Tinjau Dampak Banjir Jember, Bupati Fawait Kaget Ada Perumahan Berdiri di Bantaran Sungai
Tim Redaksi
JEMBER, KOMPAS.com
– Bupati Jember Muhammad Fawait kaget ada perumahan yang berdiri di bantaran sungai.
Keberadaan perumahan itu diketahui Fawait saat meninjau salah satu lokasi banjir di Kabupaten Jember pada Selasa (16/12/2025) dini hari.
Peninjauan dilakukan saat genangan air belum sepenuhnya surut di Perumahan Villa Indah Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, sekira pukul 01.00 WIB.
Setelah hujan deras yang turun sejak Senin (15/12/2025) siang, sungai-sungai meluap dan merendam permukiman warga di berbagai wilayah.
Sejak sore hingga malam, Jember dikepung banjir yang tercatat terjadi di 20 titik lokasi pada 10 kecamatan. Air masuk ke rumah-rumah warga dan memaksa sebagian keluarga bertahan atau mengungsi.
Berdasarkan informasi BMKG, wilayah Kabupaten Jember sebelumnya telah berada dalam kondisi cuaca ekstrem dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.
Fawait didampingi Ketua TP PKK Jember Ghyta Eka Puspita mendatangi Perumahan Villa Indah, salah satu titik yang terdampak cukup parah.
Di lokasi tersebut, pria yang akrab disapa Gus Fawait itu melihat langsung deretan rumah warga yang berdiri di sepanjang bantaran sungai, dengan kondisi tembok pembatas yang jebol akibat terjangan arus deras.
Air sungai yang meluap dengan cepat masuk ke permukiman dan merendam puluhan rumah warga, sehingga sebagian harus mengungsi ke tenda darurat yang disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember.
Fawait mengaku terkejut mengetahui bahwa batas belakang rumah warga hanya dibangun dengan tembok setinggi sekitar satu meter, yang dinilai tidak memadai untuk menahan luapan sungai.
“Terkait perumahan seperti ini, tentu kami akan memanggil pihak developer, dan kami akan pelajari terlebih dahulu, apakah perumahan ini memang didirikan di bantaran sungai atau tidak,” ucapnya.
“Tapi, sekali lagi, kalau yang kejadian ini, saya pikir bukan masalah irigasi, tetapi ini murni karena letak posisi perumahan ini ada di bantaran sungai,” lanjutnya.
Dalam peninjauan tersebut, Gus Fawait juga menyerahkan bantuan sembako kepada warga yang terdampak bencana.
Berdasarkan laporan BPBD Jember, banjir di Perumahan Villa Indah merendam rumah warga dengan ketinggian air antara 50 hingga 120 sentimeter dan berdampak pada rumah 40 kepala keluarga atau sekitar 200 jiwa.
“BPBD Jember telah mendirikan tiga tenda keluarga sebagai tempat pengungsian sementara bagi warga yang rumahnya masih terdampak genangan,” papar Kepala BPBD Jember Indra Tri Purnomo.
Selain Perumahan Villa Indah, banjir juga meluas ke sejumlah wilayah lain di Kecamatan Patrang, Kaliwates, Sumbersari, Pakusari, Rambipuji, Kalisat, Ledokombo, Arjasa, dan Jelbuk.
Wilayah terdampak mencakup kawasan RS Paru Jember Lor, Kampung Ledok Kebun Lor, Kelurahan Kepatihan, Gladak Kembar, Jalan Bengawan Solo, hingga Desa Nogosari di Kecamatan Rambipuji.
Desa Nogosari tercatat sebagai wilayah dengan dampak terluas, dengan 429 kepala keluarga terdampak banjir luapan sungai.
Secara keseluruhan, BPBD Jember mencatat total 1.271 kepala keluarga (KK) terdampak banjir, dengan kelompok rentan meliputi 16 lansia, 10 balita, dan satu ibu hamil.
Dampak kerusakan akibat banjir meliputi satu rumah rusak berat, satu rumah rusak sedang, satu rumah rusak ringan, dua fasilitas umum terdampak, serta satu jembatan desa putus.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Muhammad Fawait
-
/data/photo/2025/12/16/6940d06b3340d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tinjau Dampak Banjir Jember, Bupati Fawait Kaget Ada Perumahan Berdiri di Bantaran Sungai Surabaya 16 Desember 2025
-

100 Becak Listrik Dibagikan untuk Pengayuh Lansia di Jember
Jember (beritajatim.com) – Pemerintah membagikan seratus unit becak listrik untuk pengayuh lanjut usia (lansia) di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pemerintah daerah akan menyiapkan tempat pengisian batere di halte-halte bus.
Dinas Perhubungan Jember mencatat ada 989 pengayuh becak yang beroperasi di Jember. Pengayuh berusia lanjut usia (lansia) menjadi prioritas.
“Becak ini dari kantong pribadi Pak Prabowo Subianto. Yang kami utamakan adalah lansia dulu, di atas 60 tahun,” kata Wakil Ketua Yayasan Gerakam Solidaritas Nasional (GSN) Nanik Sudarwati Deyang, usai penyerahan becak listrik, di Pendapa Wahyawibawagraha, Minggu (14/12/2025).
