harga Rp 6.500 per kilogram. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan pencapaian bersejarah dalam industri pertanian di Indonesia khususnya wilayah Jawa Barat.

    “Saya sampaikan ucapan terima kasih dari para petani di Jawa Barat terutama daerah Subang dan Karawang, serapan gabah Rp 6.500 per kilogram itu untuk gabah basah bukan kering. Jadi diterima di sawah itu gabah dalam kondisi basah Pak Presiden, dan langsung diantarkan ke Bulog. Jadi saya ucapkan banyak terimakasih Pak Presiden. Ini baru terjadi dalam sepanjang sejarah pertanian di Jawa Barat. Sekali lagi terima kasih banyak, Pak Presiden,” ujarnya.

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) yang juga Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Sudaryono turut memberikan apresiasi atas peran Bulog dalam mendukung petani melalui penyerapan gabah dan beras. Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar menegaskan bahwa kebijakan pembelian gabah kering panen (GKP) dengan harga Rp 6.500 per kilogram menunjukkan perhatian nyata pemerintah terhadap kesejahteraan petani, terutama menjelang hari raya.

    “Bulog telah membeli gabah kering panen (GKP) dari petani dengan harga Rp 6.500/kg. Harga ini mencerminkan bentuk kehadiran pemerintah untuk menyejahterakan petani Indonesia. Ini adalah bukti perhatian nyata Presiden Prabowo melalui Bulog. Ini kebijakan nyata. Dengan harga Rp 6.500, para petani akhirnya bisa merasakan manfaat dari hasil kerja keras mereka dan mendorong perekonomian di desa,” ujarnya.

    Ia juga menambahkan bahwa kebijakan pembelian dan penyerapan gabah sebesar Rp 6.500/kg oleh pemerintah melalui Perum Bulog ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tukar petani (NTP) dan memastikan ketersediaan pangan dalam negeri, khususnya beras.

    “Selain terus gencar melakukan sosialisasi pembelian gabah di tingkat petani dengan harga yang sesuai ketentuan pemerintah, kami juga aktif mengedukasi petani dan pemangku kepentingan terkait mengenai pentingnya melakukan panen pada waktu yang tepat. Hal ini sangat penting karena panen yang tepat akan menghasilkan gabah dengan kualitas yang lebih baik, yang tentunya akan berdampak positif bagi kesejahteraan petani,” terangnya.

    Dengan kebijakan ini, diharapkan kesejahteraan petani semakin meningkat dan ketahanan pangan nasional tetap terjaga, terutama menjelang bulan-bulan dengan permintaan pangan yang tinggi.

    Perum BULOG mencatat, hingga hari ini, telah berhasil melakukan penyerapan lebih dari 800 ribu ton setara beras yang merupakan capaian tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Angka ini sejalan dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan merupakan upaya nyata BULOG untuk memastikan cadangan pangan nasional tetap stabil.

  • Kadang Orang Terlalu Pintar Malah Nggak Jadi Apa-apa

    Kadang Orang Terlalu Pintar Malah Nggak Jadi Apa-apa

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Prabowo Subianto kembali mengungkit soal pihak intelektual atau sebagaimana istilah yang digunakan, ‘orang yang terlalu pintar’. Ia menyinggung hal itu saat bercengkrama langsung dengan para petani di Majalengka, Jawa Barat, Senin, 7 April 2025.

    Dalam acara panen raya itu, Prabowo mengapresiasi petani berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan suatu negara.

    Kemudian, ia bicara soal kebijakan-kebijakan Kabinet Merah Putih belakangan. Menurut Prabowo, kebijakan yang diambil sangat masuk akal dan didasari oleh niat baik para penyelenggara negara.

    “Elite-elite kita mungkin tidak merasakan betapa pentingnya para petani tugasnya. Para petani adalah produsen pangan, tanpa pangan tidak ada negara. Saya katakan berkali-kali, bertahun-tahun, tanpa pangan tidak ada negara, tanpa pangan tidak ada NKRI,” kata Prabowo, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 8 April 2025.

    “Karena itu, saya sangat bahagia, saya menerima mandat (jadi presiden) Oktober (tanggal) 20, mungkin sekarang baru masuk bulan keenam. Tapi dengan niat yang baik dari semua pihak yang diberi amanat oleh rakyat, dengan kebijakan yang masuk akal, bukan kebijakan yang perlu orang terlalu pintar. Kadang-kadang orang terlalu pintar malah nggak jadi apa-apa ya kan,” ujarnya.

