Tag: Mukesh Ambani

  • Ada Konglomerat RI, Ini Daftar Crazy Rich Asia Serbu Data Center

    Ada Konglomerat RI, Ini Daftar Crazy Rich Asia Serbu Data Center

    Jakarta, CNBC Indonesia – Taipan di kawasan Asia tengah berlomba untuk membangun pusat data atau data center skala raksasa seiring ledakan kebutuhan komputasi kecerdasan buatan (AI). Dari Malaysia, India, Korea Selatan, Taiwan, hingga Thailand, proyek data center bernilai miliaran dolar bermunculan. Indonesia pun tak ketinggalan, dengan sejumlah konglomerat dalam negeri terjun memperlebar bisnis digital ini.

    Demam AI menjadi pemicu utama perlombaan tersebut. Perusahaan raksasa seperti Amazon, Google, Microsoft hingga Nvidia terus membutuhkan infrastruktur untuk melatih dan menjalankan model kecerdasan buatan, sehingga kapasitas data center global melonjak tajam.

    Menurut konsultan properti Cushman & Wakefield, kapasitas data center di Asia-Pasifik diproyeksikan melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi lebih dari 29 gigawatt (GW) pada 2030 dari 12GW pada 2024.

    Di Malaysia, YTL Power International milik konglomerat Francis Yeoh menjadi salah satu pemain yang tampil menonjol. Perusahaan ini membangun kawasan pusat data seluas 664 hektare di Johor, bekerja sama dengan Nvidia untuk membangun infrastruktur AI. Dari total rencana investasi US$4,3 miliar, sekitar US$2,4 miliar sudah digelontorkan untuk membangun kapasitas 200MW.

    Johor kini muncul sebagai pusat baru data center karena pasokan lahan, listrik, dan air yang melimpah. PM Anwar Ibrahim bahkan menegaskan ambisi Malaysia menjadi negara terdepan AI pada 2030, demikian dikutip dari laporan Forbes, Senin (10/11/2025).

    Di India, taipan Gautam Adani bekerja sama dengan Google menggelontorkan US$15 miliar untuk membangun kampus pusat data terbesar di Andhra Pradesh. Mukesh Ambani juga berencana membangun pusat data AI berkapasitas 1GW di Gujarat.

    Korea Selatan menyaksikan SK Group bekerja sama dengan Amazon Web Services untuk membangun pusat data senilai US$5 miliar di Ulsan, sementara Kakao dan Samsung terus memperluas investasi infrastruktur komputasi canggih.

    Di Taiwan, Foxconn milik Terry Gou bersama Nvidia membangun fasilitas AI 100MW senilai US$1,4 miliar. Thailand pun bergerak cepat, dengan Central Pattana, Gulf Development, serta B.Grimm Power menggandeng mitra global untuk membangun pusat data di negara tersebut.

    Konglomerat RI Tak Mau Kalah

    Di Indonesia, sinyal perluasan data center juga terlihat. DCI Indonesia sudah menjadi salah satu operator pusat data terbesar di Asia Tenggara.

    Pada Agustus, DCI Indonesia menjadi perusahaan publik paling berharga kedua di Indonesia dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 37 miliar.

    IPO pada 2021 menjadikan para pendirinya, Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming Hanafia,sebagai miliarder. Sugiri mengatakan perusahaan tersebut meningkatkan kapasitas untuk memenuhi lonjakan permintaan.

    DCI, yang saat ini memiliki kapasitas 119MW di Jakarta, berencana meningkatkan kapasitas lebih dari sepuluh kali lipat menjadi 1,9GW, termasuk fasilitas hyperscale baru di Pulau Bintan.

    Kesuksesan DCI menarik konglomerat lain masuk ke sektor ini, seperti Sinar Mas Group (Franky Widjaja) bermitra dengan K2 Strategic untuk membangun data center di kawasan Jakarta.

    Lalu ada Triputra Group (Theodore Rachmat) yang bekerja sama dengan ST Telemedia dari Singapura untuk membangun dan memperluas jaringan pusat data nasional. Selain itu, investor teknologi dan telekomunikasi besar RI juga tengah menyiapkan langkah serupa untuk menangkap peluang pertumbuhan AI.

    Namun, percepatan pembangunan pusat data yang sangat intensif ini menimbulkan kekhawatiran terkait pasokan listrik dan air. Beberapa pengembang, seperti YTL, berinvestasi pada energi surya, sementara yang lain menjajaki opsi lepas pantai, seperti rencana Samsung Electronics dan OpenAI untuk membangun pusat data terapung.