Saat ini ada lima ribu unit becak listrik yang akan dibagikan di Jawa yang diprioritaskan untuk pengayuh lansia dulu. “Kata Pak Prabowo, insyaallah beliau sehat, beliau punya rezeki akan pesan lagi, karena memang keinginan beliau tidak boleh mereka yang sepuh ini ngonthel becak. Jadi insyaallah di sini juga bertahap nanti kami akan berikan,” kata Deyang.
Menurut Deyang, tidak semua pengayuh becak, terutama lansia, bisa beralih profesi. “Kalau kita berikan modal belum tentu bisa, karena mereka rata-rata menjadi penarik becak selama 30 sampai 50 tahun,” katanya.
Becak listrik ini, menurut Deyang, mempermudah para penarik becak mencari nafkah. “Kalau dia terus ngos-ngosan, mohon maaf, Pak Prabowo menangis melihat ini. Sangat tidak manusiawi. untuk negara yang kaya raya seperti ini, Indonesia yang merdeka sudah 80 tahun. Jadi beliau ingin meringankan beban pengayuh becak lansia,” katanya.
Becak listrik tersebut merupakan produksi PT Pindad (Persero) atau Perindustrian TNI Angkatan Darat dengan garansi perbaikan selama satu tahun. Deyang berharap pemerintah daerah menindaklanjuti pemberian becak listrik ini dengan memfasiltasi perbaikan. “Suku cadangnya mudah dicari, di toko-toko sepeda ada,” katanya.
Bupati Muhammad Fawait berterima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto. “(Becak listrik) ini bukan dari APBN, tapi dari murni kantong pribadi Presiden,” katanya.
Fawait berjanji akan memikirkan cara perbaikan becak-becak listrik itu setelah masa garansi selesai. “Kami sudah sampaikan ke Dinas Perhubungan agar di halte-halt disediakan tempat untuk men-charge becak ini,” katanya. [wir]
-

PPP Jatim Minta Bupati Fawait Pastikan Keberadaan Kantor DPC di Jember
Jember (beritajatim.com) – Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Timur meminta Bupati Muhammad Fawait membantu kepastian keberadaan kantor sekretariat dewan pimpinan cabang itu di Kabupaten Jember.
Wakil Sekretaris DPW PPP Jatim Ahmad Jauhari yakin kepengurusan DPC di Jember cukup solid untuk memenuhi syarat verifikasi faktual keabsahan sebagai peserta pemilu mendatang. Tinggal sekarang kantornya. Ini tantangan ke depan,” katanya, saat membuka Latihan Kepemimpinan Kader Dasar, di Hotel Royal, Jember, Sabtu (13/12/2025).
Saat ini kantor DPC PPP Jember diletakkan di Pondok Pesantren Raudlatus Sholihin yang dikelola keluarga besar sang ketua Madini Farouq. Hal ini dikarenakan kantor PPP di Jalan Karimata tengah disengketakan dengan Ketua DPC sebelumnya, Sunardi.
“Eksistensi partai itu ada pada sekretariat. Ada pada kantor. Ada papan nama,” kata Jauhari.
Jauhari meminta perwakilan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jember yang hadir dalam pembukaan acara LKKD itu untuk menyampaikan persoalan kantor ini kepada Bupati Muhammad Fawait.
“Kami pengusung Bupati Gus Pawaid. Ini penting karena bagaimana mana pun, kantor adalah tempat pelayanan dasar sebuah organisasi,” kata Jauhari. [wir]
-

Di Acara Selawatan, Bupati Jember Paparkan Program Beasiswa-Kesehatan
Jakarta –
Apel Shalawat Kebangsaan di Lapangan Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Bunga Desaku (Bupati Ngantor di Desa dan Kelurahan). Kegiatan ini tidak hanya diisi lantunan selawat kebangsaan, tetapi juga menjadi sarana komunikasi langsung antara Pemerintah Kabupaten Jember dan masyarakat desa.
Kegiatan yang mengusung tema ‘Membangun Jembatan Hati Melalui Shalawat Kebangsaan’ ini dihadiri ratusan warga dari berbagai lapisan, tokoh agama, tokoh masyarakat, perangkat desa, serta jajaran Pemerintah Kabupaten Jember.
Bupati Jember, Muhammad Fawait atau akrab disapa Gus Fawait menegaskan selawat bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan perekat nilai kebangsaan, persatuan, dan kepedulian sosial. Ia secara langsung menyampaikan berbagai program strategis Pemkab Jember yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
“Pemerintah Kabupaten Jember ingin memastikan bahwa program-program yang kami rancang tidak hanya terdengar di kota, tetapi benar-benar sampai dan dirasakan oleh masyarakat desa,” tegas Gus Fawait dalam keterangannya, Sabtu (13/12/2025).