    Prabowo kemudian menanyakan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, serta Menko Pangan Zulkifli Hasan mengenai latar belakang pendidikan mereka.

    Ia mengisyaratkan bahwa biarpun tokoh-tokoh petinggi bangsa tak bersekolah tinggi di luar negeri, kecintaan pada bangsa adalah kunci untuk bisa menjalankan amanat rakyat dengan optimal.

    “Ini saya lihat Kang Dedi lulusan mana? Bukan dari Amerika atau, oh bukan, oh Purwakarta. Pak Amran bukan lulusan luar negeri juga? Bukan, di kampung,” kata Prabowo.

    “Ini orang kampung semua yang kerja. Pak Zulkifli dari mana Pak Zulkifli? Lampung, ha-ha-ha…, Anda nggak (kuliah) ke Oxford? Kita butuh orang-orang pintar, banyak, tapi yang paling penting adalah mereka-mereka yang punya akal sehat dan orang-orang yang benar-benar cinta dengan rakyat kita, karena mereka benar-benar berasal dari rakyat,” tuturnya.

    Prabowo Soal Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

    Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto memimpin Panen Raya Nasional di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Kegiatan ini merupakan bagian dari panen serentak di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota, sebagai langkah strategis pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

    Data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS mencatat bahwa pada April 2025, potensi luas panen nasional mencapai 1.595.583 hektare, dengan estimasi produksi sebesar 8.631.204 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 4,97 juta ton beras. Secara kumulatif, produksi Januari hingga April 2025 tercatat 13.948.785 ton GKG, angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

    Presiden Prabowo menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya terhadap capaian ini yang menurutnya merupakan hasil dari kerja keras para petani serta sinergi lintas sektor. Ia juga menekankan bahwa keberhasilan ini bukan semata capaian teknis, namun juga keberhasilan moral dan sosial.

    Presiden Prabowo Subianto (kanan) mengoperasikan mesin pemanen bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (ketiga kiri) dan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (kedua kiri) saat panen raya padi di Desa Randegan Wetan, Ligung, Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025). Presiden Prabowo memimpin panen raya padi secara serentak bersama petani di 14 provinsi dan 157 kabupaten/kota sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan nasional. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom. ANTARA FOTO

    “Saya ingin sampaikan terima kasih kepada seluruh unsur yang telah bekerja keras, para Menteri, Panglima TNI, Kapolri, jajaran pemerintah, dan tentu saja para petani. Saudara-saudara petani adalah tulang punggung bangsa. Tanpa pangan, tidak ada negara. Tanpa pangan, tidak ada NKRI,” tegas Presiden Prabowo.

    Presiden juga menyatakan kebahagiaannya karena pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini, harga-harga pangan terkendali, stabil, dan terjangkau. Ia menilai keberhasilan ini merupakan buah dari kerja nyata seluruh jajaran pemerintahan dan para petani di seluruh pelosok negeri.

    “Banyak negara saat ini kekurangan beras, harga pangan menjulang. Bahkan di negara terkaya sekalipun, telur langka. Tapi kita, Alhamdulillah, sekarang ekspor telur dan harganya turun. Ini berkat kerja keras semua pihak. Ini hasil kebijakan yang masuk akal dan kesungguhan kita untuk membela rakyat,” tambah Presiden. ****

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kontroversi Liburan Lucky Hakim ke Jepang, Wagub Jabar Ingatkan Pesan Mendagri saat Retret – Halaman all

    Kontroversi Liburan Lucky Hakim ke Jepang, Wagub Jabar Ingatkan Pesan Mendagri saat Retret – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bupati Indramayu, Lucky Hakim, mengakui liburan ke Jepang bersama keluarga di sela-sela cuti lebaran 2025.

    Supulang dari Jepang, Lucky Hakim akan menemui Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memberikan klarifikasi.

    Tindakan Lucky Hakim dianggap melanggar surat edaran Kemendagri terkait larangan kepala daerah keluar negeri selama libur lebaran 2025.

    Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, menyatakan liburan Lucky Hakim ke Jepang tak izin ke Pemprov Jabar maupun Kemendagri.

    Ia menyesalkan tindakan Lucky Hakim dan meminta kepala daerah di Jawa Barat tidak melakukan hal serupa.

    “Aturan bagi kepala daerah untuk bepergian ke luar negeri baik urusan dinas maupun pribadi sudah sangat jelas,” ujarnya, Senin (7/4/2025), dilansir TribunJabar.id.

