Tag: Mujiono

  • Beragam Tumpeng Tradisi Takir Sewu Banyuwangi dan Makna di Baliknya

    Beragam Tumpeng Tradisi Takir Sewu Banyuwangi dan Makna di Baliknya

    Setelah kirab selesai, tumpeng yang telah didoakan kemudian dibagikan kepada warga secara merata menggunakan takir, yaitu wadah makanan tradisional dari daun pisang.

    Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono turut hadir dalam acara tersebut. Dikatakannya, untuk melestarikan tradisi tersebut, pemkab telah memasukkan tradisi ini ke dalam agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest). 

    “Kita masukkan B-Fest agar diketahui banyak orang, sehingga ada yang datang ke kampung ini. Dampaknya bisa meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, terutama pedagang UMKM yang ada disini,” ujar Mujiono.

    Wabup juga mengajak masyarakat untuk terus melestarikan warisan budaya. Seperti pada Festival Tumpeng dan Takir Sewu di Sraten ini.

    “Budaya ini harus terus kita uri-uri. Di dalamnya terkandung filosofi luhur tentang rasa syukur, kebersamaan, serta keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.

  • Perkuat Pengamanan Laut, Bakamla RI Bangun Stasiun Pemantauan di Banyuwangi

    Perkuat Pengamanan Laut, Bakamla RI Bangun Stasiun Pemantauan di Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Demi memperkuat pengamanan perairan nusantara, khususunya wilayah perairan Banyuwangi, Badan Kemanan Laut Nasional Republik Indonesia (Bakamla RI) akan mendidirkan stasiun pemantauan di Bumi Blambangan.

    Hal itu disampaikan Direktur Data dan Informasi Deputi Bidang Inhuker Bakamla RI, Laksamana TNI Sigit Winarko saat bertemu Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono di Banyuwangi. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir sejumlah pejabat Bakamla RI dan Komandan Lanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Muhammad Puji Santoso.

    Laksamana Sigit mengatakan, Bakamla memiliki kewenangan melaksanakan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia serta yurisdiksi maritim Indonesia.

    “Untuk mendukung pengamanan maka pembangunan Stasiun pemantau akan didirikan di Banyuwangi. Nantinya fasilitas ini akan dilengkapi early wraning radar, kamera dan peralatan komunikasi lainnya untuk mengantisipasi pelanggaran di laut,” katanya.

    Dikatakan dia, Bakamla telah menginventarisir sejumlah potensi ancaman keamanan maupun potensi pelanggaran yang biasanya terjadi di perairan. Mulai dari illegal fishing hingga imigran gelap.

    “Kami masih terus menginventarisir potensi ancaman pelanggaran hukum di teritorial laut wilayah Banyuwangi,” ujarnya.

    Sementara itu Wakil Bupati Mujiono menyambut baik rencana pembangunan Stasiun Pemantauan di Banyuwangi. Ia mengatakan kehadiran Bakamla akan memperkuat keamanan wilayah.

    Pihaknya menambahkan, Banyuwangi menjadi salah satu pintu masuk vital di ujung timur Pulau Jawa. Maka perlu dijaga keamanannya. Tentunya kehadiran Bakamla di Banyuwangi semakin memperkuat pengamanan wilayah.

    “Sebelumnya di Banyuwangi juga telah terdapat Pangkalan TNI angkalan Laut dan Satpol Airud Polresta Banyuwangi yang turut menjaga wilayah teritori perairan daerah. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang terus menjaga wilayah Banyuwangi,” pungkas Mujiono. [alr/aje]

  • Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono mengatakan, pemkab konsisten mendukung pelestarian budaya, termasuk Seblang. Selain menjaga kekayaan warisan seni budaya nasional, juga untuk memperkuat semangat gotong royong warga. 

    “Menjaga tradisi bukan sekadar untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga upaya menguatkan gotong-royong dan pelestarian budaya. Sehingga tradisi dan budaya lokal tetap tumbuh subur di tengah modernitas,” kata Mujiono. 

    Keotentikan Seblang juga mendapat pengakuan dari wisatawan. Termasuk profesor gamelan dari Amerika, Sumarsam, turut hadir.

    Kaplan Professor of Music dari Wesleyan University ini mengaku kagum dengan keragaman budaya Banyuwangi. Sumarsam sudah tiga hari di Banyuwangi. Dia sedang meneliti kekayaan budaya yang ada di kabupaten ini.