Salah satu program utama yang disampaikan adalah Beasiswa Cinta Bergema. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2025, ribuan mahasiswa telah menerima manfaat beasiswa yang disalurkan langsung ke rekening kampus masing-masing, guna memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Menariknya, tahun 2025 menjadi tonggak baru dengan hadirnya kategori Beasiswa Santri. Program ini menyasar santri dari keluarga kurang mampu, tidak hanya mencakup biaya UKT, tetapi juga bantuan biaya hidup (living cost) sebesar Rp 500.000 per bulan selama enam bulan, yang ditransfer langsung ke rekening mahasiswa penerima.
Program tersebut mencakup pemeriksaan kesehatan, pengobatan, hingga layanan persalinan bagi ibu hamil, tanpa dipungut biaya.
Gus Fawait juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan kanal pengaduan Wadul Guse, sebagai sarana menyampaikan keluhan, aspirasi, maupun laporan pelayanan publik. Menurutnya, pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang mau mendengar.
Ia menekankan, seluruh program Pemkab Jember, baik di bidang pendidikan, kesehatan, administrasi kependudukan, hingga sosial-keagamaan, harus dipahami oleh masyarakat desa, termasuk di Kecamatan Tempurejo.
(prf/ega)
-
/data/photo/2025/12/03/693056f1eba70.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
BUMN Ini Tidak Tahu Ada Warga Miskin Ekstrem Tinggal di Tengah Lahannya Regional 6 Desember 2025
BUMN Ini Tidak Tahu Ada Warga Miskin Ekstrem Tinggal di Tengah Lahannya
Editor
JEMBER, KOMPAS.com
– PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 1 Regional 5 Surabaya mengaku tidak mengetahui bahwa ada warga miskin ekstrem yang tinggal di tengah lahannya.
Hal ini berbanding terbalik dengan pantauan tim
Ekspedisi Nusaraya Kompas.com
saat mengunjungi
Perkebunan Kopi Silosanen
pada Jumat (28/11/2025). Perkebunan itu berada di bawah pengelolaan
PTPN 1 Regional 5
.
Di tengah perkebunan yang ada di Desa Mulyorejo, Kecamatan Silo, Kabupaten
Jember
, Jawa Timur, itu banyak warga yang tinggal di rumah yang tidak layak.
Di samping itu, data Pemerintah Kabupaten Jember menunjukkan bahwa ada 22.043 jiwa atau 5.325 KK warga
miskin ekstrem
yang berada di area perkebunan BUMN di Jember.
Hal ini menjadi ironi karena dengan jumlah
warga miskin ekstrem
yang banyak, PTPN justru tidak mengetahuinya.
“Terkait untuk yang definisi miskin ekstrem, kami tidak mengetahui, Pak,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kasubag Kesekretariatan & Humas PTPN I Regional V Surabaya, M Syaiful Rizal saat dihubungi tim
Ekspedisi Nusaraya Kompas.com
, Senin (1/12/2025).
Namun demikian, Rizal mengakui bahwa banyak warga yang tinggal dan menetap di tengah lahan PTPN. Menurutnya, lahan yang ditempati warga itu adalah lahan eks bengkok atau lahan milik desa yang berada di tengah lahan PTPN, bukan lahan milik PTPN seperti pengakuan warga.
Warga itu bekerja di PTPN sebagai pekerja borongan atau tenaga harian lepas. Mereka akan bekerja jika PTPN sedang membutuhkan tenaganya.
“Di Kebun Silosanen itu, ada masyarakat yang saya tahu, yang tinggal di tengah-tengah kebun, tapi itu bukan lahan PTPN. Itu lahannya eks bengkok atau lahan desa yang memang di luar HGU (Hak Guna Usaha), di luar kebun milik PTPN, yang memang ditinggali masyarakat, yang juga dalam kesehariannya masyarakat di situ bekerja sebagai pekerja borongan. Ada yang bekerja lepas, ada yang bekerja borongan,” kata Rizal.
Rizal menyampaikan, jumlah tenaga borongan di
Perkebunan Silosanen
sebanyak 15.453 orang. Mereka berasal dari Desa Pace dan Desa Mulyorejo yang meliputi Dusun Baban Timur, Baban Barat dan Silosanen.
Jika musim panen kopi, penghasilan mereka Rp 57.000 – Rp 60.000 per hari. Namun jika tidak musim panen, penghasilan mereka tidak menentu.
Pantauan tim
Ekspedisi Nusaraya Kompas.com
di Perkebunan Silosanen, banyak warga yang hidupnya memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah sederhana yang disediakan oleh PTPN. Mereka bahkan tidak memiliki sejengkal tanah pribadi.
Salah satunya adalah Buniman (65) yang tinggal di Afdeling Kampongan. Sampai saat ini, meski sudah bertahun-tahun tinggal di tengah lahan perkebunan, bahkan sejak dari kakek buyutnya, Buniman tidak memiliki sejengkal tanah pun. Rumah yang ditempatinya sejak lahir bukan miliknya pribadi.
“Saya memang lahir di sini,” katanya dalam bahasa Madura.
Buniman bekerja sebagai pekerja harian lepas atau yang disebut sebagai pekerja borongan. Karena statusnya ini, pekerjannya tidak menentu. Jika tidak waktunya panen, dia hanya dipekerjakan 5 hari hingga 7 hari dalam 15 hari dengan upah Rp 40.000 per hari.
