Tag: Mujiono

  • Permudah Nelayan, Pemkab Banyuwangi Jemput Bola Urus e-Pas Kecil Gratis hingga Kampung Pesisir

    Permudah Nelayan, Pemkab Banyuwangi Jemput Bola Urus e-Pas Kecil Gratis hingga Kampung Pesisir

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemkab Banyuwangi terus melakukan jemput bola langsung ke pusat kampung-kampung nelayan memfasilitasi para nelayan mengurus pas kecil berbasis elektronik (e-Pas Kecil) gratis.

    E-pas Kecil adalah tanda daftar kapal/ keabsahan kapal berbasis elektronik yang harus dimiliki oleh setiap pemilik kapal 1 – 6 gross ton (GT).

    Fasilitasi pengurusan e-pas kecil ini rutin dilakukan pemkab. Bekerja sama dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjungwangi, tim mendatangi kampung-kampung nelayan untuk memudahkan pengurusan.

    Salah satunya di kampung nelayan kawasan Pantai Blimbingsari, Desa/Kecamatan Blimbingsari. Sebanyak 50 nelayan dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) 17 Nelayan 1 dan KUB 17 Nelayan 2 Blimbingsari mendapat pelayanan administrasi kapal ini. Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono hadir langsung memantau pelaksanaannya.

    “Jemput bola layanan e-Pas Kecil ini rutin kami lakukan. Tiap tahun ada ratusan kapal nelayan yang kita fasilitasi terbitkan e-pas nya. Dan ini akan terus kami gulirkan,” kata Wabup Mujiono.

    E-Pas Kecil untuk menjamin legalitas kapal nelayan sehingga aktivitas pelayaran memiliki status hukum yang jelas. Fungsinya sama seperti STNK kendaraan, memiliki masa berlaku hingga 5 tahun. Selain untuk menunjang keselamatan pelayaran, juga berguna untuk mendata dan memverifikasi ulang kapal-kapal yang ada di seluruh Banyuwangi.

    “Saya imbau bagi nelayan yang belum memiliki dokumen tersebut, agar segera ke Dinas Perhubungan atau Dinas Perikanan Banyuwangi untuk diproses e-Pas kecil,” ujar Mujiono.

    e-Pas Kecil juga bermanfaat untuk memudahkan para nelayan mendapatkan BBM bersubsidi, serta menjamin keamanan pelayaran. Selain itu, Pemkab Banyuwangi dalam kesempatan tersebut juga membagikan bantuan life jacket kepada para nelayan.

    Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi, I Komang Sudira Atmaja menyebutkan kini sudah ada sekitar 600-700 nelayan yang memiliki e-Pas Kecil. “Pemkab akan terus memberikan layanan ini. Kami akan bergilir datang ke kampung-kampung nelayan,” ujar Komang.

    Sementara itu, Ahli Ukur Kapal Seksi Status Hukum dan Sertifikasi Kapal KSOP Kelas III Tanjungwangi, Sugeng Riyadi mengatakan, sebelum adanya e-Pas Kecil, nelayan hanya memegang dokumen berupa selembar kertas yang berisi bukti kepemilikan kapal dan spesifikasinya.

    Kini, dengan sistem berbasis elektronik, nelayan memiliki kartu e-pas dan proses penerbitannya lebih praktis. Nelayan cukup melengkapi berkas identitas dan bukti kepemilikan kapal. Setelah diverifikasi, petugas menerbitkan surat tugas untuk melakukan pengecekan fisik sekaligus pengukuran kapal.

    “Jika berkas permohonan lengkap, kami kemudian melakukan pengukuran kapal, setelah kita tahu ukuran dimensi pokoknya, kita kemudian proses penerbitan e-Pas Kecil,” terangnya. [kun]

  • 6.000 Ton Gula Menumpuk Tak Laku, Petani di Madiun Menjerit 
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        26 Agustus 2025