    Ia menambahkan, aturan berpergian keluar negeri untuk urusan dinas maupun pribadi sudah disampaikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, saat retret di Magelang, Jawa Tengah.

    “Saat itu, Pak Mendagri sudah menjelaskan langsung alurnya seperti apa ketika hendak izin bepergian ke luar negeri untuk perjalanan dinas maupun pribadi,” tegasnya.

    Sejumlah keperluan pribadi yang diizinkan seperti berobat hingga berlibur bersama keluarga.

    “Mudah-mudahan, Pak Lucky segera merespons ke pak Gubernur, karena alasan kepergian yang disampaikan akan menjadi pertimbangan untuk pemberian sanksinya,” tandasnya.

    Wamendagri Akan Panggil Lucky Hakim

    Wakil Menteri Dalam Negeri RI (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto, mengaku sudah menghubungi Lucky Hakim dan meminta klarifikasi terkait keluar negeri tanpa izin.

    “Saya sudah komunikasi dengan Pak Bupati, kami akan minta penjelasan langsung,” ujarnya, Senin.

    Informasi yang disampaikan Lucky Hakim belum detail dan akan meminta keterangan sepulang dari Jepang.

    “Belum detail menjelaskan,” imbuhnya.

    Ia membenarkan adanya undang-undang yang mengatur perjalanan kepala daerah keluar negeri.

    “Dalam UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, di dalam Pasal 76 Ayat (1) huruf i KDH dan WKDH (Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin dari Menteri,” tegasnya.

    Bima Arya enggan membahas sanksi yang akan dijatuhkan ke Lucky Hakim lantaran belum ada klarifikasi.

    “Soal sanksi nanti, yang penting kita dengar dulu penjelasan beliau,” terangnya.

    Pengakuan Lucky Hakim

    Lucky Hakim membenarkan sedang liburan ke Jepang bersama keluarga.

    Pria 45 tahun itu menjelaskan, berangkat ke Jepang pada Rabu (2/4/2025) dan kembali ke Indonesia pada Minggu (6/4/2025).

    “Setahu saya cuti bersama sampai tanggal 7 dan tentu insyaallah tanggal 8 sudah kembali kerja,” ucapnya, Minggu.

    Sepulang dari Jepang, Lucky Hakim akan menghadap Kemendagri untuk memberikan penjelasan perjalanannya ke luar negeri.

    Lucky menegaskan, liburan ke Jepang menggunakan biaya pribadi.

    “Saya sebagai Bupati Indramayu juga beberapa waktu lalu mencoret anggaran perjalanan dinas ke luar negeri sebesar Rp500 juta dan anggaran mobil dinas Baru sebesar Rp 1 miliar,” lanjutnya.

    Menurutnya, penghematan anggaran yang dilakukan selama ini untuk biaya program satu desa satu sarjana.

    “Yakni yang jumlahnya ada 317 orang per tahun,” tuturnya.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Wagub Jabar Harap Bupati dan Wali Kota Tak Mencontoh Lucky Hakim yang Liburan ke Jepang Tanpa Izin

    (Tribunnews.com/Mohay/Rizki Sandi) (TribunJabar.id/Nazmi/Imam Baihaqi) 

  • Yang Paling Penting Punya Akal Sehat

    Yang Paling Penting Punya Akal Sehat

    GELORA.CO – Presiden RI Prabowo Subianto mengaku kebijakannya selama enam bulan kepemimpinannya masuk akal. Menurut dia, orang yang terlalu pintar, terkadang tidak menjadi apa-apa.

    Prabowo mengatakan itu di sela kunjungan kerja ke Majalengka, Jawa Barat, Senin, 7 April 2025.

    “Saya sangat bahagia, saya menerima mandat Oktober 20, mungkin sekarang baru masuk bulan keenam. Tapi dengan niat yang baik dari semua pihak yang diberi amanat oleh rakyat, dengan kebijakan yang masuk akal, bukan kebijakan yang perlu orang terlalu pintar. Kadang-kadang orang terlalu pintar malah nggak jadi apa-apa ya kan,” kata Prabowo.

    Lantas, ia pun bertanya kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman hingga Menko Pangan Zulkifli Hasan. Prabowo mempertanyakan asal-usul pendidikan mereka.

    Dia menuturkan tiga pejabat itu bukan lulusan dari universitas luar negeri.