Penghasilan ini jauh dari kata cukup. Sebab Buniman menjadi tulang punggung keluarga untuk enam anggota keluarganya.
Di rumah yang sempit dan sudah lapuk itu, Buniman tinggal bersama istrinya bernama Iyem (62) yang kini sedang sakit stroke; anak ketiga, keempat dan kelimanya yang bernama Iflah (31), Umar (26) dan Ferdi (19); serta dua cucunya yang merupakan anak dari Iflah.
Sedangkan anak pertamanya bernama Sinar meninggal dunia dan anak keduanya bernama Baihaqi bekerja sebagai buruh bangunan di Bali.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Buniman terkadang bekerja menggarap lahan warga yang ada di luar kebun dengan upah Rp 50.000 per hari. Pekerjaan ini pun tidak menentu karena bergantung pada warga yang membutuhkan tenaganya.
“
Mon tadek kalakoan e kebbun, tak alakoh. Kadeng mon bedeh petani, alakoh ka petani
(Kalau tidak ada pekerjaan di kebun PTPN, kadang bekerja ke petani kalau ada petani yang butuh merawat tanaman),” katanya.
Sebagai tambahan penghasilnya pula, Buniman memelihara dua ekor sapi. Bukan miliknya, sapi itu adalah milik orang lain yang dipeliharanya. Hasilnya nanti akan dibagi dua dengan pemilik.
“
Ngalak owanan
(mengambil peliharaan),” katanya.
Bupati Jember Muhammad Fawait mengakui bahwa jumlah warga miskin ekstrem di Jember masih tinggi, bahkan tertinggi di Jawa Timur.
Dia bertekat untuk mengatasi itu dengan kendala yang harus dihadapi. Sebab, warga yang miskin ektrem itu tinggal di tengah lahan BUMN.
Gus Fawait menyebutkan salah satu contoh yang menjadi kendala pengentasan kemiskinan ekstrem di tengah lahan PTPN.
Berdasarkan aturan, warga yang bisa mendapatkan bantuan pertanian dari pemerintah adalah petani karena memiliki lahan. Sedangkan, warga yang tinggal di tengah lahan PTPN masuk kategori buruh tani dan tidak punya lahan sehingga tidak bisa menerima bantuan pertanian.
“Yang kami bikin bingung adalah ketika mereka tinggal berada di pinggir perlahan milik BUMN. Tapi kita tidak berpangku tangan. Ke depan, kami akan pikirkan mereka,” katanya.
“Beberapa kendala selama ini kita tidak bisa membantu mereka secara langsung karena mereka tidak punya lahan. Sedangkan secara aturan kan mereka harus punya lahan. Kalau ada bantuan bibit, pupuk, alat pertanian, dan lain sebagainya,” katanya.
Gus Fawait akan berupaya untuk melatih warga yang miskin ekstrem supaya memiliki keterampilan untuk berwirausaha.
“Kami akan melakukan pelatihan. Kami juga akan melatih mereka untuk menjadi UMKM-UMKM baru,” katanya.
Artikel ini merupakan bagian dari perjalanan tim Ekspedisi Nusaraya Kompas.com di Kabupaten Jember, mulai dari 27 November hingga 2 Desember. Klik ini untuk mengikuti seluruh rangkaian perjalanan kami.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Bandara Notohadinegoro tambah rute penerbangan Jember-Denpasar
Rute baru dari Jember ke Denpasar, akan menghubungkan Jember dengan kota lain di sejumlah daerah di Indonesia
Jember, Jawa Timur (ANTARA) – Pengelola Bandara Notohadinegoro di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menambah rute penerbangan yaitu Jember-Denpasar menjelang libur panjang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
“Rute baru dari Jember ke Denpasar, akan menghubungkan Jember dengan kota lain di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Makassar, Balikpapan, Labuan Bajo, Kupang dan Banjarmasin,” kata Bupati Jember Muhammad Fawait di Jember, Rabu.
Sedangkan dari Denpasar ke Jember, juga akan menghubungkan wilayah Tapal Kuda yakni kota sekitar seperti Kabupaten Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso dan Situbondo.
Maskapai Wings Air akan kembali beroperasi di Bandara Notohadinegoro Jember untuk melayani penerbangan rute Jember-Bali dengan menggunakan pesawat jenis ATR.
Penerbangan tersebut dijadwalkan tiga kali dalam sepekan yakni Senin, Rabu dan Jumat, berangkat dari Bandara Notohadiegoro Jember pada pukul 13.00 WIB dan tiba di Denpasar pada pukul 15.20 Wita, sedangkan dari Denpasar, pesawat akan berangkat pada pukul 11.40 Wita dan tiba di Jember pada pukul 12.00 WIB.
“Penerbangan perdana rute Jember-Denpasar melalui Bandara Notohadinegoro Jember segera dimulai pada Jumat (5/12) dengan menggunakan maskapai Wings Air,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Jember Gatot Triyono.
Menurut dia, seluruh persiapan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) di bandara telah rampung, serta pihaknya memastikan bahwa persiapan prasarana dan sarana bandara sudah memadai.