    Namun laporan PwC memperkirakan bahwa pada 2030, energi hijau hanya dapat menutupi kurang dari sepertiga tambahan kebutuhan listrik.

    “Kesenjangannya sangat besar, dan menutupnya adalah sesuatu yang sangat penting,” tulis laporan itu.

    Sejumlah analis juga mempertanyakan apakah ekspansi pusat data ini berpotensi menciptakan gelembung. Namun Jitesh Karlekar, direktur riset pusat data Asia-Pasifik di JLL, menilai bahwa dengan lompatan besar penggunaan AI di sektor kritis seperti kesehatan, pendidikan, dan pertahanan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Saksi AS untuk Minyak Rusia Bawa Petaka, Pembeli Terbesar Mau “Kabur”

    Saksi AS untuk Minyak Rusia Bawa Petaka, Pembeli Terbesar Mau “Kabur”

    Jakarta, CNBC Indonesia – India dikabarkan siap memangkas secara drastis impor minyak dari Rusia. Keputusan ini diambil guna mematuhi sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap dua produsen energi utama Moskow, Rosneft dan Lukoil.

    Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, perusahaan-perusahaan penyulingan besar India seperti Reliance Industries, Indian Oil Corp, Bharat Petroleum Corp, dan Hindustan Petroleum Corp sedang meninjau ulang kontrak mereka untuk memastikan tidak ada pasokan yang berasal langsung dari perusahaan Rusia yang terkena sanksi.

    “Kalibrasi ulang impor minyak Rusia sedang berlangsung, dan Reliance akan sepenuhnya mematuhi pedoman Pemerintah India,” ujar juru bicara Reliance menanggapi pertanyaan soal rencana pengurangan impor minyak mentah Rusia, dikutip Kamis (23/10/2025).

    Reliance, yang dimiliki miliarder Mukesh Ambani, merupakan pembeli utama minyak mentah Rusia di India. Perusahaan ini diketahui memiliki kontrak jangka panjang untuk mengimpor sekitar 500.000 barel per hari dari Rosneft, namun kini tengah beralih mencari pasokan baru dari Timur Tengah dan Brasil.

    Seorang pejabat kilang India yang enggan disebutkan namanya mengatakan pemangkasan impor akan “besar-besaran,” meski tidak langsung mencapai nol.

    “Akan ada beberapa barel yang tetap masuk melalui perantara. Semuanya tergantung pada bank. Jika bank menyelesaikan pembayaran, maka kami akan membeli. Jika tidak, penerimaan akan nol,” katanya.

    Keputusan India ini datang di tengah meningkatnya tekanan diplomatik dari AS. Presiden Donald Trump, dalam masa jabatan keduanya, baru saja memperluas sanksi terkait Ukraina dengan menargetkan perusahaan minyak utama Rusia. Washington memberi waktu hingga 21 November bagi perusahaan global untuk menghentikan transaksi dengan Rosneft dan Lukoil.

    India selama ini menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia dengan volume sekitar 1,7 juta barel per hari sejak 2022, memanfaatkan harga diskon pasca invasi Rusia ke Ukraina. Namun, langkah terbaru ini menandai potensi perubahan besar dalam strategi energi India, dari ketergantungan pada minyak murah Rusia menuju hubungan dagang yang lebih erat dengan Amerika Serikat.

    Harga minyak mentah Brent dilaporkan naik lebih dari 3% pada perdagangan Kamis seiring kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan akibat kebijakan baru tersebut.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Crazy Rich Asia Dihujat Setelah Beli Rumah Rp 279 Miliar

    Crazy Rich Asia Dihujat Setelah Beli Rumah Rp 279 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mukesh Ambani dikenal sebagai ‘crazy rich’ Asia. Harta pengusaha asal India tersebut mencapai US$104,8 miliar atau setara Rp1.726 triliun, menurut laporan Forbes.

    Ambani menduduki peringkat ke-18 sebagai orang terkaya di dunia. Gurita bisnisnya berada di bawah payung ‘Reliance Industries’ yang menggarap beragam sektor, mulai dari petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel, media, dan layanan keuangan.

    Nama Ambani kerap disorot ketika anak-anaknya menggelar pesta pernikahan super mewah, dengan mengundang pengusaha-pengusaha AS dan diisi bintang kenamaan dunia.