    “Ini saya lihat Kang Dedi lulusan mana? Bukan dari Amerika atau, oh bukan. Oh Purwakarta. Pak Amran bukan lulusan luar negeri juga? Bukan, di kampung,” ujar Prabowo.

    “Ini orang kampung semua yang kerja. Pak Zulkifli dari mana Pak Zulkifli? Lampung, Anda nggak ke Oxford?,” lanjut Prabowo.

    Prabowo menyadari bahwa orang pintar dibutuhkan untuk membangun negeri. Namun, kata dia, orang yang memiliki akal sehat dan mencintai rakyatnya lebih dibutuhkan oleh negara.

    “Kita butuh orang-orang pintar, banyak. Tapi, yang paling penting adalah mereka-mereka yang punya akal sehat dan orang-orang yang benar-benar cinta dengan rakyat kita, karena mereka benar-benar berasal dari rakyat,” tuturnya.

  • Isu Politik Terkini: Lucky Hakim hingga Prabowo-Megawati Bertemu

    Isu Politik Terkini: Lucky Hakim hingga Prabowo-Megawati Bertemu

    Jakarta, Beritasatu.com – Isu politik terkini diisi mengenai kelanjutan berita Bupati Indramayu Lucky Hakim yang diketahui berlibur ke luar negeri tanpa izin hingga pertemuan Presiden Prabowo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

    Selain itu juga penegasan Prabowo mengenai peran vital petani sebagai tulang punggung bangsa dan juga penegasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang akan memberikan sanksi tegas kepada ASN yang mangkir kerja.

    Berikut lima isu politik terkini Beritasatu.com:

    1. Tak Izin ke Jepang, Lucky Hakim Akan Temui Dedi Mulyadi dan Mendagri

    Bupati Indramayu Lucky Hakim telah mengajukan permohonan maaf, setelah diketahui berlibur ke Jepang bersama keluarganya tanpa meminta izin dari gubernur Jawa Barat dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

    Lucky Hakim menyatakan, siap menghadap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk menjelaskan tindakannya. Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengonfirmasi, Lucky Hakim telah menyampaikan permintaan maafnya.

    Bima Arya mengungkapkan, dirinya telah berkomunikasi langsung dengan Bupati Indramayu tersebut.

    “Betul, Pak Bupati (Lucky Hakim) sudah berkomunikasi dengan saya. Dia mengakui tidak mengajukan izin sebelumnya dan sudah menyampaikan permintaan maaf,” kata Bima Arya kepada wartawan, Senin (7/4/2025).

    2. Prabowo Singgung Elite yang Tak Paham Peran Vital Petani Indonesia

    Presiden Prabowo Subianto, menegaskan petani Indonesia merupakan tulang punggung bangsa dan memiliki peran krusial dalam menjaga ketahanan serta kedaulatan pangan nasional.

    “Saudara-saudara adalah tulang punggung bangsa dan negara,” ujar Presiden saat memimpin panen raya nasional di Kabupaten Majalengka, Senin (7/4/2025).

    Presiden Prabowo juga menyoroti masih banyak kalangan elite yang belum sepenuhnya memahami besarnya peran dan pengorbanan para petani Indonesia. Ia menegaskan, tanpa petani yang memproduksi pangan, sebuah negara tidak akan bisa berdiri kokoh.

    “Banyak elite mungkin tidak merasakan betapa pentingnya tugas para petani Indonesia. Tanpa pangan tidak ada negara. Tanpa pangan tidak ada NKRI,” tegasnya. 

