Tag: Muhammad Reza Cordova

  • Ilmuwan BRIN: Mikroplastik di Udara Fenomena Global, Bahkan di Puncak Everest Juga Ada

    Ilmuwan BRIN: Mikroplastik di Udara Fenomena Global, Bahkan di Puncak Everest Juga Ada

    Jakarta

    Belakangan, mikroplastik menjadi perbincangan hangat di Tanah Air. Ini setelah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, partikel plastik berukuran sangat kecil itu ada di udara dan turun bersama air hujan di Jakarta.

    Profesor Riset BRIN di bidang oseanografi, Muhammad Reza Cordova mengatakan fenomena mikroplastik di udara bukanlah suatu kondisi yang hanya terjadi di Jakarta. Namun, ini merupakan fenomena ‘umum’ yang juga terjadi di banyak negara.

    “Ternyata, sepertinya memang seluruh kota-kota besar yang ada di dunia itu, ada mikroplastik yang ada di udara termasuk yang dideposisi nanti akan bersama air hujan,” kata Reza dalam acara detikPagi, Jumat (31/10/2025).

    “Bahkan kalau menurut informasi, Gunung Everest yang tertinggi di dunia itu bahkan sudah ada mikroplastik juga di udaranya,” sambungnya.

    Reza yang juga peneliti pada temuan mikroplastik di air hujan Jakarta tersebut mengatakan dirinya menjadi penasaran, apakah gunung-gunung yang ada di Indonesia juga mengalami hal serupa, seperti Everest.

    “Gunung yang kalau kita healing ke sana (gunung di Indonesia) seharusnya bisa membersihkan paru-paru dari berbagai macam polutan, apakah di sana juga sudah terkontaminasi,” katanya.

    “Kemungkinan iya (terkontaminasi). Tetapi kita harus lebih aware lah. Plastik yang tadinya kita sebarkan saja, kita nggak peduli, ternyata lambat laun bisa kembali ke badan kita,” tutupnya.

    Mikroplastik di Hujan Bukan Berarti Bahaya

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menegaskan keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan berbahaya secara langsung bagi kesehatan.

    “Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji, dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.

    Tapi, Kemenkes tidak menampik bahwa paparan dalam jangka panjang dapat memicu adanya masalah kesehatan yang serius.

    Manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama, yakni melalui makanan dan minuman (seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan) serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.

    Beberapa studi menunjukkan paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Peneliti BRIN Ungkap Air Hujan Jakarta Terkontaminasi Mikroplastik”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Heboh Mikroplastik di DKI, Ilmuwan BRIN Wanti-wanti Ukuran Mr P Bisa Mengkerut

    Heboh Mikroplastik di DKI, Ilmuwan BRIN Wanti-wanti Ukuran Mr P Bisa Mengkerut

    Jakarta

    Jakarta belakangan dihebohkan dengan mikroplastik yang ikut turun bersamaan dengan air hujan. Meskipun tidak berdampak pada kesehatan secara langsung, paparan mikroplastik jangka panjang punya risiko mengganggu kesehatan, tak terkecuali ukuran penis laki-laki.

    Profesor Riset BRIN di bidang oseanografi, Muhammad Reza Cordova mengatakan masalah pada ukuran penis ini disebabkan oleh salah satu jenis bahan aditif kimia bahan pembuatan plastik.

    “Bahkan ada beberapa kajian kan yang menyatakan, bahan aditif material seperti ftalat (phthalates) dapat mengurangi ukuran penis,” kata Reza dalam acara detikPagi Jumat (31/10/2025).

    Tak hanya ukuran, zat-zat aditif dalam mikroplastik juga bisa mengganggu kesuburan pria.

    “Ini jadi satu problematika besar. Kita baru tahu tuh masalah plastik selama ini masalahnya kotor dan lain-lain. Ternyata ada banyak masalah kesehatan yang muncul yang baru diketahui sekarang nih,” katanya.