    Baru-baru ini, Ambani kembali menjadi sorotan setelah RIL USA, cabang AS dari Reliance Industries Limited, membeli properti senilai US$17 juta (Rp279 triliun) dari miliarder teknologi Robert Pera. Letaknya di area Tribeca, New York City.

    Pera yang merupakan chairman Ubiquiti membeli properti di New York tersebut pada 2018 dengan harga US$20 juta (Rp329 triliun). Pera lantas meminta Eric Cobb untuk merenovasi properti tersebut menjadi mansion seluas 17.000 meter persegi.

    Namun, rencana renovasi tersebut tak menjadi kenyataan. Pera mendaftarkan properti itu untuk dijual pada 2021, beserta dengan rencana renovasi yang sudah disetujui.

    Sebelum membeli properti dari Pera, Ambani lebih dulu menjual kondominium miliknya di area Manhattan West Village, New York City. Kondominium tersebut dijual seharga US$9 juta (Rp148 miliar).

    Pembelian properti baru Ambani menjadi sorotan di media sosial. Banyak yang menghujat dan menjadikannya sebagai lelucon. Berikut dihimpun dari Mashable India, Selasa (16/9/2025):

    “Trik paling bodoh (dan karenanya paling brilian) yang dilakukan negara pasca-liberalisasi adalah mengajarkan orang-orang bahwa konversi sumber daya publik menjadi kekayaan pribadi adalah sesuatu yang patut dibanggakan jika miliarder tersebut adalah orang India,” kata seorang netizen.

    “US$ 17 juta di NY tak ada apa-apanya, hanya flat 3-4 kamar yang standar,” kata netizen lainnya.

    Netizen lainnya menyahut, “Anda cuma bisa dapat apartemen di New York dengan harga segitu, bukan gedung”.

    “Tidak mudah menjadi Ratan Tata. Semua industrialis besar lainnya mendapatkan uang dari India dan membangun istana mereka di luar negeri. Ini menunjukkan betapa egoisnya para industrialis besar. Mereka hanya menginvestasikan uang di India sebanyak yang diberikan pemerintah India sebagai pinjaman,” tulis netizen lainnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • India Geger Harta Warisan Miliuner Rp 58,6 T, Ibu & Istri Berebut

    India Geger Harta Warisan Miliuner Rp 58,6 T, Ibu & Istri Berebut

    Jakarta,CNBC Indonesia – Perebutan harta terjadi di keluarga kaya India, pemilik perusahaan komponen mobil terkemuka Sona Comstar. Ibu dan istri sampai terlibat konflik.

    Hal ini terjadi setelah crazy rich Sunjay Kapur (53), meninggal dunia pada 12 Juni lalu saat bermain polo di Surrey, Inggris. Mengutip BBC News Selasa (12/8/2025), masalah suksesi telah menjadikan Kapur dan keluarganya subjek spekulasi media. 

    Perlu diketahui, ibu Kapur, Rani Kapur, merupakan mantan pimpinan Sona Comstar. Pada 24 Juli, Rani Kapur mengirim surat kepada dewan direksi Sona Comstar, mempertanyakan kematian putranya dan penunjukan yang dilakukan oleh perusahaan setelah itu.

    Dalam surat itu, ia ia menuduh bahwa kematian Kapur terjadi dalam “keadaan yang sangat mencurigakan dan tidak dapat dijelaskan”. Padahal kantor koroner di Surrey sudah menutup penyelidikan.

    Rani Kapur pun mengatakan dirinya telah dipaksa menandatangani dokumen-dokumen penting di bawah tekanan. Ini terjadi baik mental maupun emosional akibat kematian putranya.

    “Sangat disayangkan bahwa saat keluarga dan saya masih dalam masa berkabung, beberapa orang memilih ini sebagai waktu yang tepat untuk merebut kendali dan mengambil alih warisan keluarga,” tulisnya.

    Ia juga meminta dewan direksi Sona Comstar untuk menunda rapat umum tahunan (AGM), yang dijadwalkan pada 25 Juli, untuk memutuskan direktur baru yang akan menjadi perwakilan keluarga. Ia menentang rapat AGM yang tiba-tiba menunjuk istri Sunjay, Priya, sebagai direktur non-eksekutif.