  • 6
                    
                        Liburan Tanpa Izin, Pemerintahan Tanpa Malu?
                        Regional

    6 Liburan Tanpa Izin, Pemerintahan Tanpa Malu? Regional

    Liburan Tanpa Izin, Pemerintahan Tanpa Malu?
    Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
    SEORANG
    kepala daerah tersenyum mengenakan kimono di jalanan Tokyo,
    Jepang
    . Dalam unggahan media sosialnya, tampak ia menikmati udara dingin musim semi Jepang.
    Di tempat yang jauh, di wilayah yang ia pimpin, rakyatnya sedang sibuk merayakan Lebaran, berjibaku menghadapi harga kebutuhan pokok yang melambung, lalu lintas mudik yang padat, dan layanan publik yang tetap harus siaga.
    Itu bukan skenario fiksi. Itu potret nyata dari Bupati Indramayu,
    Lucky Hakim
    , yang diketahui pergi ke Jepang saat momentum Idul Fitri, tanpa izin dari gubernur Jawa Barat maupun persetujuan menteri dalam negeri.
    Perjalanan itu tak tercatat sebagai perjalanan dinas, tak pula dalam kerangka tugas negara. Itu murni liburan pribadi. Yang membuatnya lebih parah: tidak ada izin, tidak ada pemberitahuan, tidak ada rasa bersalah.
    Dan yang paling menyakitkan: tidak ada rasa malu.
    UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur dengan jelas bahwa kepala daerah yang bepergian ke luar negeri harus memperoleh izin dari menteri dalam negeri.
    Ketentuan ini bukan sekadar urusan birokrasi administratif. Ini soal disiplin kewenangan dan etika jabatan.
    Seorang bupati bukan pribadi bebas seperti warga biasa. Ia adalah pemegang mandat rakyat. Ia terikat pada kepercayaan konstitusional yang melekat dalam jabatannya.
    Maka setiap langkahnya—bahkan untuk sekadar berlibur—tidak bisa semaunya sendiri. Ada sistem yang harus dihormati, ada publik yang harus dilayani.
    Kepergian Lucky Hakim ke Jepang tanpa izin memperlihatkan satu hal mendasar: kekuasaan bisa berubah menjadi gaya hidup, dan etika bisa ditinggalkan tanpa beban. Ia tidak sedang membunuh hukum. Ia sedang melukai moral pemerintahan.
    Era otonomi daerah yang dimulai sejak 2001 memberikan ruang luas bagi daerah untuk mengelola urusannya sendiri. 
    Namun, otonomi tanpa kontrol justru melahirkan otokrasi kecil. Kepala daerah bisa menjelma menjadi “raja lokal” yang sulit disentuh, sulit dikritik, dan semakin jauh dari semangat pelayanan.
    Ketika kepala daerah mulai memperlakukan jabatan sebagai panggung pribadi, maka daerah kehilangan kepemimpinan publiknya. Liburan tanpa izin hanyalah satu ekspresi dari akumulasi kesewenang-wenangan yang lahir dari lemahnya pengawasan dan lunaknya sanksi.
    Di sinilah kita menemukan paradoks: otonomi dirayakan, tapi akuntabilitas dilupakan. Kepala daerah bebas bepergian ke luar negeri, tapi rakyatnya tak bisa bebas dari kemiskinan, pelayanan yang lamban, dan jalan berlubang.
    Sistem pemerintahan daerah di Indonesia masih terlalu permisif terhadap pelanggaran etik. Mekanisme pengawasan formal seperti inspektorat daerah, DPRD, hingga gubernur sebagai wakil pusat, sering kali tidak memiliki taji untuk mencegah, menegur, apalagi menghukum.
    Dalam kasus Lucky Hakim, Gubernur Dedi Mulyadi secara terbuka menyatakan tak diberi tahu. Bahkan, ia mengaku mengetahui kepergian bupati dari unggahan media sosial.
    Kementerian Dalam Negeri juga membenarkan tidak adanya izin. Maka pertanyaan publik menjadi masuk akal: bagaimana mungkin seorang kepala daerah pergi ke luar negeri tanpa diketahui siapa pun?
    Jawabannya sederhana: karena sistem kita lemah. Karena pejabat bisa berjalan di luar rel tanpa takut tergelincir. Karena dalam banyak kasus, birokrasi memilih bungkam ketimbang bersuara.
    Lucky Hakim bukan figur asing dalam dunia hiburan. Ia aktor, pembicara publik, dan figur media sosial. Popularitasnya tinggi, pengikutnya banyak, dan citranya dikenal luas. 
    Namun, jabatan kepala daerah bukan soal pencitraan. Ini bukan panggung untuk gaya hidup. Ini ruang pengabdian.
    Sayangnya, dalam praktik politik kita hari ini, popularitas kerap menutupi cacat integritas. Seorang pemimpin bisa dimaafkan karena terkenal. Bisa dimaklumi karena disukai. Bisa dilupakan pelanggarannya karena terlanjur viral.
    Dalam sistem yang sehat, integritas mengalahkan segala bentuk pencitraan. Dalam realitas hari ini, yang terjadi sebaliknya.
    Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto sudah menyatakan bahwa kepala daerah yang bepergian tanpa izin bisa dikenai sanksi pemberhentian sementara selama tiga bulan. Sanksi itu akan menjadi catatan kosong jika tidak ditegakkan.
    Kemendagri harus berani menunjukkan ketegasan. Bukan hanya demi menegakkan hukum, tetapi demi menyelamatkan wibawa pemerintahan daerah.
    Jika pelanggaran etik semacam ini dibiarkan, maka preseden akan terbentuk: bahwa kepala daerah boleh pergi ke luar negeri kapan pun, selama ia mampu mengelola opini publik.
    Dan jika itu terjadi, maka kita tidak hanya kehilangan kepala daerah yang baik, tapi kehilangan sistem yang sehat.
    Momentum Idul Fitri bukan sekadar hari raya keagamaan. Ia adalah ujian kesiapsiagaan pemerintahan daerah.
    Dari pengendalian harga pasar, pengaturan arus mudik, hingga pelayanan publik selama libur panjang. Dalam konteks itulah kehadiran seorang bupati menjadi krusial.
    Rakyat tidak menuntut kepala daerah yang sempurna, tapi mereka menuntut kehadiran. Mereka ingin pemimpinnya berada di tengah rakyat—mendengar keluh, merasakan derita, menyapa di pasar, hadir saat layanan terganggu.
    Ketika pemimpin pergi, rakyat merasa ditinggal. Ketika pemimpin liburan tanpa izin, rakyat merasa dihina. Dan ketika semua itu terjadi tanpa rasa malu, rakyat tahu: yang hilang bukan hanya pemimpinnya, tapi nurani kekuasaannya.
    Dalam budaya politik kita, rasa malu dulu menjadi rem utama. Pejabat publik takut dikritik, takut ditegur, takut kehilangan muka di hadapan rakyat.
    Kini, rasa malu itu perlahan hilang. Kepala daerah bisa tersenyum lebar saat melanggar prosedur. Bisa mengaku lupa izin tanpa merasa bersalah. Bisa tetap aktif di media sosial saat daerahnya ditinggalkan.
    Jika rasa malu telah mati, maka demokrasi kita tinggal prosedur. Rakyat hanya jadi alat pemilih, bukan pemilik suara. Dan kekuasaan hanya jadi kendaraan, bukan ladang pengabdian.
    Liburan ke Jepang bukanlah dosa. Namun, ketika liburan itu dilakukan tanpa izin, saat rakyat membutuhkan, dan tanpa kesadaran etis sebagai pemimpin publik, maka ia menjelma menjadi wajah baru dari pemerintahan yang tak tahu malu.
    Ini bukan hanya soal Lucky Hakim. Ini soal semua kepala daerah yang merasa jabatan adalah hak, bukan amanah.
    Ini soal sistem pengawasan yang harus diperkuat. Ini soal pendidikan politik yang harus ditanamkan sejak dini: bahwa jabatan bukan panggung, tapi beban kepercayaan.
    Jika hari ini kita membiarkan pemimpin berlibur seenaknya, maka jangan salahkan rakyat jika esok mereka memilih untuk tidak lagi percaya pada siapa pun.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gubernur Dedi Mulyadi Tegaskan ASN Jabar Kembali Bekerja pada 8 April 2025 – Halaman all