    “Saya sudah melihat Janger Banyuwangi, mendengarkan Mamaca Lontar Yusuf, dan malam ini melihat Seblang Bakungan. Keanekaragaman budayanya sungguh lengkap Banyuwangi,” kata profesor asal Indonesia yang sudah 53 tahun berada di Amerika. 

     

  • Pemuda Lintas Agama di Banyuwangi Peringati Hari Lahir Pancasila di Klenteng Hoo Tong Bio

    Pemuda Lintas Agama di Banyuwangi Peringati Hari Lahir Pancasila di Klenteng Hoo Tong Bio

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemuda dari berbagai lintas agama di Banyuwangi menyatu dalam peringatan hari lahir Pancasila, di pelataran Klenteng Hoo Tong Bio, Sabtu malam (14/6).

    Acara ini diikuti berbagai organisasi kepemudaan lintas agama. Seperti Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, Pemuda LDII, Pemuda Konghucu, Pemuda GKJW, Organisasi Kemahasiswaan,

    Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Ketua DPRD I Made Cahyana Negaraha, dan perwakilan Forkopimda.

    “Forum ini merupakan semangat persatuan dan keberagaman yang selama ini dijunjung tinggi oleh Banyuwangi,” kata Wabup Mujiono.

    Mujiono menegaskan keberagaman adalah kekuatan utama Banyuwangi. Menurutnya, harmoni antarwarga yang berbeda suku, budaya, dan agama menjadi kunci kemajuan daerah.

    Ia menggambarkan Banyuwangi sebagai miniatur Indonesia. Masyarakat dari berbagai latar belakang hidup berdampingan, mulai dari suku Using, Jawa, Madura, Bali, Tionghoa, Mandar, Arab, ada juga kepercayaan Kejawen dan lainnya.

    “Banyuwangi terus berkembang pesat karena semua elemen masyarakatnya kompak, menyatu, dan saling menghargai perbedaan. Inilah Bhinneka Tunggal Ika,” ungkapnya.

    Mujiono juga berpesan, Pancasila harus menjadi kompas di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi. Setiap informasi harus disaring agar tidak menyesatkan.

    “Pancasila diibaratkan sebagai pondasi rumah yang kokoh, melindungi penghuninya dari segala guncangan, memastikan setiap tindakan tidak keluar dari nilai-nilai luhur sila pertama hingga kelima,” ujar Wabup.

    Ketua Panitia Marco Wiliam menambahkan, bahwa acara ini digelar kolaborasi Pemuda Lintas Agama yang menginginkan Banyuwangi aman, damai, rukun, tanpa adanya permusuhan meski berbeda keyakinan.

    “Semua elemen terlibat. Mulai dari konsumsi hingga perlengkapan acara ini, kita gotong royong bareng. Kami harapkan nilai-nilai Pancasila terus tumbuh subur di kalangan masyarakat, terutama kalangan pemuda,” pungkasnya. [alr/aje]

  • Pengelolaan Sampah Banyuwangi Jadi Rujukan Nasional, DPD RI Tinjau Langsung ke Lokasi

    Pengelolaan Sampah Banyuwangi Jadi Rujukan Nasional, DPD RI Tinjau Langsung ke Lokasi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pengelolaan sampah secara sirkular yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendapat perhatian dari Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Praktik baik yang telah dijalankan Banyuwangi itu menjadi acuan dalam perumusan kebijakan persampahan nasional.

    Deputi Bidang Persidangan DPD RI, Oni Choituddin, menyebut Banyuwangi berhasil mengelola sampah secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat hingga sektor swasta.

    “Praktik baik dari Banyuwangi ini layak menjadi contoh bagi daerah lain. Inilah pertimbangan kami menggelar FGD di sini untuk mendapatkan masukan yang lebih komprehensif terkait tata kelola persampahan,” ujar Oni saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) terkait pengelolaan persampahan di Banyuwangi.

    Ia menegaskan, hasil diskusi yang digelar di Banyuwangi akan dilaporkan ke pimpinan DPD RI dan dibawa ke masa sidang berikutnya untuk dijadikan dasar kebijakan nasional di bidang persampahan.

    “Praktik-praktik yang ada di Banyuwangi akan kami laporkan ke pimpinan dan akan dibahas pada masa sidang berikutnya,” tambah Oni.

    Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono menjelaskan bahwa penanganan sampah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Pemkab telah membangun sistem pengelolaan sampah dari hulu ke hilir melalui berbagai program strategis.