    “Mikroplastik kan baru diteliti di Indonesia kan mungkin baru sekitar 10-12 tahun terakhir,” sambungnya.

    Reza berharap dirinya bersama para peneliti lain di BRIN dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait bahaya mikroplastik pada kesehatan.

    (dpy/up)

  • Masyarakat Diminta Pakai Masker Cegah Polusi Mikroplastik Setelah Hujan di Jakarta

    Masyarakat Diminta Pakai Masker Cegah Polusi Mikroplastik Setelah Hujan di Jakarta

    Masyarakat Diminta Pakai Masker Cegah Polusi Mikroplastik Setelah Hujan di Jakarta
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan masyarakat mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan meski setelah turun hujan.
    Imbauan ini disampaikan usai adanya temuan tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyatakan bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik.
    “Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman, dikutip dari keterangan pers, Jumat (31/10/2025).
    Aji juga mengimbau masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.
    Penggunaan botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja non-plastik, serta ikut memilah sampah juga dapat mengurangi sampah limbah plastik yang berisiko mencemari lingkungan.
    “Langkah kecil penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan,” kata Aji.
    Sebab, menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama.
    “Melalui makanan dan minuman serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup,” ujar dia.
    Beberapa studi menunjukkan paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh.
    Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.
    “Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji.
    Diketahui, tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebelumnya menyatakan bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik.
    Mikroplastik adalah potongan plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter (mm) dan berpotensi masuk ke dalam jaringan tanah atau terbawa oleh air laut.
    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova mengatakan, mikroplastik dalam air hujan di Jakarta berasal dari degradasi limbah plastik akibat aktivitas manusia.
    Degradasi limbah plastik tersebut melayang ke udara dan terbawa angin bersama dengan debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri sebelum akhirnya turun kembali setelah diguyur hujan.
    Proses ini dikenal sebagai siklus plastik atau atmospheric microplastic deposition.
    Jika terhirup atau tertelan, partikel kecil ini bisa masuk ke dalam tubuh.
    Lama kelamaan, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Kemenkes: Ini Perlu Diwaspadai

    Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Kemenkes: Ini Perlu Diwaspadai

    Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Kemenkes: Ini Perlu Diwaspadai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan masyarakat mewaspadai dampak kesehatan dari penyebaran partikel-partikel plastik yang ikut terbawa ketika hujan turun di Jakarta.
    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan Aji Muhawarman menuturkan, keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan berbahaya langsung bagi kesehatan, tetapi tetap perlu diwaspadai.
    “Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji, dikutip dalam keterangan pers, Jumat (31/10/2025).
    Aji menuturkan, menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama.
    “Melalui makanan dan minuman serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup,” ujar dia.
    Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh.
    Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.
    “Meski begitu, para ahli menegaskan hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu,” sebut dia.
    Sebab, tingkat paparan plastik pada populasi umum masih rendah dan terus menjadi fokus penelitian para ahli.
    Sebagai langkah pencegahan, Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.
    “Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” ujar dia.
    Masyarakat juga disarankan untuk membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja non-plastik, serta ikut memilah sampah.
    Menurut Aji, langkah kecil penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan.
    Diketahui, tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebelumnya menyatakan bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik.
    Mikroplastik adalah potongan plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter (mm) dan berpotensi masuk ke dalam jaringan tanah atau terbawa oleh air laut.
    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan bahwa mikroplastik dalam air hujan di Jakarta berasal dari degradasi limbah plastik akibat aktivitas manusia.
    Degradasi limbah plastik tersebut melayang ke udara dan terbawa angin bersama dengan debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri sebelum akhirnya turun kembali setelah diguyur hujan.
    Proses ini dikenal sebagai siklus plastik atau atmospheric microplastic deposition.
    Jika terhirup atau tertelan, partikel kecil ini bisa masuk ke dalam tubuh.
    Lama kelamaan, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fakta-fakta Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta hingga Surabaya

    Fakta-fakta Air Hujan Mengandung Mikroplastik di Jakarta hingga Surabaya

    Bisnis.com, JAKARTA – Hujan yang biasanya dinantikan untuk menyuburkan tanah, kini dikhawatirkan karena diduga mengandung mikroplastik.