    Gubernur Dedi Mulyadi Tegaskan ASN Jabar Kembali Bekerja pada 8 April 2025 – Halaman all

    Gubernur Dedi Mulyadi memastikan seluruh ASN Jawa Barat kembali bekerja pada 8 April 2025 setelah libur lebaran.

    Tayang: Selasa, 8 April 2025 05:29 WIB

    Tribunnews.com/Fersianus Waku

    GUBERNUR JAWA BARAT DEDI MULYADI – Gubernur Dedi Mulyadi memastikan seluruh ASN Jawa Barat kembali bekerja pada 8 April 2025 setelah libur lebaran. 

    Ringkasan Berita

    Gubernur Dedi Mulyadi memastikan ASN di Provinsi Jawa Barat kembali aktif bekerja setelah libur lebaran.

    Meskipun WFA berlaku pada akhir libur, Dedi menekankan komitmen ASN untuk kembali bekerja secara fisik.

    Seluruh ASN, termasuk yang bertugas di desa dan kelurahan, diharapkan kembali ke lokasi kerja pada tanggal 8 April.

    TRIBUNNEWS.COM, JAWA BARAT – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan kembali bekerja pada 8 April 2025 setelah masa libur lebaran.

    Hal ini disampaikan untuk memastikan bahwa ASN di daerah tersebut kembali aktif menjalankan tugas sesuai jadwal.