    “Kami membuat regulasi persampahan, mulai peraturan daerah, peraturan bupati, hingga Surat Edaran tentang pengelolaan dan pengurangan penggunaan plastik. Kami juga aktif berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk menangani sampah, seperti Norwegia, Austria dan Uni Emirat Arab,” terang Mujiono.

    Ia menambahkan, sejak tahun 2018, Banyuwangi telah menjalankan Project Stop di Kecamatan Muncar yang mendirikan dua Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R), masing-masing berkapasitas 8 dan 10 ton per hari. Kedua TPS ini menjangkau 10 desa dan telah meraih Plakat Adipura sebagai TPS 3R Terbaik Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

    Selain itu, terdapat TPS 3R di Desa Balak, Kecamatan Songgon dengan kapasitas 84 ton per hari yang melayani 46 desa dari tujuh kecamatan sekitar. Bahkan saat ini, Pemkab Banyuwangi sedang membangun TPS 3R baru di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo, dengan kapasitas 160 ton per hari yang akan menjangkau 37 desa.

    “Selain juga akan dibangun dua terminal sampah Stasiun Peralihan Antara (SPA),” imbuh Mujiono. [alr/beq]

  • Banyuwangi Panen Raya Jagung Serentak, Dukung Swasembada Pangan Nasional 2025

    Banyuwangi Panen Raya Jagung Serentak, Dukung Swasembada Pangan Nasional 2025

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Kabupaten Banyuwangi turut ambil bagian dalam Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II Nasional yang berlangsung Kamis, 5 Juni 2025. Kegiatan panen dihelat di areal Perkebunan New View Glenfaloch, Desa Tegalharjo, Kecamatan Glenmore, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap program swasembada pangan nasional.

    Panen raya jagung ini dilaksanakan serentak secara nasional dan dipimpin langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dari Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, melalui sambungan virtual. Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan apresiasi atas kontribusi semua pihak dalam mendorong ketahanan pangan Indonesia.

    “Swasembada pangan adalah kunci dari keamanan dan kemerdekaan. Tidak ada bangsa yang merdeka kalau tidak bisa memproduksi makanannya sendiri. Hari ini adalah bukti kita sedang menuju cita-cita swasembada pangan. Terima kasih kepada Kapolri, Gubernur, pemerintah daerah dan semua pihak yang telah bersama-sama berusaha mewujudkannya,” kata Presiden Prabowo.

    Di Banyuwangi, panen dilakukan oleh Wakil Bupati Mujiono dan Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol. Rama Samtama Putra, didampingi oleh perwakilan Dandim 0825 Banyuwangi, perwakilan Danlanal, serta Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi, Dwiana Puspita.

    “Banyuwangi terus mendukung program ketahanan pangan nasional Presiden. Terima kasih khusus kepada Polri yang telah mengawal khusus program ini. Juga terima kasih kepada TNI, Bulog dan semua pihak yang juga mendukung penuh upaya tersebut,” ujar Wabup Mujiono.

    Panen di lahan seluas 20 hektar yang dikelola kelompok tani Maju Tani Jaya ini menghasilkan produktivitas sekitar tujuh ton per hektar. Dari jumlah tersebut, panen kali ini mencakup 10 hektar dengan hasil sekitar 70 ton jagung untuk pembibitan.

    Kapolresta Banyuwangi menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional penanaman jagung satu juta hektar, kerja sama antara Polri dan Kementerian Pertanian. Di Banyuwangi, disediakan lahan seluas 650 hektar untuk mendukung program tersebut.

    “Kepolisian melalui bhabinkamtibmas akan terus mendampingi para petani untuk mengawal tercapainya ketahanan pangan daerah. Tidak hanya di lahan 650 hektar yang menjadi target Polres Banyuwangi tapi juga di luar luasan tersebut,” tegas Kapolresta Rama.

    Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, produksi jagung di Banyuwangi menunjukkan tren surplus. Pada tahun 2022 tercatat sebesar 253.857 ton, menurun menjadi 225.416 ton di tahun 2023, dan 209.078 ton pada 2024. Kendati demikian, kebutuhan konsumsi lokal tetap terpenuhi.

    “Setiap tahun kita surplus jagung dari yang diproduksi dibandingkan dengan konsumsi masyarakat,” pungkas Wabup Mujiono. [alr/suf]

  • Pemkab Banyuwangi Komitmen Dukung Percepatan Sertifikasi Aset Wakaf

    Pemkab Banyuwangi Komitmen Dukung Percepatan Sertifikasi Aset Wakaf

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Percepatan sertifikasi aset wakaf yang digerakkan oleh berbagai lembaga mendapat dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono saat menerima audiensi pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Banyuwangi di Lounge Pemkab Banyuwangi.

