Anak 6 Tahun Tewas Tertabrak Mobil Listrik di Jalan Pemukiman Wonokromo Surabaya
Editor
SURABAYA, KOMPAS.com
– Bocah berusia usia 6 tahun, inisial NYA meninggal dunia usai tertabrak mobil listrik di kawasan perkampungan Jalan Jagir Sidomukti VI, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
Mobil listrik tersebut, dikemudikan oleh Margaret Anastasya Poernomo (28), warga Villa Vanesia, Lontar, Sambikerep, Surabaya.
Insiden tersebut terjadi pada Senin (6/10/2025), sekitar pukul 18.29.
Saat kejadian, korban posisinya sedang berkunjung ke rumah neneknya.
Lalu korban bermain sendirian di depan rumah neneknya.
Korban sebenarnya warga Kalibokor Kencana IV.
Kanit Lantas Polsek Wonokromo, Iptu Mujiono, mengatakan bahwa mobil listrik merek WG bernopol L 1593 DBI yang dikendarai Margaret, awalnya melaju dari arah Jalan Jagir Gang Lebar.
Begitu berbelok ke gang sempit, mobil langsung menabrak tubuh bocah NYA.
“Pengemudi mengaku tidak melihat ada anak kecil di depannya,” ujar Iptu Mujiono, Selasa (7/10/2025).
Benturan keras membuat korban mengalami luka parah di kepala dan tangan kiri patah.
Warga yang panik sempat berusaha memberikan pertolongan, tapi nyawa bocah itu tak tertolong.
Petugas PMI mengevakuasi jasad korban ke RSUD dr Soetomo.
Sementara, Margaret langsung diamankan ke Mapolsek Wonokromo untuk diperiksa lebih lanjut.
Kasus tersebut, lalu dilimpahkan ke Satlantas Polrestabes Surabaya.
Warga sekitar berharap, kejadian ini jadi pelajaran agar pengendara lebih waspada, bahkan di jalan kampung yang tampak sepi.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
Bocah Usia 6 Tahun di Surabaya Meninggal Tertabrak Mobil Listrik
.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Mujiono
-
/data/photo/2025/10/07/68e524639d4f8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Anak 6 Tahun Tewas Tertabrak Mobil Listrik di Jalan Pemukiman Wonokromo Surabaya Surabaya 7 Oktober 2025
-

Pisah Sambut Dandim 0825 Banyuwangi, Bupati Ipuk Ucapkam Terima Kasih Serta Terus Ajak Perkuat Sinergi Bangun Daerah
Banyuwangi (beritajatim.com) – Komando Distrik Militer (Kodim) 0825 Banyuwangi resmi berganti pucuk pimpinan dari Letkol (Arh) Joko Sukoyo kepada Letkol (Arm) Triyadi Indrawijaya. Acara pisah sambut berlangsung di Pendopo Sabha Swagata Blambangan dan dihadiri berbagai tokoh penting daerah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam sambutannya mengajak semua pihak untuk menjaga sinergi dalam membangun daerah.
“Selamat datang kepada bapak Letkol Triyadi Indrawijaya. Semoga kedepan kita bisa melanjutkan program baik yang selama ini sudah kami jalankan bersama bapak Letkol (Arh) Joko Sukoyo,” kata Ipuk.
Ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk terus berkolaborasi demi memberikan pelayanan publik terbaik.
“Kami pemerintah daerah siap untuk berkolaborasi, bersinergi, dan mari bersama-sama membangun Banyuwangi agar tetap aman, nyaman, dan terus memberikan pelayan publik yang lebih baik untuk masyarakat,” imbuhnya.
Acara tersebut dihadiri Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Plh Sekda Guntur Priambodo, Ketua DPRD I Made Cahyana Negara, Kapolresta Kombes Pol Rama Samtama Putra, Danlanal Letkol Laut (P) Muhamad Puji Santoso, Anggota DPR RI Sonny Tri Danaparamita, serta tokoh agama dan masyarakat.
Bupati Ipuk juga memberikan apresiasi khusus kepada Letkol (Arh) Joko Sukoyo atas dedikasinya menjaga kondusifitas daerah.
“Semoga bapak Letkol Joko Sukoyo beserta keluarga selalu diberi kesehatan, kesuksesan, serta tetap membawa hal-hal baik dari Banyuwangi meski bertugas di tempat yang baru,” ujarnya.
Selama 1,4 tahun bertugas, Joko Sukoyo berhasil menciptakan dua buku yang terinspirasi dari Banyuwangi.
“Selama bertugas di sini, Alhamdulillah saya bisa menuntaskan dua buku yang lahir dari pengalaman di Banyuwangi. Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Bupati, Forkopimda beserta jajaran, dan seluruh mitra kami Banyuwangi atas kebersamaan serta dukungan selama saya bertugas di sini,” jelas Joko.