    Dalam suratnya, Rani Kapur mengklaim ia adalah satu-satunya penerima manfaat dari warisan mendiang suaminya dalam surat wasiat yang ditinggalkan pada tahun 2015 yang mencakup saham mayoritas di Sona Group, termasuk Sona Comstar. Perusahaan itu sendiri memiliki nilai US$3,6 miliar (Rp58,6 triliun).

    Sementara itu, manajemen perusahaan telah dengan tegas membantah klaim Rani Kapur. Mereka mengatakan bahwa ia tidak memiliki “peran, baik langsung maupun tidak langsung, di Sona Comstar sejak setidaknya tahun 2019”.

    Dewan direksi juga mengatakan tidak ada paksaan untuk tunduk pada pemberitahuannya dan bahwa AGM dilakukan “sepenuhnya sesuai dengan hukum”. Perusahaan telah mengeluarkan pemberitahuan hukum kepada Rani Kapur, memintanya untuk berhenti menyebarkan pernyataan “palsu, jahat, dan merusak”.

    Sebenarnya, pemegang saham publik- termasuk bank, reksadana, dan lembaga keuangan- memiliki 71,98% Sona Comstar, yang terdaftar di bursa India sebagai Sona BLW. Sisa 28,02% dipegang oleh promotor melalui perusahaan bernama Aureus Investments Pvt Ltd.

    Menurut pengajuan perusahaan, Sunjay Kapur adalah satu-satunya penerima manfaat dari RK Family Trust. Ia mengendalikan saham promotor di Sona Comstar melalui Aureus Investments.

    “Melihat struktur perusahaan, saat ini, Rani Kapur tidak terdaftar sebagai pemegang saham sehingga tidak memiliki hak suara. Tetapi ada masalah RK Family Trust dan investasi Aureus. Kita tidak bisa benar-benar tahu apakah Rani memiliki kepentingan langsung di sana sampai perjanjiannya dipublikasikan,” kata Tushar Kumar, seorang litigator perusahaan di Mahkamah Agung India.

    Perusahaan Keluarga di India dan Perseteruan Waris

    Sekitar 90% perusahaan yang terdaftar di India dikendalikan oleh keluarga. Namun, menurut PwC, hanya 63% yang memiliki rencana suksesi formal.

    Hal ini karena struktur seringkali dipenuhi dengan perseteruan suksesi pahit. Mukesh Ambani, orang terkaya di Asia misalnya.

    Ia pernah terlibat dalam perebutan kekuasaan yang sangat terbuka dengan adik laki-lakinya atas kerajaan Reliance yang luas setelah ayah mereka, Dhirubhai Ambani, meninggal pada tahun 2002 tanpa meninggalkan surat wasiat. Ibunya, Kokilaben, yang menjadi penengah perdamaian bertahun-tahun kemudian.

    Baru-baru ini, perselisihan keluarga meletus di Raymond Group, perusahaan tekstil paling terkenal di India, dan di antara Lodha bersaudara, yang perusahaannya membangun menara Trump di Mumbai.

    Selain itu, Keluarga Bajaj, salah satu konglomerat terbesar di negara itu, menghadapi pertikaian internal mengenai suksesi hingga pengadilan turun tangan pada tahun 2000-an untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.

    Tahun lalu, salah satu rumah bisnis tertua di India, Godrej Group yang bergerak dari kunci hingga real estat, mengumumkan perpisahan bisnis multi-miliar dolarnya yang tidak biasa damai. Kavil Ramachandran dari Indian School of Business mengatakan sebagian besar bisnis keluarga di India beroperasi dengan “ambiguitas signifikan tentang hal-hal spesifik”.

    “Salah satunya adalah siapa yang memiliki berapa banyak dan siapa yang mewarisi dan kapan,” tambahnya.

    Para ahli mengatakan keterlibatan keluarga tanpa meritokrasi dan tidak adanya perjanjian formal memperumit masalah.

    “Setelah kematian patriark (atau bahkan sebelumnya), perselisihan muncul, baik mengenai kepemilikan maupun manajemen, dan terlalu banyak hal yang telah terjadi sehingga masalah tidak dapat diselesaikan secara damai,” kata Ketan Dalal, yang merupakan konsultan bisnis keluarga India tentang struktur kepemilikan.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Orang Terkaya di India Mukesh Ambani Ingin Ubah Jutaan TV Jadi Komputer Cloud, Bagaimana Caranya? – Page 3

    Orang Terkaya di India Mukesh Ambani Ingin Ubah Jutaan TV Jadi Komputer Cloud, Bagaimana Caranya? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Jio Platforms, divisi digital dari konglomerat India Reliance Industries, meluncurkan layanan desktop virtual bernama JioPC untuk pengguna set-top box.