    “Pemkab siap untuk berkolaborasi dan mendukung upaya-upaya percepatan sertifikasi aset wakaf,” ungkap Mujiono

    Sertifikasi tersebut, menurut Mujiono, sangat penting untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap aset wakaf. “Apalagi wakaf tersebut di tempat-tempat strategis, ini perlu dilakukan percepatan agar tidak menimbulkan polemik di kemudian hari,” tegasnya.

    Potensi tanah wakaf di Banyuwangi berjumlah puluhan ribu bidang yang tersebar di seluruh Desa atau Kelurahan. Penggunaannya mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, rumah ibadah, pemakaman, fasilitas umum hingga lahan produktif.

    “Sebagaimana pesan Ibu Bupati Ipuk, kami akan mempermudah seluruh proses sertifikasi aset wakaf. Kami akan menindaklanjuti ke bawah. Ke camat sampai ke kepala desa dan lurah untuk mengawalnya,” ujar Mujiono.

    Sementara itu, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan Banyuwangi Zain Ihsan mengatakan dukungan dari Pemkab Banyuwangi sangat penting khususnya untuk membangun big data aset wakaf se kabupaten berbasis digital.

    “Saat ini aset wakaf tersebar di desa dan kelurahan. Kami membutuhkan intervensi dari pemerintah daerah agar desa dan kelurahan mendukung inventarisasi aset-aset wakaf tersebut,” kata Zain.

    Menurut Zein, d Banyuwangi aset wakaf yang sudah bersertifikat sebanyak 5613 buah, namun ada ribuan bidang lain yang belum tersertifikasi. “Selain itu kami juga membutuhkan dukungan untuk inventarisir data wakaf tersebut melalui platform digital. Pemkab Banyuwangi sendiri telah berpengalaman dalam bidang ini,” pungkas Zain. [alr/aje]

  • Perayaan Dharmasanti Waisak, Wabup Banyuwangi Ajak Jaga Kerukunan

    Perayaan Dharmasanti Waisak, Wabup Banyuwangi Ajak Jaga Kerukunan

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Ribuan umat Buddha di Banyuwangi merayakan Dharmasanti Waisak 2569 BE dengan penuh sukacita di Vihara Dharma Santi, Desa Kandangan, Pesanggaran, pada Sabtu (31/5/2025). Perayaan ini menjadi momentum silaturahmi dan refleksi umat Buddha usai Tri Suci Waisak.

    Suasana khidmat menyelimuti vihara. Umat dari berbagai usia larut dalam puja bakti, meditasi, dan prosesi pradaksina. Hadir pula para Bhikkhu, perwakilan majelis, ormas keagamaan Buddha, serta perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), menandai kuatnya toleransi di Bumi Blambangan.

    Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, yang turut hadir, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga kerukunan antarumat beragama. Ia menilai perayaan keagamaan seperti Waisak bukan hanya ritual, tetapi juga sarana memperkuat kebersamaan dan nilai kemanusiaan.

    “Waisak adalah hari suci yang penuh makna, mengajarkan kita tentang kasih sayang, kedamaian, dan kebijaksanaan. Nilai-nilai luhur ini sangat relevan untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, demi terciptanya masyarakat yang harmonis dan penuh toleransi,” ujar Mujiono.

    Ia menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mendukung semua kegiatan keagamaan sebagai bagian dari upaya merawat kebhinekaan.

    “Banyuwangi adalah rumah bagi berbagai keyakinan yang hidup berdampingan secara damai. Keberagaman adalah kekuatan kita, dan perayaan seperti Waisak ini adalah wujud nyata indahnya toleransi yang selama ini kita jaga bersama,” tegasnya.

    Ketua PC Magabudhi Banyuwangi, Sumardiyanto, menjelaskan Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, pencapaian pencerahan, dan wafatnya sebagai Buddha. Menurutnya, momen Dharmasanti menjadi ruang memperkuat semangat Dharma dan membangun harmoni sosial di tengah masyarakat. [alr/beq]

  • Polisi Bongkar Arena Sabung Ayam di Pasar Kemis Kabupaten Tangerang – Page 3

    Polisi Bongkar Arena Sabung Ayam di Pasar Kemis Kabupaten Tangerang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Polresta Tangerang membongkar lokasi arena sabung ayam di Kampung Ilat, Desa Pangadegan, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Kapolresta Tangerang, Kombes Pol Baktiar Joko Mujiono, mengatakan pembongkaran dilakukan menindaklanjuti laporan warga yang merasa resah dengan aktivitas ilegal tersebut.