    Penelitian dari BRIN dan Ecoton menyatakan jika hujan di Jakarta dan di beberapa wilayah lainnya di Indonesia mengandung partikel mikroplastik yang berbahaya untuk kesehatan.

    Berikut fakta-fakta hujan mengandung mikroplastik

    1. Temuan Peneliti

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” jelas Reza.

    Reza menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    Sementara itu, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) pada Mei–Juli 2025 melakukan  penelitian kontaminasi mikroplastik di udara ambien di 18 kota/kabupaten di Indonesia.

    2. Kadar kandungan mikroplastik

    Menurut M Reza Cordova mikroplastik dalam air hujan berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik serta degradasi plastik di ruang terbuka.

    Dalam 1 m2 ditemukan 15 partikel mikroplastik berbentuk serat sintetis dan fragmen dari jenis polimer Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien dari ban kendaraan. Temuan BRIN ini didukung penelitian ECOTON dan SEIJ yang menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di Udara Jakarta menempati peringkat teratas dibandingkan kota-kota lain yang diteliti.

    3. Jenis mikroplastik

    Rafika Aprilianti, lebih lanjut kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton ini menyebutkan bahwa Jenis mikroplastik yang ditemukan berupa 2 jenis mikroplastik dominan yaitu serat fiber dan fragmen selain jenis Filamen.

    Jenis Polimer yang ditemukan di udara jenisnya lebih beragam dibandingkan jenis polimer yang ditemukan di udara. Selain 5 jenis polimer yang ditemukan dalam air hujan yaitu : Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen dan polibutadien. Peneliti Ecoton dan SEIJ juga menemukan polimer di udara yaitu : PTFE, Epoxy, Poliisobutylen (karet sintetis), Poliolefin dan silika.

    ”Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik di udara karena 57% kebiasaan membakar sampah plastik akibat buruknya layanan sampah di Indonesia menyumbang tingginya temuan kadar partikel mikroplastik di udara kita” Ungkap Sofi Azilan Aini, Koordinator relawan Riset Mikroplastik.

    Dia mengungkap bahwa Jakarta menjadi kota dengan tingkat kontaminasi mikroplastik udara tertinggi di Indonesia, dengan jmlah 37 partikel dalam periode waktu 2 jam, jauh di atas kota lain seperti Malang 2 partikel mikroplastik dalam periode waktu 2 jam

    4. Sumber Mikroplastik di Udara

    ”Sumber utama mikroplastik di udara berasal dari pembakaran terbuka sampah plastik dan sampah rumah tangga, degradasi produk plastik dan tekstil sintetis, serta emisi kendaraan bermotor akibat gesekan ban dan rem” Ungkap Sofi Azilan Aini

    Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa proses pembakaran plastik dapat menghasilkan partikel mikroplastik dan aerosol sintetis yang bertahan lama di udara dan terbawa angin hingga ratusan kilometer. Ketika partikel-partikel ini bereaksi dengan uap air di atmosfer, mereka dapat turun bersama air hujan dan membentuk fenomena yang kini dikenal sebagai hujan mikroplastik.

    5. Langkah-langkah pencegahan

    Untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor. Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

    Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan. “Kesadaran masyarakat bisa menekan polusi mikroplastik secara signifikan,” ujarnya.

    Menurutnya, hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. “Langit Jakarta sebenarnya sedang memantulkan perilaku manusia di bawahnya. Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya.,” tutup Reza.