“Termasuk perawatan yang dilakukan secara berkala karena Bandara Notohadinegoro sudah beroperasi sejak lama dan sudah ada penerbangan Jakarta-Jember selama dua kali dalam sepekan,” tuturnya.
Ia mengatakan prasarana dan sarana di bandara semuanya sudah memenuhi standar, termasuk perbaikan dan rehabilitasi di terminal bandara seperti kamar mandi sudah sesuai standar kebandaraan.
“Selain itu, diklat untuk SDM telah selesai karena dua orang SDM pemadam kebakaran sudah tersertifikasi dan perpanjangan lisensi Aviation Security (Avsec) juga sudah selesai,” katanya.
Kendaraan pemadam kebakaran juga telah siap dengan daya semprot yang menjangkau area bandara, bahkan pihak maskapai saat ini tengah mempersiapkan loket dan tempat check-in di bandara.
“Durasi perjalanan dari Jember ke Denpasar atau sebaliknya hanya memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit. Hal itu tentu memangkas waktu tempuh yang minimal mencapai 8 jam jika menggunakan jalur darat,” ujarnya.
Penerbangan tersebut menggunakan pesawat jenis ATR 72 seri 500 atau ATR 72 seri 600 dengan kapasitas 70 penumpang dan harga tiket yang tersedia relatif terjangkau mengingat efisiensi waktu yang didapatkan.
Tiket pesawat dengan rute Jember-Denpasar juga sudah dapat dibeli secara daring melalui platform perjalanan sebesar Rp843.900 hingga Rp855.700, namun tiket promo dengan harga mulai Rp460.000 juga telah disediakan.
“Dengan adanya penerbangan itu, harapan kami ini akan mempermudah konektivitas antara Jember ke Pulau Bali. Saat ni okupansi penerbangan dari Denpasar-Jember sudah terisi 25 persen, sedangkan rute sebaliknya Jember-Denpasar terisi 50 persen lebih,” katanya.
Gatot optimistis bahwa penerbangan Jember-Bali akan meningkat menjelang liburan panjang Natal dan Tahun Baru 2026 karena biasanya banyak warga yang berlibur di Pulau Dewata, sedangkan pekerja asal Jember di Bali juga pulang kampung.
Selama ini, Bandara Notohadinegoro Jember melayani penerbangan Jakarta-Jember dengan maskapai Fly Jaya dengan jadwal dua kali dalam sepekan yakni hari Selasa dan Kamis.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Setahun Lalu Menggagalkan, Sekarang Desak Penyelesaian RTRW Jember
Jember (beritajatim.com) – Tepat medio Agustus 2024, lima dari tujuh fraksi di DPRD Kabupaten Jember, Jawa Timur, menggagalkan sidang paripurna pengesahan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah pada akhir masa kepemimpinan Bupati Hendy Siswanto.
Saat itu, di bawah kepemimpinan Ketua DPRD Jember Itqon Syauqi, enam fraksi menolak penyelenggaraan sidang paripurna untuk mengesahkan RTRW dengan berbagai alasan. Satu-satunya fraksi yang menghendaki Perda RTRW disahkan saat itu hanya PDI Perjuangan dan Partai Keadilan Sejahtera.
Setahun berlalu, setelah gagalnya pengesahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Jember tidak juga memiliki peraturan terbaru mengenai RTRW yang berdampak pada belum adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Perda RTRW yang diacu saat ini adalah Perda Nomor 1 Tahun 2015 pada masa pemerintahan Bupati MZA Djalal.
Kini sejumlah fraksi mendesak agar Pemkab Jember di bawah kepemimpinan Bupati Muhammad Fawait segera menyelesaikan perda tersebut. Budi Wicaksono, juru bicara Fraksi Partai Nasional Demokrat, meminta pemerintah daerah memprioritaskan RTRW sebagai kebutuhan dasar:
“Tata ruang adalah fondasi pembangunan.Tanpa kepastian ruang, investasi, infrastruktur, dan pelayanan publik akan terhambat. Eksekutif perlu menempatkan penyelesaian RTRW sebagai agenda utama,” kata Budi dalam pandangan akhir fraksi terhadap APBD Jember 2026.
Budi mendesak eksekutif bergerak cepat, transparan, dan kolaboratif. “Lambatnya penyelesaian RTRW bukan hanya masalah administratif, tetapi bisa menghambat pembangunan, investasi, dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Intan Permatasari, juru bicara Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, juga mendesak percepatan penyelesaian Perda RTRW Kabupaten Jember terbaru. “Dokumen ini merupakan pedoman penting untuk pembangunan yang terarah dan berkelanjutan,” katanya.
“Kami menekankan perlunya koordinasi yang kuat, kajian lingkungan yang matang, dan penampungan aspirasi masyarakat dalam prosesnya, agar Perda RTRW yang dihasilkan dapat menjadi dasar hukum yang solid untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jember,” kata Intan.
Edo Rahmanta Ersu Putra, juru bicara Fraksi Gerindra, mengingatkan, RTRW adalah ibu dari seluruh peraturan pembangunan. “Tanpa RTRW, banyak raperda dan program pembangunan mandek, terhambat, atau tidak sinkron,” katanya.