    6.000 Ton Gula Menumpuk Tak Laku, Petani di Madiun Menjerit Surabaya 26 Agustus 2025

    6.000 Ton Gula Menumpuk Tak Laku, Petani di Madiun Menjerit
    Tim Redaksi
    MADIUN, KOMPAS.com
    – Ribuan petani tebu di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sedang berada di ujung tanduk.
    Sebanyak 6.000 ton gula hasil panen senilai Rp 87 miliar menumpuk di gudang Pabrik Gula (PG) Pagotan, tak laku di pasaran.
    Penyebabnya, gula produksi petani kalah bersaing dengan gula rafinasi impor yang membanjiri pasar dengan harga lebih murah.
    Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Madiun, Mujiono, mengungkapkan keprihatinannya tentang kondisi ini.
    “Sudah lebih dari dua bulan gula petani tidak terjual. Sekitar 300 petani tebu kini menjerit. Bertahan hidup saja sulit.”
    “Apalagi banyak yang mengandalkan pinjaman bank untuk operasional tanam. Jika gula tidak laku, utang mereka terancam tak terbayar,” ujar Mujiono, di Madiun, Selasa (26/8/2025).
    Menurut Mujiono, gula rafinasi impor menjadi biang keladi yang memicu keadaan ini.
    Harganya yang lebih murah, berkisar antara Rp 15.000-Rp 16.000 per kilogram di pasar dan mal, membuat konsumen beralih dari gula petani.
     
    “Kami sudah menurunkan harga hingga Rp 14.500 per kilogram, tapi investor tetap ogah beli. Mereka beralasan gula petani tidak laku di pasaran karena kalah bersaing dengan rafinasi,” kata dia.
    Biasanya, gula produksi Jawa Timur, termasuk dari Madiun, dipasarkan ke luar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi, yang minim pabrik gula.
    Namun, kini permintaan dari wilayah tersebut merosot tajam karena pasar sudah dibanjiri gula rafinasi impor.
    “Pemerintah terlalu membiarkan mafia rafinasi. Akibatnya, gula petani tidak terserap. Ini bukan lagi soal rugi, tapi hidup segan mati tak mau,” ungkap Mujiono.
    Kondisi ini juga mengancam ambisi Pemerintah untuk mencapai swasembada gula. Mujiono menegaskan, tanpa intervensi cepat, banyak petani yang terpaksa berhenti menanam tebu.
    “Kalau petani dibiarkan merana, swasembada gula hanya akan jadi omong kosong. Tahun ini saja, jika tidak segera ditolong, banyak petani yang akan menyerah,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cerita Sukses dari Ujung Timur Pulau Jawa, Cara Cerdas Olah Sampah Jadi Rupiah

    Cerita Sukses dari Ujung Timur Pulau Jawa, Cara Cerdas Olah Sampah Jadi Rupiah

    Liputan6.com, Jakarta Sampah menjadi masalah utama di setiap daerah, termasuk Kabupaten Banyuwangi. Dalam setahun, wilayah paling timur pulau Jawa ini menghasilkan sekira 300 ribu ton sampah.

    Kampanye bijak mengolah sampah digalakkan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Salah satunya, dengan menggelar Festival Sepekan Pilah Sampah yang dipusatkan di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Banyuwangi.

    Kelurahan Bakungan dikenal dengan sebagai salah satu kelurahan yang sangat perhatian pada masalah sampah. Kelurahan tersebut bahkan memiliki pengolahan sampah yang diberi nama Omah Olah Sampah yang dikelola oleh warga setempat.

    “Banyuwangi menghasilkan sekitar 300 ribu ton sampah per tahun, sebagian besar dari rumah tangga. Kalau kita pilah dari rumah, Insya Allah 50 persen sampah tidak perlu ke TPA,” kata Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Rabu (7/8).

    Mujiono mengatakan, Kelurahan Bakungan adalah salah satu wilayah yang memiliki inovasi dan kepedulian tinggi dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, upaya yang dilakukan warga Bakungan patut menjadi contoh bagi kelurahan atau desa lain di Banyuwangi.

    “Bakungan ini luar biasa, memiliki bank sampah, bahkan sudah memanfaatkan teknologi untuk mencatat tabungan sampah warga. Ini bukti bahwa pengelolaan sampah bisa berjalan efektif kalau ada dorongan bersama dari warganya,” ujarnya.

    Lurah Bakungan, Agus Rahmanto mengatakan, kelurahan ini memproduksi sekitar 1-1,5 ton sampah rumah tangga per hari. Dari jumlah tersebut bank sampah yang diberi nama Omah Rembug Inovasi dan Edukasi ini menghasilkan 2 kuintal sampah organik.

