Jember (beritajatim.com) – Hendy Siswanto, calon bupati petahana nomor urut 1, menilai, strategi yang tepat dalam menggabungkan aspek kebudayaan dan ketahanan sosial dan ekonomi kreatif adalah dengan mengembangkan ekowisata budaya. yang dikelola dengan masyarakat setempat.
“Kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan pegiat ekonomi kreatif akan menjadi satu kekuatan yang akan membuat Jember lebih baik lagi,” kata Hendy, dalam debat antarpasangan calon kepala daerah putaran ketiga, di Hotel Cempaka Hill, Sabtu (23/11/2024) malam.
Hendy menegaskan, pendekatan yang sesuai karakteristik generasi milenial dan Gen Z membutuhkan kreativitas tinggi dan semangat kolaborasi untuk meningkatkan literasi digital dan teknologi, serta memfasilitasi kewirausahaan.
Generasi Z adalah generasi anak muda kelahiran 1997-2012. Sementara generasi milenial adalah generasi kelahiran 1981-1996.
“Banyak sekali yang perlu kita padukan antara generasi milenial dan generasi Z. Kita tahu, bonus demografi di Jember adalah anak-anak muda kita yang cukup besar potensinya,” kata Hendy.
Potensi ini harus digarap bersama. “Intinya kolaborasi menjadi satu kunci untuk bersama-sama memajukan anak-anak muda kita,” kata Hendy.
Hendy menjelaskan, Jember memiliki banyak etalase untuk mengakomodasi kreativitas anak-anak muda generasi milenial dan generasi Z. “Pemerintah harus melakukan pelatihan-pelatihan yang intensif,” katanya.
Selama memimpin Jember sejak 2021, Hendy dan Wakil Bupati Muhammad Balya Firjaun Barlaman telah berhasil meraih penghargaan atas capaian 100 persen transformasi pengelola dana bergulir masyarakat menjadi Badan Usaha Milik Desa Bersama dari Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
“Juga penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UMKM atas kolaborasi luar biasa dalam program Kota Masa Depan untuk akselerasi UMKM dan ekonomi kreatif di Jember,” kata Hendy.
Jember pada masa pemerintahan Hendy-Firjaun juga menerima penghargaan atas peningkatan skor IGA (Innovation Government Award) dari Kabupaten Kurang Inovatif menjadi Kabupaten Inovatif. “Dan penghargaan anugerah Ekonomi Terpuji dengan Kategori Ekonomi Kreatif,” kata Hendy.
“Tentunya hal itu menjadi penyemangat anak-anak kita, generasi milenial dan generasi Z, untuk maju. Di Jember dengan banyaknya pesantren dan perguruan tinggi, harus kita kemas dalam kolaborasi. Jika kita bisa memanajemen dengan baik, maka Jember akan lebih keran dan pasti lebih maju,” kata Hendy.
Muhammad Fawait, calon bupati nomor urut 2, menegaskan dirinya bagian dari generasi milenial. “Usia saya 36 tahun. Saya pikir, dengan penduduk Jember terbanyak ketiga (di Jawa Timur), dan 70 persennya adalah penduduk dengan masa usia produktif, yang mayorutas adalah milenial dan gen Z diberi kesempatan untuk mengembangkan ekonomi kreatif,” katanya.
Fawait kemudian memamerkan syal dan gelang yang dipakainya. “Ini syal batik lokal dari Kecamatan Mayang. Saya juga pakai gelang dari Balung Tutul, Kecamatan Balung. Ini bentuk konkret kami bagaimana kami bukan cuma berteori tapi juga mengaplikasikan, bahwa kami juga memakai,” katanya.
Fawait ingin membentuk badan khusus untuk merangkul kalangan milenial dan generasi Z. “Kalau perlu kita kasih beasiswa S1, S2, bahkan S3, di seluruh Indonesia. Maka komitmen kami, yang ngerti pemuda adalah pemuda,” katanya.
Menanggapi keinginan Fawait, Hendy mengatakan, masyarakat Jember membutuhkan prestasi dan bukti, bukan janji. “Saya dalam debat ketiga ini hanya menyampaikan yang pasti-pasti saja. Bukan berjanji yang kira-kira nanti bakal ini dapatnya apa,” katanya.
“Ekonomi kreatif ini adalah kekuatan kita. Sumber daya manusia kita yang besar. Sumber daya alam kita yang luar biasa. Kolaborasi inilah yang harus kita angkat bersama-sama. Tentunya saya menyampaikan dari tadi penghargaan banyak, itu penghargaan untuk orang Jember. Betapa orang Jember tidak bisa dibuat main-main,” kata Hendy.
Hendy menyebut semua penghargaan yang disebutkannya dperuntukkan generasi milenial dan generasi Z. “Tentunya mereka yang akan menggantikan kami. Kalau kami tidak menyiapkan yang luar biasa, memberikan janji-janji yang tidak jelas, tidak mungkin kami berdiri di sini,” katanya. [wir]