    Langkah ini diinisiasi oleh orang terkaya di India, Mukesh Ambani (tokoh di balik Reliance Industries), dengan harapan mengubah jutaan televisi di salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia menjadi layaknya Personal Computer (PC).

    JioPC menawarkan pengalaman komputer berbasis awan (cloud) melalui set-top box (STB) Jio, yang secara gratis tersedia dalam paket layanan broadband rumah atau dapat dibeli terpisah seharga ₹5.499 (sekitar Rp 1 juta).

    Layanan tersebut saat ini dalam tahap uji coba gratis dan dapat diakses melalui daftar tunggu. Pengguna yang mendapatkan undangan dapat menikmati desktop virtual di TV mereka dengan menghubungkan keyboard dan mouse setelah membuat akun.

    Saat ini, JioPC memiliki beberapa keterbatasan. Layanan ini belum mendukung perangkat periferal eksternal seperti kamera dan printer. Demikian sebagaimana dikutip dari TechCrunch, Senin (14/7/2025).

    Selain itu, aplikasi yang tersedia secara bawaan adalah LibreOffice, sebuah perangkat lunak open source untuk perkantoran. Saat ingin menggunakan aplikasi Microsoft Office, pengguna perlu mengaksesnya melalui peramban (browser) yang tersedia.

    Meski demikian, langkah Ambani dengan JioPC dinilai menjanjikan. Tarun Pathak, seorang direktur riset di Counterpoint, menyampaikan bahwa solusi ini merupakan cara yang sangat efektif bagi perusahaan yang berbasis di Mumbai ini untuk meningkatkan basis pengguna, yang saat ini telah mencapai lebih dari 488 juta.

     

  • Saking Tajirnya, Ibu Ini Naik Jet Pribadi ke Sri Lanka buat Beli Piring!

    Saking Tajirnya, Ibu Ini Naik Jet Pribadi ke Sri Lanka buat Beli Piring!

    Jakarta

    Mukesh Ambani hingga saat ini masih menjadi orang terkaya di India sekaligus salah satu deretan orang terkaya di dunia. Gurita bisnisnya mendatangkan cuan yang sangat besar untuk dirinya dan keluarga, termasuk sang istri Nita Ambani.

    Bahkan dalam laporan Forbes Real Time Billionaires, Mukesh tercatat berada di posisi ke-15 sebagai orang terkaya di dunia dengan kepemilikan harta ditaksir hingga US$ 114,9 miliar atau setara dengan Rp 1.859 triliun (kurs Rp 16.200).

    Melansir dari outlet Indiacom, terlepas dari kekayaan sang suami, Nita Ambani, diperkirakan memiliki kekayaan bersih antara US$ 2,8-3 miliar atau setara dengan Rp 44,41-47,59 triliun. Sebagian besar kekayaannya ini berasal dari kepemilikan saham yang cukup besar di perusahaan Mukesh, Reliance Industries Ltd.

    Dengan kekayaan sebanyak itu Nita dapat bepergian ke manapun dan membeli barang-barang mewah sesuka hatinya. Bahkan dalam satu kesempatan Ibu dari Anant Ambani itu diketahui pernah terbang ke Sri Lanka menggunakan jet pribadi hanya untuk membeli peralatan dapur seperti piring.

    Tidak tanggung-tanggung, saat itu ia membeli sekitar peralatan dapur dari perusahaan ternama asal Jepang, Noritake. Pembelian ini disebut-sebut untuk mengisi rumah mewah 27 lantai keluarga Ambani yang ditaksir bernilai hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 31,6 triliun.

    Namun ternyata, Nita secara khusus terbang ke Sri Lanka hanya untuk membeli produk peralatan makan dan dapur sebanyak itu untuk menghemat uang. Sebab produk Noritake diperkirakan 70-80% lebih murah di negara itu daripada di bagian lain dunia, termasuk India.

    Keunggulan biaya ini dikarenakan fasilitas manufaktur terbesar merek Jepang tersebut berada di Sri Lanka, yang juga berfungsi sebagai pusat ekspor keramik porselennya ke lebih dari 100 negara.