Sementara itu, Letkol (Arm) Triyadi Indrawijaya yang sebelumnya menjabat sebagai Danyon Armed 8 Uddhata Yudha Jember menyatakan siap melanjutkan sinergi yang sudah terjalin.
“Banyuwangi kini sudah menjadi rumah saya. InsyaAllah kami siap berkarya dan bersinergi bersama Ibu Bupati, pemerintah daerah, kepolisian, dan seluruh stakeholder demi Banyuwangi yang aman, maju, dan sejahtera,” jelasnya.
Adapun Letkol (Arh) Joko Sukoyo kini dipercaya menjabat sebagai Pabandya-2/PNB dan BLU Spaban V/Lakgar Srenaad di Markas Besar TNI AD (Mabesad) Jakarta. [tar/ian]
-

Bupati Banyuwangi Ajak ASN Naik Transportasi Umum Tiap Jumat untuk Dongkrak Pendapatan Sopir
Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemandangan berbeda terlihat di jalanan Banyuwangi pada Jumat pagi (12/9/2025). Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bersama Wakil Bupati Mujiono dan para karyawan Pemkab kompak menggunakan transportasi umum dan ojek online (ojol) saat berangkat kerja.
Langkah ini merupakan bagian dari gerakan rutin setiap Jumat yang diinisiasi Pemkab Banyuwangi untuk meningkatkan pendapatan para sopir angkutan umum. Bupati Ipuk sendiri tampak memesan transportasi online dari rumah menuju Kantor Pemkab.
“Hari ini saya ke kantor naik ojol. Ini adalah gerakan yang akan kita rutinkan mulai Jumat ini dan seterusnya. Seluruh karyawan pemkab akan berangkat dan pulang kerja menggunakan moda transportasi publik, baik kendaraan umum maupun ojek online, termasuk layanan pesan antar,” kata Ipuk.
Menurut Ipuk, gerakan ini diharapkan mampu membantu menambah penghasilan para sopir angkot maupun driver ojol yang saat ini menghadapi penurunan jumlah orderan. “Kami berharap dengan masifnya para karyawan memanfaatkan transportasi umum akan berdampak pada peningkatan pendapatan mereka,” ujarnya.
Dalam perjalanannya, Ipuk juga menyempatkan berbincang dengan Trisilawati, driver ojol yang mengantarnya. “Sudah enam tahun saya kerja ngojek Bu. Saya ndak malu melakoninya, yang penting halal dan bisa menghidupi lima anak saya,” kata Trisilawati.
Gerakan ini disambut antusias para sopir angkutan. Siti, driver ojol yang baru empat bulan menjalani profesinya, mengaku sangat terbantu. “Di tengah banyak turunnya orderan akhir-akhir ini, program ini sangat membantu kami, bisa untuk menambah pendapatan. Orderan makin banyak kalau tiap Jumat dirutinkan kegiatan ini,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Ian, driver ojol lain yang berterima kasih atas inisiatif Pemkab Banyuwangi. “Terima kasih Bu Ipuk karena memperhatikan kami. Semoga gerakan ini berlangsung rutin sehingga menambah orderan kami,” katanya.
Sebelumnya, Pemkab Banyuwangi juga telah melaksanakan program angkutan sekolah gratis dengan melibatkan puluhan sopir angkot untuk mengangkut pelajar setiap hari. Program ini disebut Ipuk terbukti menambah pendapatan para sopir angkot.
“Alhamdulillah, program ini terbukti mampu menambah pendapatan para mereka,” kata Ipuk. [alr/beq]
-

Permudah Nelayan, Pemkab Banyuwangi Jemput Bola Urus e-Pas Kecil Gratis hingga Kampung Pesisir
Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemkab Banyuwangi terus melakukan jemput bola langsung ke pusat kampung-kampung nelayan memfasilitasi para nelayan mengurus pas kecil berbasis elektronik (e-Pas Kecil) gratis.
E-pas Kecil adalah tanda daftar kapal/ keabsahan kapal berbasis elektronik yang harus dimiliki oleh setiap pemilik kapal 1 – 6 gross ton (GT).
Fasilitasi pengurusan e-pas kecil ini rutin dilakukan pemkab. Bekerja sama dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjungwangi, tim mendatangi kampung-kampung nelayan untuk memudahkan pengurusan.
Salah satunya di kampung nelayan kawasan Pantai Blimbingsari, Desa/Kecamatan Blimbingsari. Sebanyak 50 nelayan dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) 17 Nelayan 1 dan KUB 17 Nelayan 2 Blimbingsari mendapat pelayanan administrasi kapal ini. Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono hadir langsung memantau pelaksanaannya.
“Jemput bola layanan e-Pas Kecil ini rutin kami lakukan. Tiap tahun ada ratusan kapal nelayan yang kita fasilitasi terbitkan e-pas nya. Dan ini akan terus kami gulirkan,” kata Wabup Mujiono.