Edo tak ingin Jember menjadi daerah yang tertinggal. “Hanya karena dokumen dasar tata ruang belum diselesaikan,” katanya.
Juru bicara Fraksi Partai Golkar Agung Budiman mendorong percepatan pembahasan dan pengesahan Perda RTRW Jember sebagai agenda prioritas. “Perda RTRW bukan sekadar dokumen, melainkan peta jalan menuju Jember yang maju, tertata, dan berkelanjutan,” katanya.
Tanpa Perda RTRW, Agung menyebut Jember menghadapi kondisi darurat tata ruang. “Ketidakpastian regulasi mengancam daya saing daerah, menghambat investasi, dan berpotensi mematikan program strategis seperti pembangunan rumah rakyat. tanpa RTRW yang terkini, pembangunan kita berjalan tanpa arah yang jelas,” katanya.
Ramalan Tabroni Terbukti
Tabroni, anggota Komisi A yang menjadi Ketua Panitia Khusus RTRW DPRD Jember 2019-2024, sebenarnya sudah menyampaikan persoalan yang bakal dihadapi ketika Perda RTRW gagal disahkan pada Agustus 2024.“Ternyata memang benar-benar terjadi. Banyak kendala ketika kita tidak punya Perda RTRW terbaru. Karena tidak punya RTRW yang terbaru, pakai perda lama, Perda Nomor 1 Tahun 2015, yang sudah sangat jauh dari situasi kondisi hari ini,” kata Tabroni, Senin (1/12/2025).
Menurut Tabroni, seandainya saat itu Perda RTRW disahkan, banyak hal yang bisa dilakukan hari ini. “Kita bisa mulai soal RDTR. Kita bisa memetakan lebih gamblang hal-hal terkait program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Lahan Sawah Dilindungi (LSD),” katanya.
“Tapi karena kita tidak bersepakat saat itu, tentu banyak soal (yang muncul). Terutama investasi dari luar ke Jember tidak bisa melihat secara jelas di mana posisi industri, pertambangan, pariwisata, secara detail. Tidak ada pedoman standar yang diakui secara hukum,” kata Tabroni.
“Padahal pengusaha kalau berinvestasi tentu memberikan banyak lapangan pekerjaan kepada rakyat di Jember. Potensi pariwisata kalau berkembang tentu memberikan penghidupan kepada masyarakat di tempat yang berpotensi pariwisata tersebut,” kata Tabroni.
Pada akhirnya, politisi PDI Perjuangan ini menyebut, pemerintah dan rakyat Jember dirugikan oleh gagalnya pengesahan Perda RTRW pada Agustus 2024 itu. “Banyak hal yang menjadi bagian dari potensi Jember tidak berkembang,” katanya.
Nasi Jadi Bubur
Nasi sudah jadi bubur. Tabroni meminta Pemkab Jember untuk terus mengupayakan terbitnya Perda RTRW kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasonal. “Kami tidak tahu apa dilakukan Pemkab Jember. Tidak ada situasi di mana kami melihat ada upaya untuk melakukan pergerakan agar perda ini lahir,” katanya.Apalagi, lanjut Tabroni, banyak pejabat di Dinas Cipta Karya Jember yang sejak awal mengawal Perda RTRW hingga terbitnya persetujuan substansi dari Kementerian ATR/BPN pada 2024 sudah dimutasi. “Pejabat baru yang menggantikan harus belajar dari lagi nol,” katanya.
Wahyu Prayudi Nugroho, anggota Komisi B DPRD Jember, mengingatkan adanya perbedaan LP2B saat ini dengan LP2B dalam Perda RTRW Nomor 1 Tahun 2015. “LP2B dalam Perda RTRW tersebut sekitar 101.600 hektare. Setelah Perda RTRW itu, muncul beberapa kali surat keputusan bupati yang menyebut luas LP2B Jember sekitar 86.700 hektare,” katanya.
Kondisi ini, menurut Nugroho, membuat masyarakat petani bingung. “Lahan sawah yang mereka miliki ini masuk di area LP2B atau tidak? Kalau masuk area LP2B seharusnya tidak akan mudah untuk dialihkanfungsikan,” katanya.
Ketiadaan perda RTRW terbaru, menurut Nugroho, membuat arah pembangunan Jember tidak jelas. “Arah pembangunan kita jadi amburadul. Mana wilayah yang seharusnya dikembangkan untuk area pergudangan atau area perumahan, mana yang seharusnya dipertahankan untuk area bercocok tanam atau persawahan untuk meningkatkan ketahanan pangan,” katanya.
“Pembangunan di Kabupaten Jember ini diiibaratkan tidak punya peta. itu. Jadi akhirnya, satu ketahanan pangan yang merupakan program unggulan pemerintah kita saat ini, tidak akan bisa mudah dipertahankan, tidak bisa mudah untuk dilindungi,” kata Nugroho.