    Menurut laporan The Economic Times pada 2010 lalu, di satu set peralatan makan berisi 50 unit alat makan yang dihiasi dengan hiasan emas atau platinum 22 karat dijual seharga US$ 300-500 (Rp 4,75-7,93 juta) di Sri Lanka. Sebaliknya, satu set yang sama dijual antara US$ 800-2.000 (Rp 12,68-31,72 juta) di India.

    Sayang hingga kini tidak diketahui persis alat dapur apa saja yang dibeli atau berapa nilai transaksi pembelian yang dilakukan. Namun yang pasti dalam pembelian itu Nita memesan peralatan makan porselen yang dihiasi dengan emas atau platinum 22 karat.

    (fdl/fdl)

  • Starlink Bunuh Raksasa Opsel, Pengusaha Ramai-ramai Teriak

    Starlink Bunuh Raksasa Opsel, Pengusaha Ramai-ramai Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ekspansi layanan internet berbasis satelit Starlink di bawah SpaceX milik Elon Musk menimbulkan kontroversi. Di satu sisi, layanan Starlink yang menjangkau area remot membantu penetrasi internet hingga pelosok.

    Di sisi lain, ekspansi besar-besaran Starlink menimbulkan ancaman bagi para penyedia operator seluler di seluruh dunia. Terlebih, Starlink mulai meluncurkan kemampuan yang menyambungkan langsung internet satelit ke HP (direct-to-cell).

    Ekspansi Starlink ke India menimbulkan guncangan bagi raksasa telekomunikasi Reliance Jio milik crazy rich India, Mukesh Ambani. Sebelumnya, Reliance Jio meminta pemerintah memberikan izin spektrum internet satelit dengan mekanisme lelang.

    Dengan begitu, Reliance Jio mendapat keuntungan karena merupakan pemain lokal yang sudah berinvestasi banyak ke industri telekomunikasi India. Namun, pemerintah memutuskan untuk mengalokasikan spektrum dengan metode lisensi, mengikuti tren global.

    Dengan mekanisme kedua, pemain asing lebih terbuka untuk menggarap industri telekomunikasi di India. Hal ini akan membuka ruang kompetisi yang lebih luas dan tidak melulu dikuasai pemain lama yang dominan.

    Terbaru, sebuah kelompok yang mewakili Reliance Jio dan Bharti Airtel mengatakan bisnis mereka akan menderita jika India menetapkan harga spektrum satelit pada tarif “sangat rendah” yang menguntungkan Starlink dan pemain asing lainnya.

    Sebagai konteks, pada Mei 2025, regulator telekomunikasi India mengusulkan penyedia layanan satelit membayar 4% dari pendapatan tahunan mereka kepada pemerintah untuk menawarkan layanan bagi masyarakat.

    Starlink telah melobi India untuk tidak melelang spektrum tetapi hanya memberikan lisensi sesuai dengan tren global, dengan mengatakan bahwa spektrum adalah sumber daya alam yang harus dibagi oleh perusahaan.

    Asosiasi Operator Seluler India dalam suratnya tertanggal 29 Mei 2025 kepada Kementerian Telekomunikasi meminta peninjauan ulang terhadap usulan harga tersebut.

    Pasalnya, pemain tradisional telah membayar biaya lelang di depan yang lebih tinggi untuk spektrum telekomunikasi. Hal ini membuat pembayaran mereka kepada pemerintah untuk penggunaan spektrum lebih tinggi sekitar 21% dibandingkan dengan jumlah yang akan dibayarkan oleh pemain satelit asing seperti Starlink.

    “Harga per MHz harus setara atau setidaknya sebanding untuk keduanya, terutama ketika digunakan untuk menjangkau konsumen yang sama untuk layanan yang identik,” kata surat itu, yang dilihat oleh Reuters, dikutip Kamis (5/6/2025).

    “Layanan satelit dapat menawarkan alternatif yang kompetitif dan terjangkau untuk pita lebar terestrial,” tertera dalam surat tersebut.

    Reliance Jio dan Airtel tidak merespons permintaan komentar dari Reuters. Starlink juga tak segera menanggapi permintaan komentar.

    Pejabat senior pemerintah India mengatakan kepada Reuters pada pekan ini bahwa Kementerian Telekomunikasi masih meninjau rekomendasi harga yang dibuat oleh regulator. Sumber dalam itu menyebut kekhawatiran industri seperti itu telah dikemukakan di masa lalu.