    “Sampah organik yang telah dipilah ini kita buat untuk pakan magot, kompos dan pupuk cair. Melalui festival ini, kami ingin mengajak warga khususnya warga Bakungan untuk lebih peduli tentang masalah pengelolaan sampah,” jelasnya.

    Menariknya, Bakungan juga memiliki inovasi pengelolaan sampah berbasis teknologi, yakni ABank Sayang (Aplikasi Bank Sampah Masyarakat Bakungan). Aplikasi ini mencatat tabungan sampah warga secara digital, mulai dari pendaftaran, penimbangan, hingga konversi menjadi saldo yang bisa ditukar dengan hadiah menarik.

    “Warga cukup memilah sampah organik, anorganik, dan residu di rumah, lalu membawanya ke Omah Olah Sampah untuk ditimbang dan dicatat oleh petugas Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),” kata Agus.

    Ketua Bank Sampah Kelurahan Bakungan, Danar Fataros Nurcahyani menambahkan, ke depan pihaknya berencana mengolah sampah anorganik menjadi produk-produk kreatif. Seperti seperti botol bekas untuk dijadikan sofa.

    “Kita masih mencoba, ada beberapa ide yang akan segera kita kerjakan. Kita sedang melengkapi bahan-bahan yang diperlukan,” kata Danar.

    Selama sepekan, festival ini diisi edukasi dasar pengelolaan sampah, sekolah komunitas ramah lingkungan, serta lomba foto dan video bertema Teknologi & Inovasi Hijau yang mengangkat isu pemilahan dan pemanfaatan sampah.

  • Basarnas Bakal Bangun Kantor SAR di Banyuwangi Karena Tingkat Kerawanan Tinggi
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        18 Juli 2025

    Basarnas Bakal Bangun Kantor SAR di Banyuwangi Karena Tingkat Kerawanan Tinggi Surabaya 18 Juli 2025

    Basarnas Bakal Bangun Kantor SAR di Banyuwangi Karena Tingkat Kerawanan Tinggi
    Editor
    BANYUWANGI, KOMPAS.com
    – Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (
    Basarnas
    ) akan membangun kantor SAR di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).
    Selama ini, Pos Siaga SAR di Ketapang Banyuwangi berada di bawah koordinasi kantor SAR Surabaya.
    Sekretaris Utama Basarnas, Dr Abdul Haris Achadi, mengatakan bahwa status pos ini akan ditingkatkan menjadi kantor SAR mandiri dengan dukungan personel dan perlengkapan yang lebih lengkap.
    Sebenarnya, lanjut dia, sejak tahun lalu sudah ada penetapan dari Kementerian PAN-RB. Pos SAR Banyuwangi akan naik status menjadi kantor SAR.
    Artinya secara struktur, berdiri sendiri, tidak lagi di bawah Surabaya.
    “Untuk itu, kami segera membangun Kantor SAR di Banyuwangi,” ujar Haris saat bertemu Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Jumat (18/7/2025).
    Ia menjelaskan, Banyuwangi dipilih, karena memiliki risiko tinggi di jalur laut
    Selat Bali
    , yang menjadi salah satu jalur penyeberangan tersibuk di Indonesia.
    “Oleh karena itu, kehadiran kantor SAR di Banyuwangi penting untuk mempercepat respons
    rescue
    jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam situasi darurat,” kata Haris.
    Untuk mendukung terwujudnya kantor SAR ini, Basarnas membutuhkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.
    “Perlengkapan kantor SAR tentu berbeda dari pos. Kami butuh gudang, alat-alat penyelamatan, gedung administrasi dan fasilitas latihan,” kata dia.
    “Rencananya, dukungan tambahan juga akan diberikan, termasuk kapal penyelamat sepanjang 40 meter yang saat ini masih berada di Surabaya,” kata Haris.
    “Kami berharap tahun ini sudah bisa terealisasi berkat dukungan pemkab,” imbuhnya.
    Wabup Mujiono mengatakan jika Pemkab Banyuwangi akan mendukung pendirian
    Kantor SAR Banyuwangi
    .
    Termasuk penyediaan lahan untuk lahan kantor SAR.
    “Kebetulan kami ada lahan yang bisa dikembangkan. Lokasinya juga di Ketapang, nanti kami akan kaji bersama feasibilitynya,” ujarnya.
    Wabup Mujiono mengaku, pemkab sangat mendukung pendirian Kantor SAR Banyuwangi.
    Ini, kata dia, akan mempercepatan penanganan risiko bila terjadi kebencanaan.
    “Akan segera kami bahas teknis pembangunannya. Nanti akan ada pertemuan lagi lebih teknis,” tutup Mujiono.
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Basarnas Akan Bangun Kantor SAR di Banyuwangi untuk Perkuat Penanganan Kebencanaan
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya Dapat Santunan Rp 10 Juta
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        14 Juli 2025

    Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya Dapat Santunan Rp 10 Juta Surabaya 14 Juli 2025

    Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya Dapat Santunan Rp 10 Juta
    Tim Redaksi
    BANYUWANGI, KOMPAS.com
    – Sebanyak 10 dari 18 keluarga korban tragedi tenggelamnya
    KMP Tunu Pratama Jaya
    menerima santunan sebesar Rp 10 juta.
    Santunan tersebut diserahkan Gubernur Jawa Timur,
    Khofifah Indar Parawansa
    , Sabtu (12/7/2025), di Pelabuhan Ketapang,
    Banyuwangi
    .
    “Dari 18 orang korban meninggal dunia atas tragedi memilukan tersebut, terdapat sebanyak 10 orang masyarakat Jatim,” ujar Khofifah.
    Rincian korban tersebut mencakup delapan orang dari Banyuwangi, satu dari Blitar, dan satu dari Probolinggo.
    Dalam momen emosional tersebut, Khofifah yang didampingi Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, tidak dapat menahan haru saat menyerahkan santunan.
    Isak tangis keluarga korban pun pecah di lokasi tersebut.
    Khofifah berusaha menguatkan para keluarga agar tetap tabah dan mendoakan agar para korban laka laut mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan.
    “Atas berpulangnya para korban laka laut KMP Tunu Pratama Jaya, kami menyampaikan bela sungkawa dan duka cita yang mendalam. Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran,” ucapnya.
    Dalam kesempatan yang sama, Khofifah juga berdialog dengan keluarga korban yang belum ditemukan dan mengajak mereka terus berdoa agar pencarian segera membuahkan hasil.
    Ia menegaskan pentingnya perpanjangan upaya pencarian korban yang telah dilakukan untuk kedua kalinya.
    “Dengan perpanjangan tiga hari kedua, itu artinya kita semua akan terus berikhtiar memaksimalkan upaya pencarian dan penyelamatan ini,” tandasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Beragam Tumpeng Tradisi Takir Sewu Banyuwangi dan Makna di Baliknya

    Beragam Tumpeng Tradisi Takir Sewu Banyuwangi dan Makna di Baliknya

    Setelah kirab selesai, tumpeng yang telah didoakan kemudian dibagikan kepada warga secara merata menggunakan takir, yaitu wadah makanan tradisional dari daun pisang.

    Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono turut hadir dalam acara tersebut. Dikatakannya, untuk melestarikan tradisi tersebut, pemkab telah memasukkan tradisi ini ke dalam agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest). 

    “Kita masukkan B-Fest agar diketahui banyak orang, sehingga ada yang datang ke kampung ini. Dampaknya bisa meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, terutama pedagang UMKM yang ada disini,” ujar Mujiono.

    Wabup juga mengajak masyarakat untuk terus melestarikan warisan budaya. Seperti pada Festival Tumpeng dan Takir Sewu di Sraten ini.

    “Budaya ini harus terus kita uri-uri. Di dalamnya terkandung filosofi luhur tentang rasa syukur, kebersamaan, serta keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.

  • Perkuat Pengamanan Laut, Bakamla RI Bangun Stasiun Pemantauan di Banyuwangi

    Perkuat Pengamanan Laut, Bakamla RI Bangun Stasiun Pemantauan di Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Demi memperkuat pengamanan perairan nusantara, khususunya wilayah perairan Banyuwangi, Badan Kemanan Laut Nasional Republik Indonesia (Bakamla RI) akan mendidirkan stasiun pemantauan di Bumi Blambangan.