“Kalau lahan-lahan sawah ini tidak bisa dilindungi, maka sektor yang paling banyak berkontribusi untuk ekonomi di Kabupaten Jember akan terganggu,” kata Nugroho. [wir]
-

Pemkab Jember Raih 5 Penghargaan, Gus Fawait: Buah Kerja Kolektif Warga
Jakarta –
Pemerintah Kabupaten Jember meraih lima penghargaan bergengsi di tingkat nasional dan regional hanya dalam kurun waktu lima hari, yakni di antara 25 – 29 November 2025.
Rentetan prestasi itu menegaskan posisi Jember di bawah kepemimpinan Bupati Jember Muhammad Fawait sebagai daerah yang progresif dalam pembangunan dan tata kelola publik. Dalam kesempatan ini, Gus Fawait menegaskan bahwa kesuksesan tersebut adalah hasil dari kerja kolektif semua pihak di Jember.
“Ini bukan semata-mata lantaran capaian pemerintah daerah, tetapi buah kerja kolektif warga Jember,” terangnya melalui keterangan tertulis, Minggu, (30/11/2025).
Diketahui, penghargaan pertama adalah penghargaan Detik.com Awards 2025 Jakarta, Gus Fawait dinobatkan sebagai Tokoh Pendorong Pluralisme dan Kesejahteraan Pendidik Agama oleh detikcom.
Penghargaan tersebut diberikan atas program Insentif Guru Ngaji dan Pengajar Agama Lintas Agama yang sukses menjangkau sebanyak 22 ribu pendidik. Program itu disoroti karena sifatnya yang inklusif dan mekanisme penyaluran dana yang transparan melalui transfer langsung, menjadikannya model nasional untuk penguatan harmoni dan kesejahteraan lintas agama.
Ketiga, Forikan Jatim Award 2025. Masih pada 27 November 2025, Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Jember, yang diketuai Ning Ghyta Eka Puspita, dianugerahi penghargaan sebagai Forum Teraktif dalam Penyajian Data Stunting.
Jember dinilai berhasil mengintegrasikan gerakan peningkatan konsumsi ikan. Yakni, dengan menggunakan sistem validasi data yang efektif untuk mempercepat upaya penurunan angka stunting di wilayahnya.
Kelima, pada KI Award Jatim 2025, 29 November 2025. Kabupaten Kembali meraih predikat Informatif dengan perolehan skor tinggi 98,11. Penghargaan ini menggarisbawahi komitmen Jember terhadap transparansi publik dan inovasi layanan informasi.
Selain itu, dua desa Jember, yakni Desa Sidomukti (Menuju Informatif) dan Desa Sidomulyo (Informatif), juga turut diapresiasi.
Raihan lima penghargaan dalam waktu singkat ini secara signifikan menempatkan Jember sebagai salah satu daerah dengan kinerja pemerintahan yang paling adaptif dan progresif di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Gus Fawait menambahkan, prestasi itu akan menjadi motivasi bagi Pemkab Jember untuk terus memperkuat tata kelola pemerintahan dan memastikan setiap program strategis berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
(akn/ega)
-

Jember Raih 5 Penghargaan dalam Seminggu, Gus Fawait Tekankan Kerja Sama
Jakarta –
Bupati Jember Muhammad Fawait (Gus Fawait) mengapresiasi pihaknya yang menorehkan capaian luar biasa pada penghujung November 2025.
Dalam kurun 25-29 November, Pemkab Jember berhasil meraih lima penghargaan nasional dan regional sekaligus. Menanggapi capaian lima penghargaan dalam lima hari, Gus Fawait menegaskan penghargaan tersebut merupakan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat.
“Ini bukan semata capaian pemerintah daerah, tetapi buah kerja kolektif warga Jember-mulai dari pendidik agama, kader kesehatan, pelaku koperasi, hingga aparat desa. Kami akan terus menjaga ritme pembangunan yang inklusif, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Gus Fawait, dalam keterangan tertulis, Minggu (30/11/2025).
Ia menekankan prestasi ini menjadi dorongan bagi Jember untuk memperkuat tata kelola dan memastikan program-program strategis memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Lima penghargaan dalam sepekan ini mengukuhkan Jember sebagai salah satu daerah dengan kinerja pemerintahan paling adaptif dan progresif di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Prestasi beruntun ini menempatkan Jember sebagai salah satu daerah dengan akselerasi pembangunan dan tata kelola publik paling progresif sepanjang tahun. Berikut rangkaian penghargaan yang diterima:
1. detikcom Awards 2025-25 November 2025
Penghargaan ini merupakan pengakuan atas keberhasilan program Insentif Guru Ngaji & Pengajar Agama Lintas Agama, yang menjangkau 22.000 pendidik keagamaan dari berbagai agama dengan skema inklusif dan penyaluran transparan melalui transfer langsung. Program ini dinilai sebagai model nasional yang efektif memperkuat kesejahteraan dan harmoni lintas agama.
2. Surya Award 2025-27 November 2025
3. Forikan Jatim Award 2025-27 November 2025
Pada hari yang sama, Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Jember yang dipimpin Ning Ghyta Eka Puspita turut meraih penghargaan sebagai Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Teraktif dalam Penyajian Data Stunting.