    “Pada hari Selasa, 8 April 2025, seluruh ASN di Provinsi Jawa Barat sudah harus kembali bekerja di lokasi masing-masing,” kata Dedi.

    Meskipun kebijakan Work From Anywhere (WFA) diterapkan untuk ASN di beberapa daerah, Dedi menegaskan bahwa ASN Jawa Barat tetap diharapkan kembali bekerja secara fisik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’9′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Wujudkan Swasembada, APROPI Dukung Upaya Pemerintah Hadirkan Pestisida Terjangkau dan Berkualitas – Halaman all

    Wujudkan Swasembada, APROPI Dukung Upaya Pemerintah Hadirkan Pestisida Terjangkau dan Berkualitas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Saat mendampingi kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Majalengka, Senin (7/4/2025), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi secara langsung menyampaikan sejumlah persoalan yang tengah dihadapi sektor pertanian di wilayahnya.

    Salah satu keluhan utama yang disuarakan adalah mahalnya biaya pembasmi hama atau pestisida yang ditanggung para petani.

    Yanno Nunuhitu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Pestisida Indonesia (APROPI) memberikan tanggapan terkait keluhan Dedi Mulyadi.

    Dirinya mengatakan, tidak dapat dipungkiri bahwa tercapainya swasembada pangan di Indonesia sangat bergantung pada penggunaan pestisida yang tepat dan efektif.

    “Tanpa pestisida, sulit untuk memastikan hasil pertanian yang optimal,” ujar Yanno dalam keterangan yang diterima.

    Menurutnya, penggunaan pestisida di Indonesia diawasi dengan ketat oleh Kementerian Pertanian, yang bertujuan memastikan bahwa semua produk pestisida yang beredar tidak hanya efektif tetapi juga aman bagi manusia, lingkungan, dan ekosistem pertanian.

    “Kami sepenuhnya mendukung pendapat Kang Dedi Mulyadi terkait pentingnya upaya bersama untuk menghadirkan pestisida bermutu dengan harga yang lebih terjangkau bagi para pelaku industri pertanian Indonesia. Hal ini sangat penting agar para petani dapat tetap mendapatkan produk berkualitas dengan harga yang wajar,” katanya.

    Yanno menjelaskan, sebagian besar pestisida yang digunakan di Indonesia masih berasal dari impor.

    Sehingga harga dan ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh kebijakan negara produsen. 

    “Ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian kita. APROPI, sebagai asosiasi produsen pestisida dalam negeri, meminta dukungan serta campur tangan pemerintah agar Indonesia tidak bergantung pada pestisida impor,” ujarnya.

    APROPI menilai, jika langkah ini ini dilakukan akan mengurangi ketergantungan dan membantu mendorong industri pestisida lokal untuk berkembang.

    “Di Jawa Barat, terdapat empat pabrik pestisida milik anggota APROPI yang siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah, termasuk Kang Dedi Mulyadi, untuk menghasilkan pestisida yang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga aman bagi pengguna, konsumen hasil pertanian, serta lingkungan,” katanya.

    Lebih lanjut, APROPI mendukung sepenuhnya gerakan swasembada pangan yang digagas oleh Presiden RI.

    “Kami siap berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia, 1000 persen,” kata Yanno.

    Diberitakan sebelumnya, Dedi menjelaskan, meski ketersediaan pupuk saat ini sudah lancar, beban berat petani belum terangkat sepenuhnya karena mahalnya biaya pembelian pestisida.

    Menurutnya para petani, harus mulai menyemprot lahan sejak sebelum masa tanam untuk mengendalikan hama seperti keong.

    “Biaya paling tinggi justru datang dari kebutuhan akan obat-obatan, karena sejak sebelum tanam sudah harus disemprot. Saya sendiri petani, dan tahu persis kondisinya,” kata Dedi di hadapan Presiden.

    Dia menambahkan bahwa dalam kurun dua bulan masa tanam hingga panen, penyemprotan harus dilakukan hampir setiap dua hari sekali.

    Jenis hama pun beragam, sehingga petani tak cukup membeli satu jenis pestisida saja.

    “Hama datang silih berganti. Baru hilang, datang lagi. Ini yang membuat biaya makin tinggi,” jelasnya.

  • Ajak kerja untuk rakyat, Prabowo tak soal warna partai kepala daerah

    Ajak kerja untuk rakyat, Prabowo tak soal warna partai kepala daerah

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Ajak kerja untuk rakyat, Prabowo tak soal warna partai kepala daerah
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 07 April 2025 – 22:10 WIB

    Elshinta.com – Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tidak mempersoalkan warna atau asal partai dari masing-masing kepala daerah dan mengajak mereka bekerja bersama untuk mengabdi kepada rakyat.