    Hal itu disampaikan Direktur Data dan Informasi Deputi Bidang Inhuker Bakamla RI, Laksamana TNI Sigit Winarko saat bertemu Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono di Banyuwangi. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir sejumlah pejabat Bakamla RI dan Komandan Lanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Muhammad Puji Santoso.

    Laksamana Sigit mengatakan, Bakamla memiliki kewenangan melaksanakan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia serta yurisdiksi maritim Indonesia.

    “Untuk mendukung pengamanan maka pembangunan Stasiun pemantau akan didirikan di Banyuwangi. Nantinya fasilitas ini akan dilengkapi early wraning radar, kamera dan peralatan komunikasi lainnya untuk mengantisipasi pelanggaran di laut,” katanya.

    Dikatakan dia, Bakamla telah menginventarisir sejumlah potensi ancaman keamanan maupun potensi pelanggaran yang biasanya terjadi di perairan. Mulai dari illegal fishing hingga imigran gelap.

    “Kami masih terus menginventarisir potensi ancaman pelanggaran hukum di teritorial laut wilayah Banyuwangi,” ujarnya.

    Sementara itu Wakil Bupati Mujiono menyambut baik rencana pembangunan Stasiun Pemantauan di Banyuwangi. Ia mengatakan kehadiran Bakamla akan memperkuat keamanan wilayah.

    Pihaknya menambahkan, Banyuwangi menjadi salah satu pintu masuk vital di ujung timur Pulau Jawa. Maka perlu dijaga keamanannya. Tentunya kehadiran Bakamla di Banyuwangi semakin memperkuat pengamanan wilayah.

    “Sebelumnya di Banyuwangi juga telah terdapat Pangkalan TNI angkalan Laut dan Satpol Airud Polresta Banyuwangi yang turut menjaga wilayah teritori perairan daerah. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang terus menjaga wilayah Banyuwangi,” pungkas Mujiono. [alr/aje]

  • Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Seblang Bakungan, Ritual Berusia Ratusan Tahun yang Melakat di Hati Warga Banyuwangi

    Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono mengatakan, pemkab konsisten mendukung pelestarian budaya, termasuk Seblang. Selain menjaga kekayaan warisan seni budaya nasional, juga untuk memperkuat semangat gotong royong warga. 

    “Menjaga tradisi bukan sekadar untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga upaya menguatkan gotong-royong dan pelestarian budaya. Sehingga tradisi dan budaya lokal tetap tumbuh subur di tengah modernitas,” kata Mujiono. 

    Keotentikan Seblang juga mendapat pengakuan dari wisatawan. Termasuk profesor gamelan dari Amerika, Sumarsam, turut hadir.

    Kaplan Professor of Music dari Wesleyan University ini mengaku kagum dengan keragaman budaya Banyuwangi. Sumarsam sudah tiga hari di Banyuwangi. Dia sedang meneliti kekayaan budaya yang ada di kabupaten ini.

    “Saya sudah melihat Janger Banyuwangi, mendengarkan Mamaca Lontar Yusuf, dan malam ini melihat Seblang Bakungan. Keanekaragaman budayanya sungguh lengkap Banyuwangi,” kata profesor asal Indonesia yang sudah 53 tahun berada di Amerika. 

     

  • Pemuda Lintas Agama di Banyuwangi Peringati Hari Lahir Pancasila di Klenteng Hoo Tong Bio

    Pemuda Lintas Agama di Banyuwangi Peringati Hari Lahir Pancasila di Klenteng Hoo Tong Bio

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemuda dari berbagai lintas agama di Banyuwangi menyatu dalam peringatan hari lahir Pancasila, di pelataran Klenteng Hoo Tong Bio, Sabtu malam (14/6).

    Acara ini diikuti berbagai organisasi kepemudaan lintas agama. Seperti Pemuda Ansor, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, Pemuda Hindu, Pemuda LDII, Pemuda Konghucu, Pemuda GKJW, Organisasi Kemahasiswaan,

    Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Ketua DPRD I Made Cahyana Negaraha, dan perwakilan Forkopimda.

    “Forum ini merupakan semangat persatuan dan keberagaman yang selama ini dijunjung tinggi oleh Banyuwangi,” kata Wabup Mujiono.

    Mujiono menegaskan keberagaman adalah kekuatan utama Banyuwangi. Menurutnya, harmoni antarwarga yang berbeda suku, budaya, dan agama menjadi kunci kemajuan daerah.