Jember dianggap berhasil mengolaborasikan gerakan konsumsi ikan dengan validasi data yang membantu percepatan penurunan stunting di tingkat kabupaten.
4. STBM Award Pratama-28 November 2025
Keesokan harinya, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menganugerahkan STBM Award Pratama Peringkat 1 Nasional kepada Kabupaten Jember dalam acara di Auditorium Siwabessy, Jakarta.
Capaian ini dipicu keberhasilan Jember mencapai 100% Desa ODF (Open Defecation Free), mengembangkan wirausaha sanitasi, serta memperkuat pembiayaan sanitasi inklusif melalui kolaborasi dengan lembaga keuangan mikro.
5. KI Award Jatim 2025-29 November 2025
Menutup deretan prestasi pekan ini, Jember kembali meraih predikat Kabupaten Informatif dengan skor 98,11 pada KI (Keterbukaan Informasi) Award Jatim 2025 di Bojonegoro.
Predikat ini menegaskan konsistensi Jember dalam transparansi publik dan inovasi layanan informasi. Dua desa turut mendapat apresiasi: Desa Sidomukti (Menuju Informatif) dan Desa Sidomulyo (Informatif).
(prf/ega)
-

Belanja APBD Jember 2026 Rp 4,576 T, Defisit Rp 182 M
Jember (beritajatim.com) – Alokasi belanja dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Jember, Jawa Timur, ditetapkan sebesar Rp 4,576 trilliun. Sementara pendapatan sebesar Rp 4,394 miliar.
“Dengan demikian Ada defisit Rp 182,629 miliar. Meskipun dalam sistem anggaran kinerja dibenarkan adanya defisit anggaran, namun hal ini sedapat mungkin dihindari dengan mengupayakan meningkatkan PAD dan efesiensi dalam pengelolaan keuangan,” kata kata Itqon Syauqi, juru bicara Badan Anggaran DPRD Jember.
Bupati Muhammad Fawait dan DPRD Jember resmi menandatangani bersama APBD 2026 pada Jumat (28/11/2025) malam, di gedung parlemen. “Kami telah berupaya maksimal mengakomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertuang pada setiap mata anggaran,” kata Itqon.
“Namun karena keterbatasan keuangan daerah, maka tidak semua kepentingan masyarakat yang dinamis tersebut dapat dipenuhi. Tapi Pemerintahan Kabupaten Jember tetap akan memperhatikan pada penyusunan anggaran pada tahun berikutnya,” katanya.
Berdasarkan hasil pembahasan antara DPRD dan Pemkab Jember, tidak ada perubahan pendapatan. Pendapatan asli daerah masih ditargetkan Rp 1,367 triliun, yang terdiri atas pajak daerah (Rp 523m548 miliar), retribusi daerah (Rp 826,007 miliar), hasil pengelolaan kekayaan daerah (Rp 8,084 miliar), dan lain-lain PAD yang sah (Rp 9,9 miliar).
Sementara itu pendapatan transfer sebesar Rp 3,026 triliun, yang terdiri atas pendapatan transfer pemerintah pusat (Rp 2,845 triliun), dan pendapatan transfer antardaerah (Rp 181,135 miliar),
“Sampai dengan saat ini informasi terkait penerimaan daerah yang berasal dari penerimaan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan masih belum ada konfirmasi. Mana kala telah terkonfirmasi, maka akan kita bahas dan masukkan dalam Perubahan APBD tahun anggaran mendatang,” kata Itqon.
Itqon menyatakan, ada keterbatasan kemampuan keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan belanja. “Saat ini penyediaan dana belanja masih didominasi oleh penerimaan dari dana transfer pemerintah,” katanya.
Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini, kondisi tersebut mengakibatkan tingkat kemandirian daerah rendah. “Hal ini karena jumlah Pendapatan Asli Daerah masih belum mampu menopang kebutuhan belanja publik,” kata Itqon.
Belanja dalam APBD Jember 2026 masih didominasi belanja barang dan jasa Rp 2,020 triliun dan belanja pegawai Rp 1,555 triliun. Sementara itu belanja hibah dialokasikan Rp 164,725 miliar dan belanja bantuan sosial dialokasikan Rp 22,025 miliar. Total belanja operasi sebesar Rp 3,762 triliun.
Sementara itu belanja modal dialokasikan Rp 345,278 miliar. Dari anggaran sebesar itu, Rp 2 miliar untuk belanja modal tanah, Rp 173,755 miliat untuk belanja modal peralatan dan mesin, Rp 54,512 miliar untuk belanja modal gedung dan bangunan, Rp 109,751 miliar untuk belanja modal jalan, jaringan, dan irigasi, Rp 5,041 miliar untuk belanja modal aset tetap lainnya, dan Rp 218,093 juta untuk belanka modal aset launnya.
Belanja tidak terduga dialokasikan Rp 15 miliar. Sementara belanja transfer dialokasikan Rp 453,873 miliar, yang terdiri atas belanja bagi hasil Rp 12,991 miliar, dan belanja bantuan keuangan Rp 440,881 miliar. [wir]