    Rekomendasi Kebijakan ECOTON untuk Pemerintah dan Kementerian Lingkungan Hidup

    ECOTON mendorong Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengambil langkah-langkah strategis berikut:

    Melarang pembakaran sampah terbuka dan memperkuat penegakan hukum lingkungan di tingkat kelurahan.
    Meningkatkan fasilitas pemilahan sampah dari sumber serta memperluas jaringan zerowaste cities di setiap kecamatan.
    Mengembangkan sistem pengolahan organik (kompos dan biodigester) untuk mengurangi volume sampah yang berpotensi dibakar.
    Melakukan pemantauan berkala kandungan mikroplastik di udara dan air hujan Jakarta sebagai dasar kebijakan berbasis sains.
    Menguatkan kampanye publik dan pendidikan lingkungan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap pembakaran sampah dan penggunaan plastik sekali pakai.

  • Air Hujan Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Warga Jakarta Gunakan Masker

    Air Hujan Mengandung Mikroplastik, Menkes Imbau Warga Jakarta Gunakan Masker

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan untuk mencegah paparan mikroplastik yang terkandung dalam air hujan Jakarta.

    Hal itu disampaikan Budi Gunadi usai bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

    “Imbauan saya kepada masyarakat dalam beraktivitas di luar, kalau bisa yang paling aman menggunakan masker,” kata Budi. 

    Selain itu, dia juga mengimbau agar masyarakat Jakarta dan sekitarnya mengurangi aktivitas di luar ruangan setelah hujan. Hal tersebut untuk mencegah paparan mikroplastik berlebihan.

    Meski demikian, Budi menjelaskan solusi yang efektif adalah menekan jumlah sampah plastik sehingga polusi mikroplastik dapat berkurang. Dia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera melakukan upaya tersebut.

    “Tapi yang paling penting adalah mengurangi polusi plastik,” ucapnya.

    Di saat yang bersamaan, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mendukung imbauan Budi agar masyarakat mengenakan masker, khususnya saat beraktivitas di luar rumah seusai hujan.

    Pramono juga berkomitmen untuk mengatasi persoalan, bekerja sama dengan stakeholder terkait. Di samping itu, terkait beberapa pohon yang tumbang di Jakarta akibat angin kencang, Pramono sudah menginstruksikan kepada petugas untuk menebang pohon-pohon yang berpotensi membahayakan bagi masyarakat.

    Sebelumnya, Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. 

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

  • Plastik Sudah Tembus Sampai Langit Jakarta, Kok Bisa?

    Plastik Sudah Tembus Sampai Langit Jakarta, Kok Bisa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Air hujan di Jakarta ternyata mengandung partikel mikroplastik. Ini adalah hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dimana kandungan partikel mikroplastik yang sangat berbahaya ini berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer. Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” jelas Reza dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/10/2025).

    Reza menjelaskan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

    Foto: Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
    Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” ujarnya.

    Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

    Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    “Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” tegas Reza.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BPBD: Temuan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta peringatan dini

    BPBD: Temuan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta peringatan dini

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengatakan temuan mikroplastik di dalam air hujan di Jakarta menjadi peringatan dini bagi warga agar menerapkan perilaku yang bersahabat dengan alam, bukan bersikap takut.

    “Ini adalah informasi, peringatan dini, sehingga jangan disalahpahami memberi efek menakutkan,” kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Bidang Pencegahan BPBD DKI Jakarta Rian Sarsono di Jakarta, Jumat.

    Perilaku yang bersahabat dengan alam itu, antara lain tidak lagi membakar sampah secara terbuka (open burning), khususnya plastik, mengelola sampah dari sumber, serta menerapkan gaya hidup sehat sebagai pencegahan paparan mikroplastik yang dapat merusak kesehatan.

    “Informasi ini kita olah dengan bijaksana untuk membentuk keseimbangan antara perilaku manusia dengan dengan alam di sekitarnya. Perilaku kita dalam melakukan, pola hidup bersih dan sehat,” ujar Rian.