    “Saya merasa sekarang kita semakin kompak tiap hari. Saya lihat menteri-menteri, gubernur, bupati, kita tidak peduli dari mana partai kita. Enggak ada, saya enggak tanya dari partai mana, bupati di sini saya tidak tahu dan saya enggak akan tanya. Yang saya tahu kita kerja untuk rakyat,” kata Prabowo saat memberikan sambutan pada Panen Raya Nasional yang dipusatkan di Desa Randegan Wetan, Majalengka, Jawa Barat, Senin.

    Dalam tayangan video yang diunggah akun YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin, Presiden menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berupaya memajukan kesejahteraan petani yang mendukung ketahanan pangan.

    Dalam sambutannya di hadapan ribuan petani hingga gubernur dari 13 provinsi lainnya, Prabowo pun mengajak seluruh pihak, baik gubernur, bupati, pimpinan TNI dan Polri, untuk kerja bahu-membahu untuk rakyat termasuk petani, tanpa memedulikan warna partai pendukung.

    Menurut Prabowo, urusan partai hanya dapat dikaitkan saat pilkada atau pemilu di mana kontestasi tersebut pun sudah selesai. Setelah itu, masing-masing kepala daerah harus memfokuskan diri bekerja untuk rakyat.

    “Mari kita kerja sama, mari kita bahu membahu, ini jalan kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang akan kerja sama. Sama dengan main bola, enggak mungkin tim main bola kalau kesebelasan enggak kompak, nggak kerja sama,” kata Prabowo.

    Presiden menambahkan bahwa dirinya ingin menjadi pemimpin yang berhasil menurunkan harga pangan untuk rakyat Indonesia.

    Sebagai mantan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Presiden memahami bahwa hidup petani harus makmur, terutama penghasilannya tercukupi.

    Adapun dalam acara tersebut, sejumlah pejabat yang turut mendampingi Presiden adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

    Sumber : Antara

  • Prabowo: Gelar Akademis Tak Jamin Kebijakan Prorakyat

    Prabowo: Gelar Akademis Tak Jamin Kebijakan Prorakyat

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto menyatakan, faktor akademis tidak menjamin seseorang dapat membuat kebijakan yang prorakyat.

    Prabowo menekankan, yang lebih penting dalam pemerintahan adalah menempatkan orang-orang yang benar-benar cinta kepada rakyat.

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh Prabowo ketika memimpin panen raya di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

    “Kita butuh banyak orang pintar, tapi yang paling penting adalah mereka yang memiliki akal sehat dan benar-benar mencintai rakyat, karena mereka berasal dari rakyat,” ujar Prabowo, Senin (7/4/2025).

    Dalam kesempatan tersebut, Prabowo sempat menanyakan satu per satu pejabat yang mendampinginya mengenai perguruan tinggi tempat mereka menimba ilmu.

    Di antaranya, ada Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

    Prabowo menerima jawaban bahwa pejabat-pejabat tersebut bukan lulusan luar negeri, melainkan lulusan dari perguruan tinggi daerah. Meski demikian, mereka terbukti bekerja keras untuk kepentingan rakyat.

    “Saya kadang melihat orang yang terlalu pintar malah tidak jadi apa-apa. Lihat, Kang Dedi, lulusan mana? Bukan dari Amerika, bukan? Oh, Purwakarta,” ungkap Prabowo.

    Prabowo menegaskan dalam kepemimpinan, hal terpenting adalah kecintaan terhadap rakyat, karena kebijakan yang baik haruslah rasional dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

    Prabowo menyatakan semangatnya karena dikelilingi oleh pembantu-pembantu hebat dalam kabinet. Ia menilai kebijakan prorakyat yang telah dikeluarkan selama pemerintahannya merupakan bukti bahwa timnya bekerja dengan baik.

    “Saya merasa benar-benar punya tim yang hebat. Menteri-menteri saya hebat. Kalau ada yang nyinyir, itu biasa. Pemimpin ibarat pohon besar yang sering diterpa angin kencang. Semakin kita naik ke puncak, semakin berat tantangan, semakin banyak pengorbanan yang harus kita hadapi,” tutup Prabowo Subianto yang menyebut gelar akademis tidak menjamin kebijakan prorakyat.