    Reliance Jio dan Airtel khawatir mereka menawarkan layanan pita lebar nirkabel yang serupa dengan penyedia satelit asing, tetapi membayar jauh lebih mahal, kata sumber industri yang mengetahui langsung situasi tersebut.

    Reliance dan perusahaan lain telah menghabiskan hampir US$20 miliar (Rp325 triliun) dalam beberapa tahun terakhir untuk mendapatkan spektrum 5G melalui lelang untuk menawarkan layanan telekomunikasi, data, dan pita lebar.

    Meskipun Reliance dan Airtel telah menandatangani kesepakatan distribusi pada Maret 2025 untuk peralatan Starlink, mereka akan terus bersaing dengan penawaran Musk kepada pelanggan setelah diluncurkan.

    “Proses Starlink untuk mendapatkan lisensi hampir selesai”, kata Menteri Telekomunikasi Jyotiraditya Scindia kepada The Print pada awal pekan ini.

    (fab/fab)

  • Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Daftar 10 Orang Terkaya di Asia versi Forbes, Mukesh Ambani Nomor Satu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Lanskap kekayaan yang dinamis di Asia secara konsisten telah menarik perhatian global. Dari daftar orang terkaya di Asia tersebut menorehkan prestasi dalam daftar miliarder versi Forbes secara real time.

    Mengutip Forbes India, Sabtu (26/4/2025), pada April 2025, jika melihat data Forbes, 10 orang terkaya di Asia didominasi asal India dan China. Mukesh Ambani memimpin dengan total kekayaan USD 97,3 miliar atau sekitar Rp 1.636 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.824 pada 21 April 2025).

    Mukesh Ambani sebagai Chairman Reliance Industries yang memiliki bisnis beragam antara lain di petrokimia, minyak dan gas, telekomunikasi, ritel,  media dan layanan keuangan. Reliance didirikan oleh mendiang ayah Mukesh Ambani yakni Dhirubhai Ambani, seorang pedagang bebang pada 1966 sebagai produsen tekstik kecil. Setelah ayahnya meninggal pada 2022, Ambani dan adiknya Anil membagi kerajaan bisnis.

    Posisi kedua dipegang orang terkaya asal China yakni salah satu pendiri TikTok  Zhang Yiming. Kekayaan Zhang Yiming mencapai USD 65,5 miliar atau sekitar Rp 1.101 triliun.

    Zhang Yiming merupakan salah satu pendirik perusahaan teknologi ByteDance yang terkenal dengan TikTok. TikTok salah satu media sosial yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna di dunia. Perusahaan ini juga memiliki minat dalam e-commerce, pendidikan, permainan dan berita.

    Zhang Yimin mengundurkan diri sebagai Chairman ByteDance pada 2021 setelah mengundurkan diri sebagai CEO awal tahun itu.

    Selanjutnya di posisi ketiga orang terkaya di Asia ditempat Gautam Adani. Orang terkaya asal India ini mencatat kekayaan USD 63,5 miliar atau sekitar Rp 1.068 triliun.

    Ia adalah chairman grup Adani yang bergerak di bisnis pelabuhan, bandara, pembangkit listrik dan transmisi, energi hijau dan lainnya. Grup Adani dimulai pada 1988 sebagai perusahaan perdagangan komoditas yang berkembang melalui akuisisi dan dukungan Perdana Menteri India Narendra Modi.

    Adapun Adani adalah operator bandara terbesar di India dan juga mengendalikan Pelabuhan Mundra, terbesar di India.

     

  • Ini Dia Wanita Terkaya Sepanjang Sejarah, Lebih Kaya dari Elon Musk

    Ini Dia Wanita Terkaya Sepanjang Sejarah, Lebih Kaya dari Elon Musk

    Jakarta

    Berbicara mengenai orang terkaya di dunia, nama-nama seperti Elon Musk, Mukesh Ambani, Jeff Bezos, Bernard Arnault, dan Mark Zuckerberg kerap terlontar. Namun jauh sebelum itu, ada seorang wanita yang kekayaannya melampaui mereka semua.

    Wanita tersebut adalah Wu Zetian atau dikenal Wu Zhao, atay Wu Hao, atau Permaisuri Wu. Ia merupakan satu-satunya perempuan yang secara resmi dan diakui sebagai maharani atau kaisar wanita dalam sejarah China.

    Bahkan menurut laporan SCMP pada 2022 lalu, satu-satunya kaisar wanita China ini diperkirakan mengendalikan aset senilai lebih dari US$ 16 triliun atau setara dengan Rp 268.720 triliun (kurs Rp 268,72/dolar AS).