    “Jajarannya langsung segera pengecekan. Respons cepat sesuai atensi Kapolda Banten ‘Pecak’ (Pergelaran Cepat Kepolisian) ini merupakan bentuk komitmen Polresta Tangerang dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah hukumnya,” kata Baktiar, seperti dikutip dari Antara, Minggu (1/6/2025).

    Dia menyebut, pada saat proses eksekusi pembongkaran tim Polsek Pasar Kemis dibantu langsung oleh masyarakat sekitar dengan turun ke lokasi aktivitas sabung ayam itu.

    Dari hasil pengecekan, tidak ditemukan aktivitas sabung ayam saat petugas tiba di lokasi. Namun untuk mencegah berulangnya kegiatan ilegal tersebut, petugas memasang garis polisi (police line) dan langsung membongkar tempat tersebut bersama masyarakat dan aparat desa.

     

  • Dilantik Bupati Jombang, Direktur Perumda Panglungan Siap Usung Sistem Pertanian Terpadu

    Dilantik Bupati Jombang, Direktur Perumda Panglungan Siap Usung Sistem Pertanian Terpadu

    Jombang (beritajatim.com) – Suasana hangat menyelimuti ruang Swagata Pendapa Kabupaten Jombang pada Senin (26/5/2025) saat Bupati Warsubi, secara resmi melantik Agus Mujiono sebagai Direktur Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Perkebunan Panglungan.

    Pelantikan ini bukan sekadar seremonial jabatan, tetapi juga menjadi titik tolak harapan baru terhadap kontribusi nyata BUMD bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    Bupati Warsubi dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada Agus Mujiono. Ia berharap, kehadiran direktur baru ini mampu menggerakkan roda Perumda Perkebunan Panglungan menjadi lebih dinamis dan produktif, sejalan dengan target pembangunan daerah yang berkelanjutan.

    Agus Mujiono, yang baru saja mengemban amanah, tidak datang dengan tangan kosong. Ia membawa gagasan segar dan strategi pengelolaan berbasis efisiensi serta kelestarian lingkungan. Dalam pernyataannya, Agus menegaskan komitmennya untuk menerapkan pola integrated agroforestry farming system, sebuah pendekatan pertanian terpadu yang diyakini mampu menjawab tantangan efisiensi sekaligus menjaga harmoni dengan alam.

    “Dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi dan sistem blocking, kami bisa menekan biaya operasional, meningkatkan produktivitas, serta menghindari kerusakan lingkungan,” ungkapnya penuh keyakinan.

    Sistem pertanian terpadu yang dimaksud menggabungkan berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, peternakan, hingga perikanan dalam satu kawasan yang terintegrasi. Pola ini, menurut Agus, menciptakan agroekosistem yang seimbang dan saling mendukung antar komponen.

    Namun, Agus tidak menampik bahwa memimpin PDP Panglungan bukan pekerjaan ringan. Ia mengibaratkan peran barunya seperti memasuki rumah baru yang memerlukan adaptasi cepat dan jeli. Banyak hal yang harus dipelajari, mulai dari kondisi internal perusahaan, potensi lahan, hingga dinamika sosial masyarakat sekitar.

    “Kami harus memahami betul masalah dan potensi yang ada. Ini penting agar langkah-langkah pembenahan yang kami lakukan bersifat menyeluruh dan berkelanjutan,” ujarnya.

    Agus menekankan bahwa keberhasilan membenahi Perumda Perkebunan Panglungan sangat bergantung pada sinergi dengan masyarakat sekitar serta para pemangku kebijakan. Ia berharap, kolaborasi ini sejalan dengan visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Jombang.

    “Jika PDP Panglungan berjalan selaras dengan RPJMD Bupati, tentu ini akan berdampak positif bagi efektivitas pembangunan daerah. Kami ingin agar keberadaan perusahaan ini memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Jombang,” tegasnya menutup.

    Dengan semangat perubahan, pendekatan ekologis, dan kepemimpinan yang adaptif, Agus Mujiono tampaknya siap membawa PDP Panglungan melangkah ke masa depan yang lebih hijau dan berdampak. Sebuah langkah awal yang layak untuk dinantikan hasilnya. [suf]