    Ia menggambarkan Banyuwangi sebagai miniatur Indonesia. Masyarakat dari berbagai latar belakang hidup berdampingan, mulai dari suku Using, Jawa, Madura, Bali, Tionghoa, Mandar, Arab, ada juga kepercayaan Kejawen dan lainnya.

    “Banyuwangi terus berkembang pesat karena semua elemen masyarakatnya kompak, menyatu, dan saling menghargai perbedaan. Inilah Bhinneka Tunggal Ika,” ungkapnya.

    Mujiono juga berpesan, Pancasila harus menjadi kompas di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi. Setiap informasi harus disaring agar tidak menyesatkan.

    “Pancasila diibaratkan sebagai pondasi rumah yang kokoh, melindungi penghuninya dari segala guncangan, memastikan setiap tindakan tidak keluar dari nilai-nilai luhur sila pertama hingga kelima,” ujar Wabup.

    Ketua Panitia Marco Wiliam menambahkan, bahwa acara ini digelar kolaborasi Pemuda Lintas Agama yang menginginkan Banyuwangi aman, damai, rukun, tanpa adanya permusuhan meski berbeda keyakinan.

    “Semua elemen terlibat. Mulai dari konsumsi hingga perlengkapan acara ini, kita gotong royong bareng. Kami harapkan nilai-nilai Pancasila terus tumbuh subur di kalangan masyarakat, terutama kalangan pemuda,” pungkasnya. [alr/aje]

  • Pengelolaan Sampah Banyuwangi Jadi Rujukan Nasional, DPD RI Tinjau Langsung ke Lokasi

    Pengelolaan Sampah Banyuwangi Jadi Rujukan Nasional, DPD RI Tinjau Langsung ke Lokasi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pengelolaan sampah secara sirkular yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mendapat perhatian dari Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Praktik baik yang telah dijalankan Banyuwangi itu menjadi acuan dalam perumusan kebijakan persampahan nasional.

    Deputi Bidang Persidangan DPD RI, Oni Choituddin, menyebut Banyuwangi berhasil mengelola sampah secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat hingga sektor swasta.

    “Praktik baik dari Banyuwangi ini layak menjadi contoh bagi daerah lain. Inilah pertimbangan kami menggelar FGD di sini untuk mendapatkan masukan yang lebih komprehensif terkait tata kelola persampahan,” ujar Oni saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) terkait pengelolaan persampahan di Banyuwangi.

    Ia menegaskan, hasil diskusi yang digelar di Banyuwangi akan dilaporkan ke pimpinan DPD RI dan dibawa ke masa sidang berikutnya untuk dijadikan dasar kebijakan nasional di bidang persampahan.

    “Praktik-praktik yang ada di Banyuwangi akan kami laporkan ke pimpinan dan akan dibahas pada masa sidang berikutnya,” tambah Oni.

    Sementara itu, Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono menjelaskan bahwa penanganan sampah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Pemkab telah membangun sistem pengelolaan sampah dari hulu ke hilir melalui berbagai program strategis.

    “Kami membuat regulasi persampahan, mulai peraturan daerah, peraturan bupati, hingga Surat Edaran tentang pengelolaan dan pengurangan penggunaan plastik. Kami juga aktif berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk menangani sampah, seperti Norwegia, Austria dan Uni Emirat Arab,” terang Mujiono.

    Ia menambahkan, sejak tahun 2018, Banyuwangi telah menjalankan Project Stop di Kecamatan Muncar yang mendirikan dua Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R), masing-masing berkapasitas 8 dan 10 ton per hari. Kedua TPS ini menjangkau 10 desa dan telah meraih Plakat Adipura sebagai TPS 3R Terbaik Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

    Selain itu, terdapat TPS 3R di Desa Balak, Kecamatan Songgon dengan kapasitas 84 ton per hari yang melayani 46 desa dari tujuh kecamatan sekitar. Bahkan saat ini, Pemkab Banyuwangi sedang membangun TPS 3R baru di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo, dengan kapasitas 160 ton per hari yang akan menjangkau 37 desa.

    “Selain juga akan dibangun dua terminal sampah Stasiun Peralihan Antara (SPA),” imbuh Mujiono. [alr/beq]