    “Tentu saja perbandingan kekayaan lintas abad dan era yang berbeda sulit dilakukan, tetapi mengingat kekayaan China saat itu, dapat dikatakan bahwa Permaisuri Wu adalah wanita terkaya yang pernah hidup,” tulis SCMP dalam laporannya.

    Kekayaan sebesar ini disebut-sebut berasal dari kombinasi berbagai sumber, termasuk kontrol ketat atas sumber daya kekaisaran dan kebijakan perpajakan yang tinggi pada masa pemerintahannya. Namun terlepas dari perdebatan harta yang dimilikinya, Permaisuri Wu merupakan salah satu tokoh paling menarik dalam sejarah Tiongkok.

    Wu Zetian lahir di Provinsi Shanxi pada tahun 624 Masehi. Ayahnya diketahui merupakan seorang pedagang kayu yang kaya dan ibunya berasal dari keluarga Yang, di mana keluarga itu memiliki pengaruh yang luas.

    Singkat cerita, Wu menjadi selir dari Kaisar Taizong pada usia 14 tahun sampai orang nomor satu di China itu meninggal pada 649. Karena Wu tidak memiliki anak dengan kaisar, menurut adat istiadat ia harus tinggal secara permanen di biara Buddha setelah kematian Taizong.

    Meski begitu Wu dikabarkan sudah memiliki hubungan dengan putra Taizong, Kaisar Gaozong saat kaisar masih hidup. Benar atau tidaknya kabar tersebut, Wu berhasil terbebas dari kehidupan di biara dan menjadi selir Gaozong dalam waktu setahun.

    Singkat cerita Wu diangkat menjadi permaisuri pada tahun 655 setelah dirinya berhasil menggulingkan posisi permasuri Wang, istri Kaisar Gaozong. Hingga dalam kurun waktu lima tahun, Kaisar Gaozong mulai sakit-sakitan.

    Karena tidak berdaya, Gaozong mulai menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kaisar kepada istrinya yang dianggap terpelajar dan terus-menerus meminta nasihat darinya. Dari sinilah Wu kemudian memiliki kekuasaan atas pemerintahan China kala itu.

    “Kenaikan atau penurunan jabatan, hidup atau mati, ditentukan oleh kata-katanya,” tulis sejarawan Dinasti Song, Sima Guang, beberapa abad kemudian.

    Di bawah kepemimpinannya, kekaisaran Tiongkok mengalami perluasan wilayah kekuasaan yang cukup signifikan, khususnya di kawasan Asia Tengah.

    Perluasan wilayah kekuasaan ini membantu meningkatkan perdagangan, khususnya dalam komoditas berharga seperti sutra dan teh. Selain itu kondisi ini turut memperluas rute perdagangan hingga ke Eropa dan Timur Tengah, membawa kemakmuran yang luar biasa bagi kekaisaran.

    Tonton juga Video: Momen Orang Terkaya di Dunia Kumpul di Pelantikan Trump

    (igo/fdl)

  • Daftar Terbaru 50 Miliarder Dunia Versi Forbes – Page 3

    Daftar Terbaru 50 Miliarder Dunia Versi Forbes – Page 3

    16. Jensen Huang USD 98,7 miliar

    17. Michael Dell USD 97,7 miliar

    18. Mukesh Ambani USD 92,5 miliar

    19. Carlos Slim Helu & family USD 82.5 miliar

    20. Francoise Bettencourt Meyers & family USD 81,6 miliar

    21. Julia Koch & family USD 74,2 miliar

    22. Charles Koch & family USD 67,5 miliar

    23. Zhang Yiming USD 65,5 miliar

    24. Changpeng Zhao USD 62,9 miliar

    25. Jeff Yass USD 59 miliar

    26. Zhong Shanshan SUD 57,7 miliar

    27. Thomas Peterffy USD 57,3 miliar

    28. Gautam Adani USD 56,3 miliar

    29. Ma Huateng USD 56,2 miliar

    30. Tadashi Yanai & family USD 45,1 miliar

    31. Stephen Schwarzman USD 44,4 miliar

    32. Lei Jun USD 43,5 miliar

    33. Jacqueline Mars USD 42,6 miliar

    34. John Mars USD 42,6 miliar

    35. Ken Griffin USD 42,3 miliar.