E-Pas Kecil untuk menjamin legalitas kapal nelayan sehingga aktivitas pelayaran memiliki status hukum yang jelas. Fungsinya sama seperti STNK kendaraan, memiliki masa berlaku hingga 5 tahun. Selain untuk menunjang keselamatan pelayaran, juga berguna untuk mendata dan memverifikasi ulang kapal-kapal yang ada di seluruh Banyuwangi.
“Saya imbau bagi nelayan yang belum memiliki dokumen tersebut, agar segera ke Dinas Perhubungan atau Dinas Perikanan Banyuwangi untuk diproses e-Pas kecil,” ujar Mujiono.
e-Pas Kecil juga bermanfaat untuk memudahkan para nelayan mendapatkan BBM bersubsidi, serta menjamin keamanan pelayaran. Selain itu, Pemkab Banyuwangi dalam kesempatan tersebut juga membagikan bantuan life jacket kepada para nelayan.
Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi, I Komang Sudira Atmaja menyebutkan kini sudah ada sekitar 600-700 nelayan yang memiliki e-Pas Kecil. “Pemkab akan terus memberikan layanan ini. Kami akan bergilir datang ke kampung-kampung nelayan,” ujar Komang.
Sementara itu, Ahli Ukur Kapal Seksi Status Hukum dan Sertifikasi Kapal KSOP Kelas III Tanjungwangi, Sugeng Riyadi mengatakan, sebelum adanya e-Pas Kecil, nelayan hanya memegang dokumen berupa selembar kertas yang berisi bukti kepemilikan kapal dan spesifikasinya.
Kini, dengan sistem berbasis elektronik, nelayan memiliki kartu e-pas dan proses penerbitannya lebih praktis. Nelayan cukup melengkapi berkas identitas dan bukti kepemilikan kapal. Setelah diverifikasi, petugas menerbitkan surat tugas untuk melakukan pengecekan fisik sekaligus pengukuran kapal.
“Jika berkas permohonan lengkap, kami kemudian melakukan pengukuran kapal, setelah kita tahu ukuran dimensi pokoknya, kita kemudian proses penerbitan e-Pas Kecil,” terangnya. [kun]
-
/data/photo/2024/07/04/66863c5534828.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
6.000 Ton Gula Menumpuk Tak Laku, Petani di Madiun Menjerit Surabaya 26 Agustus 2025
6.000 Ton Gula Menumpuk Tak Laku, Petani di Madiun Menjerit
Tim Redaksi
MADIUN, KOMPAS.com
– Ribuan petani tebu di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sedang berada di ujung tanduk.
Sebanyak 6.000 ton gula hasil panen senilai Rp 87 miliar menumpuk di gudang Pabrik Gula (PG) Pagotan, tak laku di pasaran.
Penyebabnya, gula produksi petani kalah bersaing dengan gula rafinasi impor yang membanjiri pasar dengan harga lebih murah.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Madiun, Mujiono, mengungkapkan keprihatinannya tentang kondisi ini.
“Sudah lebih dari dua bulan gula petani tidak terjual. Sekitar 300 petani tebu kini menjerit. Bertahan hidup saja sulit.”
“Apalagi banyak yang mengandalkan pinjaman bank untuk operasional tanam. Jika gula tidak laku, utang mereka terancam tak terbayar,” ujar Mujiono, di Madiun, Selasa (26/8/2025).
Menurut Mujiono, gula rafinasi impor menjadi biang keladi yang memicu keadaan ini.
Harganya yang lebih murah, berkisar antara Rp 15.000-Rp 16.000 per kilogram di pasar dan mal, membuat konsumen beralih dari gula petani.
“Kami sudah menurunkan harga hingga Rp 14.500 per kilogram, tapi investor tetap ogah beli. Mereka beralasan gula petani tidak laku di pasaran karena kalah bersaing dengan rafinasi,” kata dia.
Biasanya, gula produksi Jawa Timur, termasuk dari Madiun, dipasarkan ke luar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi, yang minim pabrik gula.
Namun, kini permintaan dari wilayah tersebut merosot tajam karena pasar sudah dibanjiri gula rafinasi impor.
“Pemerintah terlalu membiarkan mafia rafinasi. Akibatnya, gula petani tidak terserap. Ini bukan lagi soal rugi, tapi hidup segan mati tak mau,” ungkap Mujiono.
Kondisi ini juga mengancam ambisi Pemerintah untuk mencapai swasembada gula. Mujiono menegaskan, tanpa intervensi cepat, banyak petani yang terpaksa berhenti menanam tebu.