    Hal senada disampaikan oleh Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova. Dia menuturkan temuan penelitian pada 2018 itu merupakan alarm tentang kondisi lingkungan yang ditempati masyarakat saat ini, khususnya udara yang dihirup mengandung polutan tambahan, yakni berupa mikroplastik.

    Hasil penelitian tersebut memperlihatkan mikroplastik ditemukan di Jakarta, dengan 3-40 partikel/m2/hari yang jatuh dari udara ke darat. Sumbernnya berasal dari bahan pakaian, yakni poliester dan nilon, penggunaan plastik sekali pakai, serta pengelolaan sampah yang tidak baik, termasuk pembakaran sampah terbuka.

    “Walaupun fenomena ini terjadi lebih lama (dari waktu temuan), tapi ini baru terdeteksi beberapa tahun terakhir, karena alatnya semakin sensitif,” ungkap Reza.

    Lebih lanjut, dia mengatakan BRIN telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar merespon cepat dan mendorong penelitian lanjutan, baik di perairan Jakarta maupun di air hujan.

    Saat ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bekerja sama dengan BRIN untuk melakukan penelitian lanjutan serta menyiapkan usulan standar baku mutu mikroplastik.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 3 Pernyataan BRIN Terkait Temuan Hasil Penelitian Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik – Page 3

    3 Pernyataan BRIN Terkait Temuan Hasil Penelitian Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap, air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Menurut Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova, penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di ibu kota, yang terbentuk dari degradasi limbah plastik melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” kata Reza melalui keterangan tertulis, melansri Antara, Jumat 17 Oktober 2025.

    Dia memaparkan, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

    Menurut dia, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan, yang dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Rata-rata peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta,” terang Reza.

    Reza menilai temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke dalam tubuh melalui air dan makanan.

    Meseki begitu, Reza menyebut penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, studi global menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menimbulkan dampak kesehatan serius, seperti stres oksidatif, gangguan hormon, hingga kerusakan jaringan.

    Berikut sederet pernyataan terkait temuan BRIN air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya dihimpun Tim News Liputan6.com:

     

    Banjir juga memaksa sejumlah karyawan yang gedung kantornya dikepung banjir terpaksa naik perahu karet.

  • Air Hujan di DKI Mengandung Mikroplastik, Pramono Angkat Bicara

    Air Hujan di DKI Mengandung Mikroplastik, Pramono Angkat Bicara

    Jakarta

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung telah meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta untuk mengkaji temuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait air hujan di Jakarta yang mengandung mikroplastik.

    “Kami sebenarnya akan memperkuat data itu. Nanti setelah kajian selesai, saya akan meminta mereka untuk menyampaikan kepada publik,” kata Pramono saat ditemui di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2025).

    Di sisi lain, Pramono menambahkan bahwa terkait polusi udara di Jakarta sendiri telah mengalami penurunan yang signifikan.

    “Mudah-mudahan ini bisa kita jaga bersama-sama,” katanya.

    Sebelumnya, BRIN mengungkap air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik berbahaya yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan.

    Temuan ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

    Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova menjelaskan penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Ibu Kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

    “Mikroplastik ini berasal dari aktivitas manusia di kota besar. Misalnya serat sintetis dari pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran terbuka sampah plastik, serta degradasi plastik di lingkungan terbuka,” katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (16/10/2025).

    Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

    “Siklus plastik tidak berhenti di laut. Ia naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” ujarnya.

    Temuan ini menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu biasa, sehingga dapat terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

    Plastik juga mengandung bahan aditif beracun seperti ftalat, bisfenol A (BPA), dan logam berat yang dapat lepas ke lingkungan ketika terurai menjadi partikel mikro atau nano. Di udara, partikel ini juga bisa mengikat polutan lain seperti hidrokarbon aromatik dari asap kendaraan.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: BRIN Bicara Dampak Mikroplastik di Air Hujan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)