“Kalau petani dibiarkan merana, swasembada gula hanya akan jadi omong kosong. Tahun ini saja, jika tidak segera ditolong, banyak petani yang akan menyerah,” kata dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5307718/original/087615600_1754476754-1000380229.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Sukses dari Ujung Timur Pulau Jawa, Cara Cerdas Olah Sampah Jadi Rupiah
Liputan6.com, Jakarta Sampah menjadi masalah utama di setiap daerah, termasuk Kabupaten Banyuwangi. Dalam setahun, wilayah paling timur pulau Jawa ini menghasilkan sekira 300 ribu ton sampah.
Kampanye bijak mengolah sampah digalakkan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Salah satunya, dengan menggelar Festival Sepekan Pilah Sampah yang dipusatkan di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Banyuwangi.
Kelurahan Bakungan dikenal dengan sebagai salah satu kelurahan yang sangat perhatian pada masalah sampah. Kelurahan tersebut bahkan memiliki pengolahan sampah yang diberi nama Omah Olah Sampah yang dikelola oleh warga setempat.
“Banyuwangi menghasilkan sekitar 300 ribu ton sampah per tahun, sebagian besar dari rumah tangga. Kalau kita pilah dari rumah, Insya Allah 50 persen sampah tidak perlu ke TPA,” kata Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono, Rabu (7/8).
Mujiono mengatakan, Kelurahan Bakungan adalah salah satu wilayah yang memiliki inovasi dan kepedulian tinggi dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, upaya yang dilakukan warga Bakungan patut menjadi contoh bagi kelurahan atau desa lain di Banyuwangi.
“Bakungan ini luar biasa, memiliki bank sampah, bahkan sudah memanfaatkan teknologi untuk mencatat tabungan sampah warga. Ini bukti bahwa pengelolaan sampah bisa berjalan efektif kalau ada dorongan bersama dari warganya,” ujarnya.
Lurah Bakungan, Agus Rahmanto mengatakan, kelurahan ini memproduksi sekitar 1-1,5 ton sampah rumah tangga per hari. Dari jumlah tersebut bank sampah yang diberi nama Omah Rembug Inovasi dan Edukasi ini menghasilkan 2 kuintal sampah organik.
“Sampah organik yang telah dipilah ini kita buat untuk pakan magot, kompos dan pupuk cair. Melalui festival ini, kami ingin mengajak warga khususnya warga Bakungan untuk lebih peduli tentang masalah pengelolaan sampah,” jelasnya.
Menariknya, Bakungan juga memiliki inovasi pengelolaan sampah berbasis teknologi, yakni ABank Sayang (Aplikasi Bank Sampah Masyarakat Bakungan). Aplikasi ini mencatat tabungan sampah warga secara digital, mulai dari pendaftaran, penimbangan, hingga konversi menjadi saldo yang bisa ditukar dengan hadiah menarik.
“Warga cukup memilah sampah organik, anorganik, dan residu di rumah, lalu membawanya ke Omah Olah Sampah untuk ditimbang dan dicatat oleh petugas Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),” kata Agus.
Ketua Bank Sampah Kelurahan Bakungan, Danar Fataros Nurcahyani menambahkan, ke depan pihaknya berencana mengolah sampah anorganik menjadi produk-produk kreatif. Seperti seperti botol bekas untuk dijadikan sofa.
“Kita masih mencoba, ada beberapa ide yang akan segera kita kerjakan. Kita sedang melengkapi bahan-bahan yang diperlukan,” kata Danar.
Selama sepekan, festival ini diisi edukasi dasar pengelolaan sampah, sekolah komunitas ramah lingkungan, serta lomba foto dan video bertema Teknologi & Inovasi Hijau yang mengangkat isu pemilahan dan pemanfaatan sampah.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5268063/original/039778200_1751197351-1000331564.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Beragam Tumpeng Tradisi Takir Sewu Banyuwangi dan Makna di Baliknya
Setelah kirab selesai, tumpeng yang telah didoakan kemudian dibagikan kepada warga secara merata menggunakan takir, yaitu wadah makanan tradisional dari daun pisang.
Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono turut hadir dalam acara tersebut. Dikatakannya, untuk melestarikan tradisi tersebut, pemkab telah memasukkan tradisi ini ke dalam agenda wisata Banyuwangi Festival (B-Fest).
“Kita masukkan B-Fest agar diketahui banyak orang, sehingga ada yang datang ke kampung ini. Dampaknya bisa meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, terutama pedagang UMKM yang ada disini,” ujar Mujiono.
Wabup juga mengajak masyarakat untuk terus melestarikan warisan budaya. Seperti pada Festival Tumpeng dan Takir Sewu di Sraten ini.
“Budaya ini harus terus kita uri-uri. Di dalamnya terkandung filosofi luhur tentang rasa syukur, kebersamaan, serta keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat,” katanya.

/data/photo/2025/07/18/687a628236941.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/14/68743af